Anda di halaman 1dari 21

REDESAIN SISTEM

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN


September 2021

Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan


Kementerian PPN/Bappenas
OUTLINE

1 Tantangan Perencanaan & Penganggaran


Pendahuluan

2 Perencanaan Jangka Menengah & Pendek


Tantangan Perencanaan

3 Integrasi Perencanaan
Sistem Pendukung RSPPdan Penganggaran

4 Integrasi
Rencana Pendanaan
Kedepan
2
PENDAHULUAN

3
POKOK PIKIRAN PP 17/2017
RKP MEMUAT INTEGRASI KEBIJAKAN DAN PENDANAAN (belanja
K/L, Non K/L, Transfer Daerah dan Dana Desa, BUMN, KPBU)

PRIORITAS PEMBANGUNAN disusun dan dikendalikan hingga proyek


dan lokus yang jelas. (“kembali ke Proyek”)

BAPPENAS DAN KEMKEU bersama-sama mengalokasikan anggaran

MEMPERKUAT PENGENDALIAN melalui berbagi data & system informasi


perencanaan dan penganggaran untuk tahun yang direncanakan maupun
4
pelaksanaan
Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan
LATAR BELAKANG
KONDISI PROGRAM & KEGIATAN Kebutuhan Implementasi Money Follow Program

• Eksisting Program mencerminkan tugas fungsi UKE I Program mencerminkan tugas


menyebabkan Program tidak konvergen (resiko tumpang fungsi K/L
tindih)
• Banyaknya jumlah program dan belum adanya mekanisme
Sasaran program (Outcome)
koordinasi dan integrasi menyebabkan pencapaian kinerja
mencerminkan hasil kinerja
tidak optimal
program nasional
• Rumusan Nomenklatur Program kurang jelas dan belum
Kegiatan merupakan pengorganisasian
berorientasi pada hasil → Publik sulit memahami informasi
keluaran (output) yang berorientasi pada
pembangunan hasil (pencapaian sasaran pembangunan)
• Perbedaan pada dokumen perencanaan dan penganggaran→
Output mencerminkan “real work” dan
menyulitkan pengendalian program
merupakan produk akhir dari pelaksanaan
• Output tidak konkret ( belum jelas fokus & lokus) Kegiatan

• Ketidaksinkronan Program Belanja Pusat dan Belanja Daerah


5
TUJUAN
HARAPAN TERHADAP RSPP KUALITAS BELANJA K/L MENINGKAT
Mewujudkan implementasi money follow Program dan (penyelesaian isu pembangunan)
pendekatan Tematis Holistik Integratif & Spasial (THIS)
Integrasi kebijakan, program & belanja yang melibatkan
banyak K/L lebih terlihat
informasi kinerja perencanaan dan penganggaran yang PRIORITAS TUSI
mudah dipahami oleh publik (Penyelesaian Isu PEMERINTAH
Pembangunan) (dilaksanakan K/L)
Meningkatnya fokus pada kualitas pembangunan
Pencapaian sasaran pembangunan melalui belanja K/L
LAYANAN OPERASIONAL
tetap efisien INTERNAL Gaji & perkantoran
Mempertajam penuangan proyek/output pembangunan
secara detail dan jelas fokus dan lokusnya
Sinergi antara perencanaan dan penganggaran bisa
dilakukan lebih efisien dan terukur
Mewujudkan keterkaitan dan keselarasan antara Visi Misi
struktur data pada Rencana Kerja K/L (Renja K/L) dan
Presiden, Agenda dan fokus Pembangunan dengan Tugas
Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA K/L) lebih
“nyambung” dan Fungsi Kementerian/Lembaga
6
PRINSIP DESAIN
STRUKTUR RENJA K/L
SEMULA MENJADI
01
PROGRAM PROGRAM Desain telah ACUAN RESTRUKTURASI
(Non-Lintas & Lintas) mengadopsi Program PROGRAM K/L*
Lintas dan Kegiatan
• Visi-Misi Presiden tertuang
KEGIATAN KEGIATAN Lintas*
dalam rangka 7 Agenda
(Non-Lintas & Lintas)
02 Pembangunan RPJMN
Area Standarisasi Tahun 2020-2024
OUTPUT KRO Output
(Kelompok Rincian Output)
(dituangkan dalam • Tugas dan Fungsi K/L
SEB Pedoman RSPP) sesuai dengan peraturan
SUB OUTPUT RO perundang-undangan yang
(Rincian Output)
03 Perkuatan terkait
Pengendalian
KOMPONEN LOKUS & KOMPONEN Pembangunan
(Tahapan /input)
“Proyek”
01. PROGRAM & KEGIATAN LINTAS
PROGRAM K/L: Meningkatkan konvergensi pencapaian sasaran pembangunan
Rumusan program disusun dengan mengacu pada outcome Kegiatan Lintas*
UKE A
pembangunan yang dicapai
UKE B
Program Lintas K/L
PROGRAM LINTAS: Kementerian/
Kegiatan Spesifik
Program Lintas UKE I UKE X
▪ Program Lintas UKE I adalah Program yang bersifat Lembaga (Non-Lintas K/L)
lintas antar unit kerja eselon I dalam 1 (satu)
kementerian/lembaga yang sama. Program Spesifik

