Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angkatan kerja tahun 2009 di Indonesia diperkirakan berjumlah 95,7 juta
orang terdiri dari 58,8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36,9 juta tenaga kerja
perempuan. Sekitar 40 % dari total angkatan kerja bekerja di sektor formal
dan lebih dari 60 % bekerja dalam perekonomian informal1.
Mayoritas pekerja dalam perekonomian informal bekerja dalam kondisi
kerja yang buruk, jam kerja yang tidak teratur dan upah yang rendah1. Para
pekerja dalam perekonomian informal di Indonesia dilaporkan menderita
malnutrisi (salah/ kurang gizi), penyakit akibat kerja, keracunan makanan,
gangguan otot dan tulang, gangguan saluran pernafasan, penyaki-penyakit
kelenjar getah bening, penyakit darah, dan lain-lain. Sementara itu, risiko
bahaya yang dihadapi di tempat kerja antara lain meliputi kebisingan, vibrasi,
iklim kerja panas, kurangnya pencahayaan, pemasangan kabel listrik tanpa
mengindahkan aspek keselamatan, terhirup debu dan ergonomi yang buruk2.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang
kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja
baik yang ada di sektor formal maupun sektor informal3. Syarat kesehatan
kerja meliputi persyaratan kesehatan pekerja baik fisik maupun psikis sesuai
dengan pekerjaannya, persyaratan bahan baku, persyaratan tempat atau
lingkungan kerja serta peralatan dan proses kerja4. Ergonomi merupakan salah
satu bagian kesehatan kerja, yang menitikberatkan penyesuaikan pekerjaan
dengan kondisi tubuh manusia agar tercipta kondisi yang nyaman5. Ilmu
ergonomi jika diterapkan secara tepat akan menghasilkan beberapa manfaat
diantaranya adalah meningkatkan kerja, seperti menambah kecepatan kerja,
ketepatan, keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang
berlebihan6. Penerapan ergonomi dalam berbagai bidang pekerjaan telah
terbukti menyebabkan kenaikan produktivitas secara jelas. Besarnya

1
produktivitas dapat mencapai 10 % atau lebih, sehingga dapat dikatakan
bahwa ergonomi berperan besar dalam meningkatkan produktivitas kerja7.
Berdasarkan pemahaman ergonomi perancangan peralatan kerja
hendaknya disesuaikan dengan ukuran antropometri tubuh tenaga kerja8.
Sering ditemukan bahwa perancangan atau pemikiran tentang penyerasian
manusia dan peralatan kerja serta perbaikan cara kerja pada umumnya belum
diketahui, bahkan tidak jarang beberapa ukuran peralatan kerja sangat tidak
sesuai dengan ukuran tenaga kerja3. Bila cara kerja atau peralatan kurang
sesuai ukurannya secara anatomi, menyebabkan kelelahan pada pengguna
peralatan tersebut dan pada akhirnya akan timbul masalah keluhan
muskuloskeletal.
Keluhan sistem muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot
rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan
sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan
dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan
pada sendi, ligament dan tendon9. Sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan
tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk dan kepala terangkat.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh maka semakin
tinggi pula resiko terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal.
Dewasa ini banyak terjadi keluhan muskuloskeletal yang timbul
sehubungan dengan pekerjaan terutama pada pekerja yang menggunakan otot
tubuh dalam melakukan pekerjaannya. Beberapa penelitian menunjukkan
gerakan berulang dengan pola yang sama, pekerjaan yang memerlukan tenaga
yang besar, postur atau sikap kerja yang tidak baik atau janggal, getaran
mempunyai efek langsung terjadinya penyakit/gangguan otot akibat kerja10.
Becak merupakan alat transportasi yang menggunakan tenaga manusia
untuk menggerakkannya. Sebagai sarana transportasi rakyat, becak dapat
ditemukan hampir di semua daerah di Indonesia dengan bentuk dan model
yang sangat beragam. Keberadaan becak belum tersentuh oleh teknologi,
produksinya pun masih merupakan pruduksi massal sehingga tidak ada
2
penyesuaian dengan ukuran tubuh pekerja becak. Rancangan becak
merupakan hasil dari pengalaman-pengalaman para pengemudi becak sendiri.
Di Kota Semarang becak masih merupakan alternatif angkutan umum
yang sering dipergunakan untuk angkutan jarak dekat. Becak Semarang masih
merupakan becak model tradisional tanpa sentuhan perubahan bentuk. Becak
Semarang mempunyai ciri ukuran yang lebih besar dan berat. Mengenai
dampak kesehatan yang diakibatkan oleh desain becak terutama bagi penarik
becak belum mendapat perhatian.
Di daerah Imam Bonjol, Kota Semarang terdapat sekitar 83 pekerja becak
yang saat ini masih aktif. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 25 pekerja
becak, 19 % pekerja becak mengalami pegal-pegal pada bagian betis, 15 %
pekerja becak mengalami pegal-pegal pada bagian pinggang, 12 % pekerja
becak mengalami pegal-pegal pada bagian paha, 4 % pekerja becak
mengalami pegal-pegal pada bagian leher, 4 % pekerja becak mengalami
pegal-pegal pada bagian betis dan paha hanya 1 % pekerja tidak pernah
merasakan apa-apa setelah mengayuh becak. Selain itu banyak dari mereka
yang mengakui melakukan posisi kerja yang tidak ergonomis seperti pada saat
mengayuh posisi tubuh dan kaki pekerja becak tidak stabil dikarenakan posisi
becak yang terlalu tinggi dan berat sehingga pekerja perlu menekan pedal
lebih kuat untuk menggerakkan becak.
Berdasarkan uraian di atas akan diteliti kesesuaian antara ukuran alat
kerja dengan keluhan subjektif pada anggota tubuh pekerja sehingga dapat
diketahui besarnya gangguan yang dialami pekerja becak becak Kota
Semarang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalahnya yaitu: Adakah hubungan kesesuaian antara ukuran alat kerja
dengan keluhan subjektif pada anggota tubuh pekerja (Studi pada Pekerja
Becak di Kota Semarang) ?

3
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesesuaian antara
ukuran alat kerja dengan keluhan subjektif pada anggota tubuh pekerja
(Studi pada Pekerja Becak di Kota Semarang).
2. Tujuan Khusus
1. Mengukur dimensi becak.
2. Mengukur dimensi anggota tubuh pada pekerja becak.
3. Mendeskripsikan kesesuaian dimensi becak dengan dimensi anggota
tubuh.
4. Mendeskripsikan keluhan subjektif pekerja becak.
5. Menganalisis hubungan kesesuaian antara ukuran alat kerja dengan
keluhan subjektif pada anggota tubuh pekerja becak yang berada di
Kota Semarang.

D. Manfaat Penelitian
1. Metodologis
Penelitian tentang hubungan kesesuaian antara ukuran alat kerja
dengan keluhan subjektif pada anggota tubuh pekerja becak diharapkan
dapat menjadi referensi penelitian kesehatan khususnya bidang ergonomi.
2. Praktis
Penelitian tentang hubungan kesesuaian antara ukuran alat kerja
dengan keluhan subjektif pada anggota tubuh pekerja becak di Kota
Semarang diharapkan dapat menjadi panduan ukuran becak secara umum.

E. Bidang Ilmu
Penelitian ini dalam lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

4
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Desain Studi Variabel bebas dan