Anda di halaman 1dari 12

Rapat Kerja Nasional Karang Taruna Tahun 2012, Hotel Pasific, Batam, Prov.

Kepri, 20-22 Maret 2012

Lampiran Surat Keputusan Rakernas


No. : 06/Kep/Rakernas-KT/III/2012

PERATURAN ORGANISASI

tentang

KEPENGURUSAN KARANG TARUNA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Organisasi ini, yang dimaksud dengan:


1. Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna adalah hukum
yang tertinggi di mana semua hukum dan peraturan organisasi lahir
daripadanya, yang bersifat mengikat bagi seluruh anggota dan kelembagaan
organisasi, yang selanjutnya disingkat PD/PRT;
2. Peraturan Organisasi adalah suatu peraturan yang mengatur dan mengikat
seluruh anggota dan kelembagaan organisasi termasuk mekanisme kerjanya
yang belum diatur dalam PD/PRT dan Keputusan TKN Karang Taruna, yang
selanjutnya disingkat PO;
3. Warga Karang Taruna adalah setiap generasi muda yang berusia 13 sampai
dengan 45 tahun di wilayah Republik Indonesia, yang mempunyai hak dan
kewajiban yang sama tanpa membedakan agama, suku, asal keturunan, jenis
kelamin, kedudukan sosial ekonomi, dan pendirian politik, yang selanjutnya
disingkat WKT;
4. Lembaga adalah badan (organisasi) yang melakukan usaha/kegiatan tertentu,
yang meliputi lembaga kepengurusan, lembaga penghimpun mantan aktivis,
unit teknis, dan kepanitiaan;
5. Kelembagaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan lembaga dalam
tubuh Karang Taruna;
6. Pembentukan lembaga adalah proses, perbuatan, atau cara membentuk
(mewujudkan) lembaga dalam tubuh Karang Taruna;
7. Pengangkatan pengurus adalah proses, perbuatan, atau cara mengangkat
pengurus Karang Taruna;
8. Pemberhentian pengurus adalah proses, perbuatan, atau cara memberhentikan
pengurus Karang Taruna;
9. Musyawarah Warga Karang Taruna (MWKT) adalah forum pengambilan
keputusan tertinggi Warga Karang Taruna ditingkat desa/kelurahan yang
diselenggarakan setiap 3 (tiga) tahun sekali, yang selanjutnya disingkat MWKT;
10. Temu Karya Karang Taruna (TKKT) adalah forum pengambilan keputusan
tertinggi Karang Taruna pada tingkatan organisasi kecamatan sampai nasional

Pengurus Nasional Karang Taruna Masa Bakti 2010-2015 1


Rapat Kerja Nasional Karang Taruna Tahun 2012, Hotel Pasific, Batam, Prov. Kepri, 20-22 Maret 2012

yang diselenggarakan setiap lima (5) tahun sekali, yang selanjutnya disingkat
TKNKT untuk tingkat nasional, TKKTP untuk tingkat provinsi, TKKTB untuk
tingkat kabupaten, TKKTK untuk tingkat kota, dan TKKTC untuk tingkat
kecamatan;
11. Musyawarah Warga Karang Taruna Luar Biasa adalah MWKT yang
diselenggarakan diluar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 9 diatas,
yang selanjutnya disingkat MWKTLB;
12. Temu Karya Luar Biasa adalah TKKT yang diselenggarakan di luar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat 10 di atas, yang selanjutnya disingkat
TKNLBKT untuk tingkat nasional, TKKTPLB untuk tingkat provinsi, TKKTBLB
untuk tingkat kabupaten, TKKTKLB untuk tingkat kota, dan TKKTCLB untuk
tingkat kecamatan;
13. Wilayah/tingkatan organisasi Karang Taruna adalah wilayah administrasi yang
terdiri dari wilayah nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan
desa/kelurahan atau sebutan lainnya;
14. Pengurus adalah merupakan mandataris MWKT dan TKKT pada wilayah
organisasi yang bersangkutan, yang selanjutnya disingkat PNKT untuk tingkat
nasional, PKTP untuk tingkat provinsi, PKTB untuk tingkat kabupaten, PKTK
untuk tingkat kota, PKTC untuk tingkat kecamatan, PKTS untuk tingkat desa,
dan PKTL untuk tingkat kelurahan;
15. Rapat Pengurus Pleno adalah rapat yang dilaksanakan oleh pengurus tingkat
wilayah yang bersangkutan secara periodik yang dihadiri oleh seluruh Pengurus
Pleno, yang selanjutnya disingkat RPP;
16. Rapat Pengurus Harian adalah rapat yang dilaksanakan oleh pengurus masing-
masing yang bersangkutan secara periodik sesuai dengan tingkatan wilayahnya
yang dihadiri hanya oleh Pengurus Harian (PH), selanjutnya disingkat RPH;
17. Pergantian Antarwaktu pengurus adalah pergantian pengurus yang tidak
dilakukan melalui TKKT/MWKT tetapi melalui Rapat Pengurus Pleno, yang
selanjutnya disingkat PAW;
18. Rangkap Jabatan pengurus adalah keadaan dimana seorang pengurus
mempunyai jabatan pada lebih dari satu wilayah organisasi, yang selanjutnya
disingkat Ranjab.

Pasal 2
Maksud dan Tujuan

Peraturan Organisasi tentang Kepengurusan Karang Taruna disusun dengan


maksud dan tujuan untuk memberikan pedoman bagi pengurus Karang Taruna
yang bertanggung jawab disemua jajaran Karang Taruna, agar dalam menjalankan
tugasnya dapat dicapai dasar pengertian dan tata cara pelaksanaannya yang
seragam sehingga koordinasi dan sinkronisasi serta pelaksanaan tugas dan
fungsinya sebagai pengurus dapat terselenggara dengan baik.

Pengurus Nasional Karang Taruna Masa Bakti 2010-2015 2


Rapat Kerja Nasional Karang Taruna Tahun 2012, Hotel Pasific, Batam, Prov. Kepri, 20-22 Maret 2012

Pasal 3
Ruang Lingkup

Sesuai dengan maksud dan tujuannya, maka ruang lingkup PO ini meliputi:
1. Pembentukan, Caretaker dan Pengangkatan;
2. Pemberhentian dan Pergantian Antarwaktu;
3. Tugas dan Wewenang;
4. Rangkap Jabatan
5. Pengukuhan, Pelantikan, dan Serah Terima.

BAB II
PEMBENTUKAN DAN PENGANGKATAN

Pasal 4
Pembentukan dan Pengangkatan

1. Karang Taruna pada wilayah organisasi tertentu dibentuk oleh Karang Taruna
satu tingkat di bawahnya kecuali desa/kelurahan atau sebutan lainnya oleh
eksponen (aktivis dan tokoh) WKT;
2. Pembentukan dan pengangkatan pengurus dilakukan melalui TKKT pada
wilayah organisasi yang bersangkutan setelah memenuhi persyaratan
sebagaimana yang telah diatur dalam PD/PRT, kecuali untuk tingkat
desa/kelurahan melalui MWKT, dengan masa jabatan kepengurusan untuk
tingkat nasional hingga kecamatan lima (5) tahun sedangkan untuk tingkat
desa/kelurahan atau sebutan lainnya adalah tiga (3) tahun;
3. Mekanisme pembentukan dan pengangkatan pengurus pada sebuah wilayah
organisasi yang baru terbentuk dari pemekaran atau penyatuan wilayah
mengikuti tahapan sebagai berikut:
a. Musyawarah antara Karang Taruna satu tingkat di atasnya dengan Karang
Taruna satu tingkat di bawahnya atau dengan eksponen WKT untuk tingkat
desa/kelurahan atau sebutan lainnya, lalu dibuat Pernyataan Bersama yang
berisi kesepakatan pembentukan Karang Taruna;
b. Karang Taruna satu tingkat di atasnya menunjuk Pengurus Sementara
(caretaker) melalui surat keputusan (SK) dengan tugas utama
mempersiapkan TKKT/MWKT selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah
menerima mandat/SK tersebut;
c. Setelah melewati waktu 3 (tiga) bulan TKKT/MWKT belum terlaksana, maka
surat keputusan tersebut dapat diperpanjang selama-lamanya 3 (tiga) bulan
dengan catatan apabila TKKT/MWKT belum juga terlaksana, maka
dikeluarkan SK baru dengan Pengurus Sementara (caretaker) yang baru
pula;
d. TKKT/MWKT dimaksud memiliki tugas dan wewenang seperti tugas dan
wewenang TKKT/MWKT pada umumnya untuk ditetapkan menjadi
Keputusan TKKT/MWKT sebagaimana telah diatur dalam PD/PRT dan
peraturan organisasi terkait;
Pengurus Nasional Karang Taruna Masa Bakti 2010-2015 3
Rapat Kerja Nasional Karang Taruna Tahun 2012, Hotel Pasific, Batam, Prov. Kepri, 20-22 Maret 2012

e. Pengurus Karang Taruna satu tingkat di atasnya bersama-sama pengurus


Karang Taruna satu tingkat di bawahnya berkewajiban untuk terlibat secara
aktif dalam rangka mensukseskan pelaksanaan TKKT/MWKT sampai dengan
terbentuknya pengurus yang definitif;
4. Pembentukan dan Pengangkatan pengurus baru pada sebuah wilayah
organisasi mengikuti tahapan sebagai berikut:
a. Pengurus dalam masa bakti yang sedang berjalan mempersiapkan TKKT/
MWKT dengan tahapan sebagai berikut:
1) Membentuk panitia TKKT/MWKT;
2) Menyampaikan rencana waktu pelaksanaan TKKT/MWKT selambat-
lambatnya tiga (3) bulan sebelum TKKT/MWKT;
3) Menetapkan jumlah dan komposisi/unsur peserta;
4) Mengundang dan memanggil Karang Taruna satu tingkat di bawahnya
untuk mengikuti TKKT kecuali untuk MWKT;
5) Mempersiapkan rancangan-rancangan materi yang diperlukan untuk
pelaksanaan TKKT/MWKT;
6) Mempersiapkan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) pengurus;
b. Pengurus dalam masa bakti yang sedang berjalan membuka persidangan
TKKT/MWKT;
c. Pengurus dalam masa bakti yang sedang berjalan memimpin pembahasan
dan penetapan Jadwal Acara, Tata Tertib dan pemilihan Pimpinan Sidang
Pleno (PSP) sesuai Tata Tertib TKKT/MWKT;
d. Setelah LPJ diterima, pengurus yang bersangkutan dinyatakan
DEMISIONER;
e. Setelah TKKT/MWKT selesai melaksanakan tugasnya dan pengurus yang
baru terbentuk, maka pengurus yang baru dibentuk menyampaikan hasil
TKKT/MWKT kepada pengurus Karang Taruna satu tingkat di atasnya
kecuali tingkat nasional, serta kepada Pembina Fungsional yang
bersangkutan, untuk mendapat rekomendasi terhadap pengesahan dan
pengukuhan bagi pengurus yang baru terbentuk;
f. Pengurus yang baru terbentuk dari hasil TKKT/MWKT juga bertanggung
jawab menyelenggarakan pelantikan dan serah terima kepengurusan;

Pasal 5
Ketentuan Caretaker

1. Pembentukan kepengurusan pada dasarnya dilakukan dalam TKKT dimasing-


masing tingkatannya dan MWKT di desa/kelurahan, apabila:
a. Pengurus sebelumnya telah habis masa bhaktinya/jabatannya;
b. Dalam masa bhakti (jabatan) berjalan tetapi dalam kurun waktu selama-
lamanya 2 (dua) tahun tidak dapat menunjukkan keaktifan sejak
pembentukkannya dalam TKKT dan selama-lamanya 1,5 (satu setengah)
tahun untuk tingkat desa/kelurahan;
c. Terjadi pemekaran suatu wilayah baru;

Pengurus Nasional Karang Taruna Masa Bakti 2010-2015 4


Rapat Kerja Nasional Karang Taruna Tahun 2012, Hotel Pasific, Batam, Prov. Kepri, 20-22 Maret 2012

2. Dalam penyelenggaraan TKKT/MWKT yang didalamnya termasuk


pengagendaan pembentukan kepengurusan, maka ketentuan caretaker berlaku
sebagai berikut:
a. Apabila masa jabatan (masa bhakti) kepengurusan sesuai SK telah habis
dan telah melewati batas waktu toleransi 6 (enam) bulan sejak habisnya SK
namun belum juga dilakukan TKKT/MWKT, maka pengurus satu tingkat
diatasnya berkewajiban memfasilitasi dengan membentuk caretaker
kepengurusan. Pembentukan caretaker oleh Pengurus satu tingkat
diatasnya dalam ketentuan ini harus didasarkan pada usulan dari Pengurus
satu tingkat dibawahnya dan/atau usulan dari Pembina Fungsional, berikut
usulan personalianya.
b. Apabila sejak TKKT pengurus yang terbentuk selama kurun waktu 2 (dua)
tahun, 1,5 (satu setengah) tahun untuk MWKT, sama sekali tidak dapat
menunjukkan keaktifan yang membuat organisasi tidak berjalan
sebagaimana amanat Temu Karya, maka pengurus satu tingkat diatasnya
berkewajiban memfasilitasi dengan membentuk caretaker
kepengurusannya;
c. Apabila terjadi pemekaran suatu wilayah baru, maka pengurus satu tingkat
diatasnya atas dasar usulan pengurus wilayah induknya menunjuk caretaker
kepengurusan;
3. Caretaker kepengurusan yang dibentuk memiliki batas waktu selama-lamanya 3
(tiga) bulan sejak Surat Keputusan/Mandatnya dikeluarkan, dengan tugas
pokok hanya mempersiapkan penyelenggaraan TKKT/MWKTK di wilayah yang
bersangkutan;
4. Apabila sampai 3 (tiga) bulan caretaker kepengurusan belum dapat
menyelenggarakan TKKT/MWKT, maka mandatnya diperpanjang sampai batas
waktu 3 (tiga) bulan kedepan, dan apabila dalam kurun waktu tersebut belum
juga dapat diselenggarakan TKKT/MWKT maka pengurus satu tingkat diatasnya
harus menunjuk caretaker kepengurusan yang baru.
5. Tata cara pembentukan dan pemilihan pengurus dalam TKKT/MWKT diatur
tersendiri dalam Peraturan Organisasi tentang Fora Pertemuan dan Persidangan
Karang Taruna serta tidak boleh bertentangan dengan PD/PRT.

Pasal 6
Rekomendasi Surat Keputusan

1. Pengurus Karang Taruna yang sudah dibentuk melalui TKKT/MWKT di


wilayahnya, kemudian harus meminta rekomendasi dari pengurus satu tingkat
diatasnya untuk kepentingan pengesahan melalui Surat Keputusan Kepala
Daerah/ Wilayah dan dilantik oleh Pembina Wilayah (Kepala Daerah) dimasing-
masing tingkatannya, kecuali Pengurus Nasional Karang Taruna oleh Menteri
Sosial RI dengan rekomendasi hanya dari forum TKNKT.
2. Masa Bakti/periodisasi kepengurusan dalam Surat Keputusan yang dikeluarkan
oleh Kepala Daerah, berlaku sejak pelaksanaan TKKT/MWKT, bukan tanggal
dikeluarkannya SK tersebut.
Pengurus Nasional Karang Taruna Masa Bakti 2010-2015 5
Rapat Kerja Nasional Karang Taruna Tahun 2012, Hotel Pasific, Batam, Prov. Kepri, 20-22 Maret 2012

Pasal 7
Masa Bakti dan Jumlah Pengurus

1. Masa jabatan kepengurusan ditingkat nasional hingga kecamatan adalah 5


(lima) tahun, sedangkan ditingkat desa/kelurahan atau sebutan lainnya adalah
3 (tiga) tahun.
2. Jumlah kepengurusan untuk masing-masing tingkatan pada dasarnya di
tentukan dalam Temu Karya masing-masing, namun setiap tingkatan memiliki
batasan maximal atau sebanyak-banyaknya sebagai berikut:
- Nasional : 65 orang;
- Provinsi : 55 orang;
- Kabupaten/Kota : 45 orang;
- Kecamatan : 35 orang;
3. Untuk setiap kepengurusan harus terdapat kuota kepengurusan perempuan
sekurang-kurangnya 20% (dua puluh prosen) dari jumlah pengurus yang
ditetapkan oleh TKKT dimasing-masing tingkatan dan MWKT ditingkat desa/
kelurahan.

BAB III
PEMBERHENTIAN DAN PERGANTIAN ANTARWAKTU

Pasal 8
Pemberhentian

1. Seorang pengurus dinyatakan berhenti apabila:


a. Meninggal dunia;
b. Karena habis masa baktinya;
c. Mengundurkan diri atas kemauan sendiri;
d. Diberhentikan untuk sementara waktu (non-aktif) karena kasus-kasus
pidana tertentu yang melibatkannya, untuk kepentingan nama baik
organisasi, yang apabila ternyata tidak terbukti bersalah namanya
direhabilitasi dan diberikan haknya untuk menjadi pengurus kembali;
e. Diberhentikan dengan hormat apabila selama kurun waktu sekurang-
kurangnya 6 (enam) bulan dalam masa bakti berjalan, setelah dilakukan
evaluasi dan diberikan teguran sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali berturut-
turut, nyata-nyata tidak dapat menunjukkan keaktifan dan kesungguhan
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengurus;
f. Diberhentikan dengan hormat apabila setelah diberi peringatan tertulis
nyata-nyata terbukti melakukan pelanggaran etika dan prosedur
berorganisasi yang membuat nama baik organisasi menjadi tercemar dan
mengancam keberlangsungan roda organisasi;
g. Diberhentikan karena keterlibatannya dalam kasus-kasus pidana yang
merusak nama baik organisasi dan dirinya sendiri yang nyata-nyata telah
terbukti di depan pengadilan, dalam masa bakti berjalan;
Pengurus Nasional Karang Taruna Masa Bakti 2010-2015 6
Rapat Kerja Nasional Karang Taruna Tahun 2012, Hotel Pasific, Batam, Prov. Kepri, 20-22 Maret 2012

2. Seorang Ketua/Ketua Umum dinyatakan berhenti apabila:


a. Meninggal dunia;
b. Karena habis masa baktinya dan disahkan (demisioner) dalam forum
tertinggi KT setelah menyampaikan pertanggungjawabannya;
c. Meletakkan jabatan (mengundurkan diri) karena satu dan lain hal yang tidak
memungkinkan untuk menjabat lagi;
d. Diberhentikan untuk sementara (non-aktif) oleh RPP karena keterlibatannya
dalam kasus-kasus perdata dan pidana yang mengancam baik dirinya
maupun organisasi, yang mana bila nyata-nyata tidak terbukti dapat
direhabilitasi namanya dan diperkenankan kembali menjabat sebagai Ketua/
Ketua Umum;
e. Diberhentikan oleh RPP jika ternyata yang bersangkutan terbukti bersalah
dengan keputusan hukum tetap (inkrah) di depan pengadilan dalam kasus
pidana yang merusak nama baik organisasi dan dirinya sendiri;
f. Diberhentikan dengan hormat oleh RPP Diperluas (yang mengundang
pimpinan KT 1 (satu) tingkat dibawahnya, kecuali tingkat desa/kelurahan)
jika ternyata dalam kurun waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun tidak
dapat menunjukkan keaktifan dan tanggung jawabnya sehinga
kepengurusan/organisasi tidak berjalan sebagaimana amanat TKKT/MWKT;

Pasal 9
Pergantian Antarwaktu

1. Pergantian kepengurusan di luar ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat 3


pasal ini disebut PAW dimana masa jabatan tidak mengalami perubahan;
2. PAW akibat ketidakaktifan dan/atau kekosongan pengurus diprioritaskan
kepada Pengurus Harian dan Ketua Departemen/Biro/Bidang/Bagian/Seksi dari
kepengurusan yang bersangkutan, itu pun dengan pertimbangan urgensi/
kebutuhan jabatan dan personalia bagi organisasi;
3. PAW akibat ketidakaktifan dan/atau kekosongan pengurus diatur sebagai
berikut:
a. Apabila seorang pengurus berhalangan dan tidak dapat menjalankan tugas
dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal 6, penanggung
jawab langsung dari yang bersangkutan dapat mengusulkan agar pengurus
yang bersangkutan digantikan, dalam forum RPP;
b. Meminta penggantinya kepada pihak yang merekomendasikannya;
c. Mengusulkan seseorang kepada pihak yang merekomendasikannya dan
kepada RPP pengurus yang bersangkutan;
d. Mensahkan penggantinya yang telah disetujui melalui keputusan RPP
pengurus yang bersangkutan;
e. Apabila RPP memutuskan untuk tidak menerima pergantian tersebut, maka
pengurus yang bersangkutan masih sah sebagai pengurus.
4. PAW akibat ketidakaktifan dan/atau kekosongan jabatan Ketua/Ketua Umum
diatur sebagai berikut:

Pengurus Nasional Karang Taruna Masa Bakti 2010-2015 7


Rapat Kerja Nasional Karang Taruna Tahun 2012, Hotel Pasific, Batam, Prov. Kepri, 20-22 Maret 2012

a. Para Wakil Ketua/Ketua bersama Sekretaris/Sekretaris Umum mengundang


PH untuk mengikuti RPH yang menyepakati siapa di antara Wakil
Ketua/Ketua yang menjadi Pelaksana Ketua/Ketua Umum yang bersama-
sama dengan Sekretaris/Sekretaris Umum mengundang seluruh pengurus
untuk mengikut RPP. Apabila terjadi dalam masa bakti berjalan, RPP
mengeluarkan keputusan untuk menunjuk atau memberi mandat kepada
seorang Pelaksana Ketua/Ketua Umum untuk melanjutkan hingga habisnya
masa bakti kepengurusan yang bersangkutan;
b. Keputusan RPP mengenai penunjukan Pelaksana Ketua/Ketua Umum
sebagaimana dimaksud pada butir a ayat ini harus disampaikan kepada
seluruh pengurus satu tingkat bawahnya kecuali tingkat desa/kelurahan
atau sebutan lainnya;
c. Pelaksana Ketua/Ketua Umum yang diberi mandat sebagaimana ketentuan
dalam butir a ayat ini memiliki tugas dan wewenang yang sama dengan
Ketua/Ketua Umum yang telah diberhentikan.
5. Susunan pengurus sebagai hasil dari PAW diusulkan kepada Pembina Umum
untuk dikukuhkan, kecuali untuk tingkat nasional dengan Keputusan Menteri
Sosial RI;
6. Pengurus satu tingkat di atasnya dapat menunjuk caretaker (karena tidak di
pilih dalam Temu Karya/Temu Karya Luar Biasa tetapi ditunjuk untuk
menghindari kekosongan aktivitas dan eksistensi organisasi atau meluruskan
fungsi pengurus) bagi pengurus yang bersangkutan apabila:
a. Masa jabatan telah berakhir sedangkan TKKT/MWKT belum dilaksanakan
sampai batas toleransi 6 (enam) bulan;
b. Pengurus menyimpang dari PD/PRT, Keputusan Temu Karya, Keputusan
Raker, dan keputusan pengurus yang lebih tinggi;
c. Terjadi rangkap jabatan (ranjab) yang dapat mengakibatkan menurunnya
kinerja pengurus;
d. Mekanisme selanjutnya seperti yang termaktub dalam ayat 3 pasal 4.

Pasal 10
Evaluasi Kepengurusan

1. Evaluasi kepengurusan merupakan dasar dari penilaian terhadap perlu tidaknya


dilakukan Pemberhentian dan Pergantian Antarwaktu (PAW) terhadap seorang
pengurus;
2. Pada dasarnya evaluasi kepengurusan adalah pengkajian organisasi terhadap
perlu tidaknya seseorang dilakukan PAW berdasarkan:
a. Tingkat Keaktifan dan Partisipasi;
b. Pelanggaran Etika dan Prosedur Organisasi;
c. Pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai pengurus;
3. Tingkat keaktifan dan partisipasi bagi pengurus diukur berdasarkan kriteria
apabila dalam kurun waktu sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan yang
bersangkutan:

Pengurus Nasional Karang Taruna Masa Bakti 2010-2015 8


Rapat Kerja Nasional Karang Taruna Tahun 2012, Hotel Pasific, Batam, Prov. Kepri, 20-22 Maret 2012

a. Tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai pengurus yang


ketentuannya sebagaimana tertuang dalam PRT KT;
b. Tidak dapat menunjukkan kesungguhannya sebagai pengurus baik dalam
menghadiri rapat dan kegiatan organisasi lainnya, dalam berkomunikasi,
maupun dalam memberikan kontribusi, sebagaimana surat pernyataan
kesediaan yang ditanda tangani pengurus yang bersangkutan, contoh surat
terlampir;
4. Evaluasi kepengurusan untuk menentukan perlunya PAW atau tidak dilakukan
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali disetiap tingkatan oleh Pengurus
Harian untuk kemudian dipertanggung-jawabkan dalam RPP;
5. Evaluasi kepengurusan secara keseluruhan selain meliputi PAW juga
menyangkut pemutasian (pemindahan) pengurus dari posisi sebelumnya ke
posisi lain yang dianggap tepat sesuai dengan prinsip posisi yang tepat untuk
orang yang tepat;
6. Evaluasi kepengurusan memungkinkan adanya penambahan jumlah pengurus
sepanjang didasari oleh kepentingan efektifitas dan efisiensi serta tidak
bertentangan dengan ketentuan komposisi minimal yang disyahkan oleh Sidang
Pleno dalam TKKT dimasing-masing tingkatannya dan MWKT di desa/
kelurahan.

BAB IV
TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 11

Pengurus pada seluruh tingkatan mempunyai tugas dan wewenang sebagai


berikut:
1. Melaksanakan segala ketentuan dan peraturan yang tercantum dalam PD/PRT,
Keputusan TKKT/MWKT, Keputusan Raker, dan keputusan pengurus yang lebih
tinggi;
2. Mempersiapkan dan melaksanakan TKKT/MWKT;
3. Menyampaikan pertanggungjawaban kepada TKKT/MWKT;
4. Merekomendasikan susunan pengurus satu tingkat di bawahnya untuk
dikukuhkan oleh Pembina Umum;
5. Mewakili organisasi ke dalam dan ke luar yang dilaksanakan oleh Ketua/Ketua
Umum dan Sekretaris/Sekretaris Umum;
6. Mengeluarkan sikap dan pernyataan ke luar sesuai dengan lingkup wilayah
organisasinya yang tidak bertentangan dengan kebijakan organisasi dan
dilaporkan ke pengurus satu tingkat di atasnya;
7. Menetapkan kebijaksanaan organisasi satu tingkat wilayahnya kecuali untuk
tingkat desa/kelurahan atau sebutan lainnya apabila pengurus yang
bersangkutan tidak dapat mengambil keputusan dengan meminta saran dari
MPKT.

Pengurus Nasional Karang Taruna Masa Bakti 2010-2015 9


Rapat Kerja Nasional Karang Taruna Tahun 2012, Hotel Pasific, Batam, Prov. Kepri, 20-22 Maret 2012

BAB V
KETENTUAN RANGKAP JABATAN

Pasal 12

1. Setiap pengurus hanya boleh mempunyai satu jabatan rangkap pada


kepengurusan diwilayahnya dan kepengurusan ditingkat atasnya, atau pada
kepengurusan diwilayahnya dan kepengurusan ditingkat bawahnya.
2. Seorang Ketua Pengurus Karang Taruna hanya boleh mempunyai satu jabatan
rangkap pada kepengurusan diwilayahnya dan kepengurusan ditingkat atasnya.
3. Seorang Ketua Pengurus Karang Taruna tidak boleh merangkap jabatan juga
sebagai Ketua Pengurus Karang Taruna ditingkat kepengurusan diatasnya atau
dibawahnya, ketentuan ini juga berlaku untuk Ketua Umum (ditingkat nasional)
yang tidak boleh merangkap jabatan sebagai Ketua Pengurus Karang Taruna
Provinsi.
4. Ketua/pengurus yang masih aktif dalam kepengurusan diwilayahnya tidak boleh
menjabat rangkap sebagai anggota/pengurus Majelis Pertimbangan Karang
Taruna diwilayah tingkat atasnya, guna menjunjung tinggi obyektivitas dan
menghilangkan kesimpangsiuran.

BAB VI
PENGUKUHAN, PELANTIKAN, DAN SERAH TERIMA

Pasal 13
Pengukuhan dan Pelantikan

1. Pergantian kepengurusan ditandai dengan pengukuhan, pelantikan, dan serah


terima;
2. Pengukuhan ditetapkan melalui surat keputusan Pembina Umum (Gubernur,
Bupati/Walikota, Camat, Kepala Desa/Lurah), kecuali tingkat nasional
dikukuhkan oleh Menteri Sosial RI;

Pasal 14
Pelantikan dan Serah Terima

1. Pelantikan dan serah terima diatur sebagai berikut:


a. Setiap Pengurus dilantik oleh Pembina Umum masing-masing (Gubernur,
Bupati/Walikota, Camat, Kepala Desa/Lurah), kecuali untuk tingkat nasional
oleh Pembina Fungsional yakni Menteri Sosial RI;
b. Apabila Pembina Umum berhalangan untuk melantik, maka dapat dilakukan
oleh pejabat yang ditunjuk oleh Pembina Umum;
c. Naskah pelantikan atau Berita Acara ditulis di atas kertas bermeterai dan
ditandatangani oleh pengurus terpilih dan yang melantik serta MPKT
sebagai saksi;

Pengurus Nasional Karang Taruna Masa Bakti 2010-2015 10


Rapat Kerja Nasional Karang Taruna Tahun 2012, Hotel Pasific, Batam, Prov. Kepri, 20-22 Maret 2012

d. Naskah serah terima ditulis diatas kertas bermaterai, ditandatangani oleh


pengurus demisioner, pengurus terpilih dan yang melantik sebagai saksi;
e. Urutan acaranya sebagai berikut:
1) Pembukaan.
2) Upacara Nasional:
a) Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
b) Mengheningkan Cipta.
3) Upacara Organisasi: Menyanyikan Hymne Karang Taruna.
4) Pelantikan dan Serah terima:
a) Pembacaan Surat Keputusan.
b) Pengucapan Tanda Pelantikan/Pengukuhan.
c) Pengucapan Janji Pengurus.
d) Penandatanganan Berita Acara Pelantikan dan Serah Terima.
e) Penyerahan Panji Karang Taruna.
5) Sambutan-sambutan.
6) Pembacaan Do’a.
7) Menyanyikan Mars Karang Taruna.
8) Penutup.
2. Masa bakti pengurus terhitung sejak selesainya penyelenggaraan TKKT/MWKT
yang bersangkutan.

BAB VII
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 15
Aturan Peralihan

1. Peraturan yang mengatur tentang kepengurusan yang ada masih tetap berlaku
tetapi keberadaannya tidak boleh bertentangan dengan PO ini;
2. Karang Taruna pada seluruh tingkatan diharuskan untuk melakukan
penyesuaian setelah PO ini ditetapkan.

Pasal 16
Aturan Penutup

1. Hal-hal yang belum diatur dalam PO ini akan diatur lebih lanjut dalam
keputusan lain yang tingkatannya lebih rendah;
2. PO tentang Kepengurusan Karang Taruna ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dan apabila di kemudian hari ditemukan kekeliruan, akan diperbaiki
sebagaimana mestinya.

Pengurus Nasional Karang Taruna Masa Bakti 2010-2015 11


Rapat Kerja Nasional Karang Taruna Tahun 2012, Hotel Pasific, Batam, Prov. Kepri, 20-22 Maret 2012

DITETAPKAN DI : Hotel Pasific - Batam, Provinsi Kepulauan Riau


PADA TANGGAL : 21 Maret 2012
J A M : 14.35 WIB

ATAS PERSETUJUAN FORUM


RAPAT KERJA NASIONAL KARANG TARUNA TAHUN 2012

PENGURUS NASIONAL KARANG TARUNA,

ttd ttd

TAUFAN EN ROTORASIKO HARRY SOERIAATMADJA


Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Pengurus Nasional Karang Taruna Masa Bakti 2010-2015 12

Anda mungkin juga menyukai