▪ Program Lintas K/L adalah Program yang bersifat (Non-Lintas K/L) Kegiatan Lintas*
UKE A
lintas antar kementerian/lembaga
UKE B

KEGIATAN LINTAS Kegiatan Spesifik


“adalah Kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh 2 (dua) UKE X
atau lebih unit kerja eselon II dan/atau satuan kerja”
Catatan:
Implementasi Kegiatan
SEBELUM Awal RSPP (SAAT INI)
HASIL: RSPP
lintas eselon II, untuk
kegiatan yang saling
86 K/L, terkoneksi sehingga
PROGRAM 428 102 235 meningkatkan sinergi
289 ESELON 1 dalam mencapai sasaran 88
KEGIATAN 3209 2713 2587 kegiatan
02. STANDARISASI OUTPUT (KRO – RO)
GAMBARAN KRO-RO
KODE KODE
KLASIFIKASI RINCIAN OUTPUT (KRO) JUMLAH Jumlah
Kode Nama Grup KRO N- KRO
KRO RO
PRIO PRIO
” KRO merupakan pengelompokan/ 1 Kerangka Regulasi A P 54 4.918
mengklasifikasikan kebijakan/intervensi 2 Kerangka Pelayanan Umum B Q 73 5.083
yang dilaksanakan pemerintah di setiap K/L.
3 Kerangka Investasi Fisik C R 73 3.509
Kerangka Investasi SDM dan Sosial
4 D S 30
Ekonoomi 1.784
Administrasi Pemerintahan
5 E T 4
Internal K/L 5.236
RINCIAN OUTPUT(RO) Administrasi Pemerintahan
6 internal Pemerintahan (antar KL F U 15
” RO menunjukkan proyek/output dari suatu dan antar Pem Pusat Daerah) 1.693
kegiatan pembangunan yang jelas fokus dan Grand Total 249 22.223
lokusnya sesuai RPJMN & RKP.

“Konsep KRO-RO memberikan analisis cepat terkait


jenis intervensi pemerintah (regulasi, investasi, atau
pelayanan umum)” 9
03. LOKUS (LOKASI RO)
LOKASI RO (LOKUS)
“Lokasi dihasilkannya RO dan/atau penerima manfaat RO (Lokus) dari suatu pelaksanaan Kegiatan yang dapat
berupa lokasi administrative (kabupaten/kota & provinsi), dan/atau lokasi khusus lainnya”

Contoh :
Lokasi wilayah administratif Merujuk pada Provinsi : Jawa Tengah
kabupaten/kota Kabupaten : Wonosobo
Lokus : Kab. Wonosobo
Lokasi

Merujuk pada referensi Contoh :


