Anda di halaman 1dari 17

STANDAR PROFESIONAL

AKUNTAN PUBLIK

STANDAR JASA INVESTIGASI 5300


PEMERIKSAAN INVESTIGATIF

Standar Jasa Investigasi ini diterbitkan oleh


Dewan Standar Profesional Akuntan Publik II
Institut Akuntan Publik Indonesia
Standar Jasa Investigasi (SJI) 5300
Pemeriksaan Investigatif
Berlaku Efektif untuk Perikatan Jasa Investigasi Pada atau Setelah Tanggal 1 Januari
2022

INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA


Office 8 Building Lantai 12 Unit 12I-12J
Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53
Senopati Raya, Jakarta 12190, Indonesia.
Telp. : (021) 29333151, 72795445/46
Website : http://www.iapi.or.id
Email : info@iapi.or.id / teknis@iapi.or.id

Hak Cipta © 2021 Institut Akuntan Publik Indonesia

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotocopi, merekam,
atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Institut Akuntan
Publik Indonesia.

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta yang meliputi penerjemahan dan
pengadaptasian Ciptaan untuk Penggunaan Secara Komersil dipidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta yang meliputi penerbitan, penggandaan dalam
segala bentuknya, dan pendistribusian Ciptaan untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
3. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada poin kedua di atas yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar
rupiah).

Institut Akuntan Publik Indonesia

Standar Jasa Investigasi (SJI) 5300


Pemeriksaan Investigatif

−Jakarta: IAPI, 2021


1 jil., 18 hlm, 15,5 x 24 cm

ISBN: XXX-XXX-XXXXX-X-X

1. Standar Jasa Investigasi (SJI) 5300 2. Akuntan Pubik


I. Judul II. Institut Akuntan Publik Indonesia

ii SJI 5300
Pemeriksaan Investigatif

PENGANTAR

SJI 5300, “Pemeriksaan Investigatif” telah disetujui oleh Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik II pada tanggal 14 Agustus 2021 dan berlaku efektif untuk perikatan jasa investigasi
pada atau setelah tanggal 1 Januari 2022.

SJI 5300 digunakan bagi Akuntan Publik yang memberikan jasa investigasi atas pemeriksaan
investigatif.

Jakarta, 14 Agustus 2021


Dewan Standar Profesional Akuntan Publik II

Handoko Tomo Ketua


Andhita Yukihana R. Anggota
Basyiruddin Nur Anggota
Iskariman Supardjo Anggota
Jamaluddin Iskak Anggota
Mulyadi Anggota
Soekamto Anggota

iii SJI 5300


Pemeriksaan Investigatif

PENETAPAN DAN PENGESAHAN

Dewan Pengurus Institut Akuntan Publik Indonesia telah menetapkan dan mengesahkan SJI
5300, “Pemeriksaan Investigatif” dan berlaku efektif untuk perikatan jasa investigasi pada atau
setelah tanggal 1 Januari 2022.

Penetapan dan pengesahan SJI 5300 oleh Dewan Pengurus, berdasar kepada persetujuan
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik II pada tanggal xx Agustus 2021.

Jakarta, xx Agustus 2021


Dewan Pengurus Institut Akuntan Publik Indonesia

Tarkosunaryo Ketua Umum


Sapto Amal Damandari Ketua
Tia Adityasih Ketua
Hendang Tanusdjaja Ketua
Handoko Tomo Ketua
Aria Kanaka Ketua
Ellya Noorlisyati Ketua
Florus Daeli Ketua
Irhoan Tanudiredja Ketua
Johanna Gani Ketua
Syahril Ali Ketua
Rian Benyamin Surya Ketua
Sugeng Praptoyo Ketua
Steven Tanggara Ketua
Irwan Haswir Ketua
Palti FTH Siahaan Ketua

SJI 5300 iv
Pemeriksaan Investigatif

STANDAR JASA INVESTIGASI (SJI)


SJI 5300 – PEMERIKSAAN INVESTIGATIF
(Berlaku efektif untuk perikatan jasa investigasi
pada atau setelah tanggal 1 Januari 2022)

DAFTAR ISI
Paragraf
Ruang Lingkup .......................................................................................................... 1
Penerimaan Masalah, Kasus, dan/atau Perkara ..................................................... 2-7
Perencanaan ............................................................................................................ 8-15
Pelaksanaan ............................................................................................................. 16-29
Pengomunikasian Ekspose Hasil Pemeriksaan Investigatif kepada Pihak yang
Berkepentingan ................................................................................................... 30-35
Pelaporan .................................................................................................................. 36-38

v SJI 5300
Pemeriksaan Investigatif

(Sengaja Dikosongkan)

