Anda di halaman 1dari 35

NEUROANATOMI

NEUROMUSKULOSKELETAL LEHER

OLEH:
dr. Mohammad Herwindrio

PEMBIMBING
dr. Eko Arisetijono, Sp.S (K)

LABORATORIUM/SMF NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DR.SAIFUL ANWAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
Sistem Muskuloskeletal Leher Pemeriksaan Khusus Daerah Leher

Anatomi Sistem Muskuloskeletal Leher

Leher dapat berdiri tegak karena ditopang oleh sistem otot leher dan struktur tulang
belakang leher, yang merupakan bagian dari columna vertebralis. Tulang belakang terdiri dari
26 ruas tulang belakang, yang bentuknya tidak beraturan dan terhubung sedemikian rupa
sehingga membentuk struktur yang melengkung dan fleksibel. Tulang belakang adalah
penopang aksial tubuh, membentang dari dasar tengkorak ke panggul, di mana berat tubuh
ditransfer ke kaki. Tulang belakang juga menutupi dan melindungi sumsum tulang belakang
dan merupakan tempat bertemunya otot punggung dan leher. Ada bantalan di antara setiap
tulang belakang, yang merupakan struktur elastis dan tekan datar yang disebut cakram
intervertebralis (diskus intervertebralis), yang memberikan fleksibilitas dan kompresibilitas
ke tulang belakang.1

Gambar 1. Susunan tulang leher dan tulang belakang tubuh2


Ruas tulang belakang leher dan ligamen nuchae-nya adalah tempat perlekatan otot-
otot ekstensi kepala yang sering mengalami gerakan. Struktur ini didukung dan diperkuat
oleh ligamen pendek atau memanjang seperti pita (bangunan yang terdiri dari jaringan ikat
fibrosa). Ligamentum longitudinal anterior dan posterior yang masing-masing menutupi
dataran anterior dan posterior tulang belakang. Struktur lain yang menopang tulang belakang
adalah susunan otot yang melekat pada tulang belakang itu sendiri. Dalam keadaan normal,
tulang belakang melengkung ke depan di leher dan pinggul, dan tulang belakang dada dan
sakrum melengkung ke belakang. Leher itu sendiri terdiri dari tujuh vertebra serviks (vertebra
servikal: C1C7). Tulang belakang leher adalah yang terkecil dan paling ringan. Dengan
pengecualian C1 dan C2, segmen tulang belakang leher memiliki karakteristik sebagai
berikut: 1) oval dengan tubuh segmen yang rata, 2) kecuali C7: tonjolan posterior pendek dan
ujung bercabang (tonjolan), 3) ruas servikal mempunyai lubang 12.1

Gambar 3. Struktur otot leher superfisial dan profunda2

Leher memiliki tiga fungsi utama pada bagian sumsum tulang belakang yang paling
banyak bergerak:
1. Menyangga kepala dan memberikan stabilitas.
2. Kepala dapat bergerak dalam semua aspek gerakan.
3. Melindungi struktur yang melewati tulang belakang, terutama sumsum tulang belakang,
akar saraf, dan arteri vertebralis. 1
Terdapat lapisan fascia servikal pada leher yang membungkus leher seperti kerah. Lapisan ini
dipisahkan oleh m. Otot sternokleidomastoid dan m. Rekstok gantung. Dua lapisan fasia
(trakea anterior dan vertebra anterior) terletak di lapisan fasia internal, membagi leher
menjadi kompartemen frontal dan posterior. 10
Kanalis vertebralis pada kolumna vertebra servikalis adalah tempat berjalannya
medula spinalis. Akar dari nervus spinal servikalis keluar dari foramina intervertebralis pada
regio leher ini. Rami ventral dari 4 nervus kranialis akan berjalan bersama dengan ramus dari
T1 untuk membentuk pleksus brakialis10.
Regio pada leher dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Regio anterior
2. Regio lateral kanan
3. Regio lateral kiri
4. Regio posterior (nucha/tengkuk)

A. Regio Anterior
Regio anterior menurut leher terdiri dari beberapa otot lurik, traktus digestif (faring &
esofagus), traktus respirasi (laring & trakea), pembuluh darah dari dan menuju otak, empat
nervus kranialis terakhir, kelenjar tiroid & paratiroid. Struktur tadi akan mudah dipalpasi
dalam regio anterior berdasarkan leher :10
Struktur pada garis tengah:
• Tulang hioid: terletak sedikit pada bawah dagu & bisa teraba jika leher sedikit
diekstensikan. Tulang hioid bisa teraba menggunakan bunda jari , jari telunjuk & bisa
digerakkan dari satu sisi ke sisi lain.
• Kartilago tiroid: Lekukan tiroid, bagian melengkung dalam batas atas kartilago tiroid akan
gampang dipalpasi.
• Kartilago krikoid: adalah struktur yg bisa teraba pada bawah kartilago tiroid.
• Cincin trakea: dipalpasi pada bawah kartilago krikoid dengan cara menekan ke belakang
permukaan lekukan jugularis.
• Lekukan suprasternal / jugular: adalah struktur menurut bagian superior sternum antara
ujung medial klavikula.
Struktur lain pada daerah garis tengah:
• Lobus tiroid: bisa dipalpasi dalam bagian bawah kartilago krikoid
• Arteri karotis komunis: bisa terlihat & dipalpasi dalam perbatasan antara laring & trakea
sepanjang batas anterior m. Sternokleidomastoideus.
Gambar 1. Cervical lateral 3
B. Regio lateral kiri dan kanan
Area lateral terdiri dari dua otot superfisial dan kelenjar getah bening servikal. Struktur
tersebut adalah: 10
• Mastoid
• Klavikula
• Otot sternokleidomastoid: Jika pasien diminta untuk memutar kepalanya ke arah yang
berlawanan, terlihat struktur lateral dari mastoid ke sternum. Tendon otot ini terlihat di sisi
cekung vena jugularis.
• M. trapezius: terlihat saat pasien diminta mengangkat bahu dan mencoba melawan
resistensi.
• Prosesus transversal atlas: Dengan tekanan dalam dapat dirasakan pada sudut antara
mandibula dan prosesus mastoideus.
Gambar 2. Gambar superfisial dari regio anterior medial dan lateral10

C. Regio Posterior
Bagian posterior leher berisi struktur tulang belakang leher, sumsum tulang belakang, dan
struktur lainnya. Struktur ini dapat diraba di bagian belakang leher. 10
•Protuberantia oksipitalis eksterna: dapat dipalpasi di atas bidang servikal di garis tengah
posterior leher.
• Garis nuchal superior: Ini adalah garis bergelombang tulang yang dapat disentuh, dengan
lekukan di bawahnya, yang memanjang dari tonjolan ekstraoksipital ke prosesus mastoid.
• Vertebra servikalis C7: Teraba di bawah tulang belakang leher, terutama saat leher ditekuk.
• Ligamentum nuchae: muncul saat leher ditekuk dan kemudian menonjol dari vertebra C7
ke bagian luar oksiput.
Batas bawah leher dibatasi oleh klavikula dan batas atas adalah batas bawah mandibula,
tulang mastoid temporal, garis nuchal superior dari tulang oksipital, memanjang hingga
bagian anterior dari m. Trapezius di punggung. M. Sternokleidomastoideus berjalan
menyilang di leher, membagi leher menjadi segitiga anterior dan posterior.7
Gambar 3. Segitiga leher. Segitiga anterior: 1. Segitiga digastrik, 2. Segitiga karotis, 3. Segitiga
muskular. Segitiga posterior: 1. 4. Segitiga subklavian,
5. Segitiga oksipital.7

Vertebrae cervicalis
Vertebrae cervicalis merupakan fragmen dari kolumna vertebrae yang sangat
fleksibel. Hal ini melahirkan gerakan yang tidak terbatas pada leher dan kepala. Tujuh tulang
vertebrae cervicalis bentuknya lebih pendek dari bagian yang lain. Hal penting yang
membedakan yaitu adanya 3 foramina sedangkan yang lain 1 foramina. Pada vertebrae
cervicalis terdapat renggangan pada setiap prosesus transversus yang disebut foramen
transversum, seperti tempat lewatnya pembuluh darah vertebralis menuju ke otak. 1
Pada segmen anterior dari vertebra terdapat suatu diskus intervertebralis di antara 2
tulang vertebrae yang bekerja seperti sistem penyerap kejut, memungkinkan adanya kompresi
sementara, dan membantu leher bisa gerak. Diskus intervertebralis mengandung cairan elastik
yang memungkin guna tersebut bisa berjalan. Bagian luar dari diskus intervertebralis yaitu
annulus yang menjadikan jaringan finroelastik yang membungkus matrix diskus. Sedangkan
pada bagian posterior vertebrae terdiri dari prosesus transversus dan prosesus spinosus yang
merupakan tempat perlekatan otot-otot leher. 1
Dua vertebrae cervicalis pertama yaitu tulang penampang (C1) dan axis (C2)
memiliki ke ciri-ciri an tersendiri. Vertebrae cervicalis pertama disebut penampang yang
menyokong kepala. Tulang vertebrae ini tidak memiliki korpus dan prosesus spinosus.
Bagian superior dari tulang ini terdapat sendi yang menepel pada condylus occipitalis.
Dengan adanya persendian ini, seseorang bisa menggerakkan kepala ke depan dan ke
belakang. 2
Vertebrae cervicalis kedua disebut axis mudah dikenali dengan adanya prosesus
odontoid yang menyembul ke atas dar korpus. Aksis (C2) memiliki badan, prosesus spinosus
yang bifida. Prosesus ini masuk ke tulang penampang dan memberikan gerakan rotasi.
Vertebrae cervicalis ke tujuh memiliki prosesus spinosus yang menonjol sehigga bisa
dipalpasi pada leher. 2

Gambar 3. Atlas dan axis 4


Sendi pada vertebrae cervicalis
Sendi yang ada pada vertebra cervicalis tersusun dalam bidang yang wajar kecuali
pada atlas dan axis. Corpus vertebrae satu dan lainnya menyatu disambungkan dengan discus
intervertebralis fibrocartilaginous (adalah sendi kartilago non synovial). Discus
intervertebralis memiliki flexibilitas pada kolumna vertebrae dan memiliki fungsi sebagai
shock absorber. Discus ini pada bagian luar dikelilingi oleh anullus fibrosus. Dan didalamnya
terdapat massa gelatinosa (nucleus pulposus).
Gambar 4. Facet joint dan diskus intervertebralis 5

Pergerakan dari sendi yang menjadi pusat perhatian adalah range of movementnya
bukan jumlah gerakannya. Sendi diperkuat oleh ligament anterior dan posterior. Ligament ini
berjalan di tengah midline sepanjang permukaan anterior dan posterior dari korpus vertebrae.
Mereka melekat pada discus interventebralis. Ligament longitudinalis anterior merupakan
yang kuat dan melekat pada tuberculus anterior pada atlas dan bagian basis dari tulang
occipital. Ligament longitudinalis posterior berjalan dalam canalis vertebralis dan melekat di
atas korpus dari 2
Ligamen pada spina servikal adalah:
1. Ligamen transversum : menahan prosesus odontoid ke dalam notch yang terletak
posterior di pusat lengkung anterior, memungkinkan kepala dan atlas rotasi ke kiri dan kanan.
Selain itu mempertahankan prosesus odontoid di daerah anterior kanal spina serta memberi
ruangan cukup bagi medulla spinalis. Apabila terjadi kerusakan pada ligamen, prosesus
odontoid dapat bergerak ke posterior dan menekan medulla spinalis. Derajat penekanan dapat
dilihat secara klinis dengan pemeriksaan neurologik yang menunjukkan tanda upper motor
neuron.
2. Ligamen alar : membatasi rotasi dan membatasi gerakan lateral prosesus odontoid,
Apabila salah satu ligamen alar rusak, dapat menyebabkan kepala dan atlas subluksasi ke
lateral,
3. Ligamen accessory atlantoaksial : membatasi derajat rotasi kepala terhadap atlas dan
atlas terhadap aksis, Kerusakan salah satu ligamen tersebut dapat menyebabkan gerakan
berlebihan ke sisi berlawanan. Dapat dilihat melalui pencitraan mulut terbuka (open mouth)
dengan rotasi kepala ke dua arah. Ligamen alar dan accessory adalah ligamen pendek yang
terikat pada dua struktur tulang berdekatan sehingga mudah cedera, misalnya karena rotasi
berlebihan, tiba-tiba atau paksa (forceful).

Gambar 5. Ligamentum external craniocervical 4

Terdapat dua sendi penting pada vertebrae cervicalis :


1. Sendi atlanto occipital
2 sendi atlantooccipital antara condilus occipitalis dan facies articularis superior dari
atlas merupakan sendi synovial uniaksial yang terletak pada tiap sisi foramen magnum.
Membrane atlantooccipital anterior dan posterior melekat pada batas dari foramen magnum
(pada bagian superior), arkus os atlas (pada bagian inferior) membrane ini menguatkan sendi.
Gerakan yang terjadi pada axis transversus yaitu fleksi atau nodding dan ekstensi kepala. 2
2. Sendi atlantoaxial
Sendi atlantoaxial merupakan sepasang sendi sinovial antara prosesus articularis atlas
dan axis, dan 2 sendi median synovial yang terbentuk oleh artikulasi dari dens axis secara
anterior dengan arcus anterior dari atlas dan dengan ligament transversus secara posterior.
Ligament transversus pada atlas merupakan jaringan ikat yang kuat yang melewati bagian
posterior dari dens dan melekat pada bagian medial dari lateral mass atlas. Dari bagian tengah
ligament transversum, serabut longitudinal berjalan ke superior menuju batas anterior dari
foramen magnum dan ke inferior untuk melekat pada permukaan posterior dari korpus os
axis. Pita longitudinal ini bersama dengan ligamentum transversum, membentuk ligamnetum
cruciatum os atlas. Os axis melekat langsung pada tulang occipital di bagian apex dan
ligament alar yang muncul dari ujung dan tiap sisi dari dens 2
Gerakan berputar dari kepala terjadi antara atlas dan axis. Gerakannya bebas. Namun
ligament alar membantasi gerakan rotasi dari tengkorak dan atlas pada axis dan ligament
apical menegang selama ekstensi.

OTOT-OTOT KEPALA DAN LEHER


Kepala terletak pada posisi seimbang pada posisi anatomi. Posisi seimbang terutama
karena beban yang menekan kebawah pada sendi atlantooccipital dan sebagian karena
koordinasi dari otot-otot sekitar basis krani dari semua arah. Aksi dari otot antagonis sangat
penting pada gerakan kepala dan leher karena gerakan sering dilengkapi oleh efek gravitasi.
Otot antagonis berperan dalam regulasi gerakan gravitasi. Sebagai contoh ketika leher dan
kepala ditekuk ke depan pada gerakan fleksi, otot mengalami ekstensi sehingga memberikan
gerakan menekuk kepala kedepan sesuai gravitasi. Jika tubuh pada posisi terlentang, maka
pengaruh gravitasi akan menahan gerakan fleksi leher sehingga diperlukan kontraksi aktif
dari otot untuk melakukan gerakan flexi.
Mobilitas dari bagian cervical columna vertebrae dapat memperluas range of motion
dari kepala. Otot-otot yang memberikan gerakan pada leher juga mempengaruhi gerakan
kepala baik langsung karena menempel pada tulang cranium ataupun karena gerakan kepala
mengikuti gerakan leher pada berbagai arah.

OTOT LEHER
a. m. Trapezius

Tempat perlekatan origo M. Trapezius dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian


desending, transversus, dan asending. Bagian desending terletak di tulang oksipital (garis
nuchal superior, protuberantia oksipital eksterna), prosesus spinosus pada semua vertebrae
servikalis; bagian transversus terletak di aponeurosis prosesus spinosus T1-T4; dan bagian
asending terletak di prosesus spinosus T5-T12. Insersi dari m. Trapezius adalah sepertiga
lateral klavikula, akromion, dan skapula.3
Fungsi dari m. Trapezius adalah menggerakkan skapula ke atas oblik dan rotasi
eksternal, mengangkat kepala ke sisi yang sama dan rotasi ke sisi berlawanan (bagian
desending); menggerakkan skapula ke medial (bagian transversus); dan menggerakkan
skapula ke medial bawah (bagian asending). Seluruh bagian dari m. Trapezius berfungsi
untuk menstabilisasi skapula dengan thoraks. M. Trapezius diinervasi oleh n. Asesorius (N.
XI) dan pleksus servikal (C2-C4).3

b. m. Sternokleidomastoideus

Tempat perlekatan origo m. Sternokleidomastoideus adalah manubrium sterni dan


sepertiga medial dari klavikula. Insersi dari m. Sternokleidomatoideus adalah prosesus
mastoideus dan garis nuchal superior.3
Fungsi dari m. Sternokleidomastoideus adalah mengangkat kepala ke sisi yang sama,
rotasi kepala ke sisi yang berlawanan, mengekstensikan kepala, dan membantu pernafasan
bila kondisi kepala terfiksasi. M. Sternokleidomastoideus diinervasi oleh n. Asesorius (N XI)
dan cabang langsung dari pleksus servikalis (C1-C2) .3

c. m. Digastrikus

Origo dari m. Digastrikus adalah fossa digastrikus dari mandibula, dan bagian medial
dari prosesus mastoideus. Insersi dari m. Digastrikus adalah korpus os hioid. Fungsi dari m.
Digastrikus adalah mengangkat os hioid saat proses menelan dan membantu terbukanya
mandibula. M. Digastrikus diinervasi oleh n. Trigeminus (N. V) dan n. Fasialis (N. VII).3

d. m. Geniohioid

Origo dari m. Geniohioid adalah bagian mental inferior dari mandibula. Insersi dari
m. Geniohioid adalah korpus dari os hioid. Fungsi dari m. Geniohioid adalah mengangkat os
hioid ke depan saat proses menelan, dan membantu terbukanya mandibula. M. Geniohioid
diinervasi oleh ramus ventral CI .3

e. m. milohioid
M. milohiod memiliki insersi di garis milohioid di mandibula. Fungsi dari m.
Milohioid adalah mempererat dan mengangkat bagian bawah mulut, mengangkat os hioid ke
depan selama proses menelan, dan membantu terbukanya mandibula dan menggerakkan dari
sisi ke sisi (mastikasi). M. Milohioid diinervasi oleh n. Milohioid (dari N. Mandibular,
cabang dari N. V).3

f. m. Stilohioid

Origo dari m. Stilohioid adalah prosesus stiloideus dari os. Temporal. Insersi dari m.
Stilohioid adalah korpus os hioid. Fungsi dari m. Stilohioid adalah mengangkat os hioid
selama proses menelan dan membantu terbukanya mandibula. Inervasi dari m. Stilohioideus
adalah n. Fasialis (N. VII) .3

g. m. Sternohioid

Origo dari m. Sternohioid adalah bagian posterior dari manubrium sterni dan sendi
sternoklavikula. Insersi dari m. sternohioid adalah garis oblik dari tiroid. Fungsi dari m.
sternohioid adalah menggerakkan laring dan os hioid ke arah bawah, depresi laring dan os
hioid untuk fonasi dan fase terminal dari menelan. Innervasi dari m. sternohioid adalah ansa
servikalis dari pleksus servikal (C1-C4).3

h. m. sternotiroid

Origo dari m. Sternotiroid adalah bagian posterior dari manubrium sterni. Insersi dari
m. sternotiroid adalah garis oblik dari tiroid. Fungsi dari m. sternotiroid adalah
menggerakkan laring dan os hioid ke arah bawah, depresi laring dan os hioid untuk fonasi
dan fase terminal dari menelan. Innervasi dari m. Sternotiroid adalah ansa servikalis dari
pleksus servikal (C1-C4).3

i. m. Tirohioid

Origo dari m. tirohioid adalah garis oblik dari tiroid. Insersi dari m. tirohioid adalah
korpus os hioid. Fungsi dari m. tirohioid adalah depresi dan menfiksasi os hioid dan
mengangkat laring saat menelan. Innervasi dari m. Tirohioid adalah ramus ventral C1 dan
C4.3
j. m. Omohioid

Origo dari m. Omohioid adalah batas superior dari skapula. Insersi dari m. omohioid
adalah korpus os hioid. Fungsi dari m. omohioid adalah memfiksasi os hioid, menggerakkan
laring dan os hioid ke bawah untuk fonasi dan fase terminal dari menelan, dan mengikat
fascia servikal dengan tendon intermediatenya untuk mempertahankan patensi dari v.
jugularis interna. Innervasi dari m. Omohioid adalah ansa servikalis dari pleksus servikalis
C1-C4.3

k. m. Longus Capitis

Origo dari m. Longus Capitis adalah teberkulus anterior dari prosesus transversus
vertebrae C3-C6. Insersi dari m. Longus Capitis adalah bagian basilaris dari os oksipital.
Fungsi dari m. Longus Capitis adalah bagian rotasi minimal kepala ke sisi yang sama dan
memfleksikan kepala. Innervasi dari m. Longus Capitis adalah cabang langsung dari pleksus
servikal (C1-C4).3

l. Longus Colli

Origo dari m. Longus Colli adalah bagian anterior dari C5-C7 dan T1-T3. Insersi dari
m. Longus Colli adalah bagian anterior dari C2-C4, tuberkulus anterior dari atlas, dan
prosesus transversus C5-C6. Fungsi dari m. Longus Colli adalah rotasi dan fleksi dari
servikal. Innervasi dari m. Longus Colli adalah cabang langsung dari pleksus servikal (C2-
C4).
Gambar 7. Otot Prevertebralis3

m. Rektus Capitis Anterior

Origo dari m. Rektus capitis anterior adalah bagian lateral dari atlas. Insersi dari m.
Rektus capitis anterior adalah bagian basilaris dari os oksipital. Fungsi dari m. Rektus capitis
anterior adalah fleksi lateral dari sendi atlanto-oksipital. Innervasi dari m. Rektus capitis
anterior adalah ramus ventral C1.3

n. Rectus Capitis Lateralis

Origo dari m. Rektus capitis lateralis adalah prosesus transversus atlas. Insersi dari m. Rektus
capitis lateralis adalah bagian basilar dari os oksipital. Fungsi dari m. Rektus capitis lateralis
adalah fleksi lateral dari sendi atlanto-oksipital. Innervasi dari m. Rektus capitis lateralis
adalah ramus ventral C1.3

o. m. Skalenus

Origo dari m. Skalenus adalah tuberkulus anterior prosesus transversus dari vertebrae C3-
C6, prosesus transversus dari atlas dan aksis, tuberkulus posterior dari prosesus transversus
C5-C7. Insersi dari m. Skalenus adalah tuberkulus skalenus pada costae I, dan permukaan
luar dari costae II.3
Fungsi dari m. Skalenus adalah gerakan inspirasi, menggerakkan servikal ke sisi yang
sama, dan fleksi dari leher. Innervasi dari m. Skalenus adalah cabang langsung dari pleksus
servikal dan brakial (C3-C6).3

Gambar 8. Otot-otot leher bagian anterior 5

Gambar 9. Otot-otot kepala dan leher bagian posterior 5


Suplai Nervus Pada Kepala Dan Leher

Nervus motorik dan sensorik keduanya ditemukan di wajah. Nervus motorik berasal
dari nervus facialis (N. VII). Untuk inervasi sensori diperankan oleh nervus trigeminal,
dengan sedikit kontribusi juga dari plexus cervicalis melalui nervus auricularis magnus. Otak
memberikan 12 pasang nervus kranialis yang memberikan inervasi motorik dan sensorik
untuk struktur struktur di kepala leher dan bahu.
Beberapa nervus cranial khususnya IV, VI, XI dan XII menginervasi otot striata dan
tidak memberikan inervasi sensori. Telah diterima dengan luas bahwa serabut sensori untuk
otot-otot ini diantarkan menuju CNS melalui cabang dari n. trigeminalis (n. V). N. trigeminal
merupakan nervus cranial yang paling besar. Nervus ini menyuplai serabut sensoris pada
cranium anterior dan wajah dan serabut motorik pada otot mengunyah.6
Nervus trigeminal mempunyai 2 radiks, radiks sensoris dan radiks motorik, menempel
bersama pada sisi pons. Pada radiks sensorik, berjalan lateral menuju fossa crania media,
terdapat ganglion trigeminal (gasserian). Ada 3 cabang utama untuk sensori yang membawa
serabut sensori ke ganglion ini.
Cabang optalmika, cabang maksila dan cabang mandibula. Nervus oftalmikus keluar
dari tengkorak melalui fisura orbitalis uperior, n. maksilaris keluar dari foramen rotundum,
dan cabang mandibula dari foramen ovale. Bagian motorik berjalan dari ganglion trigeminal
menuju nervus mandibularis dan keluar melalui foramen ovale. Serabut motorik
menginervasi m. pterigoid lateral, m. masseter dan m. temporal. Karena hal ini maka serabut
motorik n. V sering disebut nervus masticator. Cabang motorik juga mempersarafi 2 otot di
leher yaitu m. digastricus anterior dan mylohyoid dan m. tensor veli palatine dan m tensor
timpani. M. tensor veli palatine dan M. tensor timpani dipersarafi oleh cabang yang menuju
M. pterigoid medial.6

Nervus glossopharyng, vagus, accesorius dan hipoglosus


Nervus kranialis IX, X dan XI mensuplai struktur pada leher sedangkan N XII
berfungsi untuk gerakan lidah. Pada leher, serabut dari ramus ventral cervical 1 berjalan
dengan n. hipoglosus pada bagian proximal.
Nervus glosofaring masuk ke leher melalui bagian tengah dari foramen jugular. Pada
leher nervus ini memberikan sinyal stop untuk cabang karotis, yang berjalan turun pada arteri
karotis interna menuju sinus karotis dan corpus carotis.
Nervus vagus meninggalkan cranium melalui bagian tengah foramen jugular.
Terdapat 2 ganglion yaitu ganglion superior dan inferior. Keduanya memiliki badan sel
sensoris. Bagian superior memberikan inervasi ke cabang meningeal. Nervus vagus memiliki
beberapa cabang communicating menuju glososfaringeal dan trunkus simpatikus, nervus
facialis, ganglion inferior dan nervus hipoglosus. Nervus vagus juga memberikan inervasi ke
nervus faringeal dan laryngeal6.
Nervus accesorius memberikan inervasi ke m. sternocleidomastoideus dan trapezius.
Nervus hipoglosus memberikan serabut motorik untuk lidah.

Sistem Saraf Autonom Pada Leher


Adanya pembuluh darah dan jaringan glandular pada leher mengndikasikan
kebutuhan untuk ANS pada region leher. Sistem otonom ini mempunyai 2 bagian yaitu
simpatis dan parasimpatis. Parasimpatis preganglion serabut efferent muncul dari beberapa
nervus cranialis sedangkan serabut preganglionik simpatis muncul dari nervus spinalis
thoracicus. Badan sel untuk parasimpatis postganglion letaknya di perifer, letaknya di dekat
struktur yang akan diinervasi. Sedangkan badan sel untuk postganglion simpatis kebanyakan
terletak pada ganglia trunkus simpatikus atau ganglia pada plexus6.

Sistem Saraf Parasimpatis


Akson preganglion parasimpatis mempunyai myelin dan terdapat pada nervus cranial
III, VII, IX, X, XI. Bersama dengan nervus cranialis berikut 4 ganglia parasimpatis yang
terletak di kepala :
1. Ganglion siliaris N. III : mengirim serabut visceral motorik menuju ke m. Siliaris dan m.
Spincter pupil
2. Ganglion pterigopalatina N. VII mengirimkan serabut motor menuju kelenjar lakrimal
dan kelenjar nasal dan mukosa faring.
3. Ganglion submandibular N. VII mengirimkan serabut motorik eferen untuk kelenjar
saliva submandibular dan sublingual.
4. Ganglion otikus N. IX mengirimkan serabut visceral motorik menuju ke kelenjar parotis.
Serabut sensori nervus trigeminal melewati ganglia ini. Serabut sensori melewati
ganglion siliaris untuk bergabung dengan cabang optalmikus. Serabut sensorik dari
submandibular dan sublingual kelenjar saliva melewati ganglion submandibular untuk
menuju cabang lingual dari divisi mandibula. Serabut dari ganglion cervicalis superior juga
melewati ganglion ini7.
Sistem Saraf Simpatis
System simpatis merupakan divisi otonom yang lebih besar. Meliputi 2 trunkus
berganglion dan cabangnya, plexus dan ganglia tambahan.

a. Bagian cranial dari system simpatis


Bagian cranial berasal dari tiap sisi sebagai nervus carotis interna (cabang dari ganglion
cervicalis superior yang berisi serabut postganglion). Berjalan naik di belakang dari arteri
carotis interna, nervus ini membelah di canalis carotis menjadi cabang lateral dan medial
yang memberi ujung filament menuju arteri dan membentuk bagian medial dari plexus carotis
internus. Plexus carotis internus memanjang di sekitar arteri cerebri anterior dan media dan
arteri oftalmika mencapai piamater. Sumber dari serabut vasoconstrictor adalah plexus carotis
interna dan plexus vertebrae, tetapi distribusi pastinya masih belum jelas 6.

b. Bagian cervical dari trunkus simpatis


Bagian cervical terdiri dari 3 ganglia cervical simpatis, menyatu dalam rami
interganglionik yang panjang dan tipis. Bagian trunkus terletak pada otot prevertebra,
posterior dari selubung carotis. Bagian ini berjalan menuju superior ke cranium sebagai arteri
interna dan bercabang menjadi plexus carotis interna. Bagian inferior trunkus simpatis
cervical berlanjut dengan bagian thoracis anterior menuju leher dan costae pertama dan disini
trunkus berjalan kembali ke belakang untuk mengikuti curvature vertebrae.
Ganglion cervicalis superior merupakan struktur fusiform dengan panjang sekitar 2.5 cm.
terletak pada fascia yang menutupi m. longus capitis posterior menuju arteri carotis interna,
vena jugularis interna. Ganglion ini penyatuan dari 4 segmencervical ganglia memberikan
inervasi pada gray rami menuju ke 4 nervis cervical pertama
Ganglion cervical medial merupakan yang terkecil. Terletak pada arteri thyroid anterior,
tetapi dapat terletak lebih inferipr pada arteri vertebralis. Ganglion ini merupakan representasi
dari gaglia cervicalis 5 dan 6 yang mengirimkan gray rami menuju nervus yang bersangkutan.
Ganglion cervicothoracic (stelate) merupakan ganglion besar dan ireguler bentuknya.
Terbentuk dari gabungan ganglion cervicalis inferior dengan ganglion thoracic 1. Terletak
pada junction antara bagian cervical dan thoracic dari trunkus simpatis. Bagian superior dari
ganglion ini terletak anterior terhadap arteri vertebralis. Kadang bersatu dengan ganglio
medial cervicalis dan mengelilingi arteri. Ganglia cervicalis medial dan cervicothoracic
disatukan olrh ramus interganglionik dan koneksi terhadapa ansa subclavia 6.

Cervical root anatomi8


a. Radiks keluar dari spinal cord dan bergabung membentuk dorsal dan ventral radiks
nervus spinalis
b. Radiks bersatu pada foramina intervertebralis, distal dari dorsal root ganglion, untuk
membentuk nervus spinalis
Gambar 10. Plexus cervicalis2

c. Nervus spinalis C1 –C7 berjalan di atas vertebrae cervical dengan nomer yang sama
untuk keluar dari canalis spinalis
d. Nervus spinalis C8 berjalan di bawah vertebrae C 7 dan diatas T1, sedangkan T1 di
antara vertebrae T 1 dan T2
e. Nervus spinalis dibagi menjadi ramus dorsal dan ramus ventral pada area keluarnya
dari foramen( kecuali C1 yang tidak memiliki ramus dorsal)
f. Ramus dorsal menyuplai kulit dan m. paraspinalis ( kecuali C1, tidak mempunyai
inervasi ke kulit)
g. Ramus dorsal C2 menjadi greater occipital nerve
h. Ventral rami dari C1-4 membentuk plexus cervicalis
i. Ventral rami dari C5-8 dan T1 membentuk brachial plexus.

Tabel 1.   NERVE FUNCTION OF THE CERVICAL PLEXUS


CERVICAL PLEXUS (C1-C4)
Lesser occipital (C2-3) Sensoris untuk kulit dibelakang telinga dan
prosesus mastoid
Greater auricular (C-2-3) Sensoris untuk kulit diatas parotis, sudut rahang,
lobuus telinga dan bagian depan prosesus mastoid
Cervical cutaneous (C-2-3) Sensoris untuk kulit leher bagian anterolateral
Supraclavicularis (C3-4) Sensoris untuk kulit area infraclavicula bagian
medial, pectoralis major dan deltoid
Muscular branches Motoris untuk m. capitis anterior dan lateral, m.
n. phrenicus (c3-4-5) longus capitis, m. longus collii, m. hyoid, m.
n. accesorius (CN XI) sternocleidomastoid, trapezius, levator scapulae,
n. levator scapulae (C3-4) scalenus medius, diafragma.

TABEL 2. FUNGSI SEGMENTAL DARI CERVICAL PLEXUS


CERVICAL PLEXUS (C1-C4)
Segment Function
C1 Motorik untuk ekstensi kepala dan leher, infrahyoid, rectus
capitis anterior dan lateral, dan longus capitis
C2 Sensoris terhadap occiput lateral, submandibula. Motoris
terhadap = C1ditambah longus colli
C3 Sensoris terhadap lateral occiput dan laher lateral, motoris
terhadap kepala dan ekstensor leher, infrahyoid, longus
capitus, longus colli, levator scapulae, scaleni, dan trapezius.
C4 Sensoris terhadap leher bawah lateral dan area bahu medial,
motoris terhadap ekstensi kepala dan leher, longus coli,
levator scapulae, scaleni, trapezius, dan diaphragm.

Gambar 11. Cervical roots2


Tabel 3. CLASSIFICATION OF MUSCULOSKELETAL DISORDERS OF THE
NECK
Adulthood Cervical Disorders Childhood Cervical Disorders

Trauma of the cervical spine and cord Trauma      


       Subluxation-fixation        Soft tissue or disc injury
       Soft tissue or disc injury        Cervical sprain
            Without neural deficit        Cervical strain
            With neural deficit        Subluxation
                 Root signs        Fracture or dislocation
                 Cord signs Acquired torticollis
       Acute herniated disc Congenital deformities
       Fracture or Dislocation
            Without neural deficit Metabolic disease and bone dysplasias
                 Stable        Morquior's disease
                 Unstable        Spondyloepiphyseal dysplasia
            With neural deficit        Diastrophic dwarfism
                 Complete quadriplegia        Central disc calcification
                 Incomplete quadriplegia
                 Anterior cord syndromes Inflammatory disease
                 Central cord syndromes        Juvenile rheumatoid arthritis
                 Brown-Sequard syndrome        Ankylosing spondulitis
       Nerve root injury        Vertebral/disc infections

Degenerative disc disease Tumors of the cervical spine


       Traumatic        Primary (uncommon)
       Geriatric        Secondary (rare)
       Spondylosis
Congenital anomalies
       Congenital stenosis Infantile Cervical Disorders
       Cervical ribs
Congenital disorders of the cervical spine
Systemic disease causing bone-texture        Congenital torticollis
alterations        Atlanto-occipitalization
       Anemia        Basilar invagination
       Leukemia        Odontoid process dysplasia
       Paget's disease        Vertebral fusion
       Osteoporosis        Spinal dystrophia
       Hodgkin's disease
Birth Injuries
Inflammatory diseases        Delivery-related subluxations
       Ankylosing spondylitis        Cord injuries
       Rheumatoid arthritis        Nerve injuries
       Infections        Epidural hemorrhages
       Bone injuries
Tumors
       Primary, of bone
       Secondary, metastatic
            Men: prostate, lung
            Women: breast

1.13 Pemeriksaan Umum


Pemeriksaan fisik pada pasien yang curiga cervical radikulopati meliputi penilaian
terhadap range of motion pada leher dan lengan, tanda kompresi radiks dan pemeriksaan
kekuatan dan reflex, pemeriksaan sensori dan mencari area muscle spasme atau trigger point
3
.
Cervical range of motion sangatlah informative. Pasien diminta menempelkan dagu
ke dada dan ke bahu, menempelkan masing-masing telinga ke bahu, dan menahan kepala
pada ekstensi maksimal, maneuver maneuver ini akan mempengaruhi ukuran foramen
intervertebralis. Nyeri yang timbul akibat menempelkan satu telinga ke bahu
mengindikasikan adanya radikulopati tetapi ketika nyeri meningkat apabila perubahan dari
posisi bersandar mengindikasikan nyeri dari miofascial. Penekanan ringan pada vena jugular
sampai terlihat wajah memerah dan pasien tidak nyaman, biasanya dapat menghasilkan gejala
radikular: nyeri di bahu, lengan, pectoral dan scapular, atau parestesi yang menjalar ke lengan
dan tangan (Viet’s sign) .
Ukuran foramen intervertebralis menyempit ketika ekstensi atau miring ke sisi lateral.
Pada saat ekstensi terjadi facet joint berdekatan 1 sama lain dan spinal canal menyempit
dibagian posterior. Radiks cervical meregang ketika fleksi dan dapat terjadi angulasi pada
bagian pintu masuk ke foramen. Intraspinal subarachnoid pressure akan bervariasi keitka
terjadi respirasi dan akan meningkat dengan valsava atau restriksi dari aliran vena. Perubahan
vena epidural dan radikular terpengaruh oleh posisi dan respirasi. Perubahan dinamis ini
berkaitan dengan proses patologi penyakit .
Tes valsava merupakan tes umum yang dilakukan yang mengindikasikan adanya
herniasi discus. Valsava tes akan meningkatkan tekanan intrathecal. Apabila terdapat space
occupying lesion pada canal cervical seperti herniasi discus atau tumor, pasien akan
mengalami nyeri pada cervical spine sekunder akibat peningkatan tekanan. Nyeri dapat
menjalar sesuai dengan distribusi syaraf pada ekstrimitas atas 7.

1.14 Cervical sprain versus discus herniasi


Pasien sering mengalami nyeri leher setelah terjadi kecelakaan yang menyebabkan
cervical spine mengalami whiplash atau twist. Injury ini menyebabkan peregangan radiks
syaraf yang menyebabkan radiks mengalami penjepitan pada osteoarthritis spur atau menjadi
herniasi discus. Pasien dengan keluhan neurologis dengan nyeri leher yang menjalar ke
medial dari scapula dan menjalar ke bawah lengan begitu juga dengan mati rasa dan
kelemahan motorik pada ekstrimitas. Perbedaan antara soft tissue injury tanpa neurologis
involvement dan injury dengan keterlibatan neurologis dapat diperiksa dengan integritas level
inervasi. Banyak pasien yang mengalami nyeri yang berlanjut sampai 6 bulan post trauma,
meskipun dari pemeriksaan neurologi dan x-ray tidak ditemukan kelainan. Terapi
conservative tetap harus diberikan mempertimbangkan kemungkinan pasien mengalami
permanen soft tissue injury yang tidak melibatkan radiks ataupun discus intervertebralis 7.

Gambar 12. Osteoartritis procesus uncinatus menyebabkan kompresi syaraf8

1.15 Spondilosis cervicalis


Spondilosis cervical dapat menyebabkan kompresi pada radiks syaraf ataupun
medulla spinalis. Biasanya terjadi penurunan reflek tendon dalam. Pada gambaran klinis
radiologis sering disertai penyerta spinal stenosis, thickened ligamentum flavum, herneated
disc dan spur formation. Gambaran klasik pasien dengan gerakan leher yang terbatas, dengan
spasme leher, dengan cervical compression test yang positif, nyeri leher dan tangan,
parestesia yang diperberat oleh bersin batuk , acute radiculopathy karena superimposed
herniasi discus dan biasanya disertai kelemahan otot dan atrofi dan fasciculasi 9.
Tanda spesifik acute disc herniation yaitu:
a. C4-5 disc rupture:   nyeri bahu dan tangan, paresthesia, hypesthesia C5 root
distribution, kelemahan deltoid atau biceps.
b. C5-6 disc rupture:   hypesthesia lateral lengan bawah dan ibu jari, kelemahan biceps
dan supinator.
c. C6-7 disc rupture:   hypesthesiajari tengahdan telunjuk, kelemahan triceps, grip
weakness.
d. C7-T1 disc rupture (uncommon):   ulnar hypesthesia dan intrinsic muscle weakness
PEMERIKSAAN KHUSUS DI DAERAH LEHER

Pemeriksaan fisik pada pasien yang dicurigai mengalami cervical radikulopati


meliputi penilaian terhadap range of motion pada leher dan lengan, tanda kompresi radiks
dan pemeriksaan kekuatan dan reflex, pemeriksaan sensori dan mencari area spasme otot
atau trigger point. 8
Cervical range of motion sangatlah informatif. Pasien diminta menempelkan dagu ke
dada dan ke bahu, menempelkan masing-masing telinga ke bahu, dan menahan kepala
pada ekstensi maksimal, maneuver-maneuver ini akan mempengaruhi ukuran foramen
intervertebralis. Nyeri yang timbul akibat menempelkan satu telinga ke bahu
mengindikasikan adanya radikulopati tetapi ketika nyeri meningkat apabila perubahan dari
posisi bersandar mengindikasikan nyeri dari miofascial. Penekanan ringan pada vena
jugular sampai terlihat wajah memerah dan pasien tidak nyaman, biasanya dapat
menghasilkan gejala radikular : nyeri di bahu, lengan, pectoral dan scapular, atau parestesi
yang menjalar ke lengan dan tangan (Viet’s sign). 8
Ukuran foramen intervertebralis menyempit ketika ekstensi atau miring ke sisi lateral.
Pada saat ekstensi terjadi facet joint berdekatan 1 sama lain dan spinal canal menyempit
dibagian posterior. Radiks cervical meregang ketika fleksi dan dapat terjadi angulasi pada
bagian pintu masuk ke foramen. Intraspinal subarachnoid pressure akan bervariasi keitka
terjadi respirasi dan akan meningkat dengan valsava atau restriksi dari aliran vena.
Perubahan vena epidural dan radikular terpengaruh oleh posisi dan respirasi. Perubahan
dinamis ini berkaitan dengan proses patologi penyakit. 8

1. Tes Lhermitte
Tes ini bertujuan untuk mengetahui adanya penekanan pada medula psinalis akibat
trauma, tumor medula spinalis, spondilosis servikalis.
Cara pemeriksaan:
- Kedua tangan pemeriksa ditangkupkan
- Tekan kepala pasien ke bawah dengan kedua tangan
- Tes Lhermitte positif: timbul rasa nyeri seperti dialiri listrik, dan apabila terjadi
peningkatkan nyeri di bagian servikal atau ekstremitas atas, perhatikan
distribusi/penjalarannya untuk menilai lokalisasi secara neurologis.
Gambar 18. A. Tes Lhermitte, b. Gambaran Servikal

2. Tes Rotasi Kepala pada Ekstensi Maksimum


Tes ini untuk menilai fungsi cervical spine bawah.

Prosedur
Pasien posisi duduk. Memegang kepala pasien dengan 1 tangan dan dagu pasien
dengan tangan lainnya, pemeriksa secara pasif mengekstensikan leher (menggerakkan
kepala ke belakang dan merotasi kepala ke 2 sisi).
Penilaian
Pada ekstensi maksimal, regio sendi atlantooccipital terkunci dan rotasi terjadi di
bagian bawah segmen servikal dan cervico thoracic junction. Mobilitas yang terbatas disertai
nyeri merupakan disfungsi segmental. Penyebabnya termasuk degenerative disease
(spondylosis, spondylarthritis, or uncovertebral arthritis). Adanya vertigo menunjukkan
gangguan vaskuler dari arteri vertebralis 9

Gambar 12. (a) menggerakkan kepala ke belakang (b) ke kanan (c) ke kiri9

3. Tes Rotasi Kepala pada Fleksi Maksimal


Tes fungsional untuk menilai cervical spine atas.
Prosedur
Pasien posisi duduk. Memegang bagian kepala belakang pasien dengan satu tangan
dan tangan satunya memegang dagu , pemeriksa memfleksikan leher pasien ke depan dan
merotasikan ke 2 sisi.
Penilaian
Penilaian pada fleksi maksimal, segmen di bawah C2 terkunci dan rotasi terjadi pada
sendi atlantooccipital dan atlantoaxial. Mobilitas yang terbatas dengan nyeri merupakan
tanda dari disfungsi segmental. Penyebabnya termasuk degenerative, instabilitas, dan

inflamasi 9
Gambar 13. (a) gerakan fleksi (b) ke kanan (c) ke kiri9

4. Tes Fungsi Segmental Pada Cervical Spine


Prosedur dan Penilaian
Pemeriksa berdiri di samping pasien. Meletakkan 1 tangan melingkari kepala pasien
sehingga siku pemeriksa di depan wajah pasien. Bagian ulnar dari jari kelingking diletakkan
di arcus vertebrae atas pada segmen yang akan diperiksa. Mobilitas segmental dinilai
dengan palpasi jari kontralateral. Mobilitas posterior dan lateral dapat dinilai dengan
melakukan sedikit traksi menggunakan tangan yang atas. Rotasi di segmen ini juga bisa
dievaluasi selama pemeriksaan yang sama. 9

9
Gambar 14. Tes fungsi segmental dari cervical spine
5. O’donoghue test
Tes ini berfungsi membedakan nyeri karena ligamen dan nyeri otot di leher belakang.

Prosedur
Pasien posisi duduk, kepala di miringkan ke kanan dan ke kiri secara pasif.
Kemudian pasien diminta untuk memiringkan kepala lagi melawan tangan pemeriksa yang
diletakkan di os zigomaticus dan temporal.

Penilaian
Terjadinya nyeri selama gerakan aktif kepala ini dengan ketegangan otot ipsilateral
dan otot paravertebral kontralateral menunjukkan disfungsi otot, sedangkan nyeri selama
pasif lateral bending pada cervical spine mengindikasikan gangguan pada ligament atau
sendi atau proses degeratif 9

Gambar 16. Tes O’Donoghue (a) gerakan pasif (b) gerakan aktif9

6. Tes Valsava
Pasien posisi duduk, ibu jari diletakkan di mulut, pasien berusaha meniup ibu jari
keluar mulut.
Penilaian
Penekanan meningkatkan tekanan intraspinal. Menunjukkan adanya massa yang
menekan seperti extruded intervertebral disc, tumor, penyempitan akibat osteophytes, dan
soft tissue swelling. Hal ini memberikan gejala nyeri radikuler sesuai dermatom 9

7. Spurling test
Berfungsi menilai nyeri facet joint dan iritasi radiks saraf.
Prosedur
Pasien posisi duduk. Kepala dirotasikan dan miringkan ke 1 sisi. Pemeriksa berdiri di
belakang pasien dengan 1 tangan diletakkan pada kepala dan tangan satunya menekan
ringan pada tangan dibawahnya. Jika pasien dapat mentoleransi nyeri maka bisa dilanjutkan
ke tes cervical spine extended. 9
Penilaian
Tes ini menunjukkan adanya facet syndrome dan kompresi radiks syaraf. Jika terjadi
iritasi sendi facet dan kompresi radiks pemeriksaan ini akan meningkatkan intensitas nyeri.
Ekstensi cervical spine akan menyempitkan intervertebral foramen sekitar 20-30% . 9

(a) (b)
Gambar 17. (a) Valsava tes (b) spurling test9

8. Tes distraksi cervical spine


Membedakan nyeri radikuler pada leher belakang, bahu dan lengan dan ligament/ otot di
daerah ini.
Prosedur
Pasien posisi duduk. Pemeriksa memegangi kepala pasien pada rahang dan bagian
belakang kepala dan melakukan traksi aksial superior.
Penilaian
Distraksi pada tulang belakang leher akan mengurangi beban pada diskus
intervertebralis dan radiks saraf yang keluar pada level atau segmen yang terkena selama
gerakan memutar di sendi facet. Berkurangnya nyeri yang menjalar merupakan tanda dari
iritasi radiks syaraf discogenic. Peningkatan nyeri selama distraksi dan rotasi menunjukkan
adanya gangguan cervical spine karena otot atau ligament atau sendi articular
kemungkinan karena degenerative process 9
9
Gambar 18. Cervical spine distraction test (a) posisi di tengah (b) posisi rotasi

9. Shoulder Press Test


Prosedur
Pasien duduk dan pemeriksa menekan ke bawah 1 bahu ketika memiringkan cervical
spine ke lateral.
Penilaian
Manuver ini akan meregangkan dural root dan nerve root, memicu radicular pain jika
radiks menempel pada foramina. Provokasi gejala radikuler merupakan tanda adhesi dari
dural sac dan atau radiks spinal. Nyeri yang berputar pada sisi otot yang teregang
mengindikasikan ketegangan otot yang meningkat pada sternocleidomastoid dan trapezius.
Berkurangnya nyeri otot pada sisi yang tidak diregangkan mengindikasikan otot yang tertarik
atau gangguan fungsi termasuk pemendekan otot 9

9
Gambar 19. (a) lateral bending (b) forced lateral bending

10. Tes kompresi maksimum foramen intervertebralis


Prosedur : Pasien duduk. Secara aktif merotasikan kepala ke satu sisi disertai
sedikit mengekstensikan leher
Penilaian : Gerakan ini akan menekan foramina intervertebralis dengan
penyempitan celah intervertebra dan iritasi radiks spinal disertai nyeri radikuler. Terjadinya
nyeri lokal tanpa gejala radikuler distal di dermatom curiga disfungsi sendi facet. Namun jika
nyeri di sisi kontralateral dapat disebabkan oleh peregangan otot 9
9
Gambar 20. Tes kompresi maksimum (a) posisi rotasi awal (b) posisi rotasi dan ekstensi

11. Jackson compression test


Prosedur
Pasien posisi duduk. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dengan tangan pada
ujung kepala dan secara pasif leher digerakkan ke sisi samping. Pada maximum lateral
bending, pemeriksa menekan kepala ke bawah untuk menimbulkan tekanan axial pada
tulang belakang.
Penilaian : Axial loading menghasilkan peningkatan tekanan pada discus intervertebralis,
radiks spinalis dan sendi facet. Tekanan pada foramina intervertebralis menekan sendi facet
sehingga menimbulkan nyeri distal yang tidak sesuai dermatom. Adanya iritasi radiks
menyebabkan nyeri radikuler. Nyeri lokal pada otot juga bisa terjadi karena regangan otot
leher 9

9
Gambar 21. Tes kompresi Jackson (a) right lateral bending, (b) left lateral bending

12. Intervertebralis foramina compression test


Prosedur : Kompresi aksial dilakukan pada cervical spine saat posisi netral 0o
Penilaian
Kompresi diskus intervertebralis, radiks, sendi facet dan atau intervertebrae foramina
akan meningkatkan nyeri radikuler sesuai segmen. Adanya gejala yang menyebar yang
tidak jelas biasanya merupakan tanda gangguan ligament atau sendi 9.
Gambar 22. (a) intervertebral foramen test (b) flexion compression test

13. Flexion compression test


Penilaian : Tes ini baik untuk menilai integritas diskus intervertebralis. Jika terdapat ekstrusi
diskus posterolateral, maneuver ini akan menekan bagian yang ekstrusi pada diskus pada
arah posterior, menghasilkan peningkatan kompresi radiks. Jika ada gejala nyeri radikuler
mengindikasikan adanya protrusi ekstrusi diskus ke posterolateral. Menggerakkan kepala ke
depan dapat mengurangi beban pada sendi facet dan mengurangi nyeri karena perubahan
degenerative. Peningkatan nyeri mengindikasikan injury pada ligament posterior 9.

14. Extension Compression Test


Prosedur
Pasien duduk dan pemeriksa berdiri di belakang pasien. Tulang belakang leher
diekstensikan 30 °. Kemudian pemeriksa melakukan kompresi aksial di atas kepala.
Penilaian
Tes ini menilai integritas disk intervertebralis. Dimana ekstrusi posterolateral dengan
annulus fibrosus yang intak, menggeser tekanan pada disk anterior akan mengurangi gejala.
Peningkatan nyeri tanpa gejala radikuler biasanya menunjukkan iritasi pada sendi facet
sebagai akibat dari penurunan mobilitas karena perubahan degenerative 9.

Gambar 23. Extention compression test9


DAFTAR PUSTAKA

1. Cantarella, Virginia. 1999. Bones and Muscles: An Illustrated Anatomy. Wolf Fly
Press, South Westerlo, New York
2. Netter, Frank and Machado, Carlos. 2012. Netter’s Neurology. Philadelpia. Saunders.
3. Schuanke,M., Schulte, E., Schumacer, U. 2016. Atlas of Anatomy : Head, Neck, and
Neuroanatomy 2nd Edition. New York: Thieme Publisher.

4. Felten, D.L. 2010. Netter’s Neuroscience. Philadelpia: Saunders.


5. Thompson, Jon C. 2010. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy 2nd Ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier.
6. Ombregt, L.2013.A System of Orthopedic Medicine 3rd Edition. Churchil
Livingstone. USA
7. Koshi R. 2018. Cunningham’s Manual of Practical Anatomy, Sixteenth Edition,
Volume 3 Head, Neck, and Brain. India: Replika Press Pvt Ltd.
8. Campbell, WW. 2013. DeJong’s The Neurologic Examination 7 th Ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
9. Buckup, Klaus. 2004. Clinical Tests for the Muskuloskeletal System: Examinations –
Signs – Phenomena. New York: Thieme.
10. Singh, Vishram. 2014. Textbook of Anatomy: Head, Neck, and Brain, Volume III, 2e.
New Delhi: Reed Elsevier India Private Limited

Anda mungkin juga menyukai