Anda di halaman 1dari 2

Skabies atau kudis merupakan penyakit kulit dengan prevalensi yang tinggi di

negara tropis khususnya Indonesia, hal ini berhubungan dengan kebiasaan bebagi kamar
dan alat pembersih pribadi yang lumrah di kalangan masyarakat Indonesia. Scabies
disebabkan infestasi dan sensitiasi oleh Sarcoptes scabiei var hominis. Transmisi skabies
dapat melalui kontak langsung seperti bersentuhan badan atau melalui kontak tidak
langsung seperti menggunakan pakaian bersama atau tidur di kasur yang sama. Penyakit
skabies ini sering ditemukan di lingkungan seperti asrama, tempat penitipan anak, dan
panti jompo. Menifestasi klinis yang dapat ditimbulkan oleh skabies antara lain seperti
prutitus yang bersifat intens, menyeluruh dan memburuk saat malam hari. Kemudian
terdapat lesi kulit berupa papul eritematus terutama di daerah seperti antar ruas jari,
periumbilkal, genital. kepala, telapak kaki, dan pada daerah lipatan tubuh. Papul
berukuran kecil dengan krusta hemoragik pada bagian atas.
Patognomonik penyakit skabies adalah terbentuknya terowongan intradermal
berwarna putih keabu-abuan berupa garis linear atau serpiginus dengan panjang 0.5 – 1
cm, dan terdapat vesikel di ujung terowongan, namun terkadang sulit dilihat karena
adanya ekskoriasi dan infeksi sekunder. Terowongan umumnya terbentuk pada area
tubuh yang tidak terdapat folikel rambut seperti pada stratum korneum yang lembut dan
tipis. Infeksi sekunder terjadi apabila kebersihan tubuh tidak terjaga. Diagnosis penyakit
skabies dicurigahi pada pasien dengan keluhan gatal menyeluruh dan meningkat saat
malam., penemuan klinis dan riwayat kontaminasi. Hingga saat ini penyakit scabies
masih banyak ditemui di masyarakat, kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
mengenai penyakit scabies dan higeanitas menyebabkan penyakit ini sulih untuk dicegah
dan diobati.

Anamnesis dilakukan pada tanggal 7 Agustus 2021 di poli umum Puskesmas


Singkawang Selatan II. Pasien laki-laki usia 7 tahun dengan berat badan 30kg datang
dengan keluhan gatal-gatal terutama pada malam hari. Pasien tidur dengan kakak pasien
yang memiliki keluhan yang sama. Pada pemeriksaan TTV, nadi 95x/menit, RR
20x/menit, SpO2 98% spontan. Pada pemeriksaan fisik area manus, abdomen, dan pelvis
ditemukan kunikula dengan ujung vesikopapula dan eskoriasi. Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik maka diagnosis pasien adalah scabies.
Terapi farmakologis utama scabies adalah penggunaan Permetrin 5%, salep
diberikana setelah pasien mandi, dan diberikan pada seluruh tubuh kecuali area muka.
Salep diberikan selama 8 jam, setelah 8 jam pasien dapat mandi. Pengobatan dapat
diulang 1 minggu kemudian. Terapi tambahan dapat berupa pemberian antihitasmin
seperti Chlorpeniramine 3x4mg untuk mengurangi keluhan gatal, dan apabila terdapat
infeksi sekunder dapat diberikan salep antibiotik. Terapi non farmakologis meliputi
edukasi untuk mencuci pakaian sehari-hari dan sprey tempat tidur dengan air panas.

Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan upaya pengobatan dilakukan pada tanggal 7


Agustus 2021 di poli umum Puskesmas Singkawang Selatan II. Sebelum itu terlebih
dahulu meminta persetujuan pasien. Upaya pengobatan dilakukan setelah anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang mendukung diagnosis yaitu keluhan gatal-gatal pada area tangan,
perut, dan selakangan terutama pada malam hari dan kakak pasien yang tidur sekamar
dengan pasien memiliki keluhan yang sama, serta eflorosensi kulit yang ditemukan yaitu
kunikula dengan ujung vesikopapular dengan eskoriasi. Upaya pengobatan yang
diberikan kepada pasien adalah salep Permetrin 5% 1x selama 8 jam diulangi 1 minggu
kemudian, salep gentamisin 3x1, dan Chlorpeniramine 3x2mg. Pasien juga diedukasi
untuk mencuci pakaian dan sprey tempat tidur menggunakan air panas, dan membawa
anggota keluarga dengan keluhan yang sama untuk berobat.

Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu kemudian, kemudian akan dinilai apakah
keluhan pasien telah membaik dan memeriksa lesi kulit apakah sudah terdapat perbaikan.
Menanyakan pasien mengenai cara pemakaian obat dan menanyakan apakah ketersediaan
obat masih cukup. Edukasi pasien mengenai modifikasi gaya hidup dan higienitas dan
pentingnya memisahkan barang-barang pribadi seperti handuk dan pakaian. Jika keluhan
pasien semakin memberat maka dapat dirujuk ke dokter spesialis kulit.

Anda mungkin juga menyukai