SJI 5300 vi
Pemeriksaan investigatif

1 Ruang Lingkup
2
3 1. Permintaan jasa pemeriksaan investigatif, baik berdasarkan pendekatan langsung
4 maupun pendekatan litigasi dapat berupa:
5 a. Pengembangan temuan hasil audit sebelumnya.
6 Apabila dalam pelaksanaan audit sebelumnya ditemukan adanya dugaan kuat
7 penyimpangan yang terindikasi dapat merugikan keuangan, maka berdasarkan
8 permintaan yang berwenang, hal tersebut dapat ditindaklanjuti dengan perikatan
9 pemeriksaan investigatif.
10 b. Permintaan entitas usaha atas dugaan penyimpangan keuangan.
11 Permintaan pihak entitas usaha yang menemukan telah terjadi dugaan
12 penyimpangan keuangan, dapat ditindaklanjuti dengan perikatan pemeriksaan
13 investigatif.
14 c. Permintaan Instansi Penyidik, Kejaksaan, Kepolisian, dan/atau Penetapan
15 Pengadilan.
16 Atas permintaan Instansi Penyidik, Kejaksaan, Kepolisian, baik secara langsung
17 maupun melalui penetapan pengadilan, dapat ditindaklanjuti dengan perikatan
18 pemeriksaan investigatif (SJI 5300) dan dilanjutkan dengan perikatan
19 penghitungan kerugian keuangan (SJI 5400), dan dilanjutkan lagi dengan
20 perikatan pemberian keterangan ahli (SJI 5500).
21
22 Penerimaan Masalah, Kasus, dan/atau Perkara
23
24 2. Penerimaan masalah, kasus, dan/atau perkara merupakan tahap awal proses perikatan
25 pemeriksaan investigatif dalam rangka pertimbangan apakah akan menerima atau
26 menolak perikatan pemeriksaan investigatif.
27
28 3. Perikatan pemeriksaan investigatif dilaksanakan berdasarkan hasil penelaahan
29 (ekspose), yaitu proses pengungkapan secara formal suatu masalah, kasus, dan/atau
30 perkara.
31
32 4. Hasil penelaahan (ekspose) dituangkan dalam dokumen hasil penelaahan (ekspose)
33 atau suatu risalah yang ditandatangani pihak yang terkait dengan kegiatan
34 penelaahan (ekspose).
35
36 5. Dalam menerima perikatan, AP harus mempertimbangkan risiko perikatan dan mitigasi
37 risikonya sesuai SJI 5200.
38
39 6. Apabila dipandang perlu, AP dapat berkonsultasi dengan ahli hukum untuk meminta
40 pertimbangan dalam menerima atau menolak permintaan perikatan jasa investigasi.
41
42 7. Apabila dipandang perlu, ahli hukum dapat diikutsertakan dalam penelaahan (ekspose)
43 suatu masalah, kasus, perkara dan dimintakan pendapatnya.
44
45
46
47
48

1 SJI 5300
Pemeriksaan investigatif

1 Perencanaan
2
3 Permintaan Jasa Pemeriksaan Investigatif Berasal dari Entitas Usaha
4 8. Dalam hal permintaan pemeriksaan investigatif berasal dari entitas usaha/klien yang
5 sebelumnya telah dilakukan audit atas laporan keuangan, maka dilakukan kegiatan
6 sebagai berikut:
7 a. Dengan pertimbangan tertentu, pihak klien meminta AP/KAP melakukan
8 penelaahan atas dugaan temuan penyimpangan keuangan.
9 b. AP/KAP melakukan telaah (ekspose) terhadap laporan hasil audit sebelumnya
10 yang akan dikembangkan menjadi perikatan pemeriksaan investigatif.
11 c. Tujuan telaah (ekspose) adalah untuk meyakini layak atau tidaknya
12 penyimpangan tersebut ditindaklanjuti dengan perikatan pemeriksaan investigatif.
13 d. Layak atau tidaknya penyimpangan diukur berdasarkan kecukupan informasi
14 yang memenuhi kriteria 5W+2H sebagai berikut:
15 i. What (Apa – jenis penyimpangan dan dampaknya)
16 Informasi yang ingin diperoleh adalah substansi penyimpangan yang terjadi.
17 Informasi ini berguna sebagai hipotesis awal untuk mengungkapkan jenis-
18 jenis penyimpangan yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-
19 undangan serta dampak adanya penyimpangan.
20 ii. Who (Siapa – pihak yang terkait)
21 Informasi ini berkaitan dengan substansi siapa yang diduga melakukan
22 penyimpangan atau kemungkinan siapa saja yang dapat diduga melakukan
23 penyimpangan, dan pihak-pihak terkait yang nantinya perlu dimintakan
24 keterangan.
25 iii. Where (Di mana – tempat terjadinya penyimpangan)
26 Informasi ini berkaitan dengan tempat dimana terjadinya penyimpangan,
27 khususnya institusi/unit kerja tempat terjadinya penyimpangan. Informasi ini
28 sangat berguna dalam penentuan ruang lingkup perikatan pemeriksaan
29 investigatif serta membantu dalam menentukan locus (tempat terjadinya
30 penyimpangan).
31 iv. When (Kapan – waktu terjadinya penyimpangan)
32 Informasi ini berkaitan dengan kapan penyimpangan ini terjadi yang akan
33 mempengaruhi penentuan ruang lingkup perikatan pemeriksaan investigatif.
34 Penentuan tempus (saat/waktu terjadinya penyimpangan) membantu
35 pemahaman AP atas peraturan perundang-undangan yang berlaku saat
36 terjadinya penyimpangan, sehingga dalam mengungkapkan fakta dapat
37 diselaraskan dengan kriteria yang berlaku.
38 v. Why (Mengapa – penyebab terjadinya penyimpangan)
39 Informasi yang ingin diperoleh adalah mengapa seseorang melakukan
40 penyimpangan. Hal ini berkaitan dengan motif seseorang dalam melakukan
41 penyimpangan yang akan dapat mengarah kepada pembuktian unsur niat
42 (intention).
43 vi. How (Bagaimana – modus penyimpangan)
44 Informasi ini berkaitan dengan bagaimana penyimpangan tersebut terjadi
45 yang akan membantu dalam menyusun modus operandi penyimpangan
46 tersebut serta meyakini penyembunyian (concealment), dan pengonversian
47 (convertion) hasil penyimpangan.
48

SJI 5300 2
Pemeriksaan investigatif

1 vii. How Much (Berapa Banyak)


2 Informasi ini berkaitan dengan berapa banyak nilai nominatif keuangan yang
3 diduga dan/atau patut diduga terjadi sebagai akibat dari perbuatan
4 penyimpangan keuangan tersebut di atas.
5
6 Dalam kondisi tertentu, yaitu informasi yang diperoleh sangat terbatas,
7 tetapi terdapat keyakinan berdasarkan pertimbangan profesional AP
8 adalah layak ditindaklanjuti untuk diinvestigasi, maka minimal informasi
9 harus memenuhi kriteria 3W dari 5W+2H (what, who, where, when, why,
10 how, how much). Pertimbangan profesional dimaksud adalah pendapat
11 penelaah yang didasarkan pada data empiris kasus sejenis dan/atau
12 berdasarkan informasi lain yang mendukung laporan tersebut.
13 e. Hasil telaah (ekspose) di atas harus dituangkan dalam risalah hasil penelaahan
14 (ekspose) dan ditandatangani pihak terkait.
15 f. AP melakukan koordinasi dengan pimpinan yang berwenang pada entitas usaha
16 untuk memperoleh surat permintaan perikatan pemeriksaan investigatif.
17
18 9. Dalam hal permintaan pemeriksaan investigatif berasal dari pihak entitas usaha
19 untuk menindaklanjuti temuan awal adanya dugaan penyimpangan keuangan yang
20 diidentifikasi oleh kecurigaan pemilik, pengelola (manajemen), atau pihak yang
21 bertanggung jawab atas tata kelola, dan bukan berdasarkan hasil audit sebelumnya,
22 maka dilakukan kegiatan sebagai berikut:
23 a. Informasi tentang dugaan penyimpangan keuangan yang dapat ditindaklanjuti
24 dengan perikatan pemeriksaan investigatif adalah informasi yang langsung
25 disampaikan kepada pihak KAP.
26 b. Informasi yang didapat tetapi tidak ditujukan langsung kepada KAP, misalnya
27 tembusan surat maka hanya disimpan sebagai bahan/informasi dalam rangka
28 apabila KAP terkait dikemudian hari.
29 c. Terhadap informasi yang disampaikan langsung ke KAP maka tim KAP melakukan
30 proses penelaahan (ekspose).
31 d. Hasil telaah (ekspose) yang memenuhi kecukupan informasi dapat ditindaklanjuti
32 dengan perikatan pemeriksaan investigatif.
33 e. Kecukupan informasi adalah yang memenuhi kriteria 5W+2H atau dalam
34 kondisi tertentu ketika informasi yang diperoleh sangat terbatas, tetapi terdapat
35 keyakinan berdasarkan pertimbangan profesional AP bahwa layak ditindaklanjuti
36 untuk diinvestigasi, maka minimum informasi tersebut harus memenuhi kriteria 3W
37 dari 5W+2H tersebut pada paragraf 8 di atas.
38 Pertimbangan profesional dimaksud adalah pendapat penelaah yang didasarkan pada
39 data empiris kasus sejenis dan/atau berdasarkan informasi lain yang mendukung
40 informasi tersebut.
41
42 Permintaan Jasa Pemeriksaan Investigatif Berasal dari Instansi Penyidik, Kejaksaan,
43 Kepolisian, dan/atau Penetapan Pengadilan
44 10. Dalam hal permintaan pemeriksaan investigatif berasal dari instansi penyidik,
45 Kejaksaan, Kepolisian, dan/atau penetapan pengadilan, maka dilakukan kegiatan
46 sebagai berikut:
47 a. Permintaan Instansi Penyidik atau Penetapan Pengadilan harus disampaikan
48 secara tertulis kepada AP/KAP.

