Anda di halaman 1dari 17

DESAIN WADAH PERBENIHAN DENGAN SISTEM

RESIRKULASI

OLEH :

Kelompok 1

Lala Saskia (L011191036)


Ramadani Desta Amalia (L011191100)
Muh. Rifqi Al Farizi (L011191113)
Yunita Nur Fatanah (L011191115)
Devilsa Damayanti (L011191133)
Sherly Silfanny (L011191139)

LABORATORIUM PENANGKARAN DAN REHABILITASI EKOSISTEM


PESISIR
DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budidaya pembesaran (perbenihan dan penangkaran) biota laut


khususnya yang langka dan dilindungi, akhir-akhir ini semakin mendapat
perhatian dan mulai berkembang di Indonesia, terutama karena mempunyai nilai
estetika dan pastinya untuk menjaga dan melestarikan keanekaragaman biota
yang ada, sejalan dengan kemajuan zaman dan teknologi. Masyarakat semakin
cenderung untuk memanfaatkan lahan yang tersedia semaksimal mungkin,
selain diterapkan pada penagkaran hewan langka, perbenihan juga dilakukan
pada budidaya ikan secara komersil untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
meningkatkan perekonomian. Keberhasilan suatu usaha budi daya sangat erat
kaitannya dengan kondisi lingkungan yang optimum untuk kelangsungan hidup
dan pertumbuhan ikan yang dipelihara.

Dalam perbenihan dan budidaya biota, ada beberapa macam cara yang
diterapkan, salah satu yang sering digunakan ialah dengan system resirkulasi.
Menurut Satyani (2001), ada beberapa cara untuk memperbaiki kualitas air atau
menghilangkan pengaruh buruk air kotor agar menjadi layak dan sehat untuk
kehidupan ikan dalam budi daya yaitu : aerasi, sirkulasi air, penggunaan
pemanas. Lasordo (1998) juga menyatakan bahwa sistem sirkulasi (perputaran
atau pergerakan) air adalah sistem produksi yang menggunakan air pada suatu
tempat lebih dari satu kali dengan adanya proses pengolahan limbah dan adanya
perputaran air.

Resirkulasi (perputaran) air sendiri, dalam pemeliharaan ikan atau biota


yang ditangkarkan itu sangat berfungsi untuk membantu keseimbangan biologis
dalam air, menjaga kestabilan suhu, membantu distribusi oksigen serta menjaga
akumulasi atau mengumpulkan hasil metabolit beracun sehingga kadar atau
daya racun dapat ditekan. Karena dalam system resirkulasi terdapat penyaringan
secara mekanik (Mecanic filtration) dan penyaringan secara Biologis (Bio
Filtration).

Kelangsungan hidup ikan dan biota laut apapun, tentunya dipengaruhi


oleh faktor fisika, kimia dan biologi. Lingkungan perairan adalah faktor penting
bagi kelangsungan hidup organisme akuatik. Ikan adalah organisme yang
hidupnya di lingkungan perairan baik di perairan tawar, payau, maupun laut. Ikan
mempunyai berbagai macam jenis dengan morfologi dan karakteristik tubuh yang
berbeda-beda. Perubahan kondisi lingkungan selalu terjadi karena pengaruh
aktivitas manusia atau perubahan alam. Kondisi lingkungan yang tidak stabil
berpengaruh terhadap perubahan organisme akuatik baik secara langsung
maupun tidak langsung (Braga, et, al, 2017).

Air menjadi variabel yang penting karena air merupakan media tempat
hidup ikan. Ikan nila (Oreochromis niloticus) termasuk jenis ikan air tawar dengan
kualitas adaptasi diri yang baik, sehingga menjadi komoditas unggul bagi
budidaya perikanan di Indonesia. Organisme akuatik ini sama halnya dengan
ikan air tawar pada umumnya yang bernapas menggunakan insang (operculum)
(Putra, 2015).

Air dalam dunia perbenihan dan penangkaran merupakan media hidup


dari organisme akuatik. Air sangat berperan penting dalam budidaya perikanan.
Kualitas air yang baik sangat menentukan keberlangsungan hidup ikan yang
dibudidayakan atau biota yang ditangkarkan. Dan system resirkulasi merupakan
salah satu upaya untuk menjaga kualitas air dan mengatasi permasalahan
perairan di kolam atau wadah penangkaran. Olehnya, berdasarkan
latarbelakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka praktikum perbenihandan
penangkaran hewan laut terkait meode resirkulasi ini dianggap perlu untuk
dilakukan.

B. Tujuan Dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut ini, ialah
untuk mengetahui bentuk dan dsain wadah perbenihan dan penangkaran Biota
laut dengan system resirkulasi. Adapun kegunannya ialah memberikan
pemahaman kepada Mahasiswa Praktikan mampu memahami konsep dari
deesain pemeliharaan system resirkulasi.

C. Ruang Lingkup Praktikum

Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang diatas, maka
ruang lingkup dalam laporan ini meliputi desain wadah system resirkulasi pada
perbenihan dan penangkaran Biota laut.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perbenihan Biota Laut

Sistem budidaya berasal dari bahasa Inggris aquaculture (aqua =


perairan dan culture = budi daya) dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi budidaya perairan, budidaya perikanan, perikanan budidaya atau
akuakultur. Oleh karena itu, sistem budidaya dapat didefinisikan menjadi campur
tangan manusia untuk meningkatkan produktivitas perairan melalui kegiatan
budidaya. Kegiatan budidaya yang dimaksud adalah kegiatan pemeliharaan
untuk memperbanyak, menumbuhkan, serta meningkatkan mutu biota akuatik
sehingga diperoleh keuntungan (Hadie, et, al).

Fasilitas utama untuk perbenihan ikan adalah wadah untuk pembesaran,


seperti bak, kolam, atau tambak. Pemilihan jenis wadah yang akan digunakan
disesuaikan dengan ketersediaan lahan, air, dan dana. Namun selain wadah,
dibutuhkan pula fasilitas pendukung yang fungsinya tentu saja untuk mendukung
kelancaran kegiatan. Penerapan teknologi budidaya harus mengacu kepada
teknologi yang mendatangkan keuntungan, tetapi tetap ramah lingkungan.
(Hadie, et, al).

Secara umum sistem budidaya biota air dikelompokkan menjadi tiga,


yaitu sistem terbuka, semi terbuka, dan tertutup. Pada sistem terbuka, biota
ditempatkan di alam terbuka seperti teluk dan danau. Arus air yang mengalir
secara alami akan membawa oksigen ke lokasi budidaya, mengangkut dan
membuang kotoran keluar dari lokasi budidata, bahkan membawa makanan ke
tempat di mana biota dipelihara. Sistem semi terbuka mengambil sumberdaya air
dari danau, teluk, sumur, atau sumber air lain di alam. Air diponmpa dan dialirkan
ke suatu tempat yang dibangun khusus untuk memlihara biota seperti kolam,
tambak, atau parit. Air tersebut dipakai sekali jalan maupun digunakan berulang
kali. Pada sistem tertutup hampir tidak atau hanya sedikit melakukan
penggantian air. Air mengalami penanganan khusus untuk mempertahankan
kualitasnya dan memenuhi syarat untuk budidaya (Setyono, 2012).

Proses pembenihan ikan khususnya pemijahan, penetasan telur dan


perawatan larva setiap komoditas berbeda-beda. Desain wadah pembenihan
ikan disesuaikan dengan kebiasaan induk ikan memijah, sifat telur ikan, sifat
larva dan benih ikan. Setiap komoditas memiliki karakter telur, larva dan benih
yang berbeda. Dengan demikian desain wadah pembenihan ikan disesuaikan
dengan karakter telur, larva dan benih setiap komoditas. Sedangkan tata letak
wadah pembenihan ikan disesuaikan dengan luas dan bentuk bangunan
pembenihan ikan atau hatchery (Angin, 2013).

B. Sistem Resirkulasi

Sistem resirkulasi adalah suatu sistem di mana air digunakan lebih dari
satu kali setelah melalui proses pengolahan limbah dan adanya sirkulasi atau
perputaran air. Pada sistem resirkulasi tertutup tidak ada atau sedikit air yang
diganti, dan air adalah subjek dari perlakuan ekstensif (Syafiuddin, et, al, 2020).
Pada sistem resirkulasi, filtrasi merupakan tahap yang sangat menentukan
keberlangsungan hidup biota, karena jika filtrasi tidak berhasil akan
mengakibatkannya turunnya kadar oksigen di dalam air dan memacu timbulnya
penyakit, sehingga dapat menyebabkan kematian pada biota (Hanifah, et, al,
2007).

Sistem ini telah banyak di terapkan dibeberapa negara maju, seperti


Amerika, Israel, Singapura, German. Sistem akuakultur resirkulasi pertama kali
diperkenalkan di Amerika Serikat pada awal tahun 1960. Di mana pada masa itu
didapati pencemaran sungai berasal dari pencemaran organik yang bersumber
dari tempat-tempat pembiakan ikan dan udang. Untuk menghindari dari
pencemaran ini, beberapa kaidah telah dibuat oleh pemerintah setempat, salah
satunya adalah Sistem Akuakultur Resirkulasi. Pada masa yang sama saat itu,
permintaan yang tinggi terhadap benih ikan Salmon meningkat dengan
mendadak dan perlu disediakan sepanjang waktu (Fadhil, et, al, 2010).

Satu modul sistem resirkulasi akuakultur terdiri dari unit perlakuan, unit
budidaya, saluran pasok (supply canal), dan saluran air bersih (clean water
canal). Penambahan air ke dalam sistem dilakukan melalui unit karantina
(quarantine unit) dalam jumlah yang relatif sedikit, yaitu hanya mengganti volume
air yang hilang akibat penguapan, rembesan dan pembersihan dasar tambak.
Selain itu juga sering dibantu dengan aksesoris lainnya, seperti pompa, aerator,
dan lain-lain. Dalam desain sistem resirkulasi, hal yang utama untuk
dipertimbangkan adalah penyediaan kondisi yang memungkinkan untuk
membuang limbah padatan, limbah ammonia, dan pengadaan aerasi (Fadhil, et,
al, 2010).

Fungsi dari filter fisik adalah untuk mengurangi kekeruhan air. Bahan
yang dapat dipakai sebagai filter fisik adalah sekat atau substrat penyaring.
Fungsi dari filter biologi adalah merombak zat-zat pencemar berupa NH3 menjadi
nitrat melalui proses nitrifikasi dengan bantuan bakteri autotrop, terutama
nitrosomonas dan nitrobacter. Bahan yang biasa dijadikan media tumbuhnya
filter biologi adalah pasir dan kerikil. Dengan media kerikil, penurunan
konsentrasi amonia bisa mencapai 20%, nitrit 39%, dan nitrat 13.4%. Sedangkan
filter kimia berfungsi menyerap nitrat hasil filtrasi biologi sebagai unsur hara
tanaman. Filter kimia biasanya adalah tanaman akuatik, misalnya kangkung air
(pomoea aquatica) (Hanifah, et, al, 2007).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilakukan di laboratorium penangkaran dan rehabilitasi


ekosisten pesisir pada tanggal 6 Oktober 2021.

B. Peralatan dan bahan

Peralatan yang gunakan dalam praktikum pertama ini adalah alat tulis
untuk menggambar desain sistem resirkulasi. Bahannya berupa model
pemeliharaan biota dengan sistem resirkulasi telah tersedia di Laboratorium.

C. Prosedur Kerja

1. Praktikan memperhatikan penjelasan oleh asisten tentang desain, tata letak


fasilitas dan pengelolaan sistem perbenihan dan penangkaran biota laut.
2. Praktikan mengamati bagaimana desain pengelolaan perbenihan dan
penangkaran di Laboratorium.
3. Sambil mengamati, praktikan menggambar desain wadah perbenihan dan
penangkaran.
4. Praktikan berdiskusi dengan teman kelompoknya mengenai desain wadah
dan cara kerjanya.
5. Setelah itu, praktikan menjelaskan sedikit mengenai apa yang digambar tadi
kepada asisten.
6. Praktikan membuat laporan praktikum dengan format yang telah diberikan
saat asistensi umum.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

B. PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Adapun simpulan yang dapat ditarik dari pembahasan yang telah di
paparkan sebelumnya adalah:
1. Ada dua jenis system budidaya yakni system budidaya terbuka dan
system budidaya tertutup. System terbuka merupakan system budidaya
yang airnya hanya untuk sekali pakai sehingga setelah pemakaian, air
langsung keluar untuk dibuang sedangkan system tertutup merupakan
suatu system budidaya dimana air digunakan kembali melalui perlakuan
untuk mengembalikan kualitas air sehingga tidak ada atau sedikit saja air
yang di ganti, system ini juga biasa di sebut system resirkulasi tertutup.
2. Limbah yang paling berbahaya adalah amoniak dan padatan terlarut
lainnya, maka dari itu dibutuhkan efektifitas dalam menangani atau
mengolah limbah.
3. Ada 4 komponen penting dalam system resirkulasi yakni wadah budidaya,
wadah pengendapan primer atau wadah mekanik, filter biologi dan
pengendapan sekunder.
4. Ada 2 jenis filter yang di gunakan yakni filter biologis dan filter mekanik.
Filter mekanik berfungsi memisahkan secara fisik partikel dari air
sedangkan filter biologi memanfaatkan mikroba untuk merombak limbah
melalui proses mineralisasi senyawa dan denitrifikasi .
DAFTAR PUSTAKA

Hadie, W., Hadie, L.E., & Sunpangat, A. Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem
Budidaya Ikan.

Angin, K. P. 2013. TEKNIK PEMBENIHAN IKAN. Direktorat Pendidikan


Menengah Kejuruan Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.

Hanifah, U., & Setiawan, B. I. (2007). Sistem Resirkulasi Air Terkendali Pada
Pembenihan Ikan Patin (Pangasius Hypophthalmus). Jurnal Keteknikan
Pertanian, 21(2).

Syafiuddin, Niartiningsih, A., Nasir. I., & Yusuf, S. (2020). Perbenihan dan
Penangkaran Biota Laut.

Fadhil, R., Endan, J., Taip, F. S., & Ja’afar, M., S. bin. (2010). Teknologi Sistem
Akuakultur Resirkulasi Untuk Meningkatkan Produksi Perikanan Darat Di
Aceh: Suatu Tinjauan. Aceh Development International Conference.

Setyono. (2012). Akuakultur dengan Sistem Resir. Oseana, 38(3), 45-50.

Satyani, D., & Priono, B. (2012). Penggunaan Berbagai Wadah Untuk


Pembudidayaan Ikan Hias Air Tawar. Media Akuakultur, 7(1).

Lasordo, T.M. (1998). Recirculating Aquaculture production System : the status


and future, Aquaculture Magazine, 24(1), 38-45.

Satyani, D., Sudrajat, A., & Sugama, K. (2007). Ikan Hias Air Tawar Indonesia,
Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta.
LAMPIRAN

Aulia Arwita
L011191
Muh. Rifqi Al Farizi
L011191113
Sherly Silfanny
L011191115
Lala Saskia
L011191036
Yunita Nur Fatanah
L011191115
Devilsa Damayanti
L011191133

Anda mungkin juga menyukai