Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH AGROHIDROLOGI

“Analisis Curah Hujan”

DOSEN PENGAMPU:

Ir. Zurhalena M.P.

Dr. Ir. Aswandi, M. Si.

Disusun oleh:

BOBY CRISTIAN SIMAMORA

D1A019168

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
Analisis Curah Hujan Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Hari/Tanggal : Sabtu, 13 Maret 2021


Materi Praktikum : Menentukan Curah Hujan ( CH ) rata-rata, Erosivitas Tanah ( Ei ) , Bulan
Basah ( BB ) dan Bulan Kering ( BK ).
Tujuan : Untuk mengetahui Curah Hujan (CH) rata-rata, Erosivitas Tanah (Ei),
Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering (BK).
Prinsip Teori :
Curah hujan adalah sejumlah air yang jatuh kepermukaan bumi setelah melewati suatu
rangkaian proses seperti penguapan , pengumpulan uap air, pengembunan dan hujan itu sendiri.
Curah hujan tidak selalu sama disetiap daerah, karena setiap daerah mempunyai karakter curah
hujan yang berbeda satu dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain letak geografis dan topografi. Daerah dengan topografi pegunungan akan berbeda curah
hujannya dengan daerah yang bertopografi dataran rendah. Perubahan nilai curah hujan dalam
jangka waktu yang lama akan berpengaruh terhadap iklim didaerah setempat.

Curah hujan adalah banyaknya jumlah/banyaknya hujan yang turun pada satuan waktu
tertentu. Dalam prakteknya, data yang berhubungan dengan curah hujan yang sering digunakan
untuk kegiatan yang berhubungan dengan pertanian adalah curah hujan rata -rata, jumlah hari
hujan dan pembagian bulan basah dan bulan kering. Seringkali di lokasi yang ingin diolah curah
hujannya, data curah hujan tidak tersedia dikarenakan tidak terdapat stasiun pengamat curah
hujan dilokasi 2 tersebut, untuk mengatasi kondisi seperti ini salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan interpolasi data curah hujan. Salah satu metode interpolasi curah hujan
adalah dengan metode Poligon Thiessen. Metode ini telah banyak digunakan secara luas karena
dianggap dapat memberikan data hujan yang lebih akurat, karena pada metode polygon setiap
bagian wilayah tangkapan hujan diwakili secara proporsional oleh satu alat penangkar hujan.

Pengertian curah hujan juga sering disebut dengan curah hujan yang juga diartikan
sebagai banyaknya air hujan yang jatuh pada suatu daerah dan waktu tertentu. Besarnya curah
hujan merupakan volume air yang terkumpul pada suatu permukaan datar selama periode
tertentu, seperti harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Pengertian curah hujan yang lain adalah
banyaknya air yang jatuh pada permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dalam
satuan milimeter (mm) ketinggian di atas permukaan horizontal. Secara lebih rinci curah hujan
memiliki arti air hujan dengan ketinggian tertentu yang dikumpulkan menjadi satu dalam alat
pengukur hujan, tidak tembus, tidak bertambah banyak dan tidak menyerap (utuh dan tidak
mengalami kebocoran). Besarnya curah hujan rata-rata untuk suatu daerah tangkapan merupakan
hasil rata-rata data hujan dari seluruh bagian daerah tangkapan yang diwakili oleh satu alat
penangkar hujan.

Erosivitas curah hujan menunjukkan kemampuan atau kapasitas hujan untuk


menyebabkan erosi tanah (Blanco & Lal, 2008; Unger, 2006). Faktor erosivitas hujan merupakan
hasil perkalian antara energi kinetik (E) dari satu kejadian hujan dengan intensitas hujan
maksimum 30 menit (I30) (Asdak, 2002; Donahue et al., 1987; Morgan, 2005). Erosi
kulit/permukaan (sheet erosion) yang terjadi ketika lapis tipis permukaan tanah terkikis oleh
kombinasi air hujan dan air larian (runoff), berawal dari adanya tenaga kinetik air hujan yang
menyebabkan lepasnya partikel-partikel tanah dan bersama-sama dengan pengendapan sedimen
(hasil erosi) di atas permukaan tanah, menyebabkan turunnya laju infiltrasi karena pori-pori
tanah tertutup oleh kikisan partikel tanah (Asdak, 1995).

Sedangkan untuk menentukan Bulan Basah dan Bulan Kering menggunakan klasifikasi
iklim menurut Mohr dan Schmidt-Ferguson :

Kriteria Bulan Basah, Lembab, dan Bulan Kering adalah:

- Bulan Kering (BK) : Bulan dengan CH < 60 mm

- Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan 60 mm ≤ CH ≤ 100 mm

- Bulan Basah (BB) : Bulan dengan CH > 100 mm

Curah hujan setiap wilayah berbeda-beda, hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor
yaitu jarak dari sumber air, perbedaan suhu tanah dan perairan, arah angin, tinggi tempat, garis
lintang, luas daratan, dan deretan pegunungan (Fatma, 2018). Untuk mengetahui curah hujan
secara umum suatu wilayah dibutuhkan pengolahan data-data dari tiap titik wilayah tersebut.
Adapun pengolahan data curah hujan dapat menggunakan beberapa metode yaitu metode
aljabar, metode Thiessen, dan metode Isohyt. Metode Aljabar merupakan pengukuran curah
hujan dengan menggunakan perhitungan matematika yaitu dengan menghitung rata-rata curah
hujan tiap data yang telah dikumpulkan. Untuk metode Thiessen merupakan cara penentuan
curah hujan yang mempunyai distribusi penakaran hujan yang tidak seragam dengan
mempertimbangkan faktor berat. Pengukuran pada metode ini menggunakan perhitungan luas
pada poligon yang terbentuk. Sedangkan pada metode Isohyt merupakan cara penentuan curah
hujan dengan menghubungkan titik curah hujan yang sama (Lashari dkk, 2017).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
Tabel data curah hujan Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2005-2014

Bulan
Tahun Total Rata-rata ∑BB ∑BK
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des
2005 273 122 304 313 201 145 236 175 153 273 166 124 2485 207 12 0
2006 438 205 199 313 174 118 234 69 165 263 282 403 2863 239 11 0
2007 124 109 101 351 273 93 103 177 153 428 258 423 2593 216 11 0
2008 390 131 319 120 158 94 116 156 168 203 538 163 2556 213 11 0
2009 246 144 243 114 177 53 43 128 86 75 225 186 1720 143 8 2
2010 0 130 360 236 67 0 0 0 71 295 290 352 1801 150 6 4
2011 262 104 0 144 0 70 117 74 129 188 322 233 1643 137 8 2
2012 63 271 231 378 171 91 168 95 28 85 58 450 2089 174 6 2
2013 51 50 82 151 117 61 39 42 0 313 413 213 1532 128 5 5
2014 107 0 156 251 169 55 192 231 55 70 275 274 1835 153 8 3

Total 1954 1266 1995 2371 1507 780 1248 1147 1008 2193 2827 2821 86 18

Rata-rata 195.4 126.6 199.5 237.1 150.7 78 124.8 114.7 100.8 219.3 282.7 282.1 8.6 1.8
Ni 80398.2295 34043.53067 83772.76 117918.1 48070.66 13048.58 33091.83 27999.57 21680.42 101035.117 167047.9 166346.6

Bulan Rata-Rata Bulan Ei Tahun BB BK


Januari 195,4 Januari 803.92295 2005 12 0
Februari 126,6 Februari 3404.3531 2006 11 0
Maret 199,5 Maret 8377.276 2007 11 0
April 237,1 April 11791.81 2008 11 0
Mei 150,7 Mei 4807.066 2009 8 2
Juni 78 Juni 1304.858 2010 6 4
Juli 124,8 Juli 3309.183 2011 8 2
Agustus 114,7 Agustus 2799.957 2012 6 2
September 100,8 September 2168.042 2013 5 5
Oktober 219,3 Oktober 10103.512 2014 8 3
November 282,7 November 16704.79 Jumlah 86 18
Desember 282,1 Desember 16634.66
Rata-Rata 175,975 Rata-Rata 6850.7858375
Jumlah 2111,7 Jumlah Ei 82209.43005
RATA RATA CURAH HUJAN TANJUNG JABUNG TIMUR
300

250

200

150

100 RATA-RATA
50

HISTOGRAM EROSIVITAS (Ei) CURAH HUJAN KABUPATEN TANJUNG


JABUNG TIMUR
18.000
16.000
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000 Ei

4.000
2.000
0

2. PEMBAHASAN
Curah hujan setiap wilayah berbeda-beda, hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor
yaitu jarak dari sumber air, perbedaan suhu tanah dan perairan, arah angin, tinggi tempat, garis
lintang, luas daratan, dan deretan pegunungan (Fatma, 2018). Untuk mengetahui curah hujan
secara umum suatu wilayah dibutuhkan pengolahan data-data dari tiap titik wilayah tersebut.
Adapun pengolahan data curah hujan dapat menggunakan beberapa metode yaitu metode
aljabar, metode Thiessen, dan metode Isohyt. Metode Aljabar merupakan pengukuran curah
hujan dengan menggunakan perhitungan matematika yaitu dengan menghitung rata-rata curah
hujan tiap data yang telah dikumpulkan. Untuk metode Thiessen merupakan cara penentuan
curah hujan yang mempunyai distribusi penakaran hujan yang tidak seragam dengan
mempertimbangkan faktor berat. Dalam prakteknya, data yang berhubungan dengan curah hujan
yang sering digunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan pertanian adalah curah hujan
rata -rata, jumlah hari hujan dan pembagian bulan basah dan bulan kering.

Dari data diatas didapat curah hujan rata-rata dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ialah
sebesar 175,975 mm dengan jumlah total curah hujan 21.117 mm. Sedangkan curah hujan
minimum terjadi pada bulan Juni yakni 78 mm dan curah hujan maksimum terjadi pada bulan
November yakni 282,7 mm. curah hujan rata-rata ini didapat dengan menggunakan cara
aritmatika yakni rata-rati dari data curah hujan 10 tahun terakhir.
Erosivitas merupakan sifat curah hujan.hujan dengan intensifitas rendah jarang
menyebabkan erosi, tetapi hujan yang lebat dengan periode yang pendek atau panjang dapat
menyebabkan adanya limpasan permukaan yang besar dan kehilangan tanah. Erosivitas hujan
sebagian terjadi karena pengaruh jatuhnya butir hujan langsung di atas tanah dan sebagian lagi
karena aliran air di atas permukaan tanah. Cara menghitung erosivitas :

Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh hasil Erosivitas ratarata dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir sebesar 6850,7858 cm. Nilai erosivitas terbesar terjadi pada bulan
November sebesar 16704,79 cm, dan terkecil terjadi pada bulan Juni sebesar 1304,858 cm. Hal
ini sebanding dengan besarnya curah hujan yang terjadi pada bulan itu, nilai erosivitas sebanding
dengan curah hujan yang terjadi. Semakin tinggi curah hujan suatu daerah pada suatu waktu
maka semakin besar pula erosi yang terjadi yang berarti nilai erosivitasnya pun menjadi tinggi
pula.
Dari data curah hujan selama 10 tahun terakhir di Kabupaten Tanjung Jabung timur ini
didapat pula Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering (BK) sebagai indicator penentuan iklim suatu
daerah. Dengan mengikuti criteria Bulan Basah dan Bulan Kering menurut Mohr dan Schmidt
Ferguson didapatkan jumlah BB dalam 10 tahun sebanyak 86 dan BK sebanyak 18.

Data tipe iklim per 10 tahun (2005-2014)

Q = 20,93%

Dari jumlah BB dan BK tersebut kita dapat menggolongkan iklim Kabupaten Tanjung Jabung
Timur menurut Mohr kedalam golongan iklim II, yakni iklim Agak Basah dan menurut
Schmidth-Ferguson Masuk kedalam tipe iklim Basah.
KESIMPULAN

1. Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu,
yang diukur dalam satuan (MM). Curah hujan Juga diartikan sebagai banyaknya
jumlah/banyaknya hujan yang turun pada satuan waktu tertentu.
2. Curah hujan, lama hujan, panjang hujan maksimal sangat berpengaruh terhadap erosivitas.
3. Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik
disebabkan oleh pergerakan air maupun angin.
4. Erosivitas didapat dengan menggunakan rumus

5. Cara memperoleh BB dan BK ialah dengan melihat data curah hujan apabila curah hujan >100
mm maka itu BB dan <60 mm Termasuk kedalam BK
6. Dari data diatas didapat curah hujan rata-rata dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ialah
sebesar 175,975 mm dengan jumlah total curah hujan 21.117 mm. Sedangkan curah hujan
minimum terjadi pada bulan Juni yakni 78 mm dan curah hujan maksimum terjadi pada bulan
November yakni 282,7 mm.
7. hasil Erosivitas rata-rata dalam kurun waktu 10 tahun terakhir sebesar 6850,7858 cm. Nilai
erosivitas terbesar terjadi pada bulan November sebesar 16704,79 cm dan terkecil terjadi pada
bulan Juni sebesar 1304,858 cm.
8. Berdasarkan penggolongan iklim menurut Mohr Kabupaten Tanjung Jabung Timur termasuk
dalam golongan iklim II agak Basah , sedangkan menurut Schmidt-Ferguson termasuk kedalam
tipe iklim Basah.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9707681/laporan_analisis_curah_hujan_wilayah?auto=download
https://www.academia.edu/29047078/analisis_curah_hujan_wilayah_doc
https://id.scribd.com/doc/57172419/Acara-1-Analisis-Curah-Hujan-Wilayah
https://www.yudhabjnugroho.xyz/2014/03/laporan-4-pehdas-analisis-curah-hujan.html
http://lingkungan50.blogspot.com/2015/01/analisis-curah-hujan-wilayah.html

Anda mungkin juga menyukai