Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

YANG DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

 MUHAMMAD SIDQI TASLIM


 ANITA BAHAR
 YULIANA HANDRIANI
 ROSVITA INDRIAWATI
 DWI ANDRIANTO
 HARDIANA SABARIAH
 ADITYA SAFITRA RAMDHANI
 LESTARI ISMAWATI PUTRI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES) MATARAM

2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara
mandiri.

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk membahas tentang Defisit Perawatan Diri


2. Untuk Pengetahuan Dasar Praktek Lapangan
3. Untuk membahas Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Defisit Perawatan Diri

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini menggunakan penulisan metode studi pustaka, diskusi
kelompok dan browsing internet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).Defisit perawatan diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).
Defisit Perawatan Diri adalah Suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.

2. Jenis–jenis Perawatan Diri


1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai
pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).
3. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut :
1. Kelelahan fisik.
2. Penurunan kesadaran.

Menurut Depkes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:


1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak–anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain–lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.


1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

4. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai mulut bau.
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang .
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :


1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawatt

5. Mekanisme Koping
1. Regresi
2.Penyangkalan
3.Isolasi diri, menarik diri
4. Intelektualisasi
F. Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri
adalah :
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar mandi yang
dekat dan tertutup.

6. Pohon Masalah

Defisit perawatan diri

 Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi social
7. Manifestasi Klinis DPD
Untuk mengetahui apakah klien mengalami masalah defisit perawatan diri maka
tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada klien yaitu:

Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.

Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan,


pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.

Ketidakmampuan makansecara mandiri, ditandai dengan


ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan
tidak pada tempatnya.

Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak pada


tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik sering kali tidak memedulikan perawatan diri.
Hal ini menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga dan masyarakat.

Bagian ini membahas cara merawat pasien yang mengalami deficit perawatan diri dan dengan
demikian pasien dan keluarga memiliki kemampuan merawat pasien di rumah.

PENGKAJIAN

Deficit perawatan pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Deficit perawatan
diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan, berhias diri, dan eliminasi
(buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri.

Kotak 5.6 format pengkajian pasien deficit perawatan diri

a. Status mental
1. Pnampilan
[ ] tidak rapi
[ ] penggunaan pakaian tidak sesui
[ ] cara berpakaian tidak sesuai
[ ] cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan………………………………………………………….
Masalah keperawatan ………………………………………….
b. Kebutuhan sehari-hari
1. Kebersihan diri
[ ] bantuin minimal [ ] bantuin total
2. Makan
[ ] bantuan minimal [ ] bantuan total
3. BAB/BAK
[ ] bantuan minimal [ ] bantuan total
4. Berpakain/berhias
[ ] bantuan minimal [ ] bantuan total

Jelaskan …..………………………………………………….

Masalah keperawatan …………………………………………


DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data yang didapat, masalah keperawatannya adalah deficit perawatan diri:
Higiene diri, berhias, makan, dan eliminasi.

TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Tindakan keperawatan pada pasien
1. Tujuan keperawatan
a) pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b) pasien mampu melakukan berhias secara baik
c) pasien mampu melakukan makan dengan baik
d) pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri
2. tindakan keperawatan
a) melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara :
1) menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
2) menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
3) menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
4) melatih pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri
b) membantu pasien latihan berhias
latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. Pada pasien laki-laki
latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan bercukur, sedangkan
pada pasien perempuan, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut,
dan berhias/ berdandan.
c) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara :
1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
2) Menjelaskan cara makan yang yang tertib
3) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
4) Mempraktikan cara makan yang baik
d) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan cara :
1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
SP 1 pasien : mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih
pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
Peragakan komunikasi dibawah ini !
ORIENTASI

“selamat pagi, kenalkan saya suster R.”

“ Siapa namanya dan senang dipanggil apa?”

“saya dinas pagi di ruangan ini dari jam 7 pagi sampai 2 siang, selama di rumah sakit ini saya yang
akan merawat T”

“dari tadi, suster lihat T menggaruk garuk badannya, gatal ya?”

“bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri?”

“berapa lama kita berbicara ? 20 menit ya …? Mau dimana …? Disana saja ya ?”

KERJA

“Berapa kali T mandi dalam sehari ?”

“berapa T sudah mandi hari ini?”

“menurut T Apa kegunaannya mandi ?”

“apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri?”

“menurut T apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri ?”

“kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa? Badan gatal, mulut
bau, apalagi ? kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut T yang bisa
muncul ? betul ada kudis, kutu… dan lain-lain.”

“ apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka ? “

“kapan saja T menyisir rambut ? bagaimana dengan merias muka ? apa maksud atau tujuan
menyisir dan berhias ?“

(contoh untuk pasien laki-laki.)

“ berapa kali T bercukur dalam seminggu? Kapan T terakhir bercukur ? apa gunanya bercukur ?
apa alat-alat yang diperlukan ? iya, sebaiknhya bercukur 2 kali seminggu. Alat cukurnya nanti
minta ke perawat ya!”

“ berapa kali T makan sehari ? apa pula yang dilakukan setelah makan ? betul, kita harus sikat
gigi setelah makan “

“ dimana biasanya T Buang air besar/buang air kecil ? bagaimana membersihkannya ? iya.. kita
buang air kecil danbuang air besar harus di WC “

“ Nah! Itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan pakai air dan sabun”
“ menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? sebelum mandi apa yang perlu kita
persiapkan ? benar sekali, T Perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk sikat gigi, sampo, sabun,
dan sisir.

“bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing T Melakukannya.
Buka pakaian, dan siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil shampoo lalu gosokkan
pada kepala T Sampai berbusa lalu bilas sampai bersih , bagus sekali! Selnjutnya ambil sabun,
gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air bersih. Jangan lupa sikat gigi
pakai odol, giginya di sikat dari mulai arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari
depan sampai belakang.

TERMINASI

“Bagaiman perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian? coba T Sebutkan lagi apa saja
cara-cara mandi yang baik yang sudah T lakukan tadi?”

“bagaimana perasaan T Setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi?
sekarang coba T Ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapu.”

“bagus sekali!
SP 2 pasien : melatih pasien berhias (laki-laki : berpakaian , menyisir rambut, dan bercukur,
perempuan : berpakaian, menyisir rambut, dan berhias).
Peragakan komunikasi di bawah ini.

(Pasien laki-laiki)

ORIENTASI

“selamat pagi bapak”

“ bagaimana perasaan bapak hari ini ? bapak sudah mandi? Sudah ditandai di jadwal hariannya?

“ hari ini kita akan latihan berhias diri, mau dimana latihannya,? Bagaimana kalaun diruang tamu?
Bagaimana kalo 30 menit?

KERJA

“apa yang bapak lakukan setelah selsai mandi? Apakah bapak sudah selsai ganti baju?

“untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih 2 kali
sehari. Sekarang coba bapak ganti baju, ya, bagus seperti itu.”

“ apakah bapak menyesir rambut? Bagaimana cara bersisir? Coba kita praktikan, lihat kecermin,
bagus sekali!

“ apakah bapak suka bercukur? Berapakalai sehari bercukur? Betul 2 kali sehari

“tampaknya kumis dan jenggot bapak sudah panjang. Maripak dirapikan! Ya bagus,

TERMINASI

“bagaiamana perasaan bapak setelah berhias?

“coba pak sebutkan cara berhias yang baik sekali lagi

“ selanjutnay, bapak setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya? Mari kita masukan
ke dalam jadwal kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam berapa?

“nanti siang kita makan yang baik, diruang makan bersama teman bapak yang lain.
(pasien perempuan)

ORIENTASI

“ selamat pagi, bagaimana perasaan ibu hari ini, ibu sudah mandi? Sudah di tandai di jadwal
harian?

“hari ini kita akan latihan berhias diri supaya ibu tanpak rapid an canti. Mari kita mendekat
kecermin dan bawa laat-alatnya (sisir, bedak dan lipstick)

KERJA

“ sudahkah ibu menggantikan pakaian setrelah mandi? Bagus, nah sekarang disisir rambutnya
yang rapi, bagus apakah ibu biasa pakai bedak? Coba dibedakin mukanya? yang rata dan tipis.
Bagus sekali lagi! Ibu punya Lipstik? mari dioles tipis. Bagus sekali, coba lihat di kaca!

TERMINASI

“Bagaimana perasaan ibu setelah belajar berdandan?”

“ibu jadi tanpak segar dan cantic, mari masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian. Nanti siang
kita latihan makan yang baik di ruang m akan bersama teman ibu yang lain yta? Sampai jumpa!

SP 4 pasien: melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan car mempersiapkan makan,
menejlaskan makan yang tertib, menjelaskan cara merapikan peralatan makan, peraktik
makan sesuai dengan tahapan makan yang baik).

ORIENTASI

“Selamat siang T! T tampak rapi hari ini, siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang
bai.”

“kita latihan langsung di ruang makan ya!”

KERJA

“bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? dimana T makan ?

“sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktikkan!”
“bagus, setelah itu kita duduk dan ambil makanan, sebelum disantap kita berdoa dulu. Silhkan T
yang pimpin! Bagus.”

“mari kita makan! saat makan kita harus menyuap makanan satu persatu dengan pelan-pelan.
ya ayo sayur nya dimakan ya…

TERMINASI

Bagaimana perasaan T Setelah kita makan bersama-sama “

“apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan (cuci tangan, duduk yang baik, ambil
makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan).”

“nah, coba T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam jadwal? Besok kita
ketemu lagi untuk latihan BAB/BAK yang baik, bagaimana kalau pukul 10.00? tempatnya disini
saja ya?”

sp 5 pasien: mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri (menjelaskan tempat


BAB/BAK yang sesuai, menjelaskan cara mebersihkan diri setelah BAB/BAK yang sesuai,
menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK).
Peragakan komunikasi dibawah ini!

ORIENTASI

“selamat pagi T? bagaimana perasaan T hari ini? baik, sudahh di jalankan jadwal
kegiatannya?”

“kita akan membicarakan tentang cara buang air besar dan buang air kecil yang baik ya,
kira-kira 30 menit ya T? Dimana kita duduk?

KERJA

untuk pasien laki-laki:

“ dimana biasanya T buang air besar dan buang air kecil? Benar T. buang air besar atau
kencing yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada
saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak boleh buang air besar/ kencing
disembarang tempat.”

“Sekarang coba T jelaskan kepada saya bagaimana cara T Cebok?”

“sudah bagus ya! Yang perlu diingat saat mencebok adalah membersihkan bokong atau
kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih
Tersisa di tubuh T. Setelah T selsai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di
WC dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di WC. Jika T membersihkan tinja/air kencing
seperti ini berarti, berarti T ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang
ada pada kotoran/air kencing. Setelah selesai membersihkan tinja/air kencing T perlu
merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari WC. Pastikan ritsleting celana telah
tertutup rapi, lalu cuci tangan dengan sabun.”

Untuk pasien perempuan

“cara membilas yang bersih setelah T Buang air besar yaitu dengan cara
menyiramkan air dari arah depan ke belakang jangan terbalik ya! cara seperti ini
berguna untuk mencegah masuknya kotoran/tinja yang ada di bokong ke bagian
kemaluan kita. Setelah T selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di WC
di bersihkan caranya di siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai tinja/ air kencing itu tidak tersisa di WC. Jika T membersihkan tinja/Air
kencing seperti ini, berarti T ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya
yang ada pada kotoran/ air kencing”. “Jangan lupa merapikankembali pakaian
sebelum keluar dari WC, Lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara buang air


besar/buang air kecil yang baik?”

“coba T jelaskan ulang tentang cara BAB/BAK yang baik! Bagus! Untuk selanjutnya, T
dapat melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi.”

“ nah, besok kitaketemu lagi , untuk melihat udah sejauh mana T bisa melakuakan
jadwal kegiatannya! Sampai jumpa!”

b. Tindakan keperawatan pada keluarga pasien


1. Tujuan keperawatan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah deficit
perawatan diri
2. Tindakan keperawatan
Untuk memmantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri
yang baik, perawat harus mealkukan tindakan agar keluarga dapat meneruskan
melatih dan mendukung pasien sehingga kemampuan pasien dalam perawatan
diri meningkat. Tindakan yang dapat perawat lakukan adalah sbb:
a. Diskusi dengan keluarga tentang msalah yang dihadapi kleuarga dalam
merawat pasien
b. Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma
c. Diskusi dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhka
oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien
d. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu
meningkatkan pasien dalam merawat diri ( sesuai jadwal yang telah
disepekati)
e. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien
dalam merawat diri
f. Bantu keluarga melatih cara merawat pasien deficit perawatan diri

Sp 1 keluarga: memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang


masalah keperawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah deficit perawatan diri

ORIENTASI

“ selamat pagi pakbu, saya D perawat yang merawat T “

“apakah pendapat bapak tentang T?”

“ hari ini kita akan berdikusi tentang apa msalah yang di alami T dan bantuan apa yang dapat di
berikan “

“ berapa lama waktu bapak/ibu yang tersedia? Bagaimana kalau 30 menit ? mari kita duduk di
kantor perawat!

KERJA

“ apa saja masalah yang bapal/ ibu rasakan dalam merawat T /”

Perawatan diri yang utama adalah kebersihan diri berdandan, makan dan BAB/BAK.”

“Perilaku yang ditunjukkan Oleh T itu dikarenakan gangguan jiwanya yang membuat T tidak
memiliki minat untuk mengurus diri sendiri, baik, akan saya jelaskan; untuk kebersihan dir, kami
telah melatih T untuk mand. Keramas, gosok gigi, ganti baju, dan potong kuku. Kami harapkan
bapak/ibu dapat menyediakan peralatannya. T juga telah memiliki jadwal pelaksanaannya untuk
berhias. Kami harapkan dimotivasi sehabis mandi untuk sisiran yang rapi. Untuk makan,
Sebaiknya makan bersama keluarga dirumah. T telah mengetahui langkah-langkahnya,
yaitu cuci tangan, ambil makanan, berdoa, makan yang rapi, cuci piring dan Gelas, lalu
cuci tangan. Sebaiknya makan saat jam minum obat agar sehabis makan langsung
minum obat. T juga sudah belajar BAB/BAK yang bersih. Kalau T kurang motivasi dalam
merawat diri apa yang bapak/ibu lakukan?”

“bapak/ibu juga perlu mendampinginya pada saat merawat diri sehingga dapat
diketahui apakah T sudah mandiri atau mengalami hambatan dalam melakukannya,
jangan lupa beri pujian pada T”.

“Ada yang bapak/ibu ingin tanyakan”?

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap ?”

“coba bapak/ibu sebutkan lagi apa saja yang harus di perhatikan dalam membantu anak
bapak/ibu sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam membantu anak
bapak/ibu. T dalam merawat diri.”

“baik, nanti kalau bapak/ibu besuk bisa ditanyakan pada T”

“Dan di rumah nanti, cobalah bapak/ibu mendampingi dan membantu T saat


membersihkan diri”

“dua hari lagi kita akan ketemu dan bapak/ibu akan saya damping untuk memotivasi T
dalam merawat diri”

Sp 2 keluarga : melatih keluarga cara merawat pasien. Peragakan komunikasi dibawah ini!

ORIENTASI

“selamat pagi bapak/ibu sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”

“bagaiamana bapak/ibu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua
hari yang lalu?”

“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak/bu?’’

“kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba lansung pada T ya? Berapa lama
bapak/ibu punya waktu?’’
KERJA

“sekarang anggap saya adalah T, coba bapak praktikkan cara memotivasi T untuk
mandi, menyisir rambut, buang air, dan makanan.”

“bagus, begitu caranya!”

“sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian kepada T.”

“bagus, bagaimana kalau cara memotivasi T minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadwal?”

“bagus, ternayata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat T . bagaimana kalau
sekarang kita mencobanya langsung pada T?”

(Ulangi lagi semua cara di atas lansung pada pasien)

TERMINASI

“bagaimana perasaan bapak dan baru setelah kita berlatih cara merawat T?”

“setelah ini, coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak
dan ibu membesuk T.”

“baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali ke seni dan kita
akan mencoba lagi cara merawat T sampai bapak dan ibu lancer melakukannya.”

“jam berapa bapak dan ibu bisa kemarin?”

“baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu?”
yang

SP 3 keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga. Peragakan kemunikasi di


bawah ini

ORIENTASI

“selamat pagi bapak/ibu, hari ini T sudah boleh pulang. Oleh karena itu, perlu dibicarakan
jadwal T selama di rumah.

” bagaimana pak, bu. Selama bapak dan ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat T?’’

“nah, sekarang mari kita bicarakan jadwal di rumah tersebut disini saja?’’

“berapa lama bapak dan ibu punya waktu?’’

KERJA

“pak, bu, ini jadwal kegiatan T di rumah sakit, coba perhatikan apakah dapat dilaksanakan
di rumah. Jadwal yang telah di buat selama T di rumah sakit tolong dilanjutkan di rumah,
bbbaik jadwa
Baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya.”

“hal-hal yang perlu di perhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang di tampilakan oleh
anak ibu dan bapak selama di rumah. Kalau minsalnya T menolak terus menerus untuk
makan, minum, dan mandi serta menolak minum obat atau memperlihatkan prilaku
membahayakan orang lain, segara hubungi suster S di puskesmas inderapuri, puskesmas
terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon puskesmasnya : (0651) 44xxx,”

TERMINASI

“bagaimana pak, bu, ada yang belum jelas? Ini jadwal harian T untuk di bawa pulang. Dan
ini surat rujukan untuk perawat K di puskesmas indrapuri.”

“jangan lupa control ke puskesmas sebelum obat habis, atau ada gejala-gejala yang
tampak. Silahkan selesaikan administrasinya.”

Terapi aktivitas kelompok (TAK)


Terapi kelompok yang dapat di berikan untuk pasien dengan masalah deficit perawat diri
adalah: TAK stimulasi persepsi : perawatan diri
a. Sesi 1 : manfaat perawatan diri
b. Sesi 2 : menjaga kebersihan diri
c. Sesi 3 : tata cara makan dan minuman
d. Sesi 4 : tata cara eliminasi
e. Sesi 5 : tata cara berhias

Evaluasi Keperawatan
Selanjutnya evaluasi dilakukan terhadap kemampuan pasien deficit perawatan diri dan
keluarganya (lihat hlm.181) serta kemampuan perawat dalam merawat pasien deficit
perawatan diri (lihat hlm.182)
Asuhan keperawatan pada pasien Resiko Bunuh Diri
Bagian ini berisi pedoman agar perawat dapat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien Resiko Bunuh Diri.
Pengkajian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar di lakukan oleh pasien untuk mengakhiri
kehidupannya, berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, terdapat
tiga macam prilaku bunuh diri yakni sebagai berikut.
a. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan prilaku secara tidak langsung ingin bunuh
diri, minsalnya dengan mengakan, “tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi
jauh!” atau “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Dalam kondisi ini pasien mungkin sudah mempunyai ide untuk mengakhiri
hidupnya, tetapi tidak sertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien
umumnya mengungkapakan perasaan seperti rasa bersalah, sedih, marah, putus asa,
atau tidak berdaya. Pasien juga mengungkapakan hal-hal negatif tentang diri sendiri
yang menggabarkan harga diri rendah.
b. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya di ucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati
di sertai oleh rencana untuk mengakhiri kehidupan dan Persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana
bunuh diri, tetapi tidak di sertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus di lakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan
pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
c. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
megakhiri kehidupanya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan
cara gantung diri, minum rancun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari
tempat yang tinggi.
Setelah melakukan pengkajian, perawat dapat merumuskan diagnosis
keperawatan berdasarkan tingkat resiko dilakukannya bunuh diri (lihat pembagian
tiga macam prilaku bunuh diri pada halaman sebelumnya.)
Evaluasi kemampuan pasien deficit perawatan diri dan keluarga nya

Nama pasien: …………………………..


Ruangan :…………………………...
Nama perawat: ………………………...
Petunjuk:
Berilah tanda checklist jika pasien mampu melakukan kemampuan di bawah ini.
Tuliskan tanggal setiap supervise.
Tanggal
NO Kemampuan

A. Pasien
1. Menyebutkan pentingnya kebersihan diri
2. Menyebutkan cara membersihkan diri
3. Mempraktikkan cara membersihkan diri dan
memasukkan dalam jadwal
4. Menyebutkan cara makan yang baik
5. Mempraktikkan cara makan yang baik dan
memasukkan dalam jadwal
6. Meyebutkan cara BAB/BAK yang baik
7. Mempraktikkan cara berdandan dan memasukkan
dalam jadwal
8. Menyebutkan cara berdandan
9. Mempraktikan cara berdandan dan memasukkan
dalam jadwal
B. Keluarga
1. Menyebutkan pengertian perawatan diri dan proses
terjadinya masalah deficit perawatan diri
2. Menyebutkan cara merawat pasien deficit perawatan
diri
3. Mempraktikkan cara merawat pasien deficit
perawatan diri
4. Membuat jadwal aktivitas dan minum obat pasien di
rumah (perencanaan pulang)
Evaluasi kemampuan perawat dalam merawat pasien deficit perawatan diri

Nama pasien: ………………………..


Ruangan : ……………………….
Nama perawat: ……………………..
Petunjuk:
a. Berilah tanda checklist pada tiap kemampuan yang ditampilkan
b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setiap SP dilakukan menggunakan instrument
evaluasi penampilan klinik perawat MPKP
c. Masukkan nilai tiap evaluasi penampiln klinik perawat MPKP ke dalam baris nilai SP
nilai SP
No Kemampuan Tanggal
A. Pasien
Sp 1 pasien
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
3. Membantu pasien mempraktikkan cara menjaga
kebersihan
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP 1 pasien
Sp 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara makan yang baik
3. Membantu pasien mempraktikkan cara makan yang
baik
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai sp 2 pasien
sp 3 pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik
3. Membantu pasien mempraktikkan cara eliminasi
yang baik dan masukkan dalam jadwal
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP 3 pasien
SP 4 pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu pasien mempraktikkan cara berdandan
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP 4 pasien
B. Keluarga
sp 1 keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasan keluarga
dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian tanda dan gejala deficit
perawatan diri, dan jenis deficit perawatan diri
yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien deficit
perawatan diri
Nilai SP 1 keluarga
sp 2 keluarga
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat
pasien dengan deficit perawatan diri
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung pasien deficit perawatan diri
Nilai SP 2 keluarga
sp 3 keluarga
1. Membantu keluarga membuat jadawal aktivitas di
rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan tindak lanjut pasien setelah pulang
Nilai sp 3 keluarga
Total nilai: SP pasien + SP keluarga
Nilai rata-rata
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.Jakarta : EGC.
Depkes.2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7.Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI .Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006.Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
Perry, Potter. 2005 .Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004.Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan.Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3.Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima
Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi
3. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai