Jurusan : Kebidanan
2. Proses Terjadinya Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 Orde baru merupakan awal
dari tekad seluruh bangsa Indonesia untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Pada tanggal 19 Desember 1974 dalam acara Hari Ulang
Tahun ke-25 Universitas Gajah Mada di Yogyakarta Presiden Soeharto menyatakan
perhatian dan keprihatinan mengenai Pancasila. Dalam pidato sambutannya Presiden
Soeharto mengatakan : Pancasila adalah milik kita. Kita telah memilikinya tetapi baru
merasa memiliki, belum memahami dan menghayati apa yang sebenarnya Pancasila
itu kemudian dalam peringatan Dies Natalies Ke XXV Universitas Indonesia di
Jakarta pada tanggal 15 Februari 1975, Presiden Soeharto juga memanfaatkan
kesempatan untuk menyampaikan gagasan tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila. Setelah menguraikan Pancasila, sila demi sila, dalam
kaitannya dengan keseluruhan strategi pembangunan, maka Presiden Soeharto antara
lain mengatakan sebagai berikut :
Penghayatannya harus dimulai dari pribadi-pribadinya dengan jalan selalu
mengendalikan kepentingan pribadinya untuk memperbesar kewajibannya sebagai
makhluk sosial terhadap masyarakat, bangsa dan negara. Saya mengajak dunia
Universitas, seluruh mahasiswa yang menjadi pewaris masa depan, seluruh pemimpin
dan rakyat Indonesia, untuk bersama-sama merenungkan dan memikirkan masalah
ini. Namun sekali lagi, adalah tugas universitas untuk mengadakan penelitian ilmiah
terhadap masalah yang sangat penting ini, dan adalah panggilan tugas universitas
untuk mempersembahkan hasil penelitiannya itu kepada bangsanya. Ketika
menyampaikan pidato kenegaraan di dalama Rapat Paripurna Dewan Perwakilan
Rakyat di Jakarta pada tanggal 16 Agustus 1975, Presiden antara lain menyatakan :
Kita tidak mempersoalkan Pancasila sebagai dasar negara kita. Kita tidak
menyangsikan seujung rambut pun mengenai ketepatan Pancasila sebagai dasar
falsafah negara, yang dapat memberi bimbingan bagi kemajuan, kesejahteraan dan
keselamatan bangsa kita. Ajakan saya adalah menjabarkan Pancasila itu dalam
rumusan-rumusan yang sederhana dan jelas untuk dipakai sebagai pedoman sikap
hidup manusia Pancasila. Ajakan saya adalah agar kita bersama-bersama memikirkan
penghayatan dan pengamalan Pancasila dalam segala segi kehidupan dan tingkah laku
kita sehari-hari. Pada tanggal 12 April 1976 dalam sambutan Presiden pada
pembukaan Musyawarah Kerja Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dengan Kwartir
Daerah se-Indonesia di Istana Negara Jakarta, untuk pertama kalinya Presiden
Soeharto mengemukakan gagasannya mengenai Pedoman untuk menghayati dan
mengamalkan Pancasila yang oleh Presiden Soeharto diberi nama Ekaprasetia
Pancakarsa. Pada kesempatan ini Presiden juga mengemukakan : Apabila kita telah
bersepakat bulat mengenai pedoman menghayati dan mengamalan Pancasila itu nanti,
maka sangat tepat apabila kebulatan kita kukuhkan bersama menjadi Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat. Sementara itu, Dewan Pertahanan Keamanan
Nasional menyusun bahan sumbangan pikiran yang diperoleh dari hampir semua
Universitas, cerdik pandai pemuka masyarakat dan berbagai lapisan masyarakat.
Untuk menghimpun, menyaring, dan menuntaskan bahan yang disusun oleh Dewan
Pertahanan Keamanan Nasional (Wanhamkamnas), maka dibentuklah Tim
Penghimpun Bahan-bahan Sidang MPR sesuai dengan Keputusan Presiden RI No. 11
Tahun 1977, yang kemudian dikenal dengan sebutan Tim Sebelas (karena jumlahnya
sebelas orang), yang dipimpin oleh Menteri Sekretaris Negara Sudharmono, SH.
Susunan Personalia Tim Sebelas adalah sebagai berikut :
1) Sudharmono, SH, Ketua merangkap anggota
2) Dr. J.B. Soemarlin, sebagai wakil ketua merangkap anggota.
3) Letjen. TNI. M.M. Rachmat Kartakusumah, sebagai anggota.
4) Letjen. TNI. Achmad Wiranatakusumah, sebagai anggota.
5) Laksdya. TNI. Machmoed Soebarkah, sebagai anggota.
6) Letjen. TNI. Daryatmo, sebagai anggota.
7) Letjen. TNI. Ali Moertopo, sebagai anggota.
8) Prof. Drs. A. Madjid Ibrahim, sebagai anggota.
9) Kartidjo, sebagai anggota.
10) Ismail Saleh, SH, sebagai sekretaris merangkap anggota.
11) Drs. Moerdiono, sebagai wakil sekretaris merangkap anggota.
Dari tim sebelas inilah tersusun dua bahan berbentuk Rancangan Naskah tentang
Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Rancangan Naskah tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang diserahkan kepada Presiden RI sebagai
lampiran Pidato Presiden.
3. Nilai Dan Norma – Norma Yang Terkandung Dalam Pedoman Penghayatan Dan
Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) Berdasarkan Ketetapan Mpr No.
Ii/Mpr/1978
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Percaya dan takwa kepada tuhan yang maha esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing – masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
2) Hormat – menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan
penganut – penganut kepercayaan yang berbeda – beda, sehingga terbina
kerukunan hidup.
3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadat sesuai derngan agama
dan kepercayaannya.
4) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.