Anda di halaman 1dari 2

Suksesi Negara, Arsip, Barang - barang dan Hutang Publik.

Praktek internasional menunjukkan bahwa Negara baru mewarisi barang-barang publik dari Negara yang
pecah. Prinsip ini dinyatakan oleh keputusan mahkamah tetap tanggal 15 Desember 1933 dalam kasus
Universitas Peter Pazmany antara Hongaria dan Chekoslovakia. Dalam kasus ini Mahkamah menerima
prinsip hukum mengenai suksesi dari negara ke negara. Selanjutnya Konvensi Wina tanggal 8 April 1983
dalam pasal-pasal no.10 dan 11 nya menerima peralihan tanpa konpensasi kepada negara pengganti
barang-barang negara dai negara sebelumnya, seperti yang diilustrasikan baru-baru ini dalam pasal 21
Perjanjian tanggal 31 Agustus 1990 mengenai penyatuan kembali negara Jerman. Namun perlu
dibedakan berbagai kategori benda-benda yang terkena oleh mutasi teritorial ini seperti :

a. Pemindahan Arsip

Walaupun sifat publik dari arsip ini tidak bisa dibantah, tetapi dalam pelaksanaanya dapat menimbulkan
komplikasi. Memang selalu diterima bahwa arsip yang disimpan oleh pemerintah daerah mengikuti
nasib wilayah, yang berarti diserahkan kepada negara yang menduduki. Pasal 23 Konvensi Wina 8 April
1983 mengakui prinsip transfer arsip-arsip negara tanpa kompensasi kepada negara pengganti.

Secara umum Konvensi Wina ini hanya bertujuan untuk membuat ketentuan-ketentuan yang bersifat
menambah, sekedar memberikan pedoman, yang selanjutnya dijelaskan dan diperinci kasus perkasus
dalam kesepakatan-kesepakatan yang dibuat oleh negara-negara yang bersangkutan dengan
menghormati kedalatan tiap-tiap bangsa atas kekayaan dan sumber alamnya (pasal 15 para 4 dari
Konvensi).

b. Barang-barang yang merupakan bagian dari milik pemerintah

Dalam hal ini praktek internasional menerima suksesi negara baru terhadap barang-barang negara
sebelumnya. Persoalan ini terutama timbul waktu penyatuan teritorial di tahun 1919 setelah
berakhirnya Perang Dunia I. Menurut pasal 256 Perjanjian Versailles dan pasal 208 Perjanjian Saint
Germain, negara-negara sekutu yang memperoleh pemindahan wilayah-wilayah yang sebelumnya milik
salah satu negara yang kalah perang, dapat mengambil semua barang-barang dan milik negara di
wilayah yang diserahkan.[1]

c. Hutang Negara

Konvensi Wwina 1983 yang menyangkut hutang Negara memberikan solusi yang cukup maju.
Sehubungan dengan itu, pasal 37 sampai 41 Konvensi mendirikan dualitas norma hukum tergantung
apakah suksesi itu menyangkut atau tidak negara-negara yang baru merdeka. Ketentuan umum adalah
pemindahan hutang negara kepada negara pengganti dilakukan dalam proporsi yang adil terutama
dengan memperhitungkan benda-benda, hak-hak dan kepentingan yang dipindahkan kepada negara
pengganti. Tetapi sepanjang yang menyangkut negara-negara yang lahir sebagai akibat dekolonisasi
sama sekali tidak akan ada hutang dari negara sebelumnya yang beralih kepada negara yang baru
merdeka kecuali ada pernyataan yang jelas dari negara baru tersebut (pasal 38 Konvensi).
Selanjutnya Komisi Arbritasi Internasional untuk negara bekas Yugoslavia telah memerikas persoalan
mengenai pemindahan barang-barang milik negara yang dalam konteks pelaksanaannya merupakan
suatu upaya yang sangat kompleks. Pembagian aktiva dan pasiva akibat dislokasi suatu negara begitu
rumitnya sehingga pendekatan yang dipakai hanyalah prinsip umum itikad baik. Sesuai prinsip tersebut
kepada pihak-pihak yang bersengketa hanya diminta keharusan melakukan segala upaya untuk
mencapai solusi yang adil.[2]

Mengenai hutang luar negeri Uni Soviet,[3] suatu memorandum kesepakatan telah dibuat antara ke-12
negara pengganti Uni Soviet, tidak termasuk negara-negara Balkan, yang dihadiri oleh wakil-wakil dari
negara-negara anggota G-7 pada tanggal 28 Oktober 1991. kesepakatan tersebut berisikan suatu sistem
sederhana yaitu tanggung jawab yang bersifat solider dari semua negara terhadap keseluruhan hutang
Uni Soviet. Masing-masing republik yang terkait dalam hal ini menjadi debitor untuk jumlah tertentu
dari keseluruhan hutang. Kewajiban ini selanjutnya diperkokoh oleh persetujuan 4 Januari 1992
mengenai penundaan pembayaran hurang luar negeri Uni Soviet. Mengingat beratnya beban hutang
yang harus dipikul oleh negara-negara yang paling kecil, mereka membuat kesepakatan dengan rusia
dan bersedia membatalkan semua tuntutan atas barang-barang dari bekas Uni Soviet, sebagai ganti
dipikulnya oleh Rusia hutang-hutang mereka. Pengurusan hutang tersebut dilakukan oleh Bank
Perdagangan Luar Negeri Uni Soviet yang tetap berfungsi untuk pengurusan hutang dan yang merupkan
badan bersama bagi semua debitor. Namun persoalan hutang ini cukup kompleks dan terutama dengan
Ukraina.

[1] V. Degan, Contituation et Succession en matiere de biens d’Etat et equipments Collectifs, in


Colloque CEDIN no.9, p. 273-303. Mas Niam, Suksesi Negara,
https://masniam.wordpress.com/2010/04/23/suksesi-negara/

[2] A. Pellet, A.F.D.I., 1993 p.299-303. Mas Niam, Suksesi Negara,


https://masniam.wordpress.com/2010/04/23/suksesi-negara/

[3] P. Julliard, La Dette exterieure de I’ancienne Union Sovietique: Succession ou Continuation? In


Colloque CEDIN No. 9, p.30-33. Mas Niam, Suksesi Negara,
https://masniam.wordpress.com/2010/04/23/suksesi-negara/

Anda mungkin juga menyukai