Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN SMALL GROUP DISCUSSION

BLOK CLINICAL DENTAL SCIENCE

PEMROSESAN FILM DAN KESALAHAN DALAM MENGHASILKAN


RADIOGRAFI

Tutor :

drg. Irfan Dwiandhono

Kelompok 4
Esa Wahyu Insani (G1G008057)
Dinar Ardhananeswari (G1G009007)
Devia Annisa Handoko (G1G009013)
Ratna Madu Wireni (G1G009015)
Elly Ardina Putri (G1G009017)
Ari Wahyuda (G1G009022)
Firma Nurdinia Dewi (G1G009029)
Advaitha Visnu M. (G1G009037)
Jatmiko Yudo Nugroho (G1G009042)
Fitriyana Kultsum (G1G009050)
Cindy Juwita Sari (G1G009052)

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2011

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Clinical Dental Science merupakan blok pengantar bagi pemahaman


kedokteran gigi klinis. Salah satu materi yang dibahas dalam blok CDS ini adalah
tentang dental radiologi. Dental radiologi merupakan radiografik dalam
kedokteran gigi. Pemahaman akan radiologi dibutuhkan untuk menunjang dalam
menegakkan diagnosis diagnosis, menentukan rencana perawatan yang akan
diberikan kepada pasien kelak dan mengetahui hasil perawatan yang telah
dilakukan. Oleh karena itu, untuk mendapat hasil radiogarfik yang maksimal
diperlukan pengetahuan mengenai teknik yang baik dan benar, proses pencucian
film yang baik serta mengetahui kesalahan-kesalahan dalam menghasilkan
radiograf sehingga nantinya dapat menginterpretasi radiograf secara tepat.

Adapun salah satu proses pembelajaran dalam blok CDS ini adalah SGD
(Small Group Discussion). SGD merupakan sarana diskusi mahasiswa yang
didampingi tutor untuk mengasah kemampuan analisis dan pendalaman materi
tertentu yang terarah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada SGD kali
ini telah dibahas pemrosesan film dan kesalahan-kesalahan dalam menghasilkan
radiografi di bidang kedokteran gigi.

1.2 Tujuan

1.2.1 Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam pemrosesan
film

1.2.2 Untuk mengetahui tahap-tahap pemrosesan film

1.2.3 Untuk mengetahui klasifikasi metode pemrosesan film

1.2.4 Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan dalam menghasilkan radiografi,

baik pada saat penyinaran maupun pemrosesannya.

2
1.1 Alat dan Bahan Pemrosesan Film

a. Alat

MBA ESA yang penjelasnnya

Gambar 1. Konstruksi ruang gelap dengan fasilitas yang memadai dan dilengkapi
dengan safe light berwarna merah.

Gambar 2. Skema kamar gelap dengan model prosesing manual. A adalah meja
dilengkapi dengan laci tempat menyimpan film, kaset dan hanger. B
merupakan tempat prosesing film manual yang terdiri atas tangki yang
berisi cairan developer, fixer dan air. C adalah safe light dan D adalah
illuminator untuk melihat hasil radiografi.

3
Gambar 3. Alat prosesing manual

b. Bahan

1. Larutan developer
Larutan developer adalah larutan yang melekatkan gambaran laten pada
film radiografik setelah film tersebut direndam dalam larutan ini pada
suhu dan waktu yang ditentukan (Harty, 1995). Prinsip kerja larutan
developer adalah mengendapkan halida perak yang ada emulsi film
yang tertembus sinar-x sehingga berwarna hitam (Margono, 1998).
Saat pemrosesan, larutan developer harus ditutup untuk mengurangi
oksidasi dan zat ini harus ditaruh di dalam ruangan pada temperatur
200C (tergantung pabrik).
Larutan developer terdiri dari :
a) Bahan pembangkit (developing agent)
Bahan pembangkit adalah bahan yang dapat mengubah perak halida
menjadi perak metalik. Di dalam film, bahan pembangkit ini akan
bereaksi dengan memberikan elektron kepada kristal perak bromida
untuk menetralisir ion perak sehingga kristal perak halida yang
tadinya telah terkena penyinaran menjadi perak metalik berwarna
hitam, tanpa mempengaruhi kristal yang tidak terkena penyinaran.
Bahan yang biasa digunakan adalah benzena.
b) Bahan pemercepat (accecellator)
Bahan developer membutuhkan media alkali (basa) supaya emulsi
pada film mudah membengkak dan mudah diterobos oleh bahan

4
pembangkit (mudah diaktifkan). Bahan-bahan yang mengandung
alkali disebut sebagai bahan pemercepat yang terdapat pada
potasium karbonat (natrium karbonat) atau potasium hidroksida yang
mempunyai sifat dapat larut dalam air.
c) Bahan pereduksi ( reducing agent)
Terdiri dari :
i. Hydroquinone, dapat menghasilkan kontras yang baik
ii. Metal (elon), timbulnya detail gambar obyek yang difoto
iii.Kalium bromida, mereduksi kristal-kristal yang tidak tertembus
sinar-x dan mencegah gambaran kabut pada film.
d) Bahan penangkal (preservatif)
Berfungsi untuk mencegah zat pereduksi teroksidasi oleh oksigen
ada di dalam air atau oksigen yang berasal dari udara.Natrium sulfat
merupakan salah satu bahan penangkal.
e) Bahan tambahan
Terdiri dari bahan buffer dan bahan pengeras. Fungsi buffer adalah
untuk mempertahankan pH cairan sehingga aktivitas larutan
developer relatif konstan. Fungsi bahan pengeras adalah untuk
mengeraskan emulsi film yang diproses.
f) Bahan pelarut (solvent)
Bahan pelarut ini berupa air bersih yang tidak mengandung mineral.
2. Larutan fixer
Larutan fixer berfungsi untuk melarutkan kristal yang tidak tembus
sinar-x sehingga film tersebut bersih dari larutan emulsi halida perak
dan larutan developer yang tertinggal.
Larutan fixer terdiri dari :
a) Bahan penetap (fixing agent)
Merupakan bahan yang dapat bereaksi dengan perak halida dan
membentuk komponen perak yang larut dalam air, tidak merusak
gelatin dan tidak memberikan efek terhadap bayangan perak metalik.
Contohnya yaitu Natrium tiosulfat yang dapat melarutkan perak
bromida yang tidak larut dalam larutan developer.

5
b) Bahan pemercepat (accecellator)
Berfungsi untuk menghindari kabut dikroik dan timbulnya noda
kecoklatan serta untuk menetralisir sisa-sisa larutan developer yang
masih melekat pada film.Biasanya digunakan bahan mengandung
asam yang sesuai. Karena pembangkit memerlukan basa dalam
menjalankan aksinya, maka tingkat keasaman larutan fixer akan
menghentikan aksinya. Bahan pengaktif yang digunakan adalah
asam lemah seperti asam asetat. Akan tetapi dengan penggunaan
asam lemah ini masih terjadi pengendapan sulfur.
c) Bahan penangkal (preservatif)
Berfungsi untuk mencegah terurainya zat fiksasi dalam asam asetat,
yaitu natrium sulfit, natrium metabisulfat atau kalium metabisulfit.
d) Bahan pengeras (hardener)
Berfungsi untuk mengeraskan gelatin pada emulsi film sehingga
mencegah pembengkakan emulsi film yang berlebihan.
Pembengkakan film akan membuat perak bromida mudah terkelupas
dan pengeringan film yang tidak merata.
e) Bahan penyangga
Berfungsi untuk mempertahankan pH cairan agar tetap terjaga pada
nilai 4-5. Bahan yang digunakan adalah pasangan asam asetat
dengan natrium aestat atau pasangan natrium sulfiut dengan natrium
bisulfit.
f) Bahan pelarut (solvent)
Air bersih

6
DAFTAR PUSTAKA

Harty and Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC

Margono, Gunawan. 1998. Radigrafi Intraoral. Jakarta : EGC

Langlais..................

http://www.oocities.org/radiologi_vet/bab_4.pdf diakses tanggal 25 Maret 2011

Anda mungkin juga menyukai