3 SJI 5300
Pemeriksaan investigatif

1 b. KAP mengadministrasikan surat permintaan dari Instansi Penyidik atau


2 Pengadilan.
3 c. Apabila permintaan perikatan diajukan Instansi Penyidik pada saat kasus diproses
4 baru pada tingkat penyelidikan, maka AP/KAP dapat memenuhi permintaan
5 perikatan pemeriksaan investigatif.
6 d. Apabila kasus telah diproses oleh penyidik pada tingkat penyidikan, maka AP/KAP
7 dapat memenuhi permintaan dengan perikatan penghitungan kerugian keuangan
8 (SJI 5400).
9
10 11. Permintaan perikatan investigasi dari Instansi Penyidik tidak dapat dipenuhi pada
11 kondisi berikut:
12 a. Diketahui bahwa Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan
13 dan Pembangunan, atau lembaga APIP lainnya, yaitu Inspektorat Jenderal
14 Kementerian/lnspektorat LPNK/Inspektorat Pemerintah Daerah sedang atau
15 sudah melakukan perikatan investigasi atas kasus yang sama.
16 b. Diketahui bahwa salah satu Instansi Penyidik lainnya sedang atau sudah
17 melakukan penyelidikan/penyidikan atas kasus yang sama.
18 AP/KAP menyampaikan surat pemberitahuan yang ditujukan kepada Instansi Penyidik
19 mengenai tidak dapat dipenuhinya perikatan investigasi dengan menyebutkan alasan
20 sebagaimana tersebut di atas.
21
22 12. Dalam hal permintaan perikatan jasa investigasi dari Instansi Penyidik berkaitan dengan
23 penyimpangan atas suatu kegiatan yang ternyata dananya di luar lingkup keuangan
24 negara, maka perikatan jasa investigasi juga dapat dipenuhi setelah adanya Penetapan
25 Pengadilan.
26
27 13. Proses kegiatan perencanaan dilaksanakan melalui penelaahan (ekspose) dengan
28 Instansi Penyidik yang bertujuan untuk memperoleh kecukupan informasi sebelum
29 diterbitkannya Surat Penugasan.
30
31 14. Hasil telaah (ekspose) yang memenuhi kecukupan informasi dapat ditindaklanjuti
32 dengan perikatan jasa investigasi.
33
34 15. Kecukupan informasi adalah memenuhi kriteria 5W+2H atau dalam kondisi tertentu
35 ketika informasi yang diperoleh sangat terbatas, tetapi terdapat keyakinan berdasarkan
36 pertimbangan profesional AP bahwa layak ditindaklanjuti untuk diinvestigasi, maka
37 minimum informasi tersebut harus memenuhi kriteria 3W dari 5W+2H tersebut pada
38 paragraf 8 di atas.
39
40 Pertimbangan profesional dimaksud adalah pendapat penelaah yang didasarkan pada
41 data empiris kasus sejenis dan/atau berdasarkan informasi lain yang mendukung
42 laporan tersebut.
43
44 Pelaksanaan
45
46 Pengumpulan Bukti
47 16. AP harus mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat sebagai basis untuk menyatakan
48 kesimpulan.

SJI 5300 4
Pemeriksaan investigatif

1 17. Dalam pengumpulan bukti, yang terkait dengan proses investigasi untuk tujuan litigasi,
2 maka AP perlu mempertimbangkan unsur-unsur yang menjadi indikator terjadinya
3 perbuatan curang, penggelapan, penipuan, dan/atau korupsi sebagaimana dimaksud
4 dalam KUHP, UU Tipikor, dan peraturan perundang-undangan lainnya.
5
6 18. Dalam pemeriksaan investigatif, pengumpulan dan evaluasi bukti dimaksudkan untuk
7 mendukung kesimpulan dan temuan pemeriksaan investigatif, dengan pedoman
8 sebagai berikut:
9 a. Pelaksanaan pengumpulan dan evaluasi bukti harus difokuskan pada upaya
10 pengujian hipotesis untuk mengungkapkan:
11 i. Fakta-fakta dan proses kejadian (termasuk didalamnya dengan
12 membandingkan antara kejadian yang senyatanya terjadi dengan kejadian
13 yang seharusnya terjadi).
14 ii. Sebab dan dampak penyimpangan;
15 iii. Pihak-pihak yang terkait (terlibat atas penyimpangan dan dampaknya).
16 b. Pengumpulan dan evaluasi bukti ditujukan untuk menghindari risiko dari
17 kemungkinan salah, bias, tidak dapat diyakini, dan atau tidak lengkapnya bukti-
18 bukti yang diperlukan.
19 c. Dalam hal pengumpulan bukti, AP harus:
20 i. Mengkaji waktu yang dibutuhkan, metodologi, prosedur, dan teknik yang
21 digunakan;
22 ii. Mengantisipasi untuk memeroleh informasi yang berhubungan dengan fakta
23 mengenai motivasi yang melatarbelakangi permasalahan (intention),
24 penyembunyian (concealment), dan pengonversian (convention);
25 iii. Memaksimalkan sumber-sumber bukti, termasuk dengan melakukan
26 koordinasi dengan instansi yang memberikan mandat penugasan baik
27 Pimpinan/Atasan Pimpinan Objek Penugasan maupun Instansi Penyidik;
28 iv. Melakukan permintaan bukti secara tertulis kepada pihak yang berkompeten
29 mengeluarkan atau menguasai bukti-bukti tersebut dengan memperhatikan
30 peraturan perundang-undangan yang berlaku.
31 v. Dalam hal pihak yang diperiksa (terduga) yang mempunyai kewajiban
32 menyediakan bukti-bukti yang diminta oleh tim audit ternyata tidak segera
33 memenuhi bukti-bukti yang diminta, setelah diminta secara tertulis, maka
34 ketua tim yang bertugas membuat surat permintaan kedua yang ditujukan
35 kepada pihak yang diperiksa (terduga) dan tembusan kepada Pimpinan KAP
36 dengan menyebutkan batas waktu untuk memenuhi permintaan bukti-bukti
37 tersebut.
38 vi. Batas waktu yang dimaksud di atas maksimum 2 (dua) minggu atau selama
39 waktu tertentu sesuai pertimbangan tim yang ditugaskan.
40 vii. Dalam hal setelah permintaan kedua dan dalam jangka waktu yang telah
41 ditetapkan ternyata bukti-bukti yang diminta tersebut belum dipenuhi oleh
42 pihak yang diperiksa, maka AP dapat menghentikan sementara
43 pemeriksaan investigatif dengan surat yang ditujukan kepada pimpinan
44 pihak yang diaudit atau pihak yang melakukan perikatan dengan AP.
45 d. Setiap bukti yang diterima dibuatkan daftarnya dan dicatat berdasarkan sumber
46 informasi yang mengeluarkan bukti-bukti tersebut.

5 SJI 5300
Pemeriksaan investigatif

1 e. AP menjaga kesinambungan penguasaan (chain of custody) bukti dan


2 mengembangkan serangkaian pengawasan atas sumber, kepemilikan, dan
3 penyimpanan semua bukti yang berkaitan dengan penugasan.
4
5 Evaluasi Bukti
6 19. Dalam mengevaluasi bukti, AP harus:
7 a. Menguji atau mengevaluasi seluruh bukti yang dikumpulkan dengan
8 memerhatikan urutan proses kejadian (sequences) atau rekonstruksi kejadian dan
9 kerangka waktu kejadian (time frame) yang dijabarkan dalam bentuk bagan arus
10 kejadian (flow chart) atau narasi pengungkapan fakta dan proses kejadian;
11 b. Menilai keabsahan bukti yang dikumpulkan selama pekerjaan audit;
12 c. Menilai kesesuaian bukti dengan kriteria yang dijadikan acuan;
13 d. Mengidentifikasi, mengkaji, dan membandingkan semua bukti yang relevan dan
14 pengutamaan substansi mengungguli bentuk (substance over form), serta
15 mengembangkan dan menguji hipotesis dengan maksud untuk mengevaluasi
16 permasalahan selama dalam penugasan.
17
18 20. Dalam melakukan pengumpulan dan evaluasi bukti, praktisi harus melakukan klarifikasi
19 dan konfirmasi yang memadai kepada pihak-pihak terkait untuk memastikan kecukupan
20 dan ketepatan bukti (relevansi bukti, keandalan bukti, dan kompetensi bukti):
21 a. Hasil klarifikasi dituangkan dalam Berita Acara Klarifikasi dan ditandatangani oleh
22 AP yang meminta klarifikasi dan pihak yang diklarifikasi.
23 b. Permintaan klarifikasi kepada pihak-pihak yang terkait sekaligus sebagai
24 permintaan tanggapan kepada yang bersangkutan atas fakta-fakta yang diperoleh
25 AP berdasarkan bukti lain yang didapat.
26 c. Apabila tanggapan dari pihak yang diklarifikasi bertentangan dengan bukti yang
27 lain yang didapat, AP harus melakukan evaluasi kembali tanggapan tersebut
28 secara seimbang dan objektif.
29
30 21. Berdasarkan pengujian hipotesis dengan melakukan evaluasi terhadap bukti-bukti yang
31 diperoleh, AP mengidentifikasi jenis penyimpangan, fakta dan proses kejadian, kriteria
32 yang seharusnya dipatuhi, penyebab dan dampak yang ditimbulkan, serta pihak-pihak
33 yang terkait.
34
35 22. Dalam hal pengumpulan dan evaluasi bukti memerlukan bantuan teknis yang dimiliki
36 ahli lain, maka dapat menggunakan tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan perikatan
37 pemeriksaan investigatif.
38
39 23. Dalam hal tenaga ahli digunakan untuk perikatan pemeriksaan investigatif, maka harus
40 ada pemahaman dan komunikasi yang cukup antara AP dengan tenaga ahli tersebut,
41 untuk meminimalkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan salah menafsirkan
42 hasil pekerjaan dan/atau informasi dari tenaga ahli tersebut.
43
44 24. Dalam hal diperlukan pengumpulan dan evaluasi bukti berupa dokumen elektronik, AP
45 harus memperhatikan prinsip dasar prosedur pengumpulan bukti dokumen elektronik,
46 yaitu:
47 a. Tidak boleh melakukan kegiatan apapun yang menyebabkan terjadinya
48 perubahan data baik pada komputer atau media penyimpanan;

SJI 5300 6
Pemeriksaan investigatif

1 b. Pada kondisi ketika seseorang merasa perlu untuk melakukan akses ke data asli,
2 harus dipastikan dilakukan oleh orang yang ahli dan kompeten serta dapat
3 memberikan penjelasan yang cukup terhadap tindakan yang dilakukannya serta
4 penjelasan mengapa hal tersebut dilakukan;
5 c. Harus dilakukan jejak audit (audit trail) yang menggambarkan kesinambungan
6 penguasaan (chain of custody) bukti yang dapat dipertanggungjawabkan, bahkan
7 jika menggunakan alat bantu lain;
8 d. AP harus bertanggung jawab untuk memastikan tidak ada pelanggaran hukum
9 atau aturan lain yang terjadi;
10 e. Pengumpulan dan pengevaluasian bukti dokumen elektronik secara teknis dan
11 terperinci dapat mengacu ke panduan teknis.
12
13 25. Dalam hal terdapat penolakan penugasan, maka AP harus memeroleh bukti tertulis
14 penolakan tersebut.
15 a. Dalam hal pihak yang diperiksa (terduga) atau bagian dari pihak yang diperiksa
16 (terduga) tidak bersedia membuat penolakan secara tertulis, maka AP membuat
17 risalah penolakan yang ditandatangani oleh pihak terkait.
18 b. AP melaporkan secara tertulis mengenai alasan penolakan yang dikemukakan
19 pihak yang diperiksa (terduga).
20 c. Dalam hal pihak yang diperiksa (terduga) atau bagian dari pihak yang diperiksa
21 (terduga) tidak kooperatif dalam pelaksanaan penugasan, maka diambil langkah
22 sebagai berikut:
23 i. AP memberitahukan secara tertulis segala permasalahan.
24 ii. Pimpinan KAP melakukan koordinasi dengan pihak terkait yang kompeten
25 guna menghilangkan hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan
26 pemeriksaan investigatif.
27
28 26. Dalam hal terdapat hambatan dalam pengumpulan bukti, AP dapat meminta bantuan
29 Penyidik untuk membantu mencari dan mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan
30 apabila pemeriksaan investigatif dilakukan atas permintaan Instansi Penyidik.
31
32 27. Dalam hal pemeriksaan investigatif dilanjutkan dengan penghitungan kerugian
33 keuangan, AP mengumpulkan dan mengevaluasi bukti sesuai dengan SJI 5300 dan SJI
34 5400.
35
36 28. AP harus melakukan pengendalian yang memadai terhadap setiap perikatan
37 pemeriksaan investigatif terutama untuk penugasan yang sudah melampaui batas
38 waktu agar diidentifikasi hambatan dan kendala yang dihadapi.
39
40 29. Dalam hal perikatan pemeriksaan investigatif sedang berjalan dan dijumpai kondisi yang
41 tidak diharapkan dan di luar kendali sehingga terdapat risiko penugasan investigasi tidak
42 dapat dilanjutkan (seperti pembatasan informasi), maka AP/KAP dapat menghentikan
43 penugasan dengan menerbitkan surat penghentian penugasan beserta alasan
44 penyebabnya.
45
46
47
48

7 SJI 5300
Pemeriksaan investigatif

1 Pengomunikasian Ekspose Hasil Pemeriksaan Investigatif kepada Pihak yang


2 Berkepentingan
3
4 30. Mengingat permintaan tanggapan dari pihak-pihak yang terkait telah dilakukan dengan
5 klarifikasi tertulis pada tahap pengumpulan dan evaluasi bukti, dan AP telah
6 mengevaluasi kembali tanggapan pihak-pihak terkait jika bertentangan dengan bukti
7 audit yang lain, maka pengomunikasian hasil pemeriksaan investigatif kepada pihak-
8 pihak terkait lebih bersifat penyampaian hasil audit dari AP kepada pihak pemberi tugas.
9
10 31. Pembahasan hasil pemeriksaan investigatif dilakukan apabila terdapat informasi yang
11 belum diuji/dievaluasi pada saat tahapan evaluasi bukti dan baru disampaikan pada
12 tahap ini. Apabila informasi tersebut memengaruhi kesimpulan hasil pemeriksaan, AP
13 mempertimbangkan untuk mengevaluasi informasi tersebut secara seimbang dan
14 objektif serta menyajikan secara memadai informasi tersebut dalam Laporan atas Hasil
15 Pemeriksaan Investigatif.
16
17 32. Media pengomunikasian hasil investigasi dapat berupa ekspose atau pertemuan
18 dengan pihak yang terkait dengan pembuat perikatan atau pemberi penugasan.
19
20 33. Untuk penugasan investigasi yang dikembangkan dari hasil audit sebelumnya, berlaku
21 mekanisme sebagai berikut:
22 a. AP mengomunikasikan hasil pemeriksaan investigatif dengan melakukan
23 ekspose.
24 b. Apabila hasil pemeriksaan investigatif menyimpulkan adanya penyimpangan yang
25 berindikasi merugikan keuangan, praktisi menyampaikan rekomendasi agar pihak
26 terkait menindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.
27 c. Hasil ekspose dituangkan dalam risalah, yang memuat secara kronologis kejadian
28 yang dapat diekspos.
29
30 34. Untuk penugasan investigasi atas permintaan Instansi Penyidik, berlaku ketentuan
31 sebagai berikut:
32 a. Mengomunikasikan hasil pemeriksaan investigatif dengan Instansi Penyidik yang
33 meminta bantuan investigasi dengan melakukan ekspose.
34 b. Ekspose dilakukan atas hasil pemeriksaan investigatif yang menyimpulkan
35 adanya penyimpangan berindikasi merugikan keuangan maupun tidak ada
36 penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan.
37 c. Tujuan dilakukannya ekspose dengan Instansi Penyidik adalah untuk mendapat
38 kepastian terpenuhinya atau tidak terpenuhinya unsur aspek hukum sehingga AP
39 memperoleh dasar keyakinan yang memadai bahwa hasil pemeriksaan
40 investigatif tersebut berindikasi Tindak Pidana atau tidak.
41 d. Kesepakatan hasil ekspose dituangkan dalam Risalah Hasil Ekspose yang
42 ditandatangani AP dan Instansi Penyidik sebagai dasar bahwa hasil ekspose telah
43 disetujui oleh pihak yang terkait dengan tindak lanjut kasus.
44 e. Atas hasil pemeriksaan investigatif yang menyimpulkan adanya penyimpangan
45 yang berindikasi Tindak Pidana, AP menyampaikan rekomendasi agar Penyidik
46 menindaklanjuti sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
47

SJI 5300 8
Pemeriksaan investigatif

1 35. Pengomunikasian hasil pemeriksaan investigatif yang menyimpulkan adanya


2 penyimpangan yang berindikasi Tindak Pidana dilakukan dengan menyampaikan hasil
3 investigasi berupa ringkasan penyimpangan, penyebab, dan dampak penyimpangan
4 dalam ekspose atau pertemuan dan dituangkan dalam Risalah Pembicaraan Akhir.
5
6 Pelaporan
7
8 36. Laporan AP atas pemeriksaan investigatif adalah dokumen rahasia yang hanya boleh
9 diketahui oleh AP dan Pihak yang melakukan perikatan dengan AP, kecuali ditentukan
10 lain berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau penetapan pengadilan
11
12 37. AP harus menyimpulkan apakah bukti yang cukup dan tepat telah diperoleh untuk
13 mendukung kesimpulan yang dinyatakan dalam laporan pemeriksaan investigatif.
14 Dalam mengembangkan kesimpulan, AP mempertimbangkan seluruh bukti yang
15 diperoleh, terlepas apakah bukti-bukti tersebut mendukung atau bertentangan dengan
16 informasi hal pokok.
17
18 38. Unsur-unsur pokok dalam laporan pemeriksaan investigatif terdiri dari:
19 a. Laporan diberi judul: Laporan Akuntan Publik atas Pemeriksaan investigatif.
20 b. Pihak yang dituju.
21 c. Suatu paragraf yang berisi pernyataan bahwa perikatan dilaksanakan
22 berdasarkan Standar Jasa Investigasi yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik
23 Indonesia.
24 d. Suatu paragraf yang berisi pernyataan bahwa yang menentukan terjadi atau
25 tidaknya suatu perbuatan penyimpangan keuangan atau melawan hukum adalah
26 hakim di pengadilan, bukan AP.
27 e. Suatu identifikasi dan deskripsi tentang informasi hal pokok dan jika relevan,
28 tentang hal pokok mencakup antara lain:
29 i. Saat atau periode yang berkaitan dengan pengevaluasian atau pengukuran
30 hal pokok;
31 ii. Jika relevan, nama entitas atau komponen entitas yang berkaitan dengan
32 hal pokok;
33 iii. Suatu penjelasan tentang karakteristik hal pokok;
34 iv. Pengidentifikasian kriteria;
35 v. Jika relevan, suatu penjelasan keterbatasan yang signifikan dan inheren,
36 yang terkait dengan pengevaluasian atau pengukuran hal pokok
37 dibandingkan dengan kriteria;
38 vi. Uraian Hasil Pelaksanaan Investigasi; dan
39 vii. Kesimpulan AP;
40 f. Tanggal laporan.
41 g. Nama Akuntan Publik, tanda tangan, dan nomor izin/registrasi Akuntan Publik dari
42 Menteri Keuangan.
43 h. Nama KAP, nomor izin usaha KAP, dan alamat KAP apabila belum dicantumkan
44 dalam kop suratnya KAP.
45
46
47
48

9 SJI 5300
Pemeriksaan investigatif

1
2 Uraian hasil pelaksanaan pemeriksaan investigatif dan kesimpulan AP pada butir (6)
3 dan (7) di atas mengacu pada beberapa hal berikut:
4 a. Dasar Hukum
5 b. Materi temuan investigasi:
6 i Jenis Penyimpangan.
7 ii Pengungkapan Fakta dan Proses Kejadian.
8 iii Penyebab dan Dampak yang Ditimbulkan.
9 iv Pihak yang Terkait.
10 v Bukti-bukti yang Diperoleh.
11 c. Pembahasan (ekspose) dengan pihak terkait
12 d. Simpulan Akhir.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48

SJI 5300 10
STANDAR JASA INVESTIGASI 5300
PEMERIKSAAN INVESTIGATIF

INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI)


Office 8 Building 12th Floor
Sudirman Central Business District (SCBD) Lot#28
Senopati Raya Jl. Jend. Sudirman Kav. 52–53, Jakarta Selatan 12190
Telp. : (021) 2933 3151
Email : info@iapi.or.id / teknis@iapi.or.id
Website : www.iapi.or.id

Hak Cipta © 2021 Institut Akuntan Publik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai