Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sry Rizky

NIM : 1915201015
Matkul : Pendidikan Sosial islam

Soal:
1. Pengertian jual beli?
Jawab:
Jual beli adalah pertukaran kepemilikan
harta antara satu pihak dengan pihak
yang lain dengan ijab dan qabul sesuai
syara’

2. Rukun dan Syarat jual beli?


Jawab:
Rukun jual beli ada empat:
1) Orang yg berakad (Penjual dan pembeli)
Adapun Syarat orang yg berakad: Berakal dan Orang yg melakukan akad itu adalah orang
yang berbeda.Maksudnya, seseorang tidak dapat bertindak sebagai pembeli dan penjual
dalam waktu yg bersamaan.
2) Sighat (lafal ijab dan kabul)
Syarat yg terkait dengan ijab Kabul:
a) Orang yg mengucapkannya telah akil baligh dan berakal.
b) Kabul sesuai dengan ijab
c) Ijab dan kabul dilakukan dalam satu majlis.
(3) Benda-benda yg diperjualbelikan
Syarat yg diperjual belikan: barang itu ada, atau tidak ada di tempat, ttp pihak penjual
menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan brg itu dan dapat dimanfaatkan atau
bermanfaat bagi manusia. Jelas org yg memiliki barang tersebut dan Dapat diserahkan pada
saat akad berlangsung, atau pada waktu yg telah disepakati bersama
ketika akad berlangsung

Syarat Jual Beli dalam Islam Selengkapnya


Di atas telah dijelaskan rukun jual beli dalam islam yang harus ada. Selanjutnya akan
dibahas dengan lebih terperinci apa mengenai poin-poin di atas. Di bawah ini merupakan
syarat jual beli dalam Islam selengkapnya.

1. Kesepakatan Bersama
Suatu tindakan jual beli sah dengan syarat harus ada kesepakatan bersama. Hal ini
berdasarkan surat An-Nisa ayat 29 yang berbunyi:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu."
Di zaman modern ini, memerlukan tafsiran yang lebih luas mengenai kesepakatan bersama
ini. Contoh kasusnya, Anda ingin membeli minuman bersoda dari mesin.
Tentunya hal ini sangat berbeda dengan transaksi jual beli yang umumnya terjadi antara dua
orang manusia. Apakah transaksi itu sah menurut Islam?
Untuk menjawab pertanyaan ini, berikut ini ada tiga pendapat dari para ulama mengenai
kesepakatan bersama:
Kesepakatan bersama hanya dapat diungkapkan melalui kata-kata yang kita ketahui
sebagai ijab kabul.
Kesepakatan bersama harus diungkapkan melalui kata-kata dan dapat diungkapkan melalui
tindakan yang telah biasa dilakukan. Selain melalui kata-kata, syarat jual beli dapat dipenuhi
melalui sikap yang menandakan kesepakatan. Contohnya Anda membeli air minum botolan
dan penjual tidak berbicara apa-apa selama transaksi. Jual beli ini tetap sah dalam Islam.
Kesepakatan bersama dapat dicapai oleh apa pun yang menunjukannya, baik itu melalui
kata-kata atau sikap.
Kesimpulannya, transaksi jual beli menjadi sah ketika dapat memenuhi salah satu dari tiga
poin syarat syarat jual beli dalam Islam di atas yang telah dikaji dan dikemukakan para
ulama dan pelajar ilmu fikih.

2. Penggunaan Akal Sehat


Transaksi jual beli dalam Islam wajib dilakukan oleh dua pihak yang sehat secara akal dan
melihat konteks transaksi.
Contoh kasus yang bisa dikatakan tidak sah berdasarkan aspek akal sehat adalah ketika
pihak penjual merupakan seorang anak kecil yang berlaku di luar kuasanya.
Jika anak kecil ini tiba-tiba menjual mobil ayahnya tanpa sepengetahuan, maka jual beli
tidak sah. Beda ceritanya dengan contoh lain ketika ada seorang anak kecil yang menjaga
toko milik orangtuanya. Tidak ada salahnya jika anak kecil tersebut menjual barang
dagangannya pada Anda.
Kembali lagi pada kasus transaksi jual beli dengan mesin. Bagaimana kita dapat mengukur
aspek akal sehat dalam pertukaran demikian ketika kita melakukan transaksi dengan mesin?
Jawabannya adalah kita jangan melihat mesin tersebut sebagai pihak penjual. Pihak penjual
dalam contoh ini ialah perusahaan yang menggunakan mesin itu sebagai metode
pembayaran. Jual beli tersebut tetaplah sah.

4. Barang yang Diperjualbelikan Harus Dimiliki Penjual


Poin ini melarang jual beli dimana seorang penjual menjanjikan barang yang sebenarnya
tidak dimilikinya.
Misalnya ada dua orang yang sedang mengobrol, sebut si A dan B. A ingin membeli mobil
dari teman B, sebut saja si C. Lalu B menjanjikan bahwa dia dapat membantu A membeli
mobil milik C. A dan B melakukan ijab kabul. Selanjutnya B membeli mobil C dan
menjualnya kepada A.
Transaksi ini tidak sah dalam Islam karena B sebenarnya belum memiliki mobil tersebut
ketika mereka melakukan serah terima. Bisa saja C menolak untuk menjual mobilnya
kepada B, maka B tidak bisa memenuhi transaksinya pada A.

5. Pihak Penjual Harus Bisa Menyerahkan Barang pada Pembeli


Poin ini dalam syarat-syarat jual beli merupakan sesuatu yang sifatnya mendasar. Jual beli
tidak sah jika barang yang diperjualbelikan tidak dapat diserahkan kepada pembeli.
Contohnya, menjual burung yang masih terbang di langit atau menjual barang yang tidak
dapat diambil karena barang berada di zona yang sedang diisolasi karena wabah penyakit.
6. Harga Barang Harus Diketahui
Informasi harga dari barang atau jasa yang dijual harus disampaikan dan diketahui oleh
pihak pembeli baik itu dengan cara diperlihatkan atau melalui penjelasan.

7. Barangnya Harus Diketahui


Informasi tentang kondisi barang dapat diketahui melalui cara dilihat langsung atau melalui
deskripsi, dan audio-visual. Pembeli tetap dapat menolak melanjutkan transaksi jika
komoditas yang dilihatnya ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya.

3. Bentuk bentuk jual beli?


Jawab:
1. Jual beli benda yang kelihatan.
Jual beli benda yang kelihatan wujudnya ialah pada waktu melakukan akad jual beli benda
atau barang yang
diperjualbelikan tersebut ada ditempat
akad. Hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak dan boleh dilakukan, seperti membeli beras
dipasar.
2. Jual beli benda yang hanya disebutkan sifat-sifatnya dalam janji.
Jual beli benda yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli Salām
(pesanan) . menurut kebiasaan para pedagang, Salām adalah untuk jual beli tidak tunai
(kontan), Salām pada awalnya berarti meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang
dengan harga tertentu, maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barang-barangnya
ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika
akad.
3. Jual beli benda yang tidak sah.
• Jual beli benda yang tidak sah yaitu jual beli yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah
jual beli yang dilarang oleh agama Islam karena, barangnya tidak tentu atau masih gelap
sehingga dikhawatirkan barang
tersebut diperoleh dari curian atau barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan
kerugian salah satu pihak.

Anda mungkin juga menyukai