Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL TERAPI BERMAIN PADA ANAK

DENGAN MENGALIHKAN PANDANGAN MATA


PADA BOLA KECIL

NAMA KELOMPOK :
 Rita sari
 Gloria topake
 Lidya lande
 Ade tri putra humena
 Jhosua towehi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HUSADA MANDIRI POSO
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan


anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi
anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.

Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak


karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk
itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress
yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan.

Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat


melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,


mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.

2. Tujuan Khusus

a) Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:

b) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya

c) Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.

d) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan

e) Beradaptasi dengan lingkungan

f) Mempererat hubungan antara perawat dan anak


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Bermain mengarahkan mata pandangan pada benda kecil

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau


mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul,
2009)

Kemampuan mengenal warna merupakan salah satu lingkup


perkembangan kognitif yang harus dikuasai anak. Moeslichatoen R. (2004: 9)
berpendapat bahwa untuk mengembangkan kognisi anak dapat dipergunakan metode
yang mampu menggerakkan anak untuk berpikir, menalar, mampu menarik
kesimpulan dan membuat generalisasi. Selain hal tersebut menurut Ahmad Susanto
(2012: 9) mengatakan “...anak-anak adalah pribadi yang kreatif, suka bertanya, rasa
ingin tahu yang tinggi dan suka berimajinasi”. Dilihat dari karakteristik anak tersebut
yang selalu bergerak, mempunyai rasa ingin tahu, dan imajinasi yang tinggi,

2.2 Tujuan Bermain

Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun


mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus
dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau
mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan
mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas
dan penuh inovatif.
2.3 Fungsi Bermain Mengarahkan mata pada benda kecil

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-


motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi.

 Perkembangan Sensoris – Motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan


komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi
yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk
anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas
motorik baik kasar maupun halus.

 Perkembangan Intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap


segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna,
bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan
melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan,
kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar
memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal
mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin
terlatih kemampuan intelektualnya.

 Perkembangan Social

Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan


lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang
nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia
sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah
tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan
keluarga.

 Perkembangan Kreativitas

Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan


mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan
ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan
akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.

 Perkembangan Kesadaran Diri

Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur


mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya
menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan
etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak
positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain

 Perkembangan Moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang
ada dalam lingkungannya.
Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika,
belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar
bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya,
merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan
alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-
jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan
kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah
media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan
memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi
anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti
baik/buruk atau benar/salah.

2.4 Manfaat Bermain Mengarahkan mata pada benda kecil

1. Meningkatkan Bonding

Permainan ini dapat dilakukan bersama-sama dengan ananda akan


meningkatkan kedekatan antara orang tua dan anak. Membersamainya itu yang
terpenting bukan hanya menemani saja. Ananda akan mengingat bahwa dia
bermain dengan siapa, bukan bermain dengan mainan apa. Terus tingkatkan
bonding dengan ananda dengan mengajaknya bermain bersama.

2. Imajinasi

Bermain belajar mengarahkan mata pada benda kecil ini dapat


meningkatkan imajinasi ananda. Sudah pasti ananda akan berimajinasi untuk
mengarahkan dan berusaha melihat benda-benda kecil yang di arahkan oleh orang
tuanya. Hal ini sangat menstimulasi imajinasinya. Untuk anak usia dini hal ini
harus distimulusi.

3. Kecerdasan Bahasa

Selama anak belajar bermain mengarahkan mata pada benda kecil pasti
akan banyak sekali obrolan sehingga bisa meningkatkan kecerdasan bahasa dan
memperbanyak kosakata.
Secara tidak langsung kecerdasan bahasa akan meningkat. Kecerdasan ini bisa
distimulasi dari bermain peran.

4. Bermain Peran

Dari permainan ini ananda akan belajar bermain peran. Menjadi penjual
ataupun pembeli dengan belajar karakter. Dari bermain peran pula akan
menstimulasi kecerdasan bahasa.

5. Motorik Halus

Bermain mengarahkan mata pada benda-benda keil pasti akan melibatkan


mata dan tangan, koordinasi mata dan tangan untuk melihat dan mecoba
mengambil benda yang di arahkan oleh orang tuanya. Kegiatan ini bisa mengasah
motorik halusnya untuk menguatkan otot-otot jarinya sebagai dasar untuk menulis
nantinya.

6. Sensori

Beragam alat dan bahan untuk mengarahkan mata pada benda-benda kecil
akan menstimulasi sensori ananda. Dengan memegang dan melihat nya maka
ananda dapat merasakan tekstur bahan-bahan tersebut apakah kasar atau halus
bahkan tekstur yang lain. Bermain sensori memang sangat menyenangkan.

.
2.5 Katagori Bermain

Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain


aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.

a) Bermain aktif
 Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)

Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada
bunyi , meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
 Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 6 bulan, misalnya dengan mencoba melihat apa yang di sukai anak
dan mulai berusaha untuk tersenyum.
 Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara terkadang orang tua nya mengalihkan pembicaraan atau
penglihatan pada anak dengan tidak mengatakan kenyataan yang sebenarnya.

b) Bermain pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:

a) Melihat benda-benda yang membuat anak tersenyum

b) Mendengarkan cerita atau musik

c) Menonton televisi

d) dan lain-lain

2.6 Hal-hal yang Harus Diperhatikan

1) Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.


2) Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3) Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum
meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk.
4) Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
2.7 Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia

a. Usia 6-9 bulan

Tujuannya adalah :

Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.

Mengembangkan kemampuan berbahasa.

Mengembangkan kemampuan untuk melihat benda-benda

Merangsang daya imajinansi dengan berbagai cara bermain
pura-pura (sandiwara).

Membedakan benda dengan permukaan.

Menumbuhkan sportivitas.

Mengembangkan kepercayaan diri.

Mengembangkan kreativitas.

Mengembangkan koordinasi motorik (menangkap benda kecil).

Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik
halus dan kasar.

Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan
orang diluar rumahnya.

Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan,
misal : pengertian mengenai melihat dan mencoba mengangkap
benda kecil

Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan :


Berbagai benda dari sekitar rumah seperti bola, boneka, gelas
plastic, dan benda kecil lainnya.

Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain
diluar rumah.

2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan


b. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan lokasi, negara, kultur
e. Alat permainan senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi

2.9 Tahap Perkembangan Bermain

a. Tahap eksplorasi : Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara


bermain
b. Tahap permainan : Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam
tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan : Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun : Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan
permainan berikutnya.

2.10 Prinsip Bermain Di Rumah Sakit

a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana


b. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
c. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
d. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
e. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
f. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

2.11 Hambatan Yang Mungkin Muncul

a. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia


b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
c. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.

2.12 Antisipasi Hambatan

a. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama


b. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
c. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
d. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
e. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.

2.13 Cara Bermain Mengarahkan mata/pandangan pada anak

a. Sediakan alat permainan seperti bola-bola kecil


b. Lalu mulai memperagakan permainan agar anak berusaha mengalihkan
pandangan nya pada permainan
c. Pasien duduk di sekitar area permainan
d. Lalu anak diajak bermain oleh perawat
BAB III

SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Ruang Anak

Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 6-9 bulan

Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak

Hari / Tanggal : jumat 17 September 2021

Jam / Durasi : Pkl. 11.00 sd selesai

Tempat Bermain : Ruang rawat ( anak )

Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di


Ruang anak yang memenuhi kriteria :

o Anak usia 6-9 bulan


o Tidak mempunyai keterbatasan fisik
o Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
o Pasien kooperatif
a. Peserta terdiri dari :

· Anak usia pra sekolah sebanyak 2 orang didampingi keluarga Target 2

orang

b. Sarana dan Media


 Sarana:

- Ruangan tempat bermain

- Tikar untuk duduk

 Media:

- Bola kecil.
c. Pengorganisasian

Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 1 orang dan 1 orang


observer dengan susunan sebagai berikut:

Leader : Gloria topake

Co leader : lidya lande

Fasilitator :
- Rita sari
- Ade tri humena
- Jhosua towehi

d. PembagianTugas

1. Peran Leader
o Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan
jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
o Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah
atau mendominasi
o Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk
terlibat dalam kegiatan

o Mengidentifikasi issue penting dalam proses


o Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
o Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau
kelompok yang akan dating
o Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Peran Fasilitator
o Mempertahankan kehadiran peserta
o Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
o Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari
luar maupun dari dalam kelompo
4. Peran Observer
o Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
o Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
o Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
o Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

e. Setting Tempat

Karpet

f. Keterangan

= Pembimbing = Peserta

= Co Leader = Fasilitator
g. Susunan Kegiatan

No Waktu Terapy Anak Ket


1 5 menit Pembukaan :
1. Co-Leader  Menjawab
membuka dan salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan  Mendengarkan
diri
3. Memperkenalkan  Mendengarkan
pembimbing Mendengarkan
4. Memperkenalkan dan saling
anak satu persatu berkenalan
dan anak saling  Mendengarkan
berkenalan dengan
temannya

5. Kontrak waktu  Mendengarkan


dengan anak

2 10 Kegiatan bermain :
menit 1. Leader menjelaskan  Mendengarkan
cara permainan
2. Menanyakan pada  Menjawab perta
anak, anak mau nyaan
bermain atau tidak
3. Menbagikan  Menerima
permainan permainan
4. Leader ,co-leader,  Bermain
dan Fasilitator
memotivasi anak
5. Fasilitator
mengobservasi anak  Bermain
6. Menanyakan
perasaan anak  Mengungkapka
n perasaan

3 5 menit Penutup :
1. Leader Menghentikan  Selesai bermain
permainan
2. Menanyakan perasaan  Mengungkapka
anak n perasaan
3. Menyampaikan hasil  Mendengarkan
permainan

4. Menanyakan perasaan  Senang


anak

5. Co-leader menutup  Mendengarkan


acara
6. Mengucapkan salam  Menjawab
salam

h. Evaluasi

1. Evaluasi struktur yang diharapkan

o Alat-alat yang digunakan lengkap


o Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan

o Terapi dapat berjalan dengan lancar


o Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
o Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
o Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya

3. Evaluasi hasil yang diharapkan

o Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan koordnasi mata


dan tangan seperti menyendok,memotong
o Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
o Anak merasa senang
o Anak tidak takut lagi dengan perawat
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang


mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut,
Salah satunya adalah masak-masakan.

4.2 Saran

1. Orang tua

Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak
agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat
menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut.
Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.

2. Rumah Sakit

Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan


trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan
khusus untuk melakukan tindakan.

3. Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak


hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus
melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

https://www.google.co.id/amp/s/suciryzkyaputri.wordpress.com/2018/01/31/manf
aat-bermain-masak-masakan-untuk-menstimulasi-perkembangan-anak-usia-
dini/amp/ Diunduh pada Kamis, 22 November 2018

Anda mungkin juga menyukai