Anda di halaman 1dari 3

Nabila Dhea Adisty - 6032202036

Manajemen Keuangan

1. Laporan Keuangan PT Sarana Pangan Utama


IRR
Investasi Awal Revenue Expenditure Cash Flow Cumulative CF Laba 11% Laba 6% Laba 16% PWB PWC PV CF Cumulative PVCF
-1650 1650 -1650 -Rp 1,650 -Rp 1,650,000,000 Rp - Rp 1,650 -Rp 1,650 -Rp 1,650
750 430 320 -Rp 1,330 Rp 288.288 Rp 301.89 Rp 275.86 Rp 675.68 Rp 387.39 Rp 288.29 -Rp 1,361.71
860 550 310 -Rp 1,020 Rp 251.603 Rp 275.90 Rp 230.38 Rp 698.00 Rp 446.39 Rp 530.88 -Rp 830.83
990 600 390 -Rp 630 Rp 285.165 Rp 327.45 Rp 249.86 Rp 723.88 Rp 438.71 Rp 953.05 Rp 122.22
1150 750 400 -Rp 230 Rp 263.492 Rp 316.84 Rp 220.92 Rp 757.54 Rp 494.05 Rp 1,240.98 Rp 1,363.20
1300 780 520 Rp 290 Rp 308.595 Rp 388.57 Rp 247.58 Rp 771.49 Rp 462.89 Rp 1,921.87 Rp 3,285.06
1350 850 500 Rp 267.320 Rp 352.48 Rp 205.22 Rp 721.77 Rp 454.44 Rp 2,115.27 Rp 5,400.33
1500 970 530 Rp 255.279 Rp 352.48 Rp 187.53 Rp 722.49 Rp 467.21 Rp 2,497.46 Rp 7,897.80
Rp 5,070.83 Rp 4,801.09

NPV Rp 269.742 Rp 665.61 -Rp 32.65


IRR 15% 15.53%
PI 1.16
MIRR 13%
ROI 16.35%
Benefit Cost
1.06
Ratio
Payback Period 4.44
Discounted PP 2.87

Ans.
Nilai NPV diatas dapat dikatakan positif oleh karena itu proyek ini dapat diambil selagi nilai
NPV positif, apabila nilai NPV negatif sebaiknya proyek ini tidak diambil karena berpotensi
risiko yang tinggi. Kemudian terdapat nilai IRR lebih besar dibandingkan nilai diskonto,
15.53% > 11%, oleh karena itu, proyek harus diterima. Terdapat nilai PI > 1, yang dapat
dikatakan proyek ini juga harus diterima. Nilai MIRR dan ROI juga lebih besar dibandingkan
nilai diskonto yaitu 13% dan 16.35% yang dimana proyek juga harus diambil. Kemudian nilai
PP dan Discounted PP kurang daripada nilai investasi, yang dimana proyek ini baik untuk
diambil.
2. Nilai BEP PT Bangun Properti
Total Biaya Tetap Total Biaya Biaya Biaya Rumah
Unit Tipe Rumah Biaya Variabel/unit BEP (unit) BEP (Rupiah) MOS
(Fixed Cost) Tetap/Unit Variabel/unit Tetap/unit
40 Tipe 21/60 m2 Rp 1,025,000,000.00 Rp 27,500,000.00 Rp 122,500,000.00 Rp 1,100,000,000.00 Rp 4,900,000,000.00 11 Rp 1,321,710,526.32 73%
10 Tipe 36/72 m2 Rp 485,000,000.00 Rp 63,800,000.00 Rp 241,300,000.00 Rp 638,000,000.00 Rp 2,413,000,000.00 3 Rp 659,326,760.56 73%

Ans.
Berdasarkan nilai BEP diatas, dapat dikatakan bahwa titik balik modal pada tipe rumah
21/60m2 adalah 11 unit penjualan dan untuk BEP rupiahnya sebesar Rp. 1.321.710.526,32 dan
untuk tipe 36/72m2 adalah 3 unit penjualan dari 10 unit yang BEP rupiah sebesar Rp.
659.326.760,56. Dan diapatkan nilai MOS sebesar 73% untuk kedua tipe, karena nilai MOS
lumayan tinggi dapat dikatakan risiko yang dihadapi akan semakin rendah.
P.s untuk perhitungan BEP nilai biaya tetap dan variabel saya tukar karena tidak mungkin
hasilnya minus (-).
3. Laporan Keuangan PT Sarana Komunikasi
LAPORAN KEUANGAN PT SARANA KOMUNIKASI

KAS Rp 100,000 HUTANG DAGANG Rp 100,000 Penjualan Rp 4,000,000


EFEK EFEK Rp 150,000 HUTANG WESSEL Rp 100,000 Harga Pokok Barang Terjual Rp 2,500,000
PIUTANG Rp 50,000 HUTANG PAJAK Rp 50,000 Laba Kotor Rp 1,500,000
INVENTORI Rp 200,000 HUTANG LANCAR Rp 250,000 Biaya Administrasi dan Umum Rp 950,000
AKTIVA LANCAR Rp 500,000 LONG TERM DEBT Rp 500,000 Laba Usaha Rp 550,000
AKTIVA TETAP Rp 1,500,000 SAHAM Rp 1,000,000 Bunga (10% obligasi) Rp 50,000
LABA DITAHAN Rp 250,000 Laba Sebelum Pajak Rp 500,000
TOTAL HUTANG +
TOTAL ASSET Pajak Pendapatan
Rp 2,000,000 MODAL SENDIRI Rp 2,000,000 Rp 250,000
Laba Setelah Pajak Rp 250,000
Debt to Total Asset Ratio 38%
Debt to Equity Ratio 0.60
Long Term Debt to Equity Ratio 40%
Times Interest Earned 11
Ans.
Berdasarkan hasil nilai DAR diatas sebesar 38%, dapat dikatakan kurang baik karena lumayan
jauh daripada nilai ratio bank yaitu 10%, sedangkan untuk nilai DER sebesar 0.60 yang dimana
dibawah angka 1, yang menandakan bahwa perusahaan kurang dapat memanfaatkan labanya
dengan baik. Untuk nilai Long Term DER sebasar 40% dari 100% yang dimana besaran
hutangnya sekitar 40% yang memiliki risiko kerugian yang juga tidak terlalu besar. Times
Interest Earned PT Sarana Komunikasi adalah 11, dimana perusahaan dapat membayar beban
bunga 11x pertahunnya.
4. Laporan Keuangan PT Sarana Komunikasi
LAPORAN KEUANGAN PT SARANA KOMUNIKASI

KAS Rp 100,000 HUTANG DAGANG Rp 100,000 Penjualan Rp 4,000,000


EFEK EFEK Rp 150,000 HUTANG WESSEL Rp 100,000 Harga Pokok Barang Terjual Rp 2,500,000
PIUTANG Rp 50,000 HUTANG PAJAK Rp 50,000 Laba Kotor Rp 1,500,000
INVENTORI Rp 200,000 HUTANG LANCAR Rp 250,000 Biaya Administrasi dan Umum Rp 950,000
AKTIVA LANCAR Rp 500,000 LONG TERM DEBT Rp 500,000 Laba Usaha Rp 550,000
AKTIVA TETAP Rp 1,500,000 SAHAM Rp 1,000,000 Bunga (10% obligasi) Rp 50,000
LABA DITAHAN Rp 250,000 Laba Sebelum Pajak Rp 500,000
TOTAL HUTANG +
TOTAL ASSET Pajak Pendapatan
Rp 2,000,000 MODAL SENDIRI Rp 2,000,000 Rp 250,000
Laba Setelah Pajak Rp 250,000
ROS 14%
ROE 20%
ROA 25%

Ans.
Berdasarkan nilai ROS diatas dapat dikatakan nilai pengembalian penjualan PT Sarana
Komunikasi sebesar 14%, nilai rasio yang rendah dapat diimbangi dengan peningkatan
penjualan. Kemudian terdapat nilai ROE sebesar 20% yang dapat dikatakan nilai ROE ini
rendah dimana perusahaan kurang mampu mengelola modal dengan efisien. Nilai ROA diatas
sebesar 25% dimana pengembalian investasinya tidak terlalu besar yang dimana ini selaras
dengan nilai ROE yang rendah.
5. Gagasan/pendapat tentang Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia
Pada tahun 2018 PT Garuda Indonesia sudah memiliki kerugian yang cukup besar
dibandingkan tahun sebelumnya yang dimana mencatat laba bersih sebesar 809.84 USD atau
sebesar 11.33 Miliar. Seperti dilansir oleh CNN Indonesia “kinerja GIAA memang tertekan
beberapa tahun terakhir. Pada 2014, perusahaan merugi sebesar US$370,04 juta. Beruntung,
pada 2015 mencatatkan laba sebesar US$76,48 juta. Tak bertahan lama, kinerja GIAA justru
merosot tajam pada 2016 menjadi hanya US$8,06 juta. Kemudian, perusahaan pun merugi pada
2017 sebesar US$216,58 juta.” Berdasarkan data tersebut mantan direktur GIAA mengatakan
bahwa kerugian sebesar itu dikarenakan tax international yang besar. Tetapi pada akhir tahun
2018 GIAA mengatakan perusahaannya mendapatkan untung dikarenakan adanya
perpanjangan kontrak dengan Mahata.
Pada awal tahun 2019 GIAA mendapatkan kasus baru yang dikarenakan laporan keuangan
2018 banyak menuai polemik dan pada akhirnya OJK harus memeriksa perusahaan plat merah
tersebut dan mendapatkan keputusan seperti berikut “Untuk Auditor, Menteri Keuangan
memberikan sanski pembekuan izin selama 12 bulan. Selain itu, OJK juga akan mengenakan
sanksi kepada jajaran Direksi dan Komisaris dari GIAA. Mereka diharuskan patungan untuk
membayar denda Rp100 juta. Pada tahun 2019 salah satu perusahaan ecommerce melakukan
kerjasama dengan beberapa influencer avgeek yang dimana mereka melakukan perjalanan ke
Hongkong dengan pesawat GA, dimana divideo tersebut pelayanan dan seat pesawat GA hanya
berisi 10% saja. Garuda Indonesia sudah mengalami kejadian tersebut selama bertahun – tahun
yang dimana pesawat sejenis Airbus A330 sudah tidak melayani rute long livery selama awal
tahun 2019, karena penumpang yang tidak sebanding, tetapi pada akhirnya rute long livery
dibuka kembali. Pada tahun 2019 Garuda Indonesia juga mulai bebenah pada snack – snack
penerbangan pendek dengan isi yang lebih ekonomis dibandingkan sebelumnya.
Pada tahun 2020 seperti yang kita ketahui terdapatnya pandemi akibat Covid-19, yang dimana
tidak hanya GA saja yang mengalami kerugian cukup besar seperti perusahaan asal Hongkong
Cathay Pasific yang sudah mengatakan perusahaannya rugi besar selama lockdown dibeberapa
negara. Selama tahun ini GA masih belum mengatakan kerugian yang cukup signifikan yang
pada akhirnya pada akhir tahun 2020 – awal 2021 yang dikatakan bahwa GIAA hampir
“Bangkrut” dengan kerugian sebesar 70 T. Hal ini dapat dilihat dari awal tahun 2020 GIAA
juga sudah rugi 10T, dan kerugian ini disebut karena adanya kasus korupsi penggelapan dana
pada pembelian pesawat Airbus.
Apabila melihat laporan keuangan GIAA diatas pasti kita sudah bisa menanggapai “Wajar saja
perusahaan tersebut nyaris bangkrut”. Pada kasus ini seharusnya GIAA dapat belajar pada
perusahaan airlane asal Thailand yaitu, Thai Airways (TG), dapat bangkit dari kertepurukan,
yang dimana pemerintah Thailand dan para petinggi TG membawa kasusnya kemeja hijau
untuk mendapatkan titik terang, yang pada akhirnya bunga pada hutang TG itu dipangkas dan
diberinya dana bantuan dari pemerintah kepada perusahaan airlane tersebut. Sedangkan, GIAA
masih diambang – ambang hutang dan sejmlah kasus korupsi yang tersangkut. Menurut saya,
GIAA tidak mengambil pelajaran atau tidak dapat bangkit dari kertepurukannya sejak 2014
silam. Hal ini juga terjadi karena adanya perang harga pada sejumlah perusahaan airlane di
Indonesia dan luar negeri. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia akhirnya menetapkan nilai
batas bawah untuk harga pesawat pada akhir 2018 (mendapat sejumlah kritik tentang
kebijakkan ini).

Anda mungkin juga menyukai