Lokasi khusus Provinsi : Jawa Tengah
rincian spesifik lokasi RO
Kabupaten : Magelang
Lokus : Jalan Keprekan
- Borobudur

Pengembangan kedepan:
Untuk memudahkan penelusuran penyedia layanan barang/jasa Lokus akan dikaitkan dengan satuan
kerja yang terhubung dengan rkakl

10
TANTANGAN PERENCANAAN

11
TANTANGAN
Proyek K/L di RPJMN mengalami kondisi Diadopsi (diterapkan), Ditajamkan (digabung dan/atau dirinci),dan/atau
Dimutakhirkan (dihilangkan/diganti) di berbagai tahapan RKP, Renja dan RKA K/L.
1 2 3 4
Matriks K/L Matriks K/L RKP RENJA K/L RKA K/L
RPJMN (Lamp B) (Krisna) (DJA)

PROYEK DIADOPSI PROYEK DIADOPSI PROYEK DIADOPSI PROYEK

PROYEK
(NON PRIO)
PROYEK DIRINCI PROYEK DIRINCI PROYEK
PROYEK PROYEK
PROYEK PROYEK

PROYEK DIGABUNG PROYEK DIGABUNG PROYEK


PROYEK PROYEK(hapus) PROYEK(hapus)
PROYEK
PROYEK PROYEK(hapus)
PROYEK DIGANTI PROYEK(hapus) DIGANTI (NON PRIO)
DIGANTI
PROYEK(hapus) PROYEK (baru)*
PROYEK (baru)
* Tidak menggunakan
PROYEK (baru) referensi Krisna

Catatan : Proyek di RPJMN dapat dimutakhirkan RKP


TANTANGAN
POTENSI DEVIASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Rencana Pembangunan berpotensi mengalami deviasi (Alokasi, Sasaran, dan Lokus)
disetiap tahapan, jika tanpa koordinasi dan pengendalian yang kuat

2. Program Pembangunan tidak terintegrasi


Contoh :

1. Bandara Kualanamu semula direncanakan dibangun selama 5 tahun


dengan anggaran Rp. 2,05 Triliun. Perubahan rencana dan alokasi
anggaran menyebabkan pembangunan tertunda menjadi 7 tahun.

2. Pembangunan Kapal semula ditargetkan dalam RKP 2017 dibangun


2.500 Kapal dengan alokasi Rp. 1,1 T, berubah menjadi 1.080 kapal
dengan alokasi Rp. 618,6 M.

13
TANTANGAN
LOKUS SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN

Program Pembangunan tidak terintegrasi


Berpotensi melebarkan ketimpangan dan tidak efektif untuk pertumbuhan.
Contoh :
1. Bendungan Lhok Guci (selesai tahun 2008) belum dapat
dimanfaatkan untuk irigasi karena saluran irigasi primer dan
sekunder tidak dibangun (Kunjungan Presiden di Aceh (2015))
2. Pembangunan Papua hanya terkonsentrasi di Kab/Kota
tertentu, dikarenakan K/L cenderung memilih lokasi yang
mudah untuk implementasi kegiatan, contoh :
46% anggaran K/L tahun 2016 di Prov. Papua terkonsentrasi di
5 Kab/Kota dari total 29 Kab/Kota yang ada (Kab. Merauke,
Keerom, Jayapura, Nabire, dan Biak Numfor)
Sesuai dengan amanat PP 17/017, prioritas pembangunan (Review Bappenas terhadap program pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat tahun 2016)
disusun dan dikendalikan hingga proyek dan lokus yang jelas
“Proyek”. Hal ini mendorong dibutuhkannya lokus dalam
14
perencanaan-penganggaran
SISTEM PENDUKUNG RSPP

15
INTEGRASI MELALUI SISTEM KRISNA
Sistem Informasi Krisna merupakan sistem yang kompatible dan terintegrasi untuk
mendukung pelaksanaan RSPP

Renja KL RKP DAK (Pemda)

(Krisna Renja) (Krisna RKP) (Krisna DAK)


Rincian Output KL Prioritas Nasional Menu
(Tagging PN-PP-KP-ProP Program Prioritas Kegiatan/Output
dan Major Project) (Tagging PN-PP-KP dan
Kegiatan Prioritas
Major Project)
Proyek Prioritas

KPBU
Swasta
16
Dukungan Belanja K/L, DAK dan KPBU/Swasta untuk pencapaian Prioritas Nasional diintegrasikan
melalui system Krisna
INTERKONEKSI KRISNA-SAKTI
PENUANGAN PRIORITAS RKP KESINAMBUNGAN
01 02
DI KRISNA RENJA KRISNA RENJA - SAKTI RKA KL
Permasalahan
Permasalahan ─ Data renja KL yang ditarik ke RKA KL hanya nomenklatur. Target, pagu
Prioritas RKP ditagging oleh KL dengan kontrol yang cenderung dan lokasi diinput ulang KL. Lokasi Proyek belum ada pada RKA-KL
lemah (disebabkan kapasitas, tidak fokus dan waktu yang singkat)

Langkah perbaikan
a. Proyek di RKP di standarisasi pada level rincian output/lokasi
rincian output
b. Menggunakan Lampiran B (Proyek Prioritas) sebagai
referensi prioritas
c. Identifikasi Prioritas (KRO-RO/Proyek) dilakukan oleh Langkah perbaikan
Bappenas. K/L dapat mengusulkan/mengkonfirmasi a. Data Renja KL ditarik sepenuhnya (prioritas/proyek RKP, target, pagu
prioritas. Pembahasan di lakukan di Trilateral Meeting dan lokasi RO)
b. Bappenas dapat “memberi catatan” untuk deviasi yang tidak disetujui
Dampak
Dampak
a. Bappenas dapat mengetahui deviasi yang terjadi
a. Bappenas dapat mengetahui deviasi yang terjadi
b. Pembahasan trilateral meeting lebih focus yaitu
membahas deviasi yang terjadi b. KL tidak “kerja dua kali” 17

c. Kepatuhan KL dalam mengamankan prioritas


RENCANA KEDEPAN

18
INTEGRASI SISTEM INFORMASI PERENCANAAN-PENGANGGARAN

• Telah dilakukan kesepahaman bersama antara Bappenas dan Kemenkeu yang dituangkan dalam MOU terkait Integrasi Sistem
Perencanaan – Penganggaran yang kemudian akan dilanjutkan secara teknis melalui Perjanjian Kerja Sama.

• Pelaksaan Integrasi terbagi menjadi dua tahap yaitu :

TAHAP 1: Penyusunan RKP dan APBN TA 2022


KRISNA Renja dan SAKTI RKA K/L digunakan
sesuai tahapan (bergantian).
Memperkuat akses dan pertukaran data untuk
kedua belah pihak
KRISNA RENJA KL SAKTI RKA KL

Sistem terintegrasi yang dikelola bersama untuk semua


TAHAP 2: Penyusunan RKP dan APBN TA 2023 proses perencanaan dan penganggaran (Renja K/L dan
RKA K/L) dalam satu lingkungan pengembangan sistem
bersama berbasis data terpadu.
Penyederhanaan agenda dengan aturan yang
dikembangkan bersama.
SISTEM TERPADU
Tingkat kedetailan data yang dikendalikan hingga lokus
19
dapat disesuaikan dengan tahapan proses
INTEGRASI PUSAT-DAERAH

RSPP saat ini masih diterapkan untuk Pemerintah Pusat antar K/L.
Ke depan perlu penerapan RSPP untuk sinkronisasi Pusat dan Daerah
dengan beberapa upaya:

Keselarasan Peraturan Perencanaan dan


Penganggaran Pusat dan Daerah (a.l Peraturan
terkait Bagan Akun Standar Daerah);

Integrasi Sistem Pusat dan Daerah (KRISNA – SIPD);

Database Perencanaan Pusat dan Daerah; dll.

20
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai