Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TUJUAN PUSTAKA

2.1 PELAT
Pelat adalah struktur planar kaku yang terbuat dari material
monolit dengan tinggi yang kecil dibandingkan dengan dimensi-
dimensilainnya. Pada struktur bangunan gedung pada umumnya
tersusun atas beberapa komponen pelat atap, pelat lantai, balok dan
kolom yang pada umumnya merupakan suatu kesatuan monolit pada
sistem cetak ditempat atau terangkai seperti sistem pracetak. Pelat
juga di gunakan sebagai atap, dinding, tangga, jembatan, atau
dermaga dipelabuhan.
Untuk merencanakan pelat beton bertulang perlu
mempertimbangkan faktor pembebanan dan ukuran serta
syaratsyarat dari peraturan yang ada. Pada perencanaan ini
digunakan tumpuan jepit penuh untuk mencegah pelat berotasi dan
relative sangat kaku terhadap momen punter dan juga di dalam
pelaksanaan, pelatakan dicor bersamaan dengan balok.Pelat
merupakan panel-panel beton bertulang yang mungkin bertulangan
dua atau satu arah saja tergantung sistem strukturnya. Apabila pada
struktur pelat perbandingan bentang panjang terhadap lebar kurang
dari 3, maka akan mengalami lendutan pada kedua arah sumbu.
Beban pelat dipikul pada kedua arah oleh balok pendukung sekeliling
panel pelat, dengan demikian pelat akan melentur pada kedua arah.
Dengan sendirinya pula penulangan untukpelat tersebut harus
menyesuaikan. Apabila panjang pelat sama denganlebarnya, perilaku
keempat balok keliling dalam menopang pelat akan sama. Sedangkan
bila panjang tidak sama dengan lebar, balok yang lebih panjang akan
memikul beban lebih besar dari balok yang pendek (penulangan satu
arah).

4
5

2.1.1 Pelat Dapat Dibedakan Berdasarkan Jumlah Tumpuan


Balok yang Menumpunya
Pelat dibedakan berdasarkan jumlah tumpuan balok yang
menumpunya, pelat tersebut dibedakan sebagai berikut :
a. Tumpuan 4 Sisi

Gambar 2.1 Skema Pelat Tumpuan 4 sisi

b. Tumpuan 3 Sisi

Gambar 2.2 Skema Pelat Tumpuan 3 sisi

c. Tumpuan 2 Sisi

Gambar 2.3 Skema Pelat Tumpuan 2 sisi

Dari ketentuan tersebut, syarat batas tumpuan tepi


akan menentukan jenis perletakan dan jenis ikatan ditempat
tumpuan. Adapun jenis plat yang paling sederhan adalah
pelat satu arah yaitu plat yang didukung pada dua sisi yang
berhadapan sehingga lenturan timbul hanya dalam satu arah
saja, yaitu tegak lurus pada arah sisi dukungan tepi.
6

Sedangkan pelat dua arah adalah pelat yang didukung pada


keempat sisinya yang lenturannya akan timbul dalam dua
arah yang saling tegak lurus.

2.1.2 Perletakan Pelat Pada Balok

Perletakkan pelat pada balok terbagi menjadi 3 yaitu :


a. Terletak bebas
Keadaan ini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja
di atas balok, atau antara pelat dan balok tidak dicor
bersama-sama, sehingga pelat dapat berotasi bebas pada
tumpuan tersebut. Pelat yang ditumpu oleh tembok juga
termasuk dalam kategori terletak bebas.
b. Terjepit elastis
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor
bersama- sama secara monolit, tetapi ukuran balok cukup
kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah
terjadinya rotasi pelat.
c. Terjepit penuh
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor dan
bersama-sama secara monolit, dan ukuran balok cukup
besar, sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi
pelat.
2.1.3 Perencanaan Pelat
Lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,
merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu
dengan tingkat yang lain. Pelat lantai didukung oleh balok-balok
yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
Pada perencanaan plat beton bertulang, perlu
diperhatikan beberapa persyaratan/ketentuan sebagai berikut :
1. Pada perhitungan plat, lebar platdiambil 1 meter (b=1000
mm)
7

2. Penentuan Tebal Pelat.


a. Pelat Satu Arah
Pelat satu arah yaitu suatu pelat yang memiliki
panjang lebih besar atau lebih lebar yang bertumpu
menerus melalui balok – balok. Maka hampir semua
beban lantai dipikul oleh balok – balok yang sejajar.
Suatu pelat dikatakan pelat satu arah apabila Ly/Lx ≥
2, dimana Ly dan Lx adalah panjang dari sisi-sisinya.
Penentuan tebal pelat terlentur satu arah
tergantung beban atau momen lentur yang bekerja,
defleksi yang terjadi dan kebutuhan kuat geser yang
dituntut. (Dipohusodo, 1999:56).
Menurut SNI 2847-2013 pasal 9.5.2.2 dengan
anggapan balok/pelat merupakan konstruksi satu arah,
tebal minimumnya dapat ditetapkan berdasarkan
tabel1.
Tabel 2.1 Tebal Minimum Balok Non-Prategang atau Pelat Satu Arah Bila
Lendutan Tidak dihitung

• Menghitung beban mati pelat termasuk beban


sendiri pelat dan beban hidup serta menghitung
momen rencana (Wu).
Wu = 1,2 WDD + 1,6 WLL
WDD = Jumlah beban Mati Pelat (KN/m)
8

WLL= Jumlah beban Hidup Pelat (KN/m)


• Menghitung momen rencana (Mu) baik dengan cara
tabel atau analisis sebagai alternatif, metode
pendekatan berikut ini dapat digunakan untuk
menentukan momen lentur dan gaya geser dalam
perencanaan balok menerus dan pelat satu
arah,yaitu pelat beton bertulang di mana
tulangannya hanya direncanakan untuk memikul
gaya-gaya dalam satu arah, selama :
- Jumlah minimum bentang yang ada haruslah
minimum dua,
- Memiliki panjang bentang yang tidak terlalu
berbeda, dengan rasio panjang bentang terbesar
terhadap panjang bentang terpendek dari dua
bentang yang bersebelahan tidak lebih dari 1,2,
- Beban yang bekerja merupakan beban terbagi
rata,
- Beban hidup per satuan panjang tidak melebihi
tiga kali beban mati per satuan panjang,
- Komponen struktur adalah prismatis.
- Perkiraan Tinggi Efektif ( deff ).
b. Pelat Dua Arah
Pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh
balok pada keempat sisinya dan beban-beban ditahan
oleh pelat dalam arah yang tegak lurus terhadap balok-
balok penunjang.
1. Mendimensi balok Tebal minimum tanpa balok
interior yang menghubungkan tumpuan-
tumpuannya, harus memenuhi ketentuan dari
tabel1.
9

Tabel 2.2 Minimum dari Pelat Tanpa Balok Interior

2. Persyaratan tebal pelat dari balok Tebal pelat


minimum dengan balok yang menghubungkan
tumpuan pada semua sisinya harus memenuhi
ketentuan ayat 11.5.3 butir 2 tidak boleh kurang
dari nilai yang didapat dari :

3. Mencari αm dari masing-masing panel Mencari αm


dari masing-masing panel untuk mengecek apakah
pemakaian h coba-coba telah memenuhi
persyaratan hmin.
Untuk αm < 2,0 tebal minimum adalah 125 mm.
Untuk αm ≥ 2,0 tebal minimum adalah 90 mm.
10

2.2 BALOK
Balok merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah
struktur bangunan. Balok adalah bagian struktur yang berfungsi
menahan beban struktur atas dan menyalurkannya ke kolom. Material
yang sering digunakan untuk struktur bangunan termasuk balok
adalah beton bertulang. Beton bertulang adalah dua jenis material
konstruksi yang difungsikan secara bersamaan yaitu beton dan baja
tulangan. Beton merupakan material konstruksi yang lemah terhadap
tarik tetapi kuat menahan tekan. Untuk memaksimalkan kerja beton
agar kuat menahan tarik yang cukup besar pada serat-serat balok
bagian tepi bawah maka dikombinasikan dengan baja tulangan. Baja
tulangan merupakan material konstruksi yang kuat tariknya cukup
tinggi sehingga dalam konstruksi balok beton bertulang tulangan baja
berfungsi sebagai pemikul tegangan tarik. Kelebihan masing -masing
elemen tersebut diharapkan dapat saling bekerja sama dalam
menahan gaya -gaya yang bekerja dalam struktur sebuah bangunan,
dimana gaya tekan ditahan oleh beton dan gaya tarik dipikul oleh baja
tulangan. Karena kombinasi yang maksimal dan saling melengkapi
kekurangan pada beton bertulang membuat balok beton bertulang
menjadi pilihan yang popular digunakan sebagai material konstruksi
sebuah bangunan saat ini.
Balok beton bertulang diharapkan mampu menahan beban yang
diberikan selama umur rencana sebuah konstruksi bangunan agar
tidak terjadi kegagalan struktur. Namun pada pengaplikasiannya
sering kali balok mengalami kerusakan permanen sebelum masa
11

layannya berakhir. Hal ini bisa saja diakibatkan oleh beban yang yang
dipikul terlalu besar dan tidak sesuai dengan perencanaan, akibat
kebakaran, gempa bumi, maupun akibat kerusakan alamiah lainnya
seperti korosi pada tulangan diakibatkan cuaca hujan maupun
panas.Untuk mengatasi terjadinya hal-hal seperti ini dibutuhkan
perkuatan lebih terhadap balok.

2.2.1 Perencanaan Balok


a. Balok persegi bertulang tunggal
1. Menerapkan data-data yang akan dianalisis
2. Menetapkan momen rencana beban
3. Menentukan desain tulangan

4. Menentukan tulangan As (tulangan Tarik) Rumus


menghitung Nilai As
0,85 .𝑓′ 𝑐. 𝑏 2
As = [𝑑 − [√𝑑 − ]
𝑓𝑦 0,85 .𝑓′ 𝑐.𝑏

𝐴𝑠
As = e . b . d → e =
𝑏.𝑑
5. Kontrol batasan tulangan maksimum dan minimum
Syarat: emax<e perlu<e min
1,4
emin= , emax=0,75.pb
𝐹𝑦

0,85 . 𝑓′ 𝑐 𝐶𝑏 0,85 . 𝑓′ 𝑐 600


ρb = (𝛽1) = .
𝑓𝑦 𝑑 𝑓𝑦 600+𝑓𝑦

6. Menghitung momen nominal


As.Fs
a=
0,85.𝐹𝑐.𝑏

7. Kontrol Momen
8. Mnk>Mnd
12

2.3 KOLOM
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada
suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga keruntuhan
total seluruh struktur (Sudarmoko,1996). Keruntuhan kolom
merupakan hal kritis yang perlu mendapat penanganan serius, karena
keruntuhan kolom akan menimbulkan akibat yang fatal terhadap
konstruksi yang telah dibangun.Keruntuhan pada kolom dapat
diakibatkan oleh adanya peningkatan gaya gempa yang terjadi pada
wilayah dimana struktur tersebut berdiri. Peningkatan gaya gempa ini
menyebabkan pengaruh gaya geser yang terjadi pada kolom
meningkat, sehingga daya dukung geser awal kolom tersebut tidak
mampu menahan peningkatan gaya geser yang terjadi pada kolom
dan menyebabkan terjadinya collapsepada kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang
memikul beban dari balok. Beton bertulang adalah salah satu material
dari kolom dimanamerupakan gabungan antara material yang tahan
terhadap tarikan dan tekanan. Baja adalah material yang tahan
terhadap tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan
terhadap tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton
bertulang memungkinkan kolom atau bagian struktur lain seperti
balokmampumenahan gaya tekan dan gaya tarik akibat beban.
Momen dapat terjadi karena adanya eksentrisitas dari kekangan
pada ujung-ujung kolom yang dicetak, pelaksanaan pemasangan
yang kurang sempurna, ataupun penggunaan mutu yang tidak merata.
Maka sebagai tambahan faktor reduksi kekuatan untuk
memperhitungkan eksentrisitas minimum, peraturan memberikan
ketentuan bahwa kekuatan nominal kolom dengan pengikat sengkang
di reduksi 20% dan untuk kolom dengan pengikat spiral direduksi 15%.
Selain harus dilakukan pengecekan kuat beban aksial, pada
13

perencanaan gedung juga dilakukan pengecekan batas kelangsingan


kolom. Persyaratan Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah
(SRPMM) (SNI 03- 2847-2002 Pasal 23.10)

1. Kuat lentur positif komponen struktur lentur pada muka kolom


tidak boleh lebih kecil dari sepertiga kuat lentur negatifnya pada
muka tersebut. Baik kuat lentur negatif maupun kuat lentur positif
pada setiap irisan penampang disepanjang bentang tidak boleh
kurang dari seperlima kuat lentur yang terbesar yang disediakan
pada kedua muka-muka kolom di kedua ujung komponen struktur
tersebut.
2. Pada kedua ujung komponen struktur lentur tersebut harus
dipasang sengkang sepanjang jarak dua kali tinggi komponen
struktur diukur dari muka perletakan kearah tengah bentang.
Sengkang pertama harus dipasang pada jarak tidak lebih daripada
50 mm dari muka perletakan.Spasi maksimum sengkang tidak
boleh melebihi :
• d/4;
• Delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil;
• 24 kali diameter sengkang;
• 300 mm3) Sengkang harus dipasang di sepanjang bentang
balok dengan spasi tidak melebihi d/2
Persyaratan Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen
Menengah (SRPMM) (SNI 03-2847-2002 Pasal 23.10)
1. Spasi maksimum sengkang ikat yang dipasang pada
rentang Io dari muka hubungan balok-kolom adalah so. Spasi
so tersebut tidak boleh melebihi :
• Delapan kali diameter sengkang ikat,
• 24 kali diameter sengkang ikat,

• Setengah dimensi penampang terkecil komponen struktur,


300 mm.
14

• Panjang Io tidak boleh kurang daripada nilai terbesar


berikut ini:

• Seperenam tinggi bersih kolom, Dimensi terbesar


penampang kolom, 500 mm.

2. Sengkang ikat pertama harus dipasang pada jarak tidak lebih


daripada 0,5 so dari muka hubungan balok-kolom.
3. Tulangan hubungan balok-kolom harus memenuhi: Pada
sambungan-sambungan elemen portal ke kolom harus
disediakan tulangan lateral dengan luas tidak kurang daripada

yang diisyaratkan dalam persamaan As = dan


dipasang di dalam kolom sejauh tidak kurang dari pada tinggi
bagian sambungan paling tinggi dari elemen portal yang
disambung, kecuali untuk sambungan yang bukan merupakan
bagian dari system utama penahan beban gempa, yang
dikekang pada keempat sisinya dan oleh balok atau pelat
yang mempunyai ketebalan yang kira-kira sama.
4. Spasi sengkang ikat pada sembarang penampang kolom tidak
boleh melebihi 2.so

2.3.1 Ketentuan Perencanaan Kolom


a. Luas tulangan total
0,01 < Ast < 0,08.Ag
b. Diameter Tulangan Geser
Syarat 10 mm < begel < 16 mm
c. Gaya Tarik dan gaya tekan
d. Nilai Regangan dan tegangan
e. Kolom dengan beban aksial tekan kecil
f. Jumlah tulangan longituginal
15

2.3.2 Penentuan Dimensi Kolom


Penentuan dimensi kolom didasarkan pada beban aksial pada
kolom.
a. Untuk komponen struktural dengan tulangan spiral (SNI
2847-2013 sub pasal 0.3.6.1)
Φ Pn(max) = 0,85 Φ[0,85 fc’(Ag – Ast) + fyAst]………(II.48)
b. Untuk komponen struktural dengan pengikat binder
(SNI 2847-2013 sub pasal 10.3.6.2)
Φ Pn(max) = 0,85 Φ[0,85 fc’(Ag – Ast) + fyAst]………(II.49)
2.3.3 Tulangan Memanjang
Tulangan memanjang pada kolom harus memenuhi ketentuan
yang tercantum dalam (SNI 2847-2013 subpasal 21.6.3)

a. Tulangan memanjang, seharusnya tidak kurang dari


0,01A .................................................................... (II.50)

Atau lebih dari 0,06Ag .......................................... (II.51)

b. Dalam kolom dengan sengkang bundar tertutup, jumlah


total bar memanjang minimum harus enam.

2.4 TANGGA
Tangga adalah suatu kontruksi yang menghubungkan antara
tempat yang satu dan tempat lainnya yang mempunyai ketinggian
berbeda, dan dapat dibuat dari kayu, pasangan batu bata, baja, dan
beton. Untuk memperlancar hubungan antara lantai bawah dengan
lantai yang ada di atasnya dalam suatu kegiatan, maka digunakan alat
penghubung tangga. Tangga terdiri dari anak tangga dan pelat tangga
(Supribadi, 1986). Dapat disimpulkan bahwa Tangga adalah jalur
bergerigi (mempunyai trap-trap) yang menghubungkan satu lantai
Dengan lantai diatasnya, sehingga berfungsi sebagai jalan untuk naik
dan Turun dari atau menuju lantai atas atau bawahnya.
Anak tangga terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
16

1. Antrede, yaitu bagian dari anak tangga pada bidang horizontal


yang merupakan bidang tempat pijakan kaki.
2. Optrede, yaitu bagian dari anak tangga pada bidang vertikal yang
merupakan selisih tinggi antara 2 buah anak tangga yang
berurutan.

Gambar 2.4 Antrede dan Optrede Anak Tangga


Ibu tangga merupakan bagian tangga yang berfungsi mengikat
anak tangga. Material yang digunakan untuk membuat ibu tangga
misalnya antara lain, beton bertulang, kayu, baja, pelat baja, baja
profil canal, juga besi.Kombinasi antara ibu tangga dan anak tangga
biasanya untukv ibu tangga misalnya, beton bertulang di padukan
dengan anak tangga dari bahan papan kayu, bisa juga keduanya dari
bahan baja, untuk ibu tangga menggunakan profil kanal untuk
menopang anak tangga yang menggunakan pelat baja.
Bordes biasa juga disebut Landing. Bordes merupakan
bagiandari tangga sebagai tempat beristirahat menuju arah tangga
berikutnya. Bordes juga berfungsi sebagai pengubah arah tangga.
Umumnya, keberadaan bordes setelah anak tangga ke 15.
Kenyamanan bordes juga perlu diperhatikan, untuk lebarnya harus
diusahakan sama dengan lebar tangga.
Pelengkap tangga, yaitu pegangan (railing) dan baluster .
Ukuran pegangan railing tangga dengan ukuran diameter 3,8 cm
merupakan ukuran yang bisa mengakomodasi sebagian besar ukuran
tangan manusia. Untuk kenyamanan pegangan tangga, perlu
17

diperhatikan juga jarak antara railing pegangan tangga dengan jarak


tembok, jarak 5 cm saya rasa sudah cukup. Baluster merupakan
penyangga pegangan tangga, biasanya bentuknya mengarah
vertical. Material baluster bisa terbuat dari kayu, besi, beton, juga baja.
Terkadang juga saya pernah melihat material baluster menggunakan
kaca. Untuk keamanan dan kenyamanan pengguna tangga, usahakan
jarak antar baluster tidak terlalu jauh, terutama untuk keamanan anak
kecil.Untuk ukuran ketinggian baluster, standarnya kurang lebih
antara 90-100 cm.

2.4.1 Syarat Konstruksi Tangga


Berikut ini adalah Persyaratan Konstruksi Tangga :
a. Untuk bangunan rumah tinggal
Antrede = 25 cm (min)
Optrede = 20 cm (max)
b. Untuk perkantoran dll
Antrede = 25 cm (min)
Optrede = 18 cm (max)
Lebar tangga = 120-200 cm
c. Syarat langkah
2 Optrede + 1 Antrede = 57-65 cm
Susut kemiringan tangga :
• Untuk tangga mobil, 12.5 atau 1:8
• Tangga luar, 20 Atau 1:5
• Umum, 30 atau 35
• Tangga basemen, 45
• Tangga menara, 75 – 90
18

2.4.2 Bentuk-Bentuk Tangga


Bentuk Tangga dapat disesuaikan dengan beda tinggi
lantai dan ruangan yang tersedia. Bentuk tangga bisa
disesuaikan dengan suasana yang diinginkan dari sebuah
ruang.
1. Tangga lurus
Tangga lurus merupakan bentuk tangga yang paling
sederhana dan mudah dikerjakan. Lebar ruang tangga
hanya selebar anak tangga sepanjang jumlah anak tangga.
Cocok untuk beda tinggi lantai yang tidak terlalu tinggi.
2. Tangga miring
Tangga miring mempunyai ibu tangga yang lurus tetapi
beberapa anak tangga dibuat miring. Anak tangga yang
miring mempunyai lebar yang tidak sama bagian sisi dalam
lebarnya lebih kecil dari yang di sisi luar.
Memiliki fungsi hanya sebagai penambah sisi artistik saja.
3. Tangga lengkung
Tangga lengkung mempunyai nilai seni tinggi, tetapi
untuk membuatnya cukup sulit dan membutuhkan ketelitian
sangat tinggi kekuatan konstruksi tangga lengkung hanya
pada pangkal bawah dan ujung atas, di bagian tengah tidak
diberi tumpuan hal ini agar dimaksudkan untuk menjaga nilai
seninya agar tidak hilang.
4. Tangga siku
Tangga siku adalah tangga lurus yang berbelok arah.
Arah beloknya bisa satu kali atau lebih tergantung dengan
kebutuhan. Tangga siku dipakai apabila kebutuhan ruang
yang panjang tidak tersedia. Tangga siku yang berbelok satu
arah membutuhkan ruangan yang siku sehingga cukup
menghemat ruangan. Bordes diletakkan pada sudut
19

pertemuan arah. Bisa pula di bordes ditempatkan anak


tangga agar lebih menghemat ruangan.

2.5 PONDASI
Pondasi merupakan suatu bagian dari konstruksi bangunan yang
berfungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban
yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar. Pondasi yang cukup
kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada sistem
strukturnya.
Pondasi adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
meneruskan beban-beban bangunan atas ke tanah yang mampu
mendukungnya. (Sidharta dkk,1999 : 347) Pondasi umumnya berlaku
sebagai komponen struktur pendukung bangunan yang terbawah dan
telapak pondasi berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan
beban ke tanah, sehingga telapak pondasi harus memenuhi
persyaratan untuk mampu dengan aman menyebarkan beban-beban
yang diteruskan sedemikian rupa sehingga kapasitas atau daya
dukung tanah tidak terlampaui. Perlu diperhatikan bahwa dalam
merencanakan pondasi harus memperhitungkan keadaan yang
berhubungan dengan sifat-sifat mekanika tanah. Dasar pondasi harus
diletakkan diatas tanah kuat pada keadaan cukup tertentu
(Dipohusodo, 1994 : 342)

2.5.1 Jenis-Jenis Pondasi


Berikut ini adalah jenis-jenis pondasi dan alasan pemilihan
penggunaannya:
a. Pondasi Langsung
Pondasi langsung (stahl) dipakai pada kondisi tanah :
“baik”, yaitu dengan kekerasan tanah atau sigma tanah = 2
kg/cm2, dengan kedalaman tanah keras kurang lebih =
1,50 m, kondisi tanah cukup dalam. Bahan material yang
20

dipergunakan untuk pondasi jenis ini biasanya dipakai :


batu kali, batu gunung, atau beton tumbuk.
b. Pondasi Footplat
Pondasi foot platdigunakan pada kondisi tanah
dengan sigma antara : 1,5-2,00 kg/cm2. Pondasi footplatini
biasanya dipakaiuntuk bangunan gedung 2 –4 lantai,
dengan kondisi tanah yang baik dan stabil. Bahan dari
pondasi ini dari beton bertulang. Untuk menentukan
dimensi dimensi dari pondasi ini dengan perhitungan
konstruksi beton bertulang.
c. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang labil,
dengan sigma lebih kecil dari 1,50 kg/cm2. Seperti bekas
tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur.
d. Pondasi Merata (Slab Foundation)
Pondasi merata dipergunakan pada kondisi tanah
sangat lembek (lunak). Juga dipergunakan untuk pondasi
lantai bawah tanah / bassmentsuatu bangunan gedung.
e. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-
tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung
tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah
keras pada posisi sangat dalam.Bahan untuk pondasi tiang
pancang adalah : bamboo, kayu besi / kayu ulin, baja dan
beton bertulang. Pondasi tiang pancang dibedakan menjadi
2 macam yaitu :
• Pondasi Tiang Pancang Kayu
Pondasi tiang pancang kayu di Indonesia,
dipergunakan pada rumahrumah panggung di daerah
Kalimantan, di Sumatra, di Nusa Tenggara, dan pada
rumah-rumah nelayan di tepi pantai.
21

• Pondasi Tiang Pancang Beton


Pondasi tiang pancang beton dipergunakan untuk
bangunanbangunan tinggi (high rise building).

2.5.2 Tahap Perencanaan Pondasi


1. Menghitung pembebanan
2. Menghitung daya dukung pondasi
• menentukan beban maksimum
N 6Mx 6Mx
Qmax= + +
𝐴 𝐵𝑙2 𝐿𝐵2

• menentukan daya dukung tanah


• Kontrol tegangan tanah
Pu = ∑P
∑𝑀
e=
∑𝑃
∑𝑃 𝑀𝑢
σtanah = + 1
𝐴 . 𝐵 .𝐿²
6

∑𝑃 𝑀𝑢
σmaks = + 1 → hasilnya < σtanah
𝐴 . 𝐵 .𝐿²
6

∑𝑃 𝑀𝑢
σmin = - 1 → hasilnya < 0 kg/m²
𝐴 . 𝐵 .𝐿²
6

• Menghitung penulangan pondasi


1) Menentukan nilai pmin dan pmax
1,4
pmin=
𝐹𝑦
B.Fc 600
pmax=0,75 .B.
𝐹𝑦 600+𝐹𝑦

2) Menentukan luas tulangan As yang digunakan


As=p.b,d
Luas tulangan rencana
Ast=1/4.jari jari.d2
Jumlah tulangan (n)=As:Ast
22

Jarak antar tulangan=B:n


3) Menentukan kemampuan tulanganmenahan gaya
geser
1
Vc = 𝑥 √𝑓 ′ 𝑐 . 𝑏 . 𝑑
6
𝑉𝑢
Vn =

Dimana, Vn < Vc
Jika Vn<Vc artinya gaya geser terjadi lebih kecil
dari gaya geser yang direncanakan.

Anda mungkin juga menyukai