Anda di halaman 1dari 9

TUGAS I

PENGADAAN OBAT PUBLIK

Disusun oleh :

Maria Cyrilla Iglesia Adi Nugrahanti

218122107

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu hak dasar yang dimiliki oleh warga negara
Indonesia, hal tersebut telah diakui di dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 28H
Ayat 1 yang berbunyi “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”. Sebagai wujud dari pemenuhan atas hak dasar
tersebut negara bertangggung jawab untuk menyediakan fasilitas pelayanan
kesehatan yang layak termasuk ketersediaan obat.
Pemerintah Republik Indonesia telah membuat beberapa kebijakan terkait
pengaturan ketersediaan/akses obat yang aman, bermutu, dan berkhasiat secara
efeksif dan efisien yang dituangkan dalam bentuk Undang-Undang hingga
Peraturan/Keputusan Menteri Kesehatan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Pemerintah menjamin ketersediaan,
pemerataan, dan keterjangkauan perbekalan kesehatan terutama obat esensial
(Pasal 36) dan pegelolaannya dilaksanakan dengan memperhatikan manfaat, harga,
dan pemerataan (Pasal 37). Pemerintah juga menyusun daftar obat esensial yang
harus tersedia untuk kepentingan masyarakat dan menjamin agar obat tersebut
tersedia secara merata dan terjangkau (Pasal 40). Selain itu, dalam rangka menjamin
ketersediaan obat dan meningkatkan mutu pelayanan, Menteri Kesehatan menyusun
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) terdapat dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.01.07/MENKES/395/2017. Menteri Kesehatan sebagaimana diamanatkan
dalam Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 juga menyusun Formularium Nasional
(ForNas) dengan mengacu pada DOEN sebagai acuan yang digunakan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Proses pengelolaan obat sendiri terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap
perencanaan, tahap pengadaan, tahap distribusi dan tahap penggunaan. Salah satu
aspek penting lain dan menentukan dalam pengelolaan obat adalah pengadaan obat.
Dalam prakteknya terdapat banyak kasus kasus muncul berkaitan dengan pengadaan
obat/perbekalan kesehatan yang lainnya seperti alokasi dana pengadaan yang belum
sesuai, kesesuaian antara pengadaan dengan kenyataan pakai obat, frekuensi
pengadaan yang belum sesuai, dan presentase pengadaan obat non generik yang
masih tinggi (Maspekerh, 2018 ; Safriantini, 2011). Dalam rangka meningkatkan mutu
kegiatan penggadaan, disusunlah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sedangkan peraturan yang
lebih spesifik terkait dengan pengadaan obat publik, tertuang dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis
Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan
Dasar. Dengan adanya peraturan peraturan tersebut diharapkan proses pengadaan
yang dilaksanakan dapat efektif dan akan menjamin ketersediaan obat yang tepat
dengan kuantitas yang tepat, dengan harga pantas dan sesuai dengan standar
kualitas yang telah ditetapkan.

PENGADAAN OBAT PUBLIK

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan


perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
Kegiatan Pengadaan barang/jasa pemerintah/publik merupakan pengadaan
barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh
APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah
terima hasil pekerjaan. Menurut Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tengtang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, terdapat beberapa metode pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi/jasa publik, antara lain e-purchasing, pengadaan
langsung, penunjukan langsung, tender cepat dan tender, pemilihan langsung, dan
swakelola.

A. Pengadaan Langsung
Metode pemilihan penyedia untuk pengadaan barang/jasa konstruksi/jasa
lainnya dengan nilai pengadaan/harga perkiraan sendiri kurang dari atau sama
dengan Rp. 200.000.000. Selain digunaakn untuk pengadaan barang dan jasa,
metode ini juga digunakan untuk pengadaan jasa konsultasi dengan nilai
pengadaan/harga perkiraan sendiri kurang dari atau sama dengan Rp.
100.000.000. Pengadaan dengan metode ini dilaksanakan oleh Pejabat pengadaan
dengan sistem E-pengadaan langsung dengan bentuk kontrak berupa surat
perjanjian kerja. Berikut ini adalah mekanisme dari pengadaan dengan metode
pengadaan langsung:
1. Pejabat Pembuat Komitmen mengumumkan rencana umum pengadaan di
Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan
2. Pejabat Pembuat Komitmen membuat Kerangka Acuan Kerja, Harga Perkiraan
Sendiri, dan Spesifikasi
3. Pejabat Pembuat Komitmen mengajukan pemilihan penyedia kepada Pejabat
Pengadaan
4. Pejabat pengadaan mengundang penyedia, memberikan penjelasan
pengadaan dan meminta penawaran
5. Pejabat pengadaan melakukan evaluasi penawaran
6. Pejabat pengadaan melakukan klarifikasi dan negosiasi harga
7. Pejabat pengadaan menetapkan penyedia dan mengusulkan ke Pejabat
Pembuat Komitmen
8. Pejabat Pembuat Komitmen membuat Surat Penunjukan Penyedia
9. Pejabat Pembuat Komitmen membuat Surat Penunjukan Penyedia
10. Pejabat Pembuat Komitmen dan penyedia menandatangani kontrak berupa
Surat Perintah Kerja (SPK)
11. Pelaksanaan pekerja oleh penyedia
12. Serah terima pekerjaan antara Pejabat Pembuat Komitmen dan penyedia

B. Penunjukan Langsung
Metode pemilihan untuk mendapatkan penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya dalam keadaan tertentu. Pengadaan dengan metode ini
memiliki beberapa kriteria seperti :
- Kegiatan yang mendadak untuk menindaklanjuti komitmen internasional yang
dihadiri oleh Presiden/Wakil Presiden
- Barang/jasa yang bersifat rahasia untuk kepentingan negara
- Hanya dapat disediakan oleh satu pelaku usaha yang mampu
- Pengadaan dan penyaluran benih unggul kepada petani untuk menjamin
ketersediaan benih dan pupuk secara tepat dan cepat
- Pekerjaan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan perumahan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah
- Barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang spesifik dan hanya dapat
dilaksanakan oleh pemegang hak paten
- Barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang setelah dilakukan tender ulang
mengalami kegagalan
- Melanjutkan pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnyadalam hal
terjadi pemutusan kontrak
- Penunjukan langsung dalam keadaan darurat (Bencana alam/sosial, namun
telah ditetapkan status keadaan darurat atau keadaan diluar bencana namun
telah ditetapkan sebagai kasus darurat)

C. Pemilihan langsung
Metode pemilihan langsung merupakan metode cara pembelian/pembayaran
secara langsung kepada penyedia oleh pejabat pengadaan, dengan nominal
pengadaan kurang atau sama dengan Rp. 50.000.000. Bentuk kontrak dalam
metode pengadaan ini adalah dengan bukti pembayaran/nota apabila nominal yang
dikeluarkan paling banyak Rp. 10.000.000. Namun, apabila nominal yang
dikeluarkan lebih dari Rp. 10.000.000 namun kurang dari Rp. 50.000.000, maka
digunakan bentuk kontrak kuitansi.

D. Tender
Metode pemilihan penyedia untuk pengadaan barang/jasa konstruksi/jasa
lainnya dengan nilai pengadaan/harga perkiraan sendiri lebih dari Rp.200.000.000.
Pengadaan dengan metode tender digunakan apabila tidak dapat melakukan
pengadaan dengan metode lainnya. Metode tender juga dapat digunakan untuk
pengadaan jasa konsultasi dengan nilai pengadaan sebesar Rp. 100.000.000.
Pelaksana pemilihan dari metode tender adalah kelompok kerja pemilihan dengan
bentuk kontrak berupa surat perjanjian.Berikut ini adalah mekanisme dari
pengadaan dengan metode tender
1. Pejabat Pembuat Komitmen mengumumkan rencana umum pengadaan di
Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan.
2. Pejabat Pembuat Komitmen Menyusun Kerangka Acuan Kerja, Harga
Perkiraan Sendiri, Spesifikasi
3. Pejabat Pembuat Komitmen mengajukan pengadaan kepada Kelompok Kerja
Pemilihan (UKPBJ)
4. Kelompok Kerja Pemilihan melaksanakan proses pengadaan, pada pelaksaan
pemilihan penyedia, terdapat beberapa proses, diantaranya
- Kualifikasi penyedia
- Pengumuman
- Pendaftaran dan pengambilan dokumen
- Pemberian penjelasan
- Penyampaian dokumen penawaran
- Evaluasi dokumen penawaran
- Penetapan dan pengumuman pemenang
- Sanggah
- Sanggah banding (khusus pengadaan jasa konstruksi)
5. Kelompok Kerja Pemilihan mengusulkan pemenang tender kepada Pejabat
Pembuat Komitmen
6. Pejabat Pembuat Komitmen membuat surat penunjukan penyedia
7. Pejabat Pembuat Komitmen meminta jaminan pelaksanaan kepada Penyedia
8. Pejabat Pembuat Komitmen dan Penyedia menandatangani Surat Perjanjian
9. Penyedia melaksanakan pekerjaan
10. Berita acara serah terima pekerjaan antara Penyedia dengan Pejabat Pembuat
Komitmen

E. Tender Cepat
Mekanisme pengadaan serta besar nilai minimum pengadaan pada tender
cepat sama dengan metode tender biasa, namun terdapat beberapa kriteria
barang/jasa yang dapat dilakukan pengadaan dengan metode ini, yaitu :
- Penyedia telah terkualifikasi dalam system informasi kinerja penyedia (E-Sikap)
- Spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah dapat ditentukan secara rinci
- Dapat menyebutkan merek
- Peserta diundang dan menyampaikan penawaran
- Evaluasi dilakukan melalui aplikasi
- Penetapan pemenang berdasarkan penawaran terendah

F. E-Purchasing
Metode pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang terdapat
di dalam katalog elektronik (e-catologue) atau Toko Daring. Sebelum melakukan
pengadaan, terlebih dahulu menyampaikan Rencana Kebutuhan Obat paling
lambat dibulan april pada tahun sebelumnya dengan menggunakan aplikasi e-
monev obat. Pengadaan dengan menggunakan metode ini wajib dilakukan untuk
barang/jasa yang menyangkut pemenuhan kebutuhan nasional yang ditetapkan
oleh menteri, kepala lembaga, atau kepala daerah. Pengadaan dengan metode ini
tidak hanya dilakukan di instalasi milik pemerintah saja, namun fasilitas kesehatan
swasta (FKTP atau apotek) maupun industri farmasi yang bekerjasama dengan
BPJS juga dapat melakukan pengadaan dengan metode ini.

G. Seleksi
Metode seleksi hanya dilakukan khusus untuk pengadaan jasa konsultasi.
Pengadaan jasa konsultasi dengan menggunakan metode ini bernilai paling sedikit
diatas Rp.100.000.000.

H. Swakelola
Metode pengadaan dengan menggunakan swakelola dilakukan untuk barang
atau jasa yang kegiatannya direncanakan, dikerjakan, dan atau diawasi sendiri
oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah lain, organisasi masyarakat atau kelompok masyarakat. Terdapat beberapa
kriteria barang yang pengadaannya dapat dilakukan dengan metode swakelola,
antara lain:
1. Barang dan jasa yang dilihat dari segi nilai, lokasi, dan/atau sifatnya
2. Penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan, kursus, penataran,
seminar, lokakarya atau penyuluhan;
3. barang dan jasa yang dihasilkan oleh usaha ekonomi kreatif dan budaya
dalam negeri untuk kegiatan pengadaan festival, parade seni/budaya;
4. sensus, survei, pemrosesan/pengolahan data, perumusan kebijakan publik,
pengujian laboratorium dan pengembangan sistem, aplikasi, tata kelola,
atau standar mutu tertentu;
5. barang dan jasa yang masih dalam pengembangan sehingga belum dapat
disediakan atau diminati oleh penyedia.
6. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi kemasyarakatan,
kelompok masyarakat, atau masyarakat; atau
7. Barang dan jasa yang pelaksanaan pengadaannya memerlukan partisipasi
masyarakat.
Terdapat beberapa metode pelaksanaan pengadaan dengan swakelola, yakni:
- Swakelola tipe 1 digunakan apabila pekerjaan yang akan diswakelola
merupakan tugas dan fungsi dari kementerian/lembaga/pemerintah
daerah.
- Swakelola tipe 2 digunakan apabila kementerian/lembaga/pemerintah
daerah memiliki tugas sebagai penanggung jawab, namun dilimpahkan
kepada pelaksana diluar kementerian/lembaga/pemerintah daerah.
- Swakelola tipe 3 dilaksanakan berdasar kontrak Pejabat Pembuat
Komitmen dengan pimpinan organisasi kemasyarakatan
- Swakelola tipe 4 digunakan apabila kegiatan melibatkan masyarakat
langsung karena dianggap mampu untuk melaksanakan.

KESIMPULAN SARAN
Pengadaan obat merupakan salah satu aspek penting dalam proses
pengelolaan obat, terdapat beberapa metode pengadaan barang/pekerjaan
konstruksi/jasa publik, antara lain e-purchasing, pengadaan langsung, penunjukan
langsung, tender cepat, tender, pemilihan langsung, seleksi, dan swakelola. Seluruh
metode pengadaan obat publik tersebut dilaksanakan dengan tujuan menjamin
ketersediaan obat secara efektif dengan kuantitas yang tepat, dengan harga pantas
dan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan.
Untuk memenuhi ketersediaan obat publik diharapkan pelaksana dapat
memperbaiki dan mengoptimalkan sistem pengadaan obat. Dinas Kesehatan juga
diharapkan memberikan bimbingan kepada pelaksana di lapangan mengenahi
pemahaman tentang cara merencanakan dan mengadakan kebutuhan obat. Selain
itu, pencatatan dan pelaporan pemakaian obat secara jujur dan tertib juga diperlukan
untuk membuat perencanaan dalam pengadaan obat supaya ketersediaan jumlah
obat dapat tepat.
DAFTAR RUJUKAN
Maspekeh, H., Satibi, dan Widodo, G.P., 2018. Evaluasi Perencanaan dan
Pengadaan Kebutuhan Obat Publik serta Ketersediaan Obat di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Daerah Kota Tomohon Tahun 2016. Jurnal Farmasi dan
Sains Indonesia. 1(2) : 14-25.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/395/2017 Tentang Daftar Obat Esensial
Nasional.

Menteri Kesehatan, 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1121/MENNKES/SK/XII/2008 Tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar.

Menteri Kesehatan, 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 5


Tahun 2019 tentang Perencanaan dan Pengadaan Obat berdasarkan Katalog
Elektronik.

Presiden Republik Indonesia, 2021. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor


12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Republik Indonesia, 1945.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945.

Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun


2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Republik Indonesia, 2009. Undang Undang Repulik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan.

Safriantini, D., Ainy, A., dan Mutahar, R., 2011. Analisis Perencanaa dan Pengadaan
Obat di Puskesmas Pembina Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
2(1) : 30-38.

Anda mungkin juga menyukai