Anda di halaman 1dari 4

Kasus Ny. S.

(35 tahun) merasa letih, lemah, pucat, dan detak jantung cepat, setelah mendengar
anaknya didiagnosa dengan Leukemia. Sambil terisak menangis mengatakan: "Saya tidakpercaya bahwa
itu teriadi, itu tidak mungkin Kepada dokter klien tersebut mengatakan: "Kalau penyaki ini tidak
menimpa anak saya, tentu akan dapat mencurahkan seluruh kasih sayang saya."

1. Pengkajian Faktor Predisposisi Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan
adalah: Genetic Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwaye
depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu perma salahan termasuk
dalam menghadapi perasaan kehilangan. Kesehatan Jasmani Individu dengan keadaan fisik sehat, pola
hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik. Kesehatan Mental Individu yang
mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai perasaan tidak
berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam
menghadapi situasi kehilangan. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu Kehilangan atau perpisahan
dengan orang yang berarti pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan individu dalam
mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa(Stuart-Sundeen, 1991).

Struktur Kepribadian Individu dengan konsep diri yang negatif perasaan rendah diri akan menyebabkan
rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi. Faktor Presipitasi stress
yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata. ataupun imajinasi individu
seperti kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi: kehilangan kesehatan, kehilangan fungsi
seksualitas, kehilangan peran dalam keluarga, kehilangan posisi di masyarakat, kehilangan milik pribadi
seperti: kehilangan harta benda atau orang yang dicintai, kehilangan kewarnegaraan, dan sebagainya.
Perilaku Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti menangis atau tidak
mampu menangis, marah-marah, putus asa, kadang-kadang ada tanda-tanda usaha bunuh diri atau
ingin membunuh orang lain. Juga sering berganti tempat mencari informasi yang tidak menyokong
diagnosanya. Mekanisme Koping Koping yang sering dipakai oleh individu dengan respon kehilangan
antara lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan
untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan Disosiasi amukan
nada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai
secara berlebihan dan tidak tepat

Struktur Kepribadian Individu dengan konsep diri yang negatif perasaan rendah diri akan menyebabkan
rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi. Faktor Presipitasi stress
yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata. ataupun imajinasi individu
seperti kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi: kehilangan kesehatan, kehilangan fungsi
seksualitas, kehilangan peran dalam keluarga, kehilangan posisi di masyarakat, kehilangan milik pribadi
seperti: kehilangan harta benda atauorang yang dicintai, kehilangan kewarnegaraan, dan sebagainya.
Perilaku Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti menangis atau tidak
mampu menangis, marah-marah, putus asa, kadang-kadang ada tanda-tanda usaha bunuh diri atau
ingin membunuh orang lain. Juga sering berganti tempat mencari informasi yang tidak menyokong
diagnosanya. Mekanisme Koping Koping yang sering dipakai oleh individu dengan respon kehilangan
antara lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan
untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan Disosiasi amukan
nada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai
secara berlebihan dan tidak tepat.

2.Diagnosa Keperawatan 1. Potensial proses berduka yang ridak terselesaikan sehubungan dengan
kematian ibu. 2. Fiksasi berduka pada fase depresi sehubungan dengan amputasi kaki kiri. Potensial
respon berduka yang berkepanjangan sehubungan dengan proses berduka sebelumnya yang tidak
tuntas. 3. Perencanaan Tujuan jangka panjang: Agar individu berperan aktif melalui proses berduka
secara tuntas. Tujuan jangka pendek Pasien mampu: 1. Mengungkapkan perasaan duka. 2.
Menjelaskan makna kehilangan orang atau objek. 3. Membagi rasa dengan orang yang berarti.
Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan dama 5. Membina hubungan baru yang bermakna
dengan objek atau orang yang baru 4 Prinsip Tindakan Keperawatan pada Pasien dengan Respon
Kehilangan. 1. Bina dan jalin hubungan saling percaya. 2. Diskusikan dengan klien dalam
mempersepsikan suatu kejadian yang menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil
hikmahnya.

3. Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka. 4. Kurangi atau hilangkan faktor
penghambat proses berduka. 5. Beri dukungan terhadap respon kehilangan pasien. 6. Tingkatkan rasa
kebersamaan antara angota keluarga. 7. Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy. 8.
Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut: a. Fase pengingkaran Memberi kesempatan
kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya. Menunjukkan sikap menerima, iklas dan
mendorong pasien untuk berbagi rasa. Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasie
tentang sakit, pengobatan, dan kematian. b. Fase marah Mengizinkan dan mendorong pasien
mengungkapkan rasa marahny secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan. c. Face tawar
menawar. membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.

Fase depresi Mengidentifikasi tingkat depresi dan risiko merusak diri pasien. membantu pasien
mengurangi rasa bersalah. e. Fase peneriman Membantu pasien untuk menerima kehilangan yang
tidak bisa dielakkan. 5. Prinsip Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan 1. Memberi
dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga anak selama masa berduka. 2.
Menggali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang salah. 3. Membantu
anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku yang diperhatikan oleh orang lain. 4.
Mengikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka. 6. Prinsip Keperawatan
pada orangtua dengan Respon Kehilangan(Kematian Anak) 1. Menyediakan sarana ibadah, termasuk
pemuka agama. 2. menganjurkan pasien untuk memegang/melihat jenasah anakny.
3. Menyiapkan perangkat kenangan. 4. Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila
diperlukan. 5. Menjelaskan kepada pasien/keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta tempat mereka
minta bantuan bila diperlukan.

7. Pelaksanaan Berikut akan diuraikan proses keperawatan pada pasien dengan respon kehilangan.
Diagnosa keperawatan: Potensial terjadi proses berduka yang tidak terselesaikan sehubungan dengan
kematian ibu, pada anak usia 5 tahun.

Tujuan Tujuan jangka panjang Anak dapat menyelesaikan masa berkabung dengan tuntas. Tujuan
jangka pendek 1. Anak dapat mengerti arti sakit dan kematian.

2. Anak dapat kapkan perasaannya. 3. Anak dapatmengurangi rasa bersalah. 4. Melalui proses
berkabung M dengan melihat perilaku orang dewasa.

Tindakan Keperawatan Membina hubungan saling percaya antaraanak, keluarga, dan petugas dengan
sikap jujur, menerima, iklas, dan empati. Menunjukkan perhatian dankasihsayanganakbaik melalui
kata-kata maupun dengan sikap. Menanyakan kepada anakpengalamannya tentang
kematian(orang/binatang). Menjelaskan kepada anakbahwa ibunya meninggal bukantidur.
Menjelaskan kepada anak bahwa rohorang yang meninggal, yang menghadap Tuhan bukan tubuhnya.
Meminta kepadakeluarga/orang yang berarti agar menemani anak selama masa berduka bila perlu
mengijinkan untuk tinggal bersama mereka.

Mendorong anak untukmengungkapkan perasaannya dengan menanyakan apa yang dipikirkan


selamaibunya sakit sampai sekarang. Menjelaskan kepada anakbahwaibunya sakit dan meninggal bukan
karena dia nakal atau bukan karena kesalahannya. Menjelaskan kepada anakbahwa orang yang sering
sedih dan menangis bila ada yang meninggal. Mengajak anakmengikuti upacara pemakaman dan
mengunjungi rumah duka upacara dan apa Menjelaskan kepada anakurutan upacara yang harus
dilakukan oleh anak, sebelum dan pelayat datang.

Diagnosa Keperawatan pengingkaran sehubungan dengan kematian kekasih. Fiksasi pada fase Tujuan
Tindakan Keperawatan Mendorong pasien untuk mengungkapkan Pasien dapat pengingkarannya tanpa
memaksa untuk melalui fase pengingkarannya menerima kenyataan Mendengarkan dengan penuh
minat dan perhatian yang dikatakan oleh pasien. dengan wajar(tanpa kesulitan). Menjelaskan kepada
pasien, bahwa perasaan tersebut wajar terjadi pada orang yang mengalami kehilangan. Membantu
pasien untuk memakai mekanisme koping yang lain seperti menangisbicara. Mengikutsertakan orang
yang berarti bagi pasien untuk menjelaskan apa yang telah terjadi. Meningkatkan kesadaran pasien
secara bertahap tentang kenyataan kehilangan yang dihadapi. Memberi dukungan atas usaha pasien
untuk mencoba menerima kenyataan. Membantu pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya
Menjawab semua pertanyaan pasien dengan singkat dan jelas. Memberi dukungan secara non verbal.
Evaluasi 1. Apakah pasien sudah dapat mengungkapkan perasaannya secara spontan? 2. Apakah
pasien dapat menjelaskan makna kehilangan tersebut terhadap kehidupannya? 3. Apakah pasien
mempunyai sistem pendukung untuk mengungkapkan pera. saannya(teman, keluarga, lembaga atau
perkumpulan lain)? 4. Apakah pasien menunjukkan tanda-tanda penerimaan? 5. Apakah pasien sudah
dapat menilai hubungan baru dengan orang lain objek lain?

Anda mungkin juga menyukai