Anda di halaman 1dari 8

2.

1 Klasifikasi cacing
Berdasarkan taksonomi, helmin dibagi menjadi:
1. Nemathelminthes (cacing gilik; nema : benang)
2. Platyhelminthes (cacing pipih).
Stadium dewasa cacing yang termasuk Nemathelminthes (Kelas Nematoda) berbentuk
bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga badan dan alat-alat. Cacing
tersebut mempunyai alat kelamin terpisah. Dalam Parasitologi Kedokteran nernatoda dibagi
menjadi nematoda usus yang hidup di rongga usus dan nematoda jaringan yang hidup dijaringan
berbagai alat tubuh. Besar dan panjang cacing Nematoda beragam, ada yang panjangnya
beberapa milimeter, ada pula yang melebihi satu meter. Nematoda mempunyai kepala, ekor,
dinding, rongga badan dan alat-alat lain yang agak lengkap. Sistem pencemaan, ekskresi dan
reproduksi biasanya terpisah. Pada umumnya cacing bertelur, tetapi ada jugayangvivipar dan
yang berkembang biak secara partenogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak di dalam
badan manusia. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan telur atat larva sebanyak 20 sampai
200.000 butir sehari. Telur atau larva tersebut dikeluarkan dari badan hospes dengan tinja. Larva
biasanya mengalami pertumbuhan diikuti pergantian kulit. Bentuk infektif dapat memasuki
badan manusia dengan berbagai cara. Ada yang masuk secara aktif, ada pula yang tertelan atau
masuk melalur gigitan vektor. Nematoda usus mempunyai junlah spesies terbanyak di antara
cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Cacing tersebut berbeda-beda dalam habitat, daur
hidup dan hubungan hospes-parasit. Di antara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang
ditularkan melalui tanah disebut soil transmitted helminths. Cacing yang terpenting bagi manusia
adaIah Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura,
Strongtloides stercoralis , Oxyuris vermicularls dan Trichinella spiralis.
Di antara nematoda jaringan yang penting dalam Ilmu Kedokteran adalah: Wuchereria bancrcfii,
Brugia malayi, Brugia timori, Loa loa dan Onchocerca volvulus.

Cacing dewasa yang termasuk platyhelminthes mempunyai badan pipih, tidak


mempunyai rongga badan dan biasanya bersifat hermafrodit. Plathelnminthes dibagi menjadi
Kelas Trematoda (cacing daun) dan Kelas Cestoda (cacing pita). Cacing trematoda berbentuk
daun, badannya tidak bersegmen, mempunyai alat pencernaan. Pada umunnya cacing ini bersifat
hermafrodit kecuali cacing Schistosoma. Pada umumnya bentuk badan cacing dewasa pipih
dorsoventral dan simetris bilateral, tidak mempunyai rongga badan. Ukuran panjang cacing
dewasa sangat beraneka ragam dari I mm sampai kurang lebih 75 mm. Tanda khas lainnya
adalah terdapatnya 2 buah batil isap, yaitu batil isap mulut dan batil isap perut. Beberapa spesies
mempunyai batil isap genital. Saluran pencemaan menyerupai huruf Y terbalik yang dimulai
dengan mulut dan berakhir buntu pada sekum. Pada umunmya Trematoda tidak mempunyai alat
pernapasan khusus, karena hidupnya secara anaerob. Saluran ekskresi terdapat simetris bilateral
dan berakhir di bagian posterior. n manusia. Menurut tempat hidup cacing dewasa dalam tubuh
hospes, maka trematodadapat dibagi dalam:
1.Trematoda hati (liver flukes): Clonorchis sinensis, Opisthorchis felineus, Opisthorchis
viverrini dan Fasciola hepatica
2.Trematoda usus (intestinal flukes): Fasciolopsis buski, Echinostomatidae dan
Heterophyidae.
3.Trematoda paru (lung flukes): Paragonimus westermani,
4.Tremato dadarah(blood flukes) : Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni dan
Schistosoma haematobium.
Trematoda usus yang berperan dalam ilmu kedokteran adalah dari keluarga Fasciolidae,
Echinostomatidae dan Heterophyidae. Dalam daur hidup trematoda usus tersebut, seperti pada
trematoda lain, diperlukan keong sebagai hospes perantara I, tempat mirasidium tumbuh menjadi
sporokista, berlanjut menjadi redia dan serkaria. Serkaria yang dibentuk dari redia, kemudian
melepaskan diri untuk keluar dari tubuh keong dan berenang bebas dalam air. Tujuan akhir
serkaria tersebut adalah hospes perantara II, yang dapat berupa keong jenis lainyang lebih besar,
beberapa jenis ikan air tawen, atau tumbuh-tumbuhan air. Manusia mendapat penyakit cacing
daun karena memakan hospes perantara II yang tidak dimasak sampai matang. Trematoda Darah
yaitu Schistosoma japonicum, Schistosoma munsoni, S chistosoma haemutobium,
Cacing cestoda mempunyai badan berbentukpita dan terdiri atas skoleks, leher dan badan
(strobila) bersegmen (proglotid). Makanan diserap melalui kulit (kutikulum) badan. Cacing
dewasa pada cestoda menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan
vertebrata dan invertebrata. Bentuk badan cacing dewasa memanjang menyerupai pita, biasanya
pipih dorsovental, tidak mempunyai alat cema atau saluran vaskular dan biasanya terbagi dalam
segmen-segmen yang disebut proglotid yang bila dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina.
Ujung bagian anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut skoleks, yang dilengkapi
dengan alat isap dan kait-kait. Spesies penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusia
umnnrnya adalah: Taenia saginata dan Taenia solium, Diphyllobothrium Iatum, Hymenolepis
nana, Echinococcus granulosus, E.multilocularis. Manusia merupakan hospes Cestoda ini dalam
bentuk:
l. Cacing dewasa, untuk spesies D.latum, T.saginata, T.solium, H.nana, H.diminuta, Dipy
Iidium c aninum.
2. Larva,untuk spesies Diphyllobothriumsp, T.solium, H.nana, E.granulosus
Tiap proglotid dewasa mempunyai susunan alat kelamin jantan dan betina yang lengkap;
keadaan ini disebut hermafrodit. Telur dilepaskan bersama proglotid atau tersendiri melalui
lubang uterus. Embrio di dalam telur disebut onkosfer berupa embrio heksakan yang tumbuh
menjadi bentuk infektif dalam hospes perantara.Infeksi terjadi dengan menelan larva bentuk
infektif atau menelan telur.

Diagnosis Banding.
1. Strongyloides stercoralis
Manusia merupakan hospes utama cacing ini. Parasit ini dapat menyebabkan
strongiloidasis, Cara infeksinya jika larva filari menembus kulit. Hanya cacing dewasa betina
hidup sebagai parasit di vilus duodenum dan yeyunum. Cacing betina berbentuk filiform, halus,
tidak berwama dan panjangnya2 mm. Cara berkembang biaknya diduga secara partenogenesis.
Telur bentuk parasitic diletakkan di mukosa usus, kemudian telur tersebut menetas menjadi larva
rabditiform yang masuk ke rongga usus serta dikeluarkan bersama tinja
Patologi dan gejala klinis

Bila larva filariform dalam jumlah besar menembus kulit, timbul kelainan kulit yang di namakan
creeping eruption yang sering di sertai rasa gatal yang hebat.
Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa halus, infeksi ringan Strongyloides
pada umumnya terjadi tanpa di ketahui hospesnya karena tidak menimbulkan gejala. Infeksi
sedang dapat menyebabkan rasa sakit seperti tertusuk-tusuk di daerah epigastrium tengah dan
tidak menjalar. Mungkin ada mual dan muntah; diare dan konstipasi saling bergantian. Pada
strongiloidiasis dapat tejadi autoinfeksi dan hiperinfeksi. Pada hiperinfeksi cacing dewasa yang
hidup sebagai parasite dapat di temukan di seluruh traktus digestivuss dan larvanya dapat di
temukan di berbagai alat dalam (paru, hati, kandung empedu). Pada pemeriksaan darah mungkin
di temuka eosinophilia atau hipereosinofil meskipun pada banyak kasus jumlah sel eosinophil
normal.

2. Enterobius vermicularis (Oxyrus vermicularis)


Manusia adalah satu-satunya hospes dan penyakitnya disebut enterobiasis atau
oksiuriasis, infeksi caci kremi terjadi bila menelan telur matang atau bila larva dari telur yang
menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar.
Patologi dan gejala klinis

Enterobiasis relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang berarti. Gejala klinis
Yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus, perineum dan vagina oleh cacing betina gravid
yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus lokal. Karena Cacing
bermigrasi ke daerah anus dan menyebab- kan pruritus ani, maka penderita menggaruk daerah
sekitar anus sehingga tirnbul luka garuk di sekitar anus. Keadaan ini sering terjadi pada waktu
malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Kadang-kadang cacing
dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai ke lambung, esophagus dan
hidung sehingga menyebabkan gangguan di daerah tersebut. Cacing betina gravid mengembara
dan dapat bersarang di vagina dan di tuba fallopi sehingga menyebabkan radang di saluran telur.
Cacing sering di temukan di apendiks tetapi jarang menyebabkan apendisitis. Beberapa gejala
infeksi enterobius vermicularis yaitu kurang nafsu makan, berat badan turun, aktivitas meninggi ,
cepat marah, gigi menggeretak, dan insomnia.

3.Trichinella spiralis

Selain manusia berbagai binatang seperti babi, tikus beruang, kucing, anjing, babi hutan
dan lain-lain dapat merupakan hospes. Penyakit yang di sebabkan parasite ini ndi sebut
trikinosis, trikinelosis atau trikiniasis. (7)
Patologi dan gejala klinis

Gejala trikinosis tergantung pada beratnya infeksi yang disebabkan oleh cacing dewasa
stadium larva. Pada saat cacing dewasa mengadakan invasi ke mukosa usus, timbul gejala
usus seperti sakit perut, diare, mual dan muntah,. Larva tersebar di otot 7-28 hari sesudah
infeksi. Pada saat itu timbul nyeri otot (myalgia) dan radang otot (myositis) yang di sertai
demam, eosinophilia dan hipereosinofilia. (
Gejala yang di sebabkan larva tergantung juga pada alat yang di hinggapi misalnya dapat
menyebabkan sembab sekitar, sakit persendian, gejala pernafasan dan kelemahan umum.
Dapat juga menyebabkan kelainan jantung dan susunan saraf pusat bila larva T.spiralis
tersebar di alat-alat tersebut. Bila masa akut telah lalu, biasanya penderita sembuh secara
perlahan-lahan bersamaan dengan dibentuknya kista dalam otot.
Pada infeksi berat (±5000 ekor larva/kg berat badan) penderita mungkin meninggal dalam
waktu 2-3 minggu, tetapi biasanya kematian terjadi dalam waktu 4-8 minggu sebagai akibat
kelainan paru, otak atau kelainan jantung. (7)

4.Tricuris trichiura
Manusia merupakan hospes cacing ini, penyakit yang di sebabkan disebut trikuriasis, cara
infeksi langsung bila secara kebetulan hospes menelan telur matang. (7)
Patologi dan gejala klinis

Cacing Trichuris pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga
menimbulkan di kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak, cacing tersebar di
seluruh kolon dan rectum, kadang-kadang terlihatdi mukosa rectum yang mengalami
prolapses akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi.
Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, sehingga terjadi trauma yang
menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus, di tempat perlekatanya dapat terjadi
perdarahan. Di samping itu cacing ini juga dapat menghisap darah hospesnya sehingga dapat
menyebabkan anemia. Penderita terutama anak-anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan
menahun, menunjukkan gejala diare yang sering diselingi sindrom disentri, anemia, berat
badan turun dan kadang kadang di sertai prolapsus rectum.
5. Cacing tambang (Hookworm)

Hospes parasit ini adalah manusia; cacing ini menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis.

A. Necator americanus
Telur dimasukkan dalam tinja  , dan dalam kondisi yang menguntungkan (kelembaban,
kehangatan, naungan), larva menetas dalam 1 hingga 2 hari dan menjadi hidup bebas di tanah
yang terkontaminasi. Larva rhabditiform yang dilepaskan ini tumbuh di tinja dan / atau tanah ,
dan setelah 5 hingga 10 hari (dan dua mol) mereka menjadi larva filariform (tahap ketiga) yang
infektif  . Larva infektif ini dapat bertahan 3 hingga 4 minggu dalam kondisi lingkungan yang
menguntungkan. Pada kontak dengan host manusia, biasanya kaki telanjang, larva menembus
kulit dan dibawa melalui pembuluh darah ke jantung dan kemudian ke paru-paru. Mereka
menembus ke dalam alveoli paru, naik ke pohon bronkial ke faring, dan ditelan  . Larva
mencapai jejunum usus kecil, tempat mereka tinggal dan dewasa menjadi dewasa. Cacing
dewasa hidup di lumen usus kecil, biasanya jejunum distal, tempat mereka menempel pada
dinding usus dengan kehilangan darah yang diakibatkan oleh inang.  . Sebagian besar cacing
dewasa dihilangkan dalam 1 hingga 2 tahun, tetapi umur panjangnya mungkin mencapai
beberapa tahun.

Beberapa larva A. duodenale , setelah penetrasi kulit inang, dapat menjadi tidak aktif (hipobiosis
di usus atau otot). Larva ini mampu mengaktifkan kembali dan memantapkan infeksi usus yang
paten. Selain itu, infeksi oleh A. duodenale mungkin juga terjadi oleh oral dan rute
transmammary. Infeksi A. ceylanicum dan A. caninum juga dapat diperoleh dengan konsumsi
oral. A. enteritis eosinofilik yang berhubungan dengan kaninum diyakini terjadi setelah konsumsi
oral larva, bukan infeksi perkutan. 
B. Ancylostomaduodenale

Telur dimasukkan dalam tinja  , dan dalam kondisi yang menguntungkan (kelembaban,
kehangatan, naungan), larva menetas dalam 1 hingga 2 hari dan menjadi hidup bebas di tanah
yang terkontaminasi. Larva rhabditiform yang dilepaskan ini tumbuh di tinja dan / atau tanah  ,
dan setelah 5 hingga 10 hari (dan dua mol) mereka menjadi larva filariform (tahap ketiga) yang
infektif  . Larva infektif ini dapat bertahan 3 hingga 4 minggu dalam kondisi lingkungan yang
menguntungkan. Pada kontak dengan host manusia, biasanya kaki telanjang, larva menembus
kulit dan dibawa melalui pembuluh darah ke jantung dan kemudian ke paru-paru. Mereka
menembus ke dalam alveoli paru, naik ke pohon bronkial ke faring, dan ditelan  . Larva
mencapai jejunum usus kecil, tempat mereka tinggal dan dewasa menjadi dewasa. Cacing
dewasa hidup di lumen usus kecil, biasanya jejunum distal, tempat mereka menempel pada
dinding usus dengan kehilangan darah yang diakibatkan oleh inang.  . Sebagian besar cacing
dewasa dihilangkan dalam 1 hingga 2 tahun, tetapi umur panjangnya mungkin mencapai
beberapa tahun.

Beberapa larva A. duodenale , setelah penetrasi kulit inang, dapat menjadi tidak aktif (hipobiosis
di usus atau otot). Larva ini mampu mengaktifkan kembali dan memantapkan infeksi usus yang
paten. Selain itu, infeksi oleh A. duodenale mungkin juga terjadi oleh oral dan rute
transmammary. Infeksi A. ceylanicum dan A. caninum juga dapat diperoleh dengan konsumsi
oral. A. enteritis eosinofilik yang berhubungan dengan kaninum diyakini terjadi setelah konsumsi
oral larva, bukan infeksi perkutan. N. americanus tampaknya tidak infektif melalui rute oral atau
transmammary.

Anda mungkin juga menyukai