“HUKUM PERBANKAN”
Dosen Pengampu:
Yeni Septiani
Oleh Kelompok 7 :
Dina Dewanti T (211010502003)
Berdasarkan UU No. 14 tahun 1967 yang digantikan dengan UU No.7 tahun 1992
pasal 1, Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.
Saat ini, Undang-Undang Perbankan yang berlaku adalah UU no. 10 tahun 1998,
yang merupakan amandemen dari UU no.7 tahun 1992. Ada beberapa pasal yang
diamandemen seperti pasal tentang kewenangan perizinan pembukaan kantor bank.
Awalnya kewenangan perizinan itu merupakan kewenangan dari Kementerian
Keuangan, namun akhirnya kewenangan itu diserahkan oleh bank sentral, Bank
Indonesia.
Bank adalah sebuah badan usaha yang berbeda dengan badan usaha atau lembaga
lainnya. Bank adalah badan usaha yang berorientasi pada keuntungan. Bank
merupakan bagian dari sistem keuangan nasional dan sistem perekonomian nasional.
Sebagai suatu lembaga kepercayaan, perbankan adalah sebuah pilar dari industri
perbankan. Keberadaan bank saling terkait, jika ada satu bank yang kolaps tentunya
akan mempengaruhi bank yang lainnya.
Lembaga perbankan selain menjadi lembaga perantara juga memiliki manfaat sebagai
lembaga yang menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk produk pinjaman.
Pinjaman ini juga ditetapkan oleh suku bunga kredit yang berguna untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.
Lembaga perbankan menjadi penyedia jasa-jasa yang berkaitan erat dengan kegiatan
perekonomian. Jasa-jasa bank seperti penitipan barang berharga, jasa penyelesaian
tagihan dan jasa pemberian jaminan.
Lembaga keuangan menjadi agen yang dipercaya. Dasar dari kegiatan-kegiatan bank
adalah sebuah kepercayaan. Jika masyarakat ingin menitipkan dananya kepada bank
tentunya harus dilandasi dengan kepercayaan.
1. Bank sentral
Bank sentral adalah lembaga keuangan yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga
stabilitas kurs mata uang. Bank sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia. Sebagai
Bank sentral, Bank Indonesia memiliki tujuan utama yaitu memelihara nilai mata
uang atau menjaga stabilitas mata uang rupiah. Kestabilan ini meliputi stabilnya
barang atau jasa, stabilnya nilai tukar dengan mata uang asing.
Bank Indonesia memiliki dasar hukum operasional yang diatur dalam UU No. 23
tahun 1999 yang diubah dengan UU no, 3 tahun 2004. Tugas bank Indonesia yaitu
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga sistem
pembayaran, mengatur dan mengawasi bank umum. Bank Indonesia adalah lembaga
yang merupakan bagian dari pemerintah Indonesia.
Bank Indonesia bisa memberikan izin usaha sebagai bank umum atau bank
perkreditan rakyat. Selain itu Bank Indonesia juga harus memperhatikan persyaratan
yang harus dipenuhi. Bank Indonesia juga harus memperhatikan persaingan yang ada
di antara bank-bank di Indonesia, tingkat kejenuhan jumlah bank di wilayah tertentu
dan juga pemerataan pembangunan ekonomi nasional.
Bank Indonesia sebagai bank sentral diberi kewenangan untuk menyalurkan Kredit
Likuiditas Bank Indonesia dan sebagai pengatur uang yang beredar dan menjaga
inflasi. Kewenangan ini sering dianggap rentan karena dapat diintervensi oleh
siapapun termasuk pemerintah.
Bank Indonesia selain sebagai bank sentral juga menjadi Lender of the last resort.
Lender of the last resort adalah fasilitas likuiditas yang diberikan kepada suatu
lembaga keuangan sebagai respon terhadap gejolak yang bisa menimbulkan
peningkatan permintaan yang melonjak. Konsep Lender of the last resort ini
dikemukakan oleh Henry Thornton pada abad ke-19. Henry Thornton mengemukakan
elemen-elemen bank sentral yang baik.
2. Bank umum
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 1998, definisi bank umum yaitu bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Berdasarkan prinsip syariah, dalam memberikan kredit Bank umum wajib memiliki
keyakinan berdasarkan analisis dan kemampuan serta kesanggupan nasabah untuk
melunasi hutangnya sesuai dengan yang dijanjikan. Hal ini tertera dalam Undang-
Undang No. 10 tahun 1998 pasal 8. Selain itu, bank umum juga harus memiliki dan
menerapkan pedoman perkreditan serta pembiayaan yang dilandasi prinsip syariah
yang sudah ditetapkan oleh bank sentral atau Bank Indonesia.
Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 12, Bank umum bisa bekerja sama
dengan Bank Indonesia dan pemerintah untuk melaksanakan program peningkatan
taraf hidup masyarakat melalui koperasi, usaha kecil atau bahkan usaha menengah.
Bank umum juga bisa membeli sebagian atau seluruh agunan melalui pelelangan atau
tidak lewat pelelangan. Ketentuan pembelian agunan ini diatur lebih lanjut dalam
peraturan pemerintah.
Bentuk hukum dari bank umum bisa berupa Perseroan Terbatas, koperasi atau
perusahaan daerah. Pendirian bank umum hanya bisa dilakukan oleh warga negara
Indonesia atau badan hukum di Indonesia. Badan hukum Indonesia dengan warga
negara asing secara kemitraan juga bisa mendirikan bank umum.
Bank umum dibagi lagi ke dalam dua jenis, yaitu bank umum devisa dan bank umum
non devisa. Contoh bank umum devisa yaitu Bank Bukopin, Bank BCA, Bank CIMB
Niaga, Bank BRI Agroniaga dan lain-lain. Sedangkan bank umum non devisa
contohnya yaitu Bank BCA Syariah, Bank Mayora, Bank Panin Syariah dan yang
lainnya.
3. Bank Perkreditan Rakyat
Jika ada bank perkreditan rakyat yang melakukan kegiatan usaha keuangannya
berdasar pada prinsip syariah tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan
keuangannya dengan prinsip konvensional. Hal ini juga berlaku sebaliknya, jika bank
perkreditan rakyat melakukan kegiatan keuangannya berdasarkan prinsip
konvensional tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan keuangan berdasarkan
prinsip syariah.
Dalam melakukan kegiatan keuangan, bank perkreditan rakyat tidak jauh berbeda
dengan bank umum. Kegiatan tersebut meliputi mengumpulkan dana dari masyarakat
dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Namun ada sedikit perbedaan antara bank
perkreditan rakyat dan bank umum yaitu bank perkreditan rakyat tidak diperkenankan
untuk memberikan jasa keuangan seperti menerima simpanan giro, valuta asing dan
asuransi.
Ada 1545 bank perkreditan rakyat yang tersebar saat ini di Indonesia. Hal ini
berdasarkan data yang dikemukakan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Contoh dari bank
perkreditan rakyat yang ada di Indonesia yaitu Pt. BPR Pesona Letris Pratama, PT.
BPR Nusantara dan PT. BPR Dana Usaha.
BAB II STUDI KASUS
Lembaga perbankan yang hadir di Indonesia pertama kali tentunya tidak terlepas dari
kolonial Hindia Belanda. pada tahun 1746, VOC mendirikan De Bank van Leening
untuk mempermudah aktivitas perdagangan VOC di Indonesia. Seiring
perjalanannya, De Bank van Leening tidak beroperasi dengan baik. AKhirnya pada
tanggal 1 september 1752 didirikan De Bank Courant en Bank van leening. Namun,
De Bank Courant en Bank van leening juga tidak berhasil beroperasi dengan baik dan
berakhir dengan kebangkrutan
Sejarah mencatat ada beberapa bank yang memiliki peran penting di Hindia Belanda.
Bank tersebut adalah De Javasce NV, De Post Poar Bank, Hulp en Spaar Bank, De
Escompto bank NV nationale Handles Bank, De, Algemenevolks Crediet Bank dan
Nederland Handles Maatschappij. Bank Belanda yang berhasil berkembang dan
menjadi cikal bakal bank sentral Indonesia adalah De Javasche Bank. De Javasche
Bank didirikan pada tahun 1828.
B. Problem Permasalahan
1. Bank harus mengelola mitigasi risiko dengan tepat. Bank harus punya peta
navigasi baru untuk dapat menghadapi krisis yang ada. Proses mapping
debitur untuk proses restrukrisasi harus segera jalan dan jelas sehingga
cashflow bank terlihat setelah melakukan treatment. Dengan begitu, bank
mengetahui posisi Strengths-Weakness-Opportunities-Threats (SWOT) untuk
dapat membuat revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) dengan memperhatikan
kondisi karena Korona.
2. Bank harus fokus pada industri yang prospek untuk dibiayai. Bank harus
tebang pilih pada sektor usaha yang eksis dan berkembang di tengah
merebaknya wabah Korona. Adapun, menurut riset Dcode EFC (2020), sektor
usaha (potential winner) tersebut adalah sektor; agribisnis, telekomunikasi,
ritel e-commerce, farmasi, produk pembersih & alat kesehatan. Dan, untuk
sektor-sektor yang terkapar merugi ataupun sektor-sektor yang terpuruk
sehingga tidak mempunyai prospek sama sekali untuk bangkit, maka,
sebaiknya tidak menjadi pilihan bank atas pembiayaan kreditnya terlebih
dahulu. Harapannya, bank tidak lagi bekerja dengan membawa beban kredit
macet atas ekspansi kredit barunya.
3. Digital banking. Layanan produk dan jasa harus dikonversi menjadi digital
banking. Proses tersebut harus berjalan bertahap dan inisiasinya dilakukan
secara terus menerus. Namun, tidak semua produk dan jasa harus
menggunakan digital banking, terdapat bisnis inti yang masih membutuhkan
fungsi oleh unsur manusia. Beberapa fungsi yang melibatkan unsur manusia,
sehingga keberadaannya tidak dapat digantikan oleh digital banking. Salah
satu peran tersebut adalah aktivitas pendampingan dan konsultasi bisnis.
Sebagai contoh, misalnya ketika nasabah bank yang bisnisnya terganggu
akibat Covid-19, maka ia akan mendapatkan pendampingan dan konsultasi
bisnis dari tenaga pemasar bank. Bank memiliki Relationship Manager (RM)
yang tersebar di seluruh Indonesia. Peran RM ini akan mendampingi sekaligus
sebagai konsultan apabila nasabah mengalami masalah dalam operasional
bisnisnya.
4. Inovasi dan kreativitas bank. Korona menuntut bank harus semakin
berinovasi. Misalkan, bank saat ini tidak hanya menuntut pembayaran
angsuran dan bunga kredit oleh debiturnya. Namun, bank juga harus
memikirkan untuk dapat membantu nasabah, melalui penjualan produknya.
Seperti diketahui, imbauan pemerintah agar masyarakat melakukan physical
distancing maupun social distancing mempengaruhi penjualan pelaku Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM). Menyiasati hal tersebut, bank dapat
membantu pelaku UMKM binaannya untuk terhubung dengan ekosistem
sehingga mampu berjualan secara online. Contohnya adalah dengan create
UMKM Go Online. UMKM Go Online merupakan platform digital yang
bertujuan untuk memfasilitasi UMKM binaan Bank dalam memperluas
jangkauan penjualan produk mereka. Para pelaku UMKM yang berminat
masuk dalam UMKM Go Online cukup melalui proses tahapan-tahapan
mudah. Nasabah wajib melengkapi data dan mendaftarkan usahanya terlebih
dahulu dengan mengakses microsite UMKM Go Online di website bank lewat
tautan portal bank. Selanjutnya, pihak penjual akan diminta untuk menyiapkan
dokumentasi produk, mengirimkan sampel barang, hingga proses pengiriman
barang ke gudang-gudang inventori yang dikelola oleh bank. Barang tersebut
selanjutnya akan dibantu oleh bank untuk dijual melalui platform UMKM Go
Online. Produk-produk unggulan dari UMKM mitra binaan bank dapat
langsung dibeli di e-commerce rekanan seperti Qoo10 Singapura, Tokopedia,
Shopee, Bukalapak, Blanja.com dan Blibli.com.
5. Pergunakan tools zoom untuk On The Spot (OTS). Ketika pemerintah
mengharuskan social distancing ataupun physical distancing, maka,
harapannya respon bank ialah dengan memberlakukan verifikasi jaminan
kredit di lapangan atau OTS melalui video call atau zoom.
6. Pendampingan dan konsultasi bisnis. Nasabah UMKM yang bisnisnya
terganggu akibat Covid-19 mendapatkan pendampingan dan konsultasi bisnis
oleh staf bank, yaitu relationship manager (RM) yang tersebar di seluruh
Indonesia. Peran RM ini, akan melakukan pendampingan sekaligus sebagai
konsultan apabila pinjaman nasabah dilakukan restrukturisasi hingga proses
restrukturisasi tersebut berjalan lancar.
7. Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responbility (CSR) melalui pendidikan dan pelatihan online bagi pelaku
UMKM. Bank dapat menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan
online 'Bank Virtual Training and Education' yang dilakukan melalui aplikasi
UMKM Go Online. Ini merupakan upaya Bank untuk terus mendorong para
pelaku UMKM untuk meningkatkan kapasitas diri dan usahanya di tengah
imbauan pemerintah untuk pembatasan fisik yang berguna untuk menekan
penyebaran Covid-19.
Walhasil, bank harus segera beradaptasi dengan kondisi pandemi virus Korona
dengan menerapkan strategi baru, dan kembali pada jalur kinerja yang good
performance. Harapannya, fungsi intermediary bank berjalan smooth dan mampu
menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia di era new normal.
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan