1. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak antara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Huda, 2015). Efusi
pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul di rongga pleura yang
dapat mneyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya (Smelzer & Bare, 2017).
Paru-paru terletak didalam rongga dada. Paru terbagi menjadi dua bagian yaitu
paru kanan dan paru kiri. Paru kanan dibagi oleh dua buah visura kedalam tiga lobus
yaitu lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah visura kedalam dua
Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura. Pleura
terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput
tipis yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang
Paru-paru dan dinding dada mempunyai struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga
paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada karena memiliki struktur yang
elastis. Tekanan yang masuk pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada
dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang,
akan tetapi pernafasan harus tetap dapat berjalan agar pasokan kandungan oksigen
1. Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan keluarnya udara antara
2. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.
3. Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan
C. Etiologi
Didalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ML cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura viseralis dan parietalis. Cairan ini dihasilkan
oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan
daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura
viseralis, sebagian kecil lainnya (10- 20%) mengalir kedalam pembuluh limfe
Terkumpulnya cairan di rongga pleura di sebut efusi pleura, ini terjadi bila
pleura. Transudat biasanya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai
peningkatan tekanan hidrostatik dan sirosis hepatik karena tekanan osmotik koloid
yang menurun. Eksudat dapat di sebabkan oleh keganasan atau infeksi. Cairan keluar
langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini
juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya
rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah (Smeltzr & Bare, 2012. Hal.
199).
Pathways
Efusi pleura
Penumpukan cairan
dalam rongga
Nafsu makan
Sesak nafas menurun
Nyeri dada
Defisit Pengetahuan Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
Gangguan pola kebutuhan tubuh
tidur
2. Dispnea berfariasi.
5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi
pleura.
Pada foto toraks postero anterior posis tegak maka akan di jumpai gambaran sudut
kostofenikus yang tumpul baik dilihat dari depan maupun dari samping. Dengan jumlah
yang besar, cairan yang mengalir bebas akan menampakkan gambaran mniscuss sign dari
2. Ultrasonorgafi dada.
USG toraks dapat mengintifikasi efusi yang terlokalisir, membedakan cairan dari
pelebaran pleura dan dapat membedakan lesi paru antara yang padat dan yang cair
Efusi pleura di katakan ganas jika pada pemeriksaan sitologi cairan pleura di temukan sel-
4. Biopsi pleura.
Biopsi jarum Abram hanya bermakna jika di lakukan didaerah dengan tingkat kejadian
tuberkolosis yang tinggi. Walaupun torakoskopi dan biopsi jarum dengan tuntunan CT
scan dapat di laukan untuk hasil diagnostik yang lebih akurat (Havelock T et al, 2010).
1. WSD (water seal drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri,
dispneau dan lina-lain, maka cairan efusi sebanyak 1- 1,2 liter perlu di keluarkan
sesegra mungkin untuk mencegah terjadinya edema paru, jika jumlah cairan efusi
5. Operatif.
A. Pengertian TB Paru
aerobic dan tahap asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit
tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru-paru, dan dapat juga menyerang
organ tubuh lain (Depkes, 2016). Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran
B. Klasifikasi TB Paru
TB aktif.
a. Kasus baru: Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
c. Kasus Setelah Putus Berobat (Default ) : Pasien yang telah berobat dan putus berobat
d. Kasus Setelah Gagal (Failure) : Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
e. Kasus Pindahan (Transfer In) : Pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki
f. Kasus lain: Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
C. Etiologi TB Paru
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri
atau kuman ini berbentuk batang. Sebagian besar kuman berupa lemak atau lipid,
sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat
lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan
daerah yang memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apikal atau apeks paru. Daerah
ini menjadi tempat perkembangan pada penyakit tuberkulosis. Selain itu, fakto
rpenyebabnya yaitu herediter, jenis kelamin, usia, stress, meningkatnya sekresisteroid, infeksi
malah banyak pasien ditemukan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam
a. Demam
influenza ini.
b. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada
tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding
c. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
d. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
e. Malaise
sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat
pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin
melalui jalan nafas ke alveoli, di mana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan
berkembang biak. Penyebaran basil ini dapat juga melalui sistem limfe dan aliran
darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area lain dari paru-
paru (Soemantri, 2019). Pada saat kuman tuberkulosis berhasil berkembang biak
peradangan pada paru, dan ini disebut kompleks primer. Waktu antara terjadinya
infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Setelah terjadi
peningkatan jumlah secret, dan menurunnya suplai oksigen (Yulianti & dkk, 2017).
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T)
adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel
lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon
lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair
Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil
dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat
peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan
parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat
kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak
terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam
jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga
banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh
(Soemantri, 2014).
F. Komplikasi TB Paru
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2015) a).
d). Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
b. Tes Tuberkalin adalah Mantolix tes reaksi positif ( area indurasi 10-15 mm
menurun.
f. Photo Thorax adalah untuk melihat infiltrasi lesi awal pada paru atas.
H. Penatalaksanaan TB Paru
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Promotif , terbagi antara lain :
b) Pemberitahuan baik melalui spanduk atau iklan tentang bahaya TBC, cara
a) Vaksinasi BCG
b) Menggunakan Isoniazid
c. Penatalaksanaan Medis
1) Jangka pendek, Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3
bulan
2) Jangka panjang, Tata cara pengobatan : setiap 2x seminggu, selama 13-18 bulan,
a) Rifampicin
b) Isoniazid
c) Ethambutol
d) Pyridoxin
Pengkajian Keperawatan
1. Data demografi / identitas
a. Biodata pasien : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Agama, Status, Alamat.
Status, Alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang menyebabkan pasien datang kerumah
sakit atau mencari pengobatan/ pertolongan. Biasanya pada pasien dengan efusi
pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, nyeri dada akibat iritasi pleura yang
bersifat tajam dan terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernafas.
Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan tanda-tanda sesak nafas,
batuk, nyeri dada, berat badan menurun dan tanda lainnya. Perlu juga untuk di
Apa tindakan yang telah di lakukan untuk menurunkan atau mengatasi keluhan-
keluhan tersebut.
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC,
pneumonia, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
sinyalir sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain-lain.
Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
perlu juga ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan setelah masuk
rumah sakit. Pasien dengan efusi pleura akan mengalami penurunan nafsu
c. Pola eliminasi
Dalam pola eliminasi perlu ditanyakan kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah
masuk rumah sakit. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
Karena adanya sesak nafas pasien akan mengalami keleahan pada saat sesak
Pasien akan mengalami gangguan tidur karena sesak nafas dan nyeri.
Kaji apakah kehidupan beragama klien berubah atau tidak saat berada di rumah
sakit.
Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan nafas tidak efektif
b. Defisit nutrisi
d. Defisit pengetahuan
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
1
SDKI
SLKI
SIKI
Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan
jalan nafas tetap paten.
Penyebab:
fisiologis
1. Spasme jalan nafas
2. Benda asing dalam jalan nafas
3. Sekresi yang tertahan
4. Proses infeksi
5. Respon alergi
Situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan Gejala tanda mayor Subjektif :-
Obektif :
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
Definisi: kemampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mepertahankan jalan
nafas paten
Setelah dilakukan tindakan keprawatan diharapkan masalah pada jalan nafas dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Jalan nafas paten
2. Sekret berkurang
3. Frekuensi nafas dalam batas normal
4. Kilen mampu melakuan Batuk efektif dengan benar
Definisi : mengidentfikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas
Tindakan :
Observasi :
- Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas )
- Monitor bunyi nafas tambahan ( mis, gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering )
- Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma )
Teraupeutik :
- Pertahankan kapatenan jalan napas dengan head-tilt dan
chin- lift ( jaw-thrust jika curiga trauma Servikal )
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisiotrapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Berikan oksigen , jika perlu
Edukasi :
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran,mukolitik, jika perlu
Definisi : melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk efektif secara efetif untuk
membersihkan laring, trakeadan brounklolus dari sekret atau benda asing di jalan nafas.
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
- Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan karakteristik)
Terapeutik
- Atur posisi semi fowler atau fowler
- Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat sputum Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik
,ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (
dibulatkan) 8 detik.
- Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
3. Pemantauan Respirasi
Definisi : mengupulkan dan menganalisis data untuk memastikan
kepatenan jalan nafas dan ke efektifan pertukaran gas.
Tindakan :
Observasi :
- Monitor frekuensi,irama, kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola napas seperti ( seperti bradipnea
taipnea,hiperventilasi)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Palpasi kesmetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
- Atur interval pemantauan resprasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Eduasi :
- Jelaskan tujuan dan perusedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan , jika perlu
Definisi : Asupan nutrisi tidak Definisi : keadekuatan asupan nutrisi untuk Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang
cukup untuk memenuhi memenuhi kebutuhan metabolisme. seimbang
kebutuhan dari metabolisme
Setelah dilakukan tindakan keprawatan nutrisi dapat Tindakan
Penyebab : terpenuhi dengan kreteria hasil. Observasi :
1. Ketidakmampuan 1. Kekuatan otot mengunyah meningkat Identifikasi stataus nutrisi
menelan makanan 2. Kekuatan otot menelan meningkat Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
2. Ketidakmapuan 3. Serum albumin meningkat Identifikasi makanan yang disukai
mencerna makanan 4. Verbalisasi keinganan untuk meningkatkan Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis cairan
3. Ketidakmampuan nutrisi Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
mengabsorbsi nutrien 5. Pengetahuan untuk memilih makanan yang Monitor asupan makan makanan
4. Peningkatan kebutuhan sehat meningkat Monitor berat bedan
metabolisme 6. Pengetahun untuk memilih minuman yang
Monitor hasil pemeriksaan laboraturium
5. Faktor ekonomi baik meningkat
Trapeutik :
6. Faktor pisikologis 7. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi
yang tepat Lakukan oral hygiene seblum makan , jika perlu
Gejala dan tanda mayor : 8. Penyiapan dan penyimpanan makanan Fasilitasi menentukan pedoman diet, (mis.piramida
Subjektif : - meningkat makanan )
9. Sikap terhadap makanan/minuman sesuai Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Objektif : Berat badan menurun dengan tujuan kesehatan meningkat Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
minimal 10% dibawah rentang 10. Perasaan cepat kenyang menurun Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
ideal 11. Nyeri abdomen menurun Berikan siplemen makanan ,jika perlu
12. Rambut rontok menurun Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik
Gejala dan tanda minor : 13. Diare menurun jika asupan oral dapat ditoleransi
Subjektif : 14. Berat badan membaik Edukasi :
1. Cepat kenyang setelah 15. Indek masa tubuh (IMT) membaik Anjurkan posisi duduk, jika mampu
makan 16. Frekuensi makan membaik Ajarkan diet yang di programkan
2. Kram/nyeri abdomen 17. Bising usus membaik Kolaborasi :
3. Nafsu makan menurun 18. Tebal lipatan kulit trisep membaik Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan ( mis.
19. Membrane mukosa membaik Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang di butuhkan.
2. Peromosi Berat Badan
Tindakan
Observasi :
Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
Monitor adanya mual dan muntah
Monitor jumlah kalori yang dikonsumsinya sehari-hari
Monitor berat badan
Monitor albumin,limfosit, dan elektrolit serum
Terapeutik :
Berika perawatan mulut sebelum pemberian makan,jika
perlu
Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien ( mis.
Makanan dengan tekstur halus,makanan yang dibelender,
makanan yang cair diberikan melalaui NGT atau
gastrostomy, total parenteral nutrition sesuai indikasi)
Hidangkan makanan secara menarik
Berikan suplemen, jika perlu
Berikan pujian pada pasien /keluaraga untung
peningkatan yang capai
Edukasi :
jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
Definisi : Gangguan kualitas Definisi : Kedekuatan kualitas dan kuantitas Definisi : Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
kuantitas waktu tidur akibat
faktor eksternal Setelah dilakukan tindakan keprawatan diharapkan Tindakan
kualitas tidur pasien kembali normal dengak Observasi :
Penyebab kereteria hasil sebagai berikut : Identifikasi pola aktivitas dan tidur
1. Hambatan lingkungan ( 1. Keluhan sulit tidur menurun / hilang Identifikasi faktor pengganggu tidur ( fisik dan / atau
mis, kelembapan 2. Keluhan sering terjaga menurun/hilang pisikologi)
lingkungan sekitar, suhu 3. Keluhan tidur tidak puas tidur Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
lingkungan , menurun/hilang tidur ( mis. Kopi, the, alcohol. Makan mendekti waktu
pencahayaan , 4. Keluhan pola tidur berubah menurun/hilang tidur, minum banyak air sbelum tidur )
kebisingan ,bau tidak 5. Keluhan istirahat tidak cukup Identifikasi obat tifur yang dikonsumsi
sedap, jadwal menurun/hilang Terapeutik :
2. Kurang kontrol tidur 6. Kemampuan beraktivitas meningkat Modifikasi lingkungan ( mis. Pencahayaaan,kebisingan,
3. Kurang privasi sushu,matras, dan tempat tidur )
4. Restraint fisik Batasi waktu tidur siang jika perlu
5. Ketiadaan teman tidur
Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
6. Tidak familiar dengan
Tetapkan jadwal tidur rutin
peralatan tidur
Lakukan perosedur untuk meningkatan kenyamanan (
Gejala dan tanda mayor mkis. pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur )
Subjektif : Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/ atau tinjakan
1. Mengeluh sulit tidur untuk menunjang siklur tidur terjaga
2. Mengeluh sering Edukasi :
terjaga Jelaskan tidur cukup selama sakit
3. Mengeluh tidak puas Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
tidur Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
4. Mengeluh pola tidur mengganggu tidur
berubah Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengganggu
5. Mengeluh istirahat supresor terhadap tidur REM
tidak cukup Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
Objektif :- gangguan pola tidur ( mis. Pisikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja )
Gejala dan tanda minor Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
Subjektif : nonfarmokologi lainnya
1. Mengeluh kemampuan
beraktifitas menurun 2. Edukasi Aktivitas /Istirahat
Objektif : -
Definisi :
Mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat
Tindakan :
Observasi :
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
Terapeutik :
Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan
istirahat
Jadwalkan pemeberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya
Edukasi :
Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik / olahraga
secara rutin
Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas lainnya
Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
Ajarkan cara mengindentifikasi kebutuhan istirahat ( mis.
Kelelahan , sesak napas saat aktivitas)
Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas
sesuai kemampuan
Definisi : ketiadaan atau Definisi : kecukupan informasi kognitif yang Definisi : mengajarkan mengelola faktor resiko penyakit dan
kurangnya informasi kognitif berkaitan dengan topik tertentu perilaku hidup bersih dan sehat.
yang berkaitan dengan topik
tertentu. Setelah dilakukan tindakan keprawatan diaharapkan Tindakan
pengetahuan dapat terpenuhi dank lien mampu Observasi :
Penyabab : memahami tentang kesehatan dengan kriteria hasil : Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
1. Keteratasan kognitif 1. Perilaku sesuai enjuran meningkat informasi
2. Gangguan fungsi kognitif 2. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
3. Kekeliruan mengikuti 3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
anjuran tentang suatu topik meningkat Terapeutik :
4. Kurang terpapar 4. Kemampuan menggambarkan pengalaman Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
informasi sebelumnya yang sesuai topik meningkat Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5. Kurang minat dalam 5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan Berikan kesempatan untuk bertanya
belajar 6. Pertanyaan tentang masalah yang di hadapi Edukasi :
6. Kurang mampu menurun Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
mengingat 7. Peresepsi yang keliru terhadap masalah kesehatan
7. Ketidaktahuan menurun
Ajarkan perilaku hidup bersih sehat
menemukan sumber 8. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
informasi Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
menurun
9. Perilaku membaik meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
Gejala dan Tanda Mayor
2. Edukasi Pola Perilaku Kesehatan
Subjektif :
1. Menanayakan masalah
Definisi : Memberikan infomasi untuk meningkatkan atau
yang di haadapi
Objektif : mempertahankan perilaku kebersihan diri dan lingkungan
1. Menunjukan perilaku
tidak sesuai anjuran Tindakan
2. Menunjukan persepsi Observasi :
yang keliru terhadap Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
masalah informasi
Gejala dan Tanda Minor Identifikasi kemampuan menjaga kebersihan diri dan
Subjektif : - lingkungan
Monitor kemampuan melakukan dan mempertahankan
Objektif : kebersihan diri dan lingkungan
1. Menjalani pemeriksaan Terapeutik :
yang tidak tepat Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Menunjukan perilaku Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
berlebihan ( mis. Apatis, Berikan kesempatan untuk bertanya
bermusuhan, agitas,
Peraktekan bersama keluarga cara menjaga kebersihan
heteria )
diri dan lingkungan
Edukasi :
Jelaskan masalah yang dapat timbul akibat tidak menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
Ajarkan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Tindakan :
Observasi :
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
Terapeutik :
Sediakan materi dan media edukasi
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan keluargan dan pasien untuk bertanya
Edukasi :
jelaskan gejala fisik penarikan nikotin (mis. Sakit kepala,
pusing, mual, dan insomnia )
jelaskan gejala berhenti merokok ( mis. Mulut kering,
batuk , tenggorokan gatal )
jelaskan aspek pisikososial yang mempengaruhi perilaku
merokok
informasikan produk pengganti nikotin ( mis, permen
karet, semprotan hidung, inhaler )
ajarkan cara berhenti merokok.
Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan suatu tindakan keperawatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah keperawatan yang di alami poasien. Untuk itu diharapkan
agar tindakan yang di berikan sesuai dengan prioritas masalah dan intervensi
keperawatan.
Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang di buat dalam intervensi
keperawatan. Dalam mengevaluasi perawat harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
menggambarkan kesimpulan tantang tujuan yang di capai.
Evaluasi keperawatan dari asuhan keperawatan pasien dengan efusi
pleura adalah :
DAFTAR PUSTAKA
Khairani, d. (2016). keperawatan medikal bedah . Jakarta : EGC. Riskesdas (2016). Hasil Riskesdas
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing Intervesion
Classification (NIC). Oxford: Elsevier.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2017). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi.
Jakarta : EGC.
Morehead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Oxford: Elsevier.
Berta & Puspita. (2017). Causes of Pleural Efussion in Metro.Argomed Unila : Lampung. Hadiarto.
Wuryantoro. (2016). Kerangka Konsep Efusi Pleura. Universitas Sumatra : Sumatra. Amin, Huda.
(2015).Konsep Teori Efusi Pleura. Universitas Airlangga : Surabaya. Hedu. (2016). Anatomi Dan