Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi


dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga tidak
terlepas dari soketnya. Jaringan periodontal terdiri atas gingiva, tulang alveolar, ligamentum
periodontal, dan sementum. Sementum termasuk dalam jaringan periodontal, karena
sementum bersama sama dengan tulang alveolar merupakan tempat tertanamnya serat-serat
utama ligamentum periodontal. Setiap jaringan memainkan peran yang penting dalam
memelihara kesehatan dan fungsi dari periodontal. Keadaan jaringan periodontal ini sangat
bervariasi, bergantung atau dipengaruhi oleh morfologi gigi, fungsi maupun usia.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa itu jaringan penyangga gigi?


2. Apa itu Gingiva ?
3. Apa itu tulang alveolar ?
4. Apa itu ligamentum periodontal ?
5. Apa itu sementum ?

1.3 Tujuan penulisan

1. Untuk memenuhi tugas preventive dentistry


2. Untuk mengetahui apa itu jaringan penyangga gigi
3. Untuk mengetahui apa itu gingiva
4. Untuk mengetahui apa itu tulang alveolar
5. Untuk mengetahui apa itu ligamen periodontal
6. Untuk mengetahui apa itu sementum

1
BAB II
PEMBAHASAN

JARINGAN PENYANGGA GIGI

Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi


dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga tidak
terlepas dari soketnya.

Jaringan periodontium atau jaringan penyangga gigi meliputi :

2.1 Gingiva
2.2 Tulang alveolar
2.3 Ligamentum periodontal
2.4 Sementum

Menurut Glikman oral mukosa dibagi menjadi :

1. Masticatory mucosa :
a. Gingiva
b. Mucosa yang meliputi palatum
2. Mucosa yang meliputi dorsum dari lidah
3. Mucosa selain yang tersebut ad 1 dan 2

2.1 GINGIVA.

Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar. Gingiva sering
kali dipakai sebagai indikator jika jaringan periodontal terkena penyakit. Gingiva
merupakan bagian dari membran mukosa mulut tipe mastikasi yang melekat pada tulang
alveolar serta menutupi dan mengelilingi leher gigi.
Gambaran klinis gingival dibagi menjadi :

1. Marginal Gingival (Unattached gingival)\


2. Attached Gingival
3. Interdental Gingiva

1. Marginal gingiva (Unattached gingival)


Marginal gingiva adalah batas tepi gingival yang mengelilingi gigi. Biasanya
lebar kira-kira 1-3 mm dan merupakan salah satu dinding dari gingival sulkus. Kira-kira
50 % dengan attached gingival berbatasan dengan semacam garis lekukan yang disebut
“free gingival groove”. Marginal gingival dapat dipisahkan dari permukaan gigi dengan
periodontal probe.

Gingival Sulkus
Gingival sulkus adalah suatu celah yang dangkal atau ruang sekeliling gigi yang
dibentuk oleh permukaan gigi disatu sisi dan ephithelium lining dari free gingival

2
margin dilain sisi. Sulkus gingival berbentuk V dan dapat dimasuki periodontal probe.
Dalam keadaan normal kedalaman sulkus gingival adalah antara 1-3 mm.

2. Attached Gingiva
Attached gingiva adalah lanjutan dari marginal gingiva. Bagian gingiva ini keras dan
melekat erat di atas periosteum dari ruang ruling alveolus. Permukaan attached gingiva
melanjutkan membentuk alveolar mukosa yang agak loose (longgar) dan dapat
digerakkan. Batas antara attached gingiva dengan alveolar mukosa disebut
mucogingival junction. Lebar attached gingiva adalah jarak antara mucogingival
junction dengan dasar gingiva sulkus atau periodontal pocket. Lebar attached gingival
adaalah berbeda pada daerah yang berbeda didalam mulut. Umumnya lebar attached di
region incisor maxilla antara 3,5 – 4,5 mm dan di regior mandibula anatara 3,3 – 3,9
mm. Diregio posterior lebih kecil dan yang terkecil adalah diregio premolar satu
maxilla 1,9 mm dan diregio premolar satu mandibula 1,8 mm.

Attached gingival disebabkan perubahan posisinya yang berakhir kearah coronal.


Lebar attached gingival bertambah sesuai umur dan keadaan gigi telah erupsi, Sebelah
lingual mandibula, attached gingiva berakhir pada hubungan dengan alveolar mucosa,
yang mana melanjut dengan membrane mucosa melapisi dasar mulut. Pada permukaan
palatal dari maxilla, attached gingiva menyatu dengan palatal mucosa yang sama
kekerasannya dan kelentingannya.

3. Interdental Gingiva
Interdental Gingiva menempati ceruk gingiva, yang mana interdental space berada di
bawah daerah kontak gigi. Interdental gingiva dapat berbentuk “pyramide” atau “col”.
Pada permulaan, satu papilla ujungnya berada di bawah kontak point antara dua gigi
berdekatan dan tergantung ada atau tidak adanya macam derajat recessi. Permukaan
facial dan lingual meruncing kea rah interproximal kontak, sedangkan permukaan
mesial dan distal sedikit cekung. Tapi lateral dan ujung interdental apilla dibentuk oleh
lanjutan marginal gingiva dari gigi terdekat.

Tanda-tanda klinik gingival normal dan hubungannya dengan gambaran macroscopis :

1. Warna
Warna dari attached gingiva dan margina gingival biasanya seperti coral pink dan ini
disebabkan oleh aliran darah, ketebalan dan derajat keratinisasi epithelium, serta adanya
pigmentasi. Warnanya macam-macam pada individu yang berbeda dan ada hubungannya
dengan pigmentasi. Attached gingival disebelah bukal berbatasan dengan alveolar
mucosa yang ditandai dengan garis mucogingival. Alveolar mucosa tidak terikat erat dan
terdapat lebih banyak pembuluh darah. Pigmentasi didalam rongga mulut kebanyakan
hitam. Menurut Dummet pigmentasi warna hitam di dalam mempunyai urutan sebagai
berikut :

Gingiva : 60 %
Hard Palate : 61 %
Mucosa membrane : 22 %
Lidah : 15 %

3
Pigmentasi gingival terjadi secara diffuse, yaitu ungu tua atau warna coklat yang tidak
beraturan dan bercak warna coklat muda. Ini terlihat pada bayi setelah 3 jam lahir dan
seringkali hanya terjadi sekali pigmentasi.

2. Size
Ukuran besar gingival sesuai dengan jumlah total unsure cellular dan intercellular
serta blood supply. Perubahan ukuran besar gingival pada umumnya ditandai adanya
penyakit gusi.

3. Contour
Contour atau bentuk gingiva bermacam-macam dan tergantung dari bentuk gigi dan
posisinya didalam lengkung rahang, juga tergantung lokasi dan luasnya daerah kontak
proximal dan besarnya ceruk gingival sebelah facial dan lingual. Marginal gingival
meliputi gigi seperti bentuk lengkung leher baju dan mengikuti garis lingkar permukaan
facial dan lingual. Contour gingival membentuk suatu garis lurus pada gigi yang relative
mempunyai permukaan datar. Pada gigi yang permukaannya cembung kearah medio-
distal (misalnya caninus rahang atas) atau permukaan gigi sebelah labial contour gingival
normal dan letaknya menjau kearah apical. Pada gigi permukaan lingual, contour
horizontal dan menebal.

4. Shape
Bentuk interdental gingival dibentuk oleh contour permukaan procimal gigi, lokasi
dan bentuk ceruk gingival. Pada permukaan proximal gigi yang relative datar arah facio-
lingual, tulang interdental tipis mesio-distal, ceruk gingival dan interdental gingival
menyempit kearah mesio-distal. Tingginya interdental gingival bermacam-macam sesuai
dengan lokasi kontak proximal.

5. Consistency
Konsistensi gingiva adalah keras dan lenting. Free margin gingival dapat
digerakkan. Attached ginngiva melekat erat pada tulang/processus alaveolaris.

6. Surface texture
Permukaan gngiva tidak rata, tapi stippled. Stippling jelas terlihat pada gingival yang
dalam keadaan kering. Attached gingival stippled, marginal gingival tidak stippled.
Bagian tengah dari interdental papillae umumnya stippled, tetapi batas tepinya
licin/halus. Bentuk dan luas stippling adalah bermacam-macam dari satu dan lain orang
serta berbeda antara saru dan daerah lain dalam satu mulut yang sama. Stippled terdapat
lebih sedikit terutama sebelah lingual daripada permukaan facial dan kemungkinan tidak
ada pada beberapa orang. Stippling bermacam-macam setiap umur, stippled tidak
terdapat di usia anak-anak, terlihat pada beberapa anak kira-kira usia 5 tahun, bertambah
samapi usia dewasa dan tidak bertamah pada usia tua.

Tanda-tanda gingival sehat :


1. Warna merah muda = merah jambu = light pink. Harus diingat bahwa tidak selalu
gingival yang sehat berwarna merah muda, adakalanya merah kecoklat-coklatan dan
lain-lain. Hal ini disebabka karena warna gingival sangat bervariasi disebabkan oleh
beberapa hal :
a. tebalnya gingiva
b. deerajat keratinisasi epithel
c. aliran darah (blood supply)

4
d. pigmentasi

2. Interdental papil mengisi interproximal space sampai titik kontak berbentuk sudut
yang lancip. Harus diingat bahwa pada:
1. Gigi-gigi yang renggang, tidak tampak interdental papil
2. Gigi-gigi berdesak-desak bentuk interdental papil berubah.

3. Permukaan gingival tidak rata, tapi stippled (berbintik-bintik)

4. Bagian margin tipis, tidak membengkak

5. Gingiva melekat sekali pada permukaan gigi (email, cementum) dan processus
alveolaris

6. Sulcus gingivalis tidak dalam (maksimal 3 mm)

7. Tidak ada exudates (cairan/lendir).

8. Tidak mudah berdarah.

Serat gingiva terdiri dari :


1. Gingival dental group: serabut-serabut ini terdapat antara jaringan sementum (tepat
dibawah epithelium attachment) dan gingival epitelium.
a. Serat crest alveolar (A.C)
b. Serat dento-alveolar horisontal (H.F)
c. Serat oblique
d. Apical fibers horizontal group (A.H)
e. Apical fibers vertical group (A.V)
2. Circular group
Circular band fibers (C.F)
3. Transseptal group.

2.2 TULANG ALVEOLAR.

Pengertian.
Tulang alveolar merupakan bagian maksila dan mandibula yang membentuk dan
mendukung soket gigi. Secara anatomis tidak ada batas yang jelas antara tulang alveolar
dengan maksila maupun mandibula. Bagian tulang alveolar yang membentuk dinding
soket gigi disebut alveolar proprium yang didukung oleh bagian tulang alveolar lainnya
yang dikenal dengan nama tulang alveolar pendukung. Tulang alveolar membentuk soket
yang mendukung dan melindungi akar gigi.

Pembagian tulang alveolar


Secara anatomis tulang alveolar dibagi menjadi dua bagian, yaitu alveolar proprium
dan tulang alveolar pendukung. tulang alveolar pendukung terdiri atas dua bagian yaitu
yang kompak, yang membentuk keping oral dan vestibular dan tulang spongi, terletak
diantara lempeng kortikal dan alveolar proprium. Periosteum adalah lapisan yang
menghubungkan jaringan lunak yang menutupi permukaan luar tulang yang terdiri atas

5
lapisan luar dari jaringan kolagen dan bagian dalam dari serabut elastik lempeng kortikal
oral maupun vestibular, langsung bersatu dengan maksila maupun mandibula.
Keberadaan tulang alveolar bergantung dari adanya gigi, jika gigi dicabut tulang
alveolar akan mengalami resorpsi. Jika gigi tidak erupsi, tulang alveolar tidak
berkembang.

Morfologi tulang alveolar.


Permukaan luar lempeng kortikal (cortical plate) merupakan permukaan luar tulang
alveolar pada daerah vestibular mupun oral. Bagian tulang alveolar yang berada diantara
dua gigi dikenal dengan nama septum interdental. Septum interdental ini dibentuk oleh
alveolar proprium, permukaan proksimal gigi geligi, tulang spongi dan tulang kompakta
yang berada di antara gigi serta puncaknya dibentuk oleh penyatuan alveolar proprium
maupun tulang kompakta.

Kontur Tulang alveolar


Kontur luar tulang alveolar dipengaruhi oleh susunan gigi geligi. Ini dikarenakan
kontur tulang kompakta mengikuti bentuk tonjolan akar gigi.
Pada maksila, banyak lubang-lubang halus pada permukaan luar tulang alveolarnya,
sedangkan pada mandibula lebih padat walaupun kadang-kadang dijumpai lubang-lubang
kecil. Lubang-lubang ini merupakan tempat lalunya pembuluh darah,saraf, dan pembuluh
limf.
Batas oklusal tulang alveolar di dekat leher gigi tempat alveolar proprium dan
lempeng kortikal bersatu disebut puncak tulang alveolar, margin tulang alveolar pada
daerah puncak sebelah oral maupun vestibular bentuknya membulat dan condong ke arah
gigi. Pada arah mesio-distal, margin tulang alveolar melengkung ke arah apikal.

Tebal dan posisi tulang alveolar


Umumnya ketebalan tulang alveolar pada maksila lebih tipis dari mandibula. Tulang
alveolar yang paling tebal dijumpai pada daerah premolar dan molar mandibula, terutama
pada permukaan bukal. Pada bagian depan kedua rahang, tulang alveolar sangat tipis
sehingga antara alveolar proprium dan lempeng kortikal kadang-kadang tidak dijumpai
tulang spongi.
Tebal dan posisi tulang alveolar, baik pada permukaan oral maupun vestibular
dipengaruhi oleh susunan gigi geligi, sudut percabangan akar terhadap tulang, dan
tekanan oklusal.

Septum interdental dan septum interradikuler


Septum interdental merupakan bagian tulang alveolar yang berada di antara dua gigi
yang bertetangga. Septum interdental ini di pakai sebagai dasar untuk menilai keadaan
tulang alveolar secara radiografis, baik dalam nilai kuantitatif maupun kualitatif.
Septum interradikuler merupakan bagian tulang alveolar yang berada di antara
percabangan akar gigi. Septum interradikuler ini sering dipakai untuk menilai perluasan
penyakit periodontal secara radiografis. Selain itu, septum interradikuler merupakan pusat
rotasi gigi yang berakar lebih dari satu.

6
2.3 LIGAMENTUM PERIODONTAL

Ligamentum periodontal merupakan jaringan pengikat yang mengisi ruangan antara


permukaan gigi dengan dinding soker, mengelilingi akar gigi bagian korontal dan turut
serta mendukung gingival. Kebanyakan penyakit yang mengenai ligamentum periodontal,
jika tidak dilakukan perawatan dengan baik akhirnya akan menyebabkan hilangnya gigi.

Pengertian.
Ligamentum periodontal merupakan struktur jaringan penyangga gigi yang
mengelilingi akar gigi dan melekatkannya ke tulang alveolar. Ligamentum ini
melanjutkan diri dengan jaringan ikat gingiva dan berhubungan dengan ruang sumsum
melalui kanalis vaskuler yang ada pada alveolar proprium.
Banyak sekali istilah yang diberikan pada jaringan ini, seperti membran periodontal,
perisementum, dental periosteum dan alveole dental membrane. Istilah periodontal
berasal dari kata yunani; peri artinya sekeliling dan oudous yang berarti gigi.
Fungsi dari ligamentum periodontal adalah untuk mendukung gigi, memelihara
hubungan fisiologis antara sementum dan tulang, sebagai pemasok nutrisi, fungsi formatif
atau pembentukan, dan fungsi sensori.

Serat-serat utama ligamentum periodontal.


Serat- serat utama ligamentum periodontal terdiri atas serat-serat kolagen yang
tersusun dalam bundel dan jalannya bergelombang. Ujung-ujungnya tertanam didalam
sementum dan tulang alveolar. Bagian dari serat utama yang tertanam dalam sementum
dan tulang alveolar tersebut dinamakan serat sharpey
Serat-serat utama ini tersusun menjadi beberapa group, yaitu :
1) Group transeptal.
Serat utama ini merupakan serat transisi antara serat gingiva dan serat utama
ligamentum periodontal. Serat-serat ini tetap ada walaupun terjadi penyakit dan
kerusakan tulang alveolar, dimana serat ini nantinya akan mengalami perbaikan
kembali.
2) Grup puncak alveolar.
Serat-serat ini meluas dan berjalan miring dari sementum tepat dibawah
epithelial attachment, menuju puncak tulang alveolar. Fungsi grup ini menolong
menahan gigi didalam soketnya jika ada tekanan ke arah apikal dan menahan gigi jika
ada tekanan lateral.
3) Grup horizontal
Serat-serat grup ini meluas agak tegak lurus ke sumbu panjang gigi dari
sementum ke tulang alveolar. Fungsinya sama dengan fungsi serat grup puncak
alveolar.
4) Grup obliq (serat miring)
Serat-serat ini merupakan grup yang paling besar diantara grup serat utama
ligamentum periodontal. Grup ini meluas dari sementum ke arah koronal secara
obliqua dan melekat ke tulang alveolar. Grup ini menerima tekanan yang paling besar
selama ada tekanan vertikal dan menyampaikannya berupa tarikan ke tulang alveolar.
5) Grup interradikular
Grup ini meluas dari sementum percabangan akar gigi ke puncak septum
interradikular.

7
6) Grup apikal
Grup ini menyebar dari regio apikal gigi ke tulang pad fundus soket gigi.
Susunannya tidak teratur dan tidak akan dijumpai sebelum pembentukan akar gigi
sempurna.

Suplai darah.
Suplai darah ligamentum periodontal berasal dari arteri infra- dan supra- alveolar.
Arteri ini mencapai ligamentum periodontal melalui arteri dentalis, arteri interdental-
interradikular, dan anastomosis pembuluh darah gingiva. Sebelum masuk ke foramen
apikal dentis, pembuluh darah yang akan memasok pulpa gigi, bercabang ke ligamentum
periodontal. Pembuluh interdental dan interradikular akan mengirimkan cabangnya ke
ligamentum periodontal melalui kanal-kanal yang ada di dalam tulang alveolar.

Persarafan.
Umumnya saraf pada ligamentum periodontal mengikuti jalannya pembuluh darah,
baik dari apikal maupun dari interdental dan interradikular. Ligamentum periodontal
banyak dipasok oleh saraf sensori yang mampu menyalurkan sensasi tekanan dan rasa
sakit.

Fungsi ligamentum periodontal :


1. Fungsi fisik.
Pada fungsi fisik, ligamentum periodontal dapat :
 Menyalurkan tekanan oklusal ke tulang alveolar
 Melekatkan gigi ke tulang alveolar
 Memelihara hubungan jaringan gingiva ke gigi
 Sebagai peredam tekanan
 Melindungi pembuluh darah dan saraf dari tekanan mekanik.

Dalam batas-batas fisiologis, ligamentum periodontal sanggup menerima adanya


pertambahan fungsi. Dengan adanya pertambahan fungsi ini terlihat adanya
perubahan-perubahan, yaitu lebar dan tebal ligamentum periodontal akan bertambah,
menebalnya bundel serat-serat, serta bertambahnya jumlah dan diameter serat-serat
sharpey.
Jika tekanan oklusal melebihi kemampuan ligamentum periodontalakibatnya akan
terjadi kerusakan pada ligamentum periodontal. Jika fungsi berkurang atau tidak ada
sama sekali, ligamentum periodontal akan mengalami atrofi. Ligamentum
periodontal akan menipis, bundel serat-serat utama berkurang jumlah dan
kepadatannya serta tidak teraturdan kadang-kadang sejajar dengan akar permukaan
gigi.

2. Fungsi formatif
Elemen seluler pada ligamentum periodontal berpartisipasi pada pembentukan
maupun resorpsi sementum dan tulang, yang hasilnya adalah pergeseran gigi secara
fisiologis, penyesuaian lebar periodontal terhadap tekanan oklusal, dan proses
perbaikan kerusakan. Seperti bagian jaringan periodontal lainnya, ligamentum
periodontal secara terus menerus mengalami proses pembentukan kembali.

3. Fungsi nutrisi dan sensori.


Ligamentum periodontal melalui pembuluh darahnya akan memasok nutrisi ke
sementum, tulang, dan gingiva. Persarafan ligamentum periodontal mempunyai

8
kemampuan mendeteksi dan melokalisasi tekanan yang dikenakan pada gigi dan
memegang peranan penting untuk mengontrol mekanisme neuromuskular otot-otot
pengunyahan.

2.4 SEMENTUM.

Sementum adalah bagian yang menyelimuti seluruh lapisan luar dari akar gigi, kecuali
pada bagian lubang pucuk atau ujung akar gigi yang disebut foramen apikalis.
Sementum adalah jaringan mesenchymal yang mengalami kalsifikasi dan terbentuk
sebagai lapisan luar menutupi/meneyelimuti anatomi akar gigi. Ada 2 macam bentuk
sementum yang penting yaitu : Acellular (primary) sementum dan cellular (secondary)
sementum. Keduanya terdiri dari suatu matrix interfibrilar yang mengalami kalsifikasi
dan collagen fibril.

Primary sementum (Acellular cementum) :


Adalah pertama kali terbentuk dan menutupi bagian cervical kira-kira dua pertiga
akar, tidak terdapat sel-sel dan karena itu disebut acellular. Sementum ini terbentuk
sebelum gigi mencapai oklusal plane, ketebalannya berkisar antara 30-230 m.disini
serat sharpey merupakan struktur utama, yang peran utamanya mendukung gigi. (Segera
terbentuk setelah akar terbentuk)

Sekundary sementum (cellular cementum) :


Adalah sementum terbentuk setelah gigi mencapai oklusal plane dan biasanya
terdapat sel-sel. Sementum ini menutupi bagian apical dan tempat-tempat bifurkasi dan
trifurkasi. Dibandingkan dengan sementum aseluler, sementum seluler kurang
terkalsifikasi dan hanya sedikit mengandung serat sharpey.

Selain melapisi akar gigi, sementum juga berperan didalam mengikatkan gigi ke
tulang alveolar, yaitu dengan adanya serat utama ligamentum periodontal yang tertanam
di dalam sementum ( Serat Sharpey ). Sementum ini tipis pada daerah dekat
perbatasannya dengan email dan makin menebal ke arah apeks gigi. Berdasarkan
morfologinya sementum dibagi menjadi dua tipe, yaitu sementum aseluler (sementum
primer) dan sementum seluler (Sementum sekunder).

Ada dua sumber serat kolagen pada sementum, yaitu :

 Serat Sharpey (ekstrinsik), yang merupakan bagian dari serat-serat utama ligamentum
periodontal yang terpendam pada sementum, dan dibentuk oleh fibroblas
 Serat-serat yang dimiliki oleh matriks sementum ( intrinsik ) yang dihasilkan oleh
sementoblas.

Sementogenesis.
Mula-mula sekali sementum dibentuk oleh sel-sel jaringan pengikat, hal ini tak dapat
terjadi jika dentin masih ditutupi oleh kantong tadi. Dengan adanya proses degenerasi
dan proliferasi jaringan ikat, kantong ini akan dirusak sehingga akan terjadi kontak
antara dentin dengan jaringan pengikat, (sisa-sisa epitel hertwig kita kenal dengan
sebutan sisa epitel malassez), kemudian sementum akan didepositkan ke permukaan
dentin.

9
Sebelum sementoblas terbentuk, sel-sel jaringan pengikat yang berkontak dengan
permukaan gigi berdeferensiasi menjadi sementoblas. Sel-sel ini akan membentuk
sementum secara bertahap, tahap pertama akan dihasilkan sementoid yang kemudian
akan mengalami kalsifikasi menjadi sementum.

Pertautan sementoemail.
Ada 3 kemungkinan hubungan hubungan antara sementum dan email pada pertautan
sementoemail, yaitu :
a) Sementum menutupi permukaan email
b) Ujung sementum dan ujung email bertemu satu sama lain
c) Sementum dan email tidak bertemu.
Pada keadaan yang tersebut terakhir, jika terjadi resesi gingiva dapat terjadi
hipersensitif pada daerah leher gigi karena adanya dentin yang telanjang.

Hipersementosis.
Hipersementosis merupakan penebalan dari sementum. Pada gigi yang kehilangan
antagonis, hipersementosis diduga sebagai usaha untuk menahan kecepatan erupsi gigi
yang berlebihan. Pada gigi yang mengalami sedikit iritasi periapeks karena penyakit
pulpa, hipersementosis diduga sebagai kompensasi terhadap kerusakan perlekatan fibrosa
terhadap gigi. Disini sementum didepositkan dengan jaringan periapeks yang mengalami
inflamasi.

Sementoma.
Sementoma merupakan massa sementum yang biasanya terletak dibagian apikal gigi,
dapat melekat atau tidak melekat sama sekali. Seementoma ini dianggap sebagai salah
satu neoplasma odontogenik, ataupun kelainan pembentukan pada waktu perkembangan.
Sementoma ini banyak terdapat pada wanita daripada laki-laki dan lebih banyak terdapat
pada mandibula daripada maksila. Biasanya sementoma ini tidak berbahaya, tetapi pada
beberapa kasus dapat menyebabkan perubahan bentuk rahang.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi


dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga tidak
terlepas dari soketnya. Jaringan periodontium atau jaringan penyangga gigi meliputi :
Gingiva ( merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar), Tulang alveolar
(merupakan bagian maksila dan mandibula yang membentuk dan mendukung soket gigi,
Ligamentum periodontal periodontal merupakan jaringan pengikat yang mengisi ruangan
antara permukaan gigi dengan dinding soket, mengelilingi akar gigi bagian korontal dan turut
serta mendukung gingival ), Sementum ( jaringan mesenchymal yang mengalami kalsifikasi
dan terbentuk sebagai lapisan luar menutupi/meneyelimuti anatomi akar gigi).

3.2 Saran.
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan pembaca maupun kami dapat lebih memahami
mengenai jaringan penyangga gigi. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi
pembaca dan bermanfaat bagi banyak orang. Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
menjadikan makalah ini lebih baik kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Putri, Megananda Hiranya. 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
Pendukung Gigi. Jakarta : EGC

Buku ajar Preventive Dentistry oleh drg.sri isminarti dkk

W.H.,itjingningsih. Anatomi gigi. Jakarta : EGC

12

Anda mungkin juga menyukai