Anda di halaman 1dari 62

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK

KELAS X SMA NEGERI 1 GEDONGTATAAN


PADA MATERI EKOSISTEM

(Skripsi)

Oleh
Puspita Diah Palupi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
ii

ABSTRAK

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK


KELAS X SMA NEGERI 1 GEDONGTATAAN
PADA MATERI EKOSISTEM

Oleh

PUSPITA DIAH PALUPI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan berpikir kreatif peserta

didik kelas X SMA Negeri 1 Gedongtataan pada materi ekosistem. Desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Sampel dalam penelitian diambil sebesar 30% dari populasi yang diwakilkan oleh

kelas X IPA 1 dan X IPA 2, yang dipilih melalui teknik purposive sampling.

Pengumpulan data dilakukan secara daring melalui WhatsApp group dengan

menggunakan intrumen berupa tes uraian yang telah di uji validitas. Berdasarkan

hasil penelitian dan analisis deskriptif diperoleh bahwa kemampuan berpikir

kreatif peserta didik dengan kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan

sangat rendah secara berturut-turut adalah 13,43%, 23,88%, 44,78%, 13,43%, dan

4,48%. Kategori kemampuan berpikir kreatif yang dominan adalah kategori

sedang. Selanjutnya berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif, peserta

didik kelas X di SMA Negeri 1 Gedongtataan termasuk ke dalam kategori sedang

ii
Puspita Diah Palupi

dengan nilai rata-rata persentase sebesar 60,4%. Indikator kemampuan berpikir

kreatif yang nilai persentasenya berkategori tinggi adalah indikator originality dan

evaluation, sedangkan indikator kemampuan berpikir kreatif yang nilai

persentasenya berkategori sedang adalah fluency, flexibility dan elaboration.

Kata kunci: kemampuan berpikir kreatif, ekosistem, sekolah menengah atas

iii
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK
KELAS X SMA NEGERI 1 GEDONGTATAAN
PADA MATERI EKOSISTEM

Oleh

Puspita Diah Palupi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi


Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021

iv
v
vi
vii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 14 Maret

1999. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dari

pasangan Bapak Barunta (alm) dan Ibu Titin Kartini. Penulis

beralamat di Sukaraja 7, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan

Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran, Lampung.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Sukaraja

Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran pada tahun 2010. Pada tahun

2013, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1

Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Selanjutnya, penulis menyelesaikan pendidikan

menengah atas di SMA Negeri 1 Gadingrejo pada tahun 2016.

Pada tahun 2016, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui

jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Pada tahun 2018 penulis

mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Kemudian pada tahun 2019, penulis

melaksanakan praktik mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di

SMA Negeri 1 Kasui dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kelurahan Kasui Pasar

Kecamatan Kasui, Kabupaten Way Kanan. Penulis pernah mengikuti organisasi

kampus yakni HIMASAKTA dan FORMANDIBULA Unila.

viii
MOTTO

“Barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang baik, niscaya dia


akan memperoleh bagian dari (pahala)nya. Dan barangsiapa memberi pertolongan
dengan pertolongan yang buruk, niscaya dia akan memikul bagian dari (dosa)nya.
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”
(Q.S An-Nisa: 85)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”


(Q.S Al-Insyirah: 5)

“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan
sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan
diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan
sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu)”
(Q.S An-Najm: 39-42)

“Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).


Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
(Q.S Ar-Rahman: 60-61)

ix
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil ‘Aalamiin Segala puji untuk Mu ya Rabb atas rahmat,


rezeki, dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Teriring doa, rasa syukur
dan dengan kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda
cinta, kasih sayang dan baktiku kepada:

Ibuku Tercinta (Titin Kartini)


yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kesabaran, kasih sayang,
dan tak pernah bosan menyemangatiku, serta tak pernah lelah menengadahkan
tangan dalam tiap sujud malamnya untuk mendoakanku.

Ayahku Tercinta (Barunta, alm)


yang telah menjadi sosok ayah yang sangat aku kagumi, telah membesarkan dan
mendidikku dengan penuh kasih sayang, menjadi contoh setiap langkahku dalam
hidup bermasyarakat, dan selalu mendukungku dalam menggapai cita-cita.

Kakakku Tersayang (Restu Fristady dan Pandu Galih Prakoso)


yang telah menjadi sumber inspirasiku, selalu mengkhawatirkanku, menyayangi
dan memberikan doa serta selalu menemaniku saat senang atau pun sedih,
pemberi semangat dalam menggapai cita-cita dan harapan.

Almamater Universitas Lampung tercinta

x
SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif

Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Gedongtataan Pada Materi Ekosistem”,

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi di

FKIP Universitas Lampung.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

FKIP Universitas Lampung.

3. Ibu Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed., selaku Pembimbing Akademik

dan Pembimbing I yang telah sabar membimbing, memberi nasihat, motivasi

dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

xi
5. Ibu Dr. Dina Maulina, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah sabar

membimbing, memberi nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Pramudiyanti, M.Si., yang telah bersedia menjadi pembahas, memberi

nasihat, sumbangan pemikiran dan sabar menghadapi kekurangan penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan

Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lampung, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

8. Kepala sekolah, dewan guru, staf dan peserta didik di SMA Negeri 1

Gedongtataan yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

9. Rekan-rekan Pendidikan Biologi (Angkatan 2016 A dan B, kakak dan adik

tingkat) terimakasih atas kebersamaan dan kenangan yang telah kalian

berikan selama penulis menempuh studi.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan

pahala dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Aamiin.

Bandar Lampung, 12 Januari 2021

Penulis,

Puspita Diah Palupi

xii
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii


DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv
DAFTAR TABEL..................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 9
E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Analisis ........................................................................ 11
B. Berpikir Kreatif .............................................................................. 12
C. Indikator Berpikir Kreatif .............................................................. 14
D. Alat Ukur Tes ................................................................................ 16
E. Materi Ekosistem ........................................................................... 18
F. Kerangka Pikir ............................................................................... 26

III. METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 28
B. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 28

xiii
C. Desain Penelitian ............................................................................ 29
D. Prosedur Penelitian ......................................................................... 30
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. 31
F. Teknik Analisis Instrumen ............................................................. 32
G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ............................................................................. 38
B. Pembahasan ................................................................................... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ....................................................................................... 63
B. Saran .............................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 65


LAMPIRAN ............................................................................................. 71

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Silabus ............................................................................................ 73

B. Instrumen Penelitian
B.1 Kisi-Kisi Indikator Tes ................................................................... 76
B.2 Kisi-Kisi Soal Tes . ......................................................................... 77
B.3 Rubrik Penskoran Soal ................................................................... 90
B.4 Soal Tes .......................................................................................... 101

C. Analisis Data
C.1 Tabel Analisis Hasil Tes ................................................................. 105
C.2 Rekapitulasi Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif ..................... 109
C.3 Rekapitulasi Pencapaian Indikator ................................................. 110
C.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................ 111
C.5 Uji Instrumen Anates ...................................................................... 112

D. Lain-Lain
D.1 Surat Izin Penelitian ....................................................................... 118
D.2 Surat Keterangan Penelitian ........................................................... 119

xv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif .............................................. 14


2.2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ............................................. 18
2.3. Keluasan dan Kedalaman Materi ........................................................ 18
3.1. Koefisien Validitas Butir Soal ............................................................ 33
3.2. Hasil Validitas Instrumen Soal............................................................ 33
3.3. Koefisien Reliabilitas Butir Soal......................................................... 34
3.4. Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal.......................................................... 34
3.5. Kategori Penilaian Berpikir Kreatif .................................................... 36
3.6. Kategori Penilaian Ketercapaian Indikator Berpikir Kreatif .............. 36
4.1. Persentase Peserta Didik Pada Kategori Kemampuan Berpikir
Kreatif ................................................................................................. 39
4.2. Persentase Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ...... 40

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1. Cuplikan soal pada indikator fluency .................................................. 43


4.2. Contoh jawaban peserta didik pada indikator fluency
(soal nomor 2) .................................................................................... 43
4.3. Contoh jawaban peserta didik pada indikator fluency
(soal nomor 2) .................................................................................... 44
4.4. Cuplikan soal pada indikator flexibility .............................................. 47
4.5. Contoh jawaban peserta didik pada indikator flexibility
(soal nomor 8) .................................................................................... 47
4.6. Contoh jawaban peserta didik pada indikator flexibility
(soal nomor 8) .................................................................................... 48
4.7. Cuplikan soal pada indikator originality ............................................. 50
4.8. Contoh jawaban peserta didik pada indikator originality
(soal nomor 10) .................................................................................. 51
4.9. Contoh jawaban peserta didik pada indikator originality
(soal nomor 10) .................................................................................. 51
4.10. Cuplikan soal pada indikator elaboration ......................................... 54
4.11. Contoh jawaban peserta didik pada indikator elaboration
(soal nomor 5) .................................................................................. 55
4.12. Contoh jawaban peserta didik pada indikator elaboration
(soal nomor 5) .................................................................................. 55
4.13. Cuplikan soal pada indikator evaluation ........................................... 57
4.14. Contoh jawaban peserta didik pada indikator evaluation
(soal nomor 6) .................................................................................. 58
4.15. Contoh jawaban peserta didik pada indikator evaluation
(soal nomor 6) .................................................................................. 58

xvii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persaingan antar negara dalam berbagai bidang kehidupan pada abad 21

sangat kompetitif. Kehidupan saat ini dihadapkan pada tuntutan akan

pentingnya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sehingga

mampu berkompetisi dalam menjalani hidup. Melalui berbagai sektor, negara

menghimpun dan mempersiapkan diri guna membangun potensi yang

dimiliki tiap warga negara, salah satunya melalui sektor pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu solusi dengan tujuan dan pelaksanaan yang

disesuaikan dengan kurikulum dan aturan perundang-undangan. Diharapkan,

melalui kualitas pendidikan yang baik, akan terlahir sumber daya manusia

dengan potensi-potensi maksimal yang mampu bersaing dan mengangkat

martabat bangsa (Wijaya, 2016: 263-265).

Dalam upaya pengembangan potensi generasi bangsa, diperlukan suatu

rancangan pendidikan yang memenuhi standar nasional pendidikan. Standar

nasional pendidikan tersebut diperlukan sebagai acuan dalam pengembangan

kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan dan

pembiayaan. Dengan upaya tersebut, diharapkan salah satu tujuan nasional

Republik Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, dapat


2

terealisasikan (Alawiyah, 2017: 81-82). Untuk mewujudkan tujuan itu,

diperlukan peran serta semua pihak yang terlibat di dalamnya, baik

pemerintah, sekolah, guru, peserta didik, orang tua peserta didik dan

masyarakat. Dari semua pihak, pemerintah merupakan salah satu pemegang

peran penting dalam meningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Peran

pemerintah tersebut adalah dengan menyempurnakan sistem pendidikan,

salah satunya dengan mengeluarkan pembaharuan dan penyempurnaan

kurikulum pendidikan seperti kurikulum 2013 yang direvisi kembali, dimana

kurikulum tersebut tetap menuntut keaktifan peserta didik dalam proses

pembelajaran (Fristadi, 2014: 2-3)

Pembelajaran kurikulum 2013 merupakan tanggapan dari pembelajaran abad

21, dimana dalam pembelajaran abad 21 terdapat keterampilan abad 21 (21st

century skills) yang terdiri dari komunikasi (communication), kolaborasi

(collaboration), berpkir kritis (critical thinking) dan kreativitas (creativity)

(Ariyani, 2019). Keterampilan abad 21 kemudian dirangkum dan

dikembangkan oleh Partnership for 21st Century Learning (P21) dalam

bentuk kerangka kerja (framework) pembelajaran abad 21 yang menjelaskan

keterampilan, pengetahuan, dan keahlian yang harus dikuasai oleh peserta

didik agar berhasil dalam kerja dan kehidupan (P21, 2015).

Salah satu keterampilan abad 21 yang dituntut untuk dimiliki oleh peserta

didik menurut BSNP (2010) yaitu mampu mengembangkan kreativitas yang

dimilikinya. Namun kenyataannya, pendidikan yang ada di Indonesia saat ini

belum mampu menciptakan pribadi yang cakap dalam mengembangkan


3

kemampuan berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan hasil studi Programme for

International Student Assesment (PISA) pada tahun 2018 yang menunjukkan

bahwa Negara Indonesia menduduki posisi 70 dari 78 negara dengan skor 396

dalam kinerja sains (OECD, 2019). Rendahnya hasil PISA tersebut, terkait

kinerja sains peserta didik di Indonesia disebabkan karena kurang optimalnya

pendidik untuk menumbuh kembangkan kemampuan proses sains dalam

pembelajaran, tak luput diantaranya yaitu kemampuan berpikir kreatif.

Menurut Birgili (Nugraha, 2018: 32) Berpikir kreatif dapat didefinisikan

sebagai seluruh rangkaian kegiatan kognitif yang digunakan oleh individu

sesuai dengan objek, masalah dan kondisi tertentu, atau suatu jenis upaya

untuk penyelesaian terhadap peristiwa atau masalah tertentu berdasarkan

kemampuan individu. Sedangkan, menurut Munandar (Nugraha, 2018: 32)

Berpikir kreatif secara operasional diartikan sebagai kemampuan yang

mencerminkan kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berpikir, serta

kemampuan untuk menguraikan ide. Kemampuan berpikir kreatif adalah hasil

interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian perubahan

di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau

menghambat kemampuan berpikir kreatif. Implikasinya adalah bahwa

berpikir kreatif dapat ditingkatkan melalui Pendidikan (Jumi, 2018: 35).

Menurut O’Brien (Firdaus, 2015: 2), Pendidikan merupakan salah satu kunci

utama dalam proses pengembangan kreativitas seseorang. Dalam kaitannya

dengan dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran di kelas,


4

proses pengembangan berpikir kreatif telah menjadi salah satu fokus di dalam

sektor pendidikan, yang harus dikembangkan dan diperhatikan secara

berkelanjutan. Hal ini menjadi ciri bahwa kemampuan kreativitas menjadi

begitu penting untuk dimiliki, khususnya bagi peserta didik, tidak hanya

dalam usahanya untuk belajar dan memahami konsep-konsep tertentu, namun

juga sebagai kemampuan yang akan berpengaruh besar dalam kehidupannya.

Kemampuan berpikir kreatif dalam dunia pendidikan dipandang sangat

penting. Hal ini sejalan dengan pendapat Awang dan Munandar

(Kusumaningtyas, 2020: 12) bahwa pentingnya kemampuan tersebut

didasarkan pada empat alasan, yaitu: 1) kemampuan berpikir kreatif dapat

mengaktualisasi diri sendiri sebagai kemampuan untuk menyelesaikan

masalah dengan banyak cara; 2) menyibukkan diri dengan hal-hal yang

bermanfaat; 3) memberi kepuasan pada individu dan 4) menjadikan manusia

mampu meningkatkan kualitas hidupnya.

Menurut Hadzigeorgiou (Firdaus, 2015: 3), pada implementasinya di sekolah,

para peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kreatif

tersebut, mengingat akan pentingnya memiliki kemampuan tersebut dalam

rangka memperoleh hasil belajar yang maksimal. Hal ini tentu saja membawa

konsekuensi bagi guru yang mengajar untuk mampu memfasilitasi peserta

didik dalam mengembangkan kemampuannya tersebut. Sehingga hal terbaik

yang dapat dilakukan oleh guru adalah untuk menyediakan lingkungan belajar

yang dapat meningkatkan kreativitas peserta didik. Dalam hal ini guru

memegang peran yang penting dalam mengembangkan kreativitas peserta


5

didik. Untuk dapat mewujudkannya, diperlukan adanya pemahaman

mendalam dari seorang guru mengenai kreativitas, sehingga pengembangan

kreativitas peserta didik dapat terlaksana dengan baik dan optimal. Menurut

Hong (Firdaus, 2015: 3) Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian

besar para guru di sekolah belum memahami secara mendalam akan

pentingnya kreativitas untuk dimiliki oleh peserta didik. Kurangnya

kesadaran dan keinginan dari guru untuk mengembangkan proses

pembelajaran yang inovatif menjadi faktor utama, yang mengindikasikan

bahwa pembelajaran kreatif belum sepenuhnya dilakukan di dalam proses

belajar mengajar di dalam kelas.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di

SMA Negeri 1 Gedongtataan dengan guru biologi kelas X, diketahui bahwa

dalam proses pembelajaran belum pernah diadakan pengukuran kemampuan

berpikir kreatif peserta didik, baik pada saat kegiatan pembelajaran maupun

melalui pemberian soal yang berhubungan dengan kemampuan berpikir

kreatif peserta didik. Selain itu, rata-rata hasil belajar kognitif peserta didik

belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh

sekolah yaitu 75. Hal tersebut mengindikasi bahwa kemampuan berpikir

kreatif peserta didik masih rendah dan belum terukur, hal tersebut karena

rata-rata hasil tes pada mata pelajaran biologi yang diperoleh peserta didik

dengan tipe soal yang belum menggunakan indikator kemampuan berpikir

kreatif belum memenuhi KKM. Dengan melihat kondisi tersebut, maka

diperlukan suatu pemikiran yang kreatif dalam menyelesaikan suatu


6

permasalahan, sehingga dapat memperbaiki nilai kognitif peserta didik agar

dapat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran yang lebih baik.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antar peserta didik, guru

dan lingkungan belajar. Adapun kemampuan berpikir kreatif peserta didik

dapat dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya. Biologi merupakan cabang

ilmu pengetahuan alam yang di dalamnya membahas mengenai makhluk

hidup, lingkungan, dan interaksi dengan lingkungan yang sifatnya faktual

(Aina, 2013: 3). Menurut Daryanto (Kusumaningtyas, 2020: 12),

pembelajaran Biologi merupakan suatu proses penemuan yang berkaitan

dengan alam, sehingga kemampuan berpikir kreatif dan pembelajaran Biologi

sangat selaras karena pada hakikatnya kemampuan berpikir kreatif

berhubungan dengan penemuan mengenai suatu hal untuk menghasilkan

sesuatu yang baru dari yang telah ada. Salah satu materi Biologi yang

berkenaan dengan alam sekitar, serta berkaitan erat dan dapat dihubungkan

langsung dengan kehidupan sehari-hari adalah materi ekosistem (Aina, 2013:

3).

Materi ekosistem merupakan salah satu materi materi biologi yang erat

kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan materi yang sangat baik bagi

peserta didik untuk memunculkan rasa ingin tahu terhadap apa yang mereka

temukan di alam. Materi ini membahas tentang keadaan sekitar. Karakteristik

materinya memiliki konteks fisik yang bisa diamati langsung oleh peserta

didik, pengetahuan yang memiliki konten-konten lingkungan yang biasa

dihadapi pada kehidupan sehari-hari. Melalui materi ekosistem peserta didik


7

akan berhubungan langsung dan membahas kondisi di lingkungan dalam

kehidupan sehari-hari (Lestari, 2020: 22).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 menyebutkan

bahwa standar kompetesi kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan alam

dan teknologi jenjang sekolah menengah atas memiliki tujuan untuk

membangun dan menerapkan informasi, pengetahuan, dan teknologi secara

logis, kritis, kreatif, dan secara mandiri (Permendiknas, 2006: 344).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Fadilah (2009) menjelaskan bahwa

beberapa pengajar memiliki kesulitan dalam mengetahui kemampuan berpikir

kreatif peserta didik. Hal ini karena banyak peserta didik yang takut mencoba,

takut melakukan hal baru, dan mengeluarkan bakatnya. Dengan mengetahui

kemampuan berpikir kreatif peserta didik, pengajar dapat membantu dan

melatih peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang

dihadapi dengan cara unik dan melakukan percobaan baru dalam rangka

menciptakan produk baru di dunia pendidikan.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Arini (2017: 39) juga didapati bahwa

kemampuan berpikir kreatif peserta didik kategori kreatif hanya sebanyak

14,29% dari jumlah peserta didik, kategori cukup sebanyak 25%, kategori

kurang sebanyak 42,86%, dan kategori tidak kreatif sebanyak 17,85%.

Rendah atau kurangnya kreativitas peserta didik dikarenakan kendala peserta

didik dalam mengisolasi masalah yang terdapat dalam suatu soal dari sudut

pandangnya, jarang mengemukakan gagasannya baik saat mengikuti

pelajaran dikelas ataupun secara tertulis, kebanyakan pasif dan hanya


8

melakukan apa yang ditugaskan guru. Dampak yang muncul dari kondisi

tersebut membuat peserta didik terbiasa tidak aktif sehingga menjadi kurang

kreatif.

Penelitian ini menganalisis mengenai sejauh mana kemampuan berpikir

kreatif peserta didik sekolah menengah pada pembelajaran biologi, khususnya

pada materi ekosistem. Kemampuan berpikir kreatif dianalisis berdasarkan

lima indikator berpikir kreatif, yang meliputi aspek kognitif, yaitu fluency,

flexibility, originality, elaboration dan evaluation, sehingga dapat diperoleh

gambaran mengenai kemampuan peserta didik pada setiap indikator tersebut.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka peneliti melakukan

penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta

Didik Kelas X SMA Negeri 1 Gedongtataan Pada Materi Ekosistem”.

Dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang terjadi pada saat ini, maka

kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan secara daring, sehingga

penelitian ini dilaksanakan secara daring.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana kemampuan berpikir kreatif

peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Gedongtataan pada materi ekosistem?


9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menganalisis kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA

Negeri 1 Gedongtataan pada materi ekosistem.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peserta didik, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda

dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam

belajar Biologi.

2. Bagi pendidik, dapat menjadi referensi untuk mengetahui kemampuan

berpikir kreatif peserta didik sehingga untuk selanjutnya pendidik dapat

menentukan metode atau model pembelajaran yang dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik secara

optimal.

3. Bagi sekolah, dapat dijadikan bahan masukan dalam usaha meningkatkan

mutu pembelajaran Biologi agar dalam menyusun perangkat

pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan.

4. Bagi peneliti, sebagai referensi dalam menganalisis kemampuan dan

proses berpikir kreatif peserta didik.

E. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini ditinjau dari 5 indikator


10

berpikir kreatif yaitu fluency, flexibility, originality, elaboration dan

evaluation.

2. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Negeri 1

Gedongtataan, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran pada

semester genap tahun ajaran 2019/2020.

3. Materi pokok pada penelitian ini adalah ekosistem di SMA kelas X

dengan KD 3.10 Menganalisis komponen-komponen ekosistem dan

interaksi antar komponen tersebut.


11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Analisis

Menurut Budiono (Arini, 2017: 25), analisis merupakan penguraian suatu

pokok atau berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta

hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan

pemahaman arti keseluruhan. Sedangkan menurut Anderson dan Krathwohl

(Arini, 2017: 25), pengertian analisis dalam bentuk kata kerja yaitu

menganalisis melibatkan proses memecah-mecahkan materi jadi bagian-

bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan struktur

keseluruhannya. Menganalisis yaitu penentuan potongan-potongan informasi

yang relevan atau penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk

menata potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan

menentukan tujuan dibalik informasi itu.

Menurut Spradley (Sugiyono, 2015: 335), analisis adalah sebuah kegiatan

untuk mencari suatu pola, selain itu analisis merupakan cara berpikir yang

berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk

menentukan bagian, hubungan antar bagian dan hubungannya dengan

keseluruhan. Analisis adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau

fokus kajian menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga


12

susunan/tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan

karenanya dapat secara lebih terang ditangkap maknanya atau lebih jernih

dimengerti duduk perkaranya (Satori, 2014: 200).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis merupakan

penguraian suatu pokok kajian secara sistematis sehingga dapat dijabarkan ke

bagian-bagian yang lebih kecil setelah adanya tindakan pengkajian yang tepat

untuk menentukan tujuan.

B. Berpikir Kreatif

Kreativitas dapat didefinisikan secara inklusif, yaitu meliputi semua usaha

produktif yang unik dari individu. Kreativitas merupakan kemampuan untuk

memahami suatu objek, menyusun dan menguji hipotesis baru, dan

mengkomunikasikan hasil (Hu, 2016: 480). Menurut Deng (Lin, 2016: 1678)

Kreativitas bukan hanya berasal dari sifat pribadi atau pengetahuan

(kemampuan kognitif) individu saja, tetapi merupakan kombinasi dari sifat

pribadi individu, kemampuan kognitif dan lingkungan sosial. Dalam hal ini,

motivasi, keterampilan khusus, dan keterampilan terkait kreativitas harus

diintegrasikan untuk menyelesaikan masalah secara efektif (Lin, 2016: 1678).

Kreativitas merupakan hasil dari proses berpikir kreatif. Berpikir kreatif

adalah penggunaan dasar proses berpikir untuk mengembangkan atau

menemukan ide atau hasil yang asli, estetis, konstruktif yang berhubungan

dengan pandangan, konsep, yang penekanannya ada pada aspek berpikir

intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan


13

untuk memunculkan atau menjelaskan dengan perspektif asli pemikir (Isti,

2013: 4).

Pola pikir kreatif sangat ditekankan pada implementasi kurikulum 2013,

karena merupakan sebuah komponen penting dan memang perlu, tanpa

kreatifitas peserta didik hanya akan bekerja pada sebuah tingkat kognitif yang

sempit. Berpikir kreatif merupakan salah satu keterampilan berpikir yang

dibutuhkan peserta didik untuk menghadapi masalah dalam proses

pembelajaran, berpikir kreatif tidak hanya bermanfaat untuk memperkaya dan

memperdalam pengalaman belajar, tetapi juga untuk memecah masalah dalam

kehidupan sehari hari dan mengambil keputusan (Mahanal, 2017: 676).

Berpikir kreatif akan membuat peserta didik berpikir secara divergen, peserta

didik akan lebih inovatif dalam memikirkan persepsi serta konsep-konsep

yang berbeda untuk memecahkan masalah dengan lebih cepat dan efektif

(Awang, 2008: 335).

Torrance (1977: 23-26) mengungkapkan ada empat kondisi yang dapat

memfasilitasi peserta didik untuk berpikir kreatif, yaitu (1) pembelajaran

hendaknya memberikan peluang bagi peserta didik untuk memunculkan

perilaku kreatif, (2) guru hendaknya mengembangkan keterampilan untuk

belajar secara kreatif, (3) guru hendaknya memberikan penghargaan terhadap

hasil yang kreatif, (4) guru hendaknya menciptakan hubungan yang kreatif

dengan peserta didik dalam artian memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk meneruskan apa yang sudah mereka mulai.


14

C. Indikator Berpikir Kreatif

Menurut Munandar (Marhami, 2015), Berpikir kreatif adalah kemampuan

menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang

didasari data atau informasi yang tersedia, dimana penekanannya pada

kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Berikut adalah beberapa

komponen atau indikator untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif:

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir kreatif


Indikator Kemampuan
No Perilaku Peserta didik
berpikir kreatif
1 Berpikir Lancar (fluency) • Mengajukan banyak pertanyaan
a) Mencetuskan banyak • Menjawab dengan sejumlah
gagasan, jawaban, jawaban jika ada pertanyaan.
penyelesaian masalah, • Mempunyai banyak gagasan
atau pertanyaan. mengenai suatu masalah
b) Memberikan banyak cara • Lancar mengungkapkan gagasan-
atau saran untuk gagasannya
melakukan berbagai hal. • Bekerja lebih cepat dan
c) Selalu memikirkan lebih melakukan lebih banyak dari
dari satu jawaban. orang lain
• Dapat dengan cepat melihat
kesalahan dan kelemahan dari
suatu objek atau situasi
2 Berpikir luwes (flexibility) • Memberikan aneka ragam
a) Menghasilkan gagasan, penggunaan yang tak lazim
jawaban, atau pertanyaan terhadap suatu objek
yang bervariasi. • Memberikan macam-macam
b) Dapat melihat suatu penafsiran terhadap suatu
masalah dari sudut gambar, cerita, atau masalah.
pandang yang berbeda- • Menerapkan suatu konsep atau
beda. azas dengan cara yang berbeda-
c) Mencari banyak alternatif beda
atau arah yang berbeda- • Memberikan pertimbangan
beda. terhadap situasi yang berbeda
dari yang diberikan orang lain
15

d) Mampu mengubah cara • Dalam membahas/mendiskusikan


pendekatan atau cara suatu situasi selalu mempunyai
pemikiran. posisi yang bertentangan dengan
mayoritas kelompok
• Jika diberi suatu masalah
biasanya memikirkan bermacam-
macam cara yang berbeda untuk
menyelesaikannya
• Menggolongkan hal-hal menurut
pembagian (kategori) yang
berbeda-beda.
• Mampu mengubah arah berpikir
secara spontan
3 Berpikir orisinil (originality) • Memikirkan masalah-masalah
a) Mampu melahirkan atau hal-hal yang tidak pernah
ungkapan yang baru dan terpikirkan oleh orang lain.
unik. • Mempertanyakan cara-cara yang
b) Memikirkan cara yang lama dan berusaha memikirkan
tidak lazim untuk cara-cara yang baru
mengungkapkan diri. • Memilih cara berpikir yang lain
c) Mampu membuat daripada yang lain
kombinasi-kombinasi • Mencari pendekatan yang baru
yang tidak lazim dari • Membuat kombinasi dari
bagian-bagian atau unsur- berbagai pola atau bentuk
unsur. menjadi sebuah gambar
• Setelah membaca atau
mendengar gagasan-gagasan,
kerja untuk menemukan
penyelesaian yang baru
• Lebih senang mensintesa
daripada menganalisis sesuatu
4 Berpikir terperici • Mencari arti yang lebih
(elaboration) mendalam terhadap jawaban atau
a) Mampu memperkaya dan pemecahan masalah dengan
mengembangkan suatu melakukan langkah-langkah yang
gagasan atau produk. terperinci
b) Menambah atau • Mengembangkan atau
memperinci detail-detail memperkaya gagasan orang lain
dari suatu obyek, • Mencoba atau menguji secara
gagasan, atau situasi detail untuk melihat arah yang
akan ditempuh
16

sehingga menjadi lebih • Mempunyai rasa keindahan yang


menarik. kuat, sehingga tidak puas dengan
penampilan yang kosong atau
sederhana
• Mendeskripsikan detail suatu
objek
• Menambah garis-garis, warna-
warna, dan detail-detail (bagian-
bagian) terhadap gambarnya
sendiri atau gambar orang lain.
5 Berpikir Evaluatif • Memberi pertimbangan atas
(Evaluation) dasar sudut pandang sendiri
a) Menentukan patokan • Mencetuskan pandangan sendiri
penilaian sendiri dan mengenai suatu hal
menentukan apakah suatu • Menganalisis masalah atau
pernyataan benar, suatu penyelesaian secara kritis dengan
rencana sehat atau suatu selalu menanyakan “mengapa?”
tindakan bijaksana • Mempunyai alasan (rasional)
b) Mampu mengambil yang dapat
keputusan terhadap mempertanggungjawabkan untuk
situasi terbuka mencapai suatu keputusan
c) Tidak mencetuskan • Merancang suatu rencana kerja
gagasan tetapi juga dari gagasan-gagasan yang
melaksanakannya tercetus
• Pada waktu tertentu tidak
menghasilkan gagasan-gagasan
tetapi menjadi peneliti atau
penilai kritis
• Menentukan pendapat dan
bertahan terhadapnya.

D. Alat Untuk Mengukur Potensi Kreatif

Jenis alat untuk mengukur potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa

pendekatan. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur potensi

kreatif menurut Munandar (Sulistriami, 2016: 18) terdapat lima alat.


17

Berikut ini uraian tentang alat yang digunakan untuk mengukur potensi

kreatif:

1. Tes yang mengukur kreativitas secara langsung

Pada tes untuk mengukur kreativitas secara langsung adalah tes dari

Torrance untuk mengukur pemikiran kreatif dan tes kreativitas oleh

Munandar.

2. Tes yang mengukur unsur-unsur Kreativitas

Kreativitas sebagai suatu konstruk yang multi-dimensional, terdiri dari

berbagai dimensi, yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif

(sikap dan kepribadian), dan dimensi psikomotor (keterampilan kreatif).

Masing-masing dimensi kreativitas ini meliputi berbagi katagori untuk

mengukur tiap unsur kreativitas.

3. Tes yang Mengukur Ciri Kepribadian Kreatif

4. Pengukuran kreatif secara non-test

Untuk mengukur kreativitas dirancang beberapa pendekatan alternatif,

pendekatan yang dilakukan untuk mengukur kreativitas, sebagai berikut.

a. Daftar perikasa (checklist) dan Kuesioner

b. Daftar Pengalaman

5. Pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif

Pada penelitian ini, tidak semua alat ukur digunakan, dikarenakan harus

sesuai dengan kondisi dan tujuan penelitian. Pada penelitian ini terbatas pada

tes kemampuan berpikir kreatif pada dimensi kognitif melalui tes tertulis.
18

E. Materi Ekosistem

Materi ekosistem yang dipelajari pada tingkat SMA/MA kelas X memiliki

kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar


Kompetensi Inti
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
Kompetensi dasar
3.10 Menganalisis komponen-komponen ekosistem dan interaksi antar
komponen tersebut
Sumber : Kemendikbud (2016: 1-2).

Adapun keluasan dan kedalaman materi komponen-komponen ekosistem dan

interaksi antar komponen tersebut yang dipelajari ditingkat SMA/MA kelas

X, sebagai berikut:

Tabel 2.3. Keluasan dan Kedalaman KD. 3.10 SMA Kelas X


SMA KELAS X
KD 3.10 Menganalisis komponen-komponen ekosistem dan interaksi antar
komponen tersebut
Keluasan Kedalaman
1. Komponen-komponen • Penyusun ekosistem
ekosistem - Komponen abiotik
- Komponen biotik
2. Interaksi antar komponen • Interaksi antara komponen biotik
ekosistem dan abiotik
• Interaksi antar komponen biotik
- Mutualisme
- Komensalisme
19

- Parasitisme
- Netralisme
- Kompetisi
- Amensalisme
- Predasi
- Protokooperasi
• Aliran energi
- Rantai makanan
- Jaring-jaring makanan
• Piramida ekologi
- Piramida jumlah
- Piramida biomassa
- Piramida energi
• Daur biogeokimia
- Daur air
- Daur nitrogen
- Daur karbon
- Daur fosfor
- Daur belerang (sulfur)
Sumber : Kemendikbud (2016: 2).

Kajian materi komponen-komponen ekosistem dan interaksi antar komponen

ditinjau dari dua buku. Buku pertama yaitu buku Biologi 1 kelas X karangan

Irnaningtyas (2016: 403-420) yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Komponen Ekosistem

Ekosistem merupakan suatu sistem dimana terjadi hubungan (interaksi)

saling ketergantungan antara komponen-komponen yang ada di

dalamnya, baik yang berupa makhluk hidup maupun yang tidak hidup.

Setiap komponen ekosistem memiliki makna khusus bagi komponen

lainnya. Berdasarkan struktur dasar ekosistem, komponen ekosistem

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:


20

a. Komponen abiotik

Komponen abiotik adalah komponen fisik dan kimiawi yang terdapat

pada suatu ekosistem sebagai medium atau substrat untuk

berlangsungnya suatu kehidupan. Komponen abiotik meliputi udara,

air tanah, garam mineral, sinar matahari, suhu, kelembapan, dan

derajat keasaman (pH).

b. Komponen biotik

Komponen biotik meliputi seluruh makhluk hidup di bumi.

Berdasarkan segi tingkat trofik atau nutrisi, komponen biotik dalam

ekosistem dibedakan menjadi:

• Komponen autotrof

Organisme autotrof merupakan produsen utama dalam

ekosistem. Organisme tersebut terdiri dari organisme uniseluler

maupun multiseluler yang memiliki klorofil sehingga dapat

melakukan proses fotosintesis, misalnya fitoplankton, ganggang,

tumbuhan lumut paku dan berbiji.

• Komponen heterotrof

Organisme heterotrof merupakan organisme yang dalam

hidupnya selalu memanfaatkan bahan organik yang disediakan

oleh organisme lain sebagai bahan makanan. Organisme

heterotrof terdiri atas herbivora sebagai konsumen primer (I),

karnivora sebagai konsumen sekunder (II), karniovor yang

memakan karnivora sebagai konsumen tersier (III), dekomposer

serta detritivor.
21

2. Interaksi Antar Komponen Ekosistem

Di dalam suatu ekosistem, terjadi interaksi antara komponen biotik

dengan komponen abiotik dan antara komponen biotik dengan komponen

biotik lainnya. Interaksi antara komponen abiotik dengan komponen

biotik mengakibatkan terjadinya aliran energi dan daur biogeokimia.

Sedangkan, bentuk interaksi antar komponen biotik dapat terjadi antar

spesies yang sama maupun spesies yang berbeda.

Terdapat beberapa tipe interaksi antar komponen biotik, yaitu sebagai

berikut:

a. Netralisme adalah interaksi antara dua atau lebih spesies yang satu

sama lain tidak terpengaruh dari adanya asosiasi. Dalam Netralisme

tidak ada yang diuntungkan dan dirugikan.

b. Kompetisi (Persaingan) adalah interaksi antara dua atau lebih spesies

yang saling menghalangi. Kompetisi dapat terjadi karena setiap

spesies memiliki kebutuhan yang sama dimana setiap spesies

bersaing dalam memperebutkan sesuatu yang diperlukan dalam

hidupnya, seperti ruang (tempat), udara, air, makanan, sinar

matahari, dan pasangan kawin.

Kompetisi (persaingan) dibedakan menjadi dua macam antara lain:

• Kompetisi intraspesifik adalah persaingan yang terjadi antara

organisme atau individu yang memiliki spesies yang sama.

• Kompetisi interspesifik adalah persaingan yang terjadi antara

organisme atau individu yang berbeda spesies.


22

c. Komensalisme adalah interaksi atau hubungan antara dua atau lebih

spesies dimana salah satu pihak diuntungkan dan spesies yang lain

tidak dirugikan.

d. Amensalisme adalah interaksi antara dua spesies atau lebih yang

berakibat salah satu pihak dirugikan sedangkan pihak yang lain tidak

terpengaruh oleh adanya asosiasi atau tidak berakibat apa-apa (tidak

rugi dan tidak untung).

e. Parasitisme adalah interaksi atau hubungan antar organisme yang

berbeda spesies yang hanya menguntungkan salah satu pihak

sedangkan yang lain dirugikan. Parasit memperoleh makanan dari

inangnya, jika inang mati, maka parasit akan mati atau mencari

inang baru. Berdasarkan letaknya, parasit dibedakan menjadi dua

macam, yaitu parasit internal (endoparasit) dan parasit ekternal

(ektoparasit).

f. Predasi (Pemangsaan) adalah interaksi atau hubungan mangsa dan

pemangsa (predator). Predator berfungsi sebagai pengontrol populasi

mangsa.

g. Protokooperasi adalah interaksi atau hubungan antara dua spesies

atau lebih yang setiap mendapatkan keuntungan, tetapi tidak bersifat

wajib atau interaksi tersebut bukan suatu keharusan.

h. Mutualisme adalah interaksi antara dua spesies atau lebih yang

masing-masing pihak memperoleh keuntungan dan saling

membutuhkan sehingga asosiasi tersebut merupakan keharusan

(Irnaningtyas, 2016: 408-410).


23

3. Aliran Energi

Dalam sistem ekologi, suatu organisme merupakan komponen pengubah

energi. Aliran energi dalam ekosistem terjadi melalui rantai makanan dan

jaring-jaring makanan.

a. Rantai makanan adalah jalur pemindahan (transfer) energi dari satu

tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya melalui peristiwa makan

dan dimakan.

b. Jaring - jaring makanan merupakan gabungan dari berbagai rantai

makanan yang saling berhubungan dan kompleks. Semakin

kompleks jaring-jaring makanan yang terbentuk, semakin tinggi

tingkat kestabilan suatu ekosistem.

4. Piramida Ekologi

Piramida ekologi adalah susunan atau tingkatan trofik (tingkat nutrisi

atau tingkat energi) secara berurutan menurut rantai makanan atau jaring-

jaring makanan dalam ekosistem. Piramida ekologi berfungsi untuk

menunjukkan perbandingan di antara tingkatan trofik yang satu dengan

tingkatan trofik lainnya pada suatu ekosistem.

Piramida ekologi dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu:

a. Piramida jumlah adalah piramida yang menunjukkan jumlah

organisme pada setiap tingkatan trofik. Piramida jumlah disusun

berdasarkan pada jumlah organismenya, bukan pada ukuran tubuh

organismenya. Organisme di tingkat trofik pertama biasanya

melimpah, sedangkan tingkat trofik kedua, ketiga dan selanjutnya

semakin berkurang.
24

b. Piramida biomassa adalah piramida yang menggambarkan berat atau

massa kering total organisme hidup dari masing-masing tingkat

trofiknya pada suatu ekosistem dalam kurun waktu tertentu.

Piramida biomassa didasarkan pada pengukuran berat atau massa

individu per meter persegi pada setiap tingkatan trofik yang

dinyatakan dalam gram/m2.

c. Piramida energi adalah piramida yang menggambarkan terjadinya

penurunan energi pada tiap tahap tingkatan trofik. Piramida energi

dibuat berdasarkan pada observasi dalam waktu yang lama. Piramida

energi memberikan gambaran paling akuran mengenai aliran energi

dalam ekosistem dari pada piramida jumlah, dan piramida biomassa.

Pada piramida energi terjadi penurunan jumlah energi secara

berturut-turut dari tingkat trofik yang paling rendah ke tingkat trofik

yang paling tinggi.

5. Daur Biogeokimia

Dalam ekosistem unsur - unsur kimia beredar dari lingkungan melalui

komponen biotik dan kembali lagi ke lingkungan. Peredaran unsur -

unsur kimia dari lingkungan melalui komponen biotik dan kembali lagi

ke lingkungan disebut daur biogeokimia. Daur biogeokimia dapat

dikelompokkan dalam tiga tipe, yaitu daur gas, daur cair, dan daur padat

(sedimen). Daur cair meliputi daur air, sedangkan daur padat meliputi

daur fosfor dan belerang.

a. Daur karbon

Unsur karbon terdapat di atmosfer dalam bentuk senyawa karbon


25

anorganik, yaitu CO2. Senyawa karbon anorganik tersebut akan

diubah menjadi senyawa karbon organik oleh produsen melalui

proses fotosintesis disertai penyimpanan energi yang berasal dari

radiasi cahaya matahari.

b. Daur nitrogen

Nitrogen merupakan unsur yang penting dalam kehidupan, yaitu

sebagai komponen pembentuk protein atau komponen penyususun

asam nukleat (DNA dan RNA). Sumber utama nitrogen adalah N2 di

atmosfer. Namun sebagian besar organisme baik tumbuhan maupun

hewan tidak dapat memanfaatkan N2 bebas di udara.

c. Daur air

Daur air berlangsung karena adanya pemanasan air oleh sinar

matahari secara terus-menerus. Air tersebut berevaporasi kemudian

jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan es, atau

kabut. Air yang berpresipitasi di antaranya dapat berevaporasi atau

diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah.

d. Daur fosfor

Fosfor di alam berasal dari pelapukan batuan mineral (batuan fosfat)

dan penguraian bahan organik (misalnya, kotoran ternak atau hewan

laut) oleh dekomposer.

e. Daur belerang

Belerang (sulfur) terdapat di atmosfer dalam bentuk sulfur dioksida

(SO2) yang berasal dari aktivitas vulkanis (misalnya, gunung berapi,

pembakaran bahan bakar fosil, asap kendaraan bermotor, dan asap


26

pabrik. Belerang juga terdapat dalam bentuk hidrogen disulfida

(H2S) yang dilepas dari proses pembusukan bahan organik di dalam

tanah dan air yang dilakukan oleh bakteri dan jamur pengurai.

Buku kedua yaitu buku Biologi untuk SMA/MA Kelas X karangan

Sulistyowati (2016: 225-248) materi ekosistem terbagi ke dalam beberapa

bahasan diantaranya:

1. Komponen Ekosistem

a. Komponen penyusun ekosistem

b. Satuan-satuan makhluk hidup penyusun ekosistem

c. Interaksi antar komponen biotik yang terjadi dalam ekosistem

2. Pola-Pola Interaksi dalam Ekosistem

a. Arus energi dan daur materi

b. Rantai makanan dan jaring-jaring makanan

c. Piramida ekologi

d. Daur beogeokimia

F. Kerangka Pikir

Pendidikan merupakan sarana utama yang digunakan untuk meningkatkan

kualitas individu sehingga tercipta generasi yang cerdas, inovatif, kritis,

kreatif, terampil dan mandiri. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan

kualitas bangsa Indonesia dengan melakukan perubahan kurikulum

pendidikan dari waktu ke waktu hingga saat ini yang diterapkan di Indonesia

merupakan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 yang diterapkan saat ini

mengikuti paradigma pembelajaran abad 21 yang menekankan berbagai


27

keterampilan yang harus dikuasai seseorang. Salah satu keterampilan yang

penting untuk dikembangkan oleh peserta didik adalah mengembangkan

kreativitas yang dimilikinya. Dengan mengembangkan kreativitas dapat

melatih peserta didik untuk mengembangkan banyak ide dan argumen,

mengajukan pertanyaan, mengakui kebenaran argumen, bahkan membuat

peserta didik mampu bersifat terbuka dan responsif terhadap perspektif yang

berbeda-beda. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006

menyebutkan bahwa standar kompetesi kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan alam dan teknologi jenjang sekolah menengah atas memiliki

tujuan untuk membangun dan menerapkan informasi, pengetahuan, dan

teknologi secara logis, kritis, kreatif, dan secara mandiri.

Melihat pentingnya kemampuan berpikir kreatif pada peserta didik, peneliti

melakuan penelitian untuk menganalisis kemampuan berpikir kreatif peserta

didik. Indikator yang digunakan pada kemampuan berpikir kreatif yaitu

fluency, flexibility, originality, elaboration dan evaluation. Materi pokok pada

penelitian ini adalah ekosistem dengan KD 3.10 Menganalisis komponen-

komponen ekosistem dan interaksi antar komponen tersebut.


28

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni, semester genap tahun pelajaran

2019/2020 di SMA Negeri 1 Gedongtataan yang beralamatkan di Jalan

Swadaya Sukaraja V Gedongtataan, Pesawaran, Lampung.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X IPA di

SMA Negeri 1 Gedongtataan tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 223

peserta didik. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Menurut Arikunto (Hatmoko, 2015: 1731) apabila subjeknya kurang dari 100

lebih baik diambil semua, selanjutnya jika subjeknya lebih besar dari 100

dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Jumlah sampel yang

diambil dari penelitian ini adalah 30% dari 223 peserta didik, sehingga yang

menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 67 peserta didik dari jumlah

populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X IPA 1 dan

X IPA 2 yang berjumlah 34 orang dan 33 orang.

Teknik yang digunakan dalam menentukan sampel penelitian ini adalah

teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling dilakukan dengan cara


29

mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah tetapi

didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2013: 183). Menurut

Sugiyono (2012: 85), teknik ini bertujuan untuk mengambil sampel

berdasarkan pertimbangan tertentu, dalam hal ini berdasarkan rekomendasi

guru bahwa kedua kelas tersebut memiliki nilai kognitif yang homogen.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian

deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

meneliti keadaan berdasarkan fakta dan tidak melakukan kontrol dan

manipulasi variabel penelitian (Darmawan, 2013: 38). Desain penelitian

deskriptif dirancang untuk mendapatkan informasi tentang suatu gejala pada

saat penelitian dilakukan. Dalam desain ini, peneliti tidak melakukan

manipulasi perlakuan atau penempatan subyek, akan tetapi diarahkan untuk

menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan yang dilakukan

(Hasnunidah, 2017: 57). Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk

mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai suatu fenomena atau

kenyataan, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan

dengan masalah dan unit yang diteliti (Zellatifanny, 2018: 84).

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan dalam penelitian

dengan cara mengukur indikator-indikator variabel penelitian sehingga

diperoleh gambaran di antara variabel-variabel tersebut (Winarno, 1998:

139). Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan secara kuantitatif

digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan


30

peristiwa atau suatu kejadian yang terjadi pada saat sekarang dalam bentuk

angka-angka yang bermakna (Sudjana, 1997: 53).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan,

dan tahap akhir. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dari tahap tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Membuat surat izin observasi di Dekanat Fakultas Kependidikan dan

Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.

b. Mengajukan izin observasi ke SMA Negeri 1 Gedongtataan

c. Melaksanakan observasi melalui kegiatan wawancara dengan

pendidik mata pelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Gedongtataan dan

melakukan pengamatan secara langsung di lingkungan sekolah untuk

mengetahui kondisi sekolah dan sarana prasarana di sekolah tersebut.

d. Menetapkan sampel penelitian yang ditentukan dengan teknik

purposive sampling.

e. Menyusun instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa tes tertulis soal uraian

materi ekosistem yang bertujuan untuk menjaring data berupa

kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

f. Melakukan uji validasi instrumen penelitian oleh pembimbing

g. Melakukan uji coba instrumen penelitian kepada peserta didik


31

h. Menganalisis hasil uji validasi dan uji coba instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:

a. Membuat surat izin penelitian dari Dekanat FKIP Universitas

Lampung sebagai surat pengantar ke sekolah tempat dilaksanakan

penelitian

b. Melakukan pengumpulan data dengan memberikan soal kemampuan

berpikir kreatif materi ekosistem secara daring kepada peserta didik

c. Memberikan skor terhadap hasil uji kemampuan berpikir kreatif

peserta didik

3. Tahap Akhir

Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengolah dan menganalisis data hasil uji kemampuan berpikir

kreatif peserta didik

b. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari langkah-

langkah menganalisis data.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

Data berupa nilai kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada materi
32

ekosistem yang diperoleh dari hasil tes yang diberikan secara daring

kepada peserta didik.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui metode tes

yang dilakukan secara daring menggunakan WhatsApp group. Tes yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis untuk mengukur

kemampuan berpikir kreatif peserta didik terhadap materi ekosistem

melalui soal uraian (essay). Soal tes dikerjakan dan dikumpulkan oleh

peserta didik pada saat jam pelajaran biologi. Indikator kemampuan

berpikir kreatif yaitu fluency, flexibility, originality, elaboration dan

evaluation. Aspek-aspek pengetahuan tentang ekosistem yang diukur

antara lain: komponen ekosistem, interaksi antar komponen ekosistem,

aliran energi, piramida ekologi dan daur biogeokimia.

F. Teknik Analisis Intsrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, instrumen diuji terlebih

dahulu, uji instrumen ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur

kelayakan instrumen penelitian yang akan digunakan sebagai alat pengumpul

data penelitian. Uji instrumen dalam penelitian ini meliputi uji validitas dan

uji reliabilitas soal dengan menggunakan software Anates. Anates merupakan

program aplikasi yang dikembangkan oleh Drs. Karno M.Pd dan Yusuf

Wibisono, ST yang mampu menghitung analisis butir soal secara cepat,

mudah dan akurat, serta aplikasi ini juga berbahasa Indonesia (Arif, 2014: 5)

Untuk menghitung analisis butir soal bentuk uraian pada penelitian ini
33

menggunakan software Anates versi 4.0.5 (Sari, 2014: 207). Adapun uji

instrumen pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan

valid apabila memiliki validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang

kurang valid memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan

valid apabila instrumen itu mampu mengukur apa yang hendak diukur

dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat

(Arikunto, 2013: 89). Pengukuran validitas butir soal pada penelitian ini

menggunakan software Anates versi 4.0.5. Koefisien dari validitas butir

soal dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Koefisien Validitas Butir Soal


Koefisien Kriteria
0,8 – 1,00 Sangat tinggi
0,6 – 0,80 Tinggi
0,4 – 0,60 Cukup
0,2 – 0,40 Rendah
0,0 – 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2013: 89)

Tabel 3.2 Hasil Validitas Instrumen Soal


Nomor Soal Koefisien Validitas Kriteria
1 0,587 Valid Cukup
2 0,617 Valid Tinggi
3 0,658 Valid Tinggi
4 0,591 Valid Cukup
5 0,638 Valid Tinggi
6 0,594 Valid Cukup
7 0,574 Valid Cukup
34

8 0,249 - Rendah
9 0,239 - Rendah
10 0,618 Valid Tinggi
11 0,625 Valid Tinggi
12 0,603 Valid Cukup
13 0,367 - Rendah

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas digunakan untuk melihat sejauh mana instrumen tes dapat

dipercaya dalam suatu penelitian. Suatu tes dikatakan dapat dipercaya

apabila memberikan hasil yang sama saat digunakan berkali-kali dan

pada situasi yang berbeda-beda (Arikunto, 2013: 100). Reliabilitas tes

dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan software Anates versi

4.0.5. Adapun nilai koefisien dari reliabilitas ini dapat dilihat pada tabel

3.3 berikut ini:

Tabel 3.3 Koefisien Reliabilitas Butir Soal


Koefisien Kriteria
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2013: 100)

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal


Koefisien Reliabilitas Kriteria
0,82 Sangat tinggi

Hasil uji reliabilitas soal instrumen diperoleh nilai sebesar 0,82 sehingga

instrumen tes dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk mengukur

kemampuan berpikir kreatif peserta didik.


35

G. Teknik Analisis Data

Kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada penelitian ini diketahui

melalui soal tes uraian yang berjumlah 10 soal. Jawaban peserta didik

diperiksa dan dianalisis dengan berpedoman pada rubrik penilaian. Setiap

soal uraian dianalisis dari kelima indikator berpikir kreatif, yaitu fluency,

felxibility, originality, elaboration dan evaluation. Pada setiap indikator

berpikir kreatif terdiri dari 2 soal. Masing-masing soal tersebut memiliki skor

maksimal 3, sehingga skor maksimal dari keseluruhan 10 soal yaitu 30.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan cara:

a. Memberikan skor pada setiap jawaban peserta didik berdasarkan rubrik

penilaian

b. Menjumlahkan skor yang didapat setiap peserta didik dari seluruh soal

yang dikerjakan

c. Menentukan nilai kemampuan berpikir kreatif masing-masing peserta

didik berdasarkan rumus Purwanto (2010: 112) sebagai berikut:

R
S= x 100
N

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut

d. Menggolongkan setiap peserta didik ke dalam kategori kemampuan

berpikir kreatif seperti pada tabel di bawah ini.


36

Tabel 3.5 Kategori Penilaian Berpikir Kreatif


Nilai Kategori
81 - 100 Sangat Tinggi
61 - 80 Tinggi
41 - 60 Sedang
21 - 40 Rendah
0 - 21 Sangat Rendah
(Riduwan, 2012: 89)

e. Menjumlahkan skor yang didapat oleh seluruh peserta didik dari tiap-tiap

indikator berpikir kreatif

f. Menentukan skor total yang dapat dicapai oleh seluruh peserta didik dari

tiap-tiap indikator berpikir kreatif

g. Mencari persentase dari masing-masing indikator berpikir kreatif

berdasarkan rumus Purwanto (2010: 102) sebagai berikut:

R
NP = x 100 %
N

Keterangan:

NP = Nilai persen yang diharapkan

R = Jumlah skor yang diperoleh seluruh peserta didik pada tiap indikator

soal berpikir kreatif

N = jumlah skor maksimum dari tiap indikator soal berpikir kreatif

h. Mengkategorikan ketercapaian tiap-tiap indikator kemampuan berpikir

kreatif peserta didik seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.6 Kategori Penilaian Ketercapaian Indikator Berpikir Kreatif


Nilai Kategori
81 - 100% Sangat Tinggi
61 - 80% Tinggi
41 - 60 % Sedang
21 - 40% Rendah
0 - 21% Sangat Rendah
(Riduwan, 2012: 89)
37

i. Menginterpretasikan secara deskriptif data persentase tiap-tiap indikator

kemampuan berpikir kreatif.


63

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis kemampuan

berpikir kreatif peserta didik, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X IPA SMA Negeri 1

Gedongtataan pada materi ekosistem termasuk ke dalam kategori sedang.

Pada indikator fluency, flexibility dan elaboration termasuk ke dalam kategori

sedang, sedangkan pada indikator originality dan evaluation termasuk ke

dalam kategori tinggi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat dikemukakan, yaitu:

1. Pendidik diharapkan dapat membiasakan memberikan soal-soal yang

mengacu pada kemampuan berpikir kreatif sehingga peserta didik terbiasa

dan terlatih untuk menyelesaikan soal kemampuan berpikir kreatif.

2. Kemampuan berpikir kreatif tidak hanya dapat diketahui dengan

menggunakan tes uraian. Untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan

metode lain untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif peserta didik

pada mata pelajaran biologi.


64

3. Diharapkan peneliti selanjutnya mengkaji instrumen dengan

menggunakan aspek-aspek yang lebih kompleks untuk mengukur

kemampuan berpikir kreatif peserta didik agar penilaian yang dihasilkan

lebih akurat.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan menambah

faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai tolak ukur kemampuan

berpikir kreatif peserta didik.


65

DAFTAR PUSTAKA

Aina, K. J., Philip dan Joseph, Y. 2013. Imperative of Environment in Science


Learning. Open Science Journal of Education, Vol. 1 No.1: 1-6.

Arif, M. 2014. Penerapan Aplikasi Anates Bentuk Soal Pilihan Ganda. Jurnal
Ilmiah Edutic. Vol. 1, No. 1: 1-9.

Alawiyah, F. 2017. Standar Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah. Aspirasi.


Vol. 8, No. 1: 81-92.

Amtiningsih, S., Dwiastuti, S. dan Sari, D. P. 2016. Peningkatan Kemampuan


Berpikir Kreatif Melalui Penerapan Guided Inquiry Dipadu Brainstroming
Pada Materi Pencemaran Air. Proceeding Biology Education Conference.
Vol. 13, No. 1: 868-872.

Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arini, W. 2017. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Cahaya Siswa
Kelas VIII SMP Xaverius Kota Lubuklinggau. Science and Physics
Education Journal (SPEJ). Vol. 1, No. 1: 23-38.

Ariyani, B., Wasitohadi dan Rahayu, T. S. 2019. Meningkatkan Antusiasme dan


Hasil Belajar Siswa dengan Model Picture and Picture Berbantuan Media
Puzzle pada Muatan Matematika, Bahasa Indonesia, dan PPKn Kelas 1 SD.
Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan. Vol. 2 No. 1: 289-296.

Armandita, P., Wijayanto, E., Rofiatus, L., Susanti, A. dan Rumiana, S. 2017.
Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Pembelajaran Fisika Di Kelas XI
MIA 3 SMA Negeri 11 Kota Jambi. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan.
Vol. 10, No. 2: 129-135.

Awang, H. 2008. Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based


66

Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom.


International Journal of Social, Behavioral, Educational. Economic,
Business and Industrial Engineering. Vol. 2, No. 4: 334-339.

BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI.

Candra, R. A., Prasetya, A. T dan Hartati, R. 2019. Analisis Kemampuan Berpikir


Kreatif Peserta Didik Melalui Penerapan Blended Project-Based Learning.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. Vol. 13, No. 2: 2437-2446.

Darmawan. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Fadilah, A. S., Gardjito dan Siburian. 2009. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa dalam Proses Belajar Biologi di Kelas XI IPA SMA 5 Kota Jambi.
Skripsi. FKIP Universitas Jambi. Jambi.

Firdaus, H. M. 2015. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif dan Proses


Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP Pada Pembelajaran
Biologi. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Fitri, M. 2020. Pengaruh Emergency Remote Learning Untuk Melihat Motivasi


Belajar Anak Usia Dini. Child Education Journal. Vol. 2, No. 2: 68-82.

Fristadi, R. 2014. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair


Share Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hasnunidah, N. 2017. Metodologi Penelitian Pendidikan. Media Akademi.


Yogyakarta.

Hatmoko, J. H. 2015. Survei Minat dan Motivasi Siswa Putri terhadap Mata
Pelajaran Penjasorkes di SMK Se-Kota Salatiga Tahun 2013. Journal Of
Physical Education, Sport, Health dan Recreations. Vol 4, No. 4: 1729-
1736.

Heong, Y. M., Othman, W. D., Md Yunos, J., Kiong, T. T., Hassan, R., dan
Mohammad, M.M. 2011. The Level of Marzano Higher Order Thinking
Skills Among Technical Education Students. International Journal of Social
and Humanity. Vol. 1, No. 2: 121-125.

Herlina, L. dan Qurbaniah, M. 2017. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif


Siswa Pada Materi Virus kelas X MAS Al-Mustaqim Sungai Raya 2. Jurnal
Bioeducation. Vol.2, No.1: 11-14.
67

Hidayani, S., Amelia, T dan Muhartati, E. 2020. Analisis Kemampuan Berpikir


Kreatif Siswa SMP di Tanjungpinang Dalam Merespon Isu Pencemaran
Lingkungan. Jurnal Pedagogi Hayati. Vol. 4, No. 1: 30-37.

Hu, R., Wu, Yi-Yong dan Shieh, C. J. 2016. Effects of Virtual Reality Integrated
Creative Thinking Instruction on Students Creative Thinking Abilities.
Eurasia Journal of Mathematics, Science, & Technology Education. Vol.
12, No. 3: 477-486.

Humaeroh, I. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi


Elektrokimia Melalui Model Open-Ended Problems. Skripsi. Fakultas Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah.
Jakarta.

Irnaningtyas. 2016. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Erlangga. Jakarta.

Isti, S. N. D. dan Suryanti. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif


Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Pada Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam. JPGSD. Vol. 1, No. 2: 1-14.

Jumi, W., Sulaeman, Nita dan Tangio, J. 2018. Identifikasi Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Menggunakan Soal Tes Open Ended Problem Pada Materi
Elektrokimia di SMA Negeri 1 Telaga. Jurnal Entropi. Vol. 13, No. 1: 35-43.

Kemendikbud. 2016. Permendikbud No. 64 Tentang Standar Isi Pendidikan


Dasar dan Menengah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Kusumaningtyas, N., Sikumbang, D dan Hasnunidah, N. 2020. Pengaruh Model


Project Based Learning (PJBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Peserta Didik. Jurnal Bioterdidik: Wahana Ekspresi Imliah. Vol. 8, No. 2:
11-19.

Lestari, C. A., Mustofa, R. F dan Hernawati, D. 2020. Hubungan Antara Self


Efficacy Dengan Literasi Sains Pada Materi Ekosistem Di SMA Negeri 1
Tasikmalaya. Jurnal Bioterdidik: Wahana Ekspresi Imliah. Vol. 8, No. 2: 20-
25.

Lin, C. S. 2016. Effect of Web-Based Creative Thinking Teaching on Students


Creativity and Learning Outcome. Eurasia Journal of Mathematics, Science
& Technology Education. Vol. 12, No. 6: 1675-1684.

Mahanal, S. dan Zubaidah, S. 2017. Model Pembelajaran Ricosre yang Berpotensi


68

Memberdayakan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jurnal Pendidikan: Teori,


Penelitian dan Pengembangan. Vol. 2, No. 5: 676-685.

Makmur, A. 2016. Upaya Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar


Matematika Dengan Metode Two Stay Two Stray Pada Siswa SMP Negeri
10 Padangsidimpuan. Jurnal EduTech. Vol 2, No 2: 1-12.

Marhami. 2015. Membangun Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi


Matematis Melalui Pembelajaran Problem Based Learning. Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY. ISBN 978-602-
73403-0-5.

Mursidik, E. M., Samsiyah, N. dan Rudyanto, H. E. 2014. Analisis Kemampuan


Berpikir Kreatif Siswa SD Dalam Memecahkan Masalah Matematika Open-
Ended Ditinjau Dari Tingkat Kemampuan Matematika. Jurnal LPPM. Vol.
2, No. 1: 7-13.

Nugraha, S., Adisendjaja dan Amprasto. 2018. Creative Thinking Ability Through
Field Trip Learning On Ecosystem Material. Jurnal Pendidikan Biologi.
Vol. 9 No. 1: 31-37.

OECD. 2019. Programme For International Student Assessment (PISA) 2018.


OECD Publishing. Paris.

P21. 2015. Framework for 21st Century Learning. [Online].


http://www.p21.org/storage/documents/docs/P21_Framework_Definitions
New_Logo_2015.pdf. Diakses pada 20 Oktober 2019.

Permendiknas. 2006. Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan


Dasar dan Menengah. Jakarta: Permendiknas.

Pertiwi, B. 2017. Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Terhadap


Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Muara Telang
Kabupaten Banyuasin Pada Materi Keanekaragaman Hayati. 2017. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Palembang.

Purwanto, N. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja


Rosdakarya. Bandung.

Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Penelitian


Pemula. Alfabeta. Bandung.

Sari, A. I. C dan Herawati, M. 2014. Aplikasi Anates Versi 4 Dalam Menganalisis


69

Butir Soal. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan. Vol. 1, No. 2: 203-214.

Sari, I. M., Sumiati, E. dan Siahaan, P. 2013. Analisis Kemampuan Berpikir


Kreatif Siswa SMP Dalam Pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar
(PTD). Jurnal Pengajaran MIPA. Vol. 18, No. 1: 60-68.

Satori, D. dan Komariah, A. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta.


Bandung.

Setiawan, N. R., Suratno dan Pujiastuti. 2014. Penerapan Strategi Pembelajaran


Group To Group Exchange (GGE) Dengan Concept Map Dalam
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar Biologi
(Siswa Kelas XI IPA 3) SMA N 1 Jenggawah Tahun Pelajaran 2013/2014.
Artikel Ilmiah Mahasiswa. Vol. 1, No. 1: 1-5.

Sudjana, N. 1997. CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar. Rajawali Press.


Jakarta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.


Bandung.

________. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Alfabeta.


Bandung.

Sulistiarmi, W. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI


IPA Pada Mata Pelajaran Fisika SMA Negeri Se-Kota Pati. Skripsi. Fkip
Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Sulistyowati, E, Omegawati, W. H., dan Hidayat, M. L. 2016. Biologi Untuk


SMA/MA Kelas X Edisi Revisi 2016. Intan Parawira. Klaten.

Torrance, E. P. 1977. Creativity in classroom. Washington: National Education


Association.

Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A, dan Nyoto, A. 2016. Transformasi Pendidikan


Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era
Global. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika. Vol. 1, hal
263-278.

Widiawati, Fuadiyah, S., Syamsurizal dan Ardi. 2019. Analisis Kemampuan


Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas VII dalam Pembelajaran Biologi di
SMP Negeri 25 Padang. Atrium Pendidikan Biologi. Vol. 4, No. 4: 75-84.
70

Winarno, S. 1998. Pengantar Penelitian Sosial Dasar Metode Tehnik. Penerbit


Tarsito. Bandung.

Zellatifanny, C. M. dan Mudjiyanto, B. 2018. Tipe Penelitian Deskripsi Dalam


Ilmu Komunikasi. Jurnal Diakom. Vol. 1, No.2: 83-90.

Anda mungkin juga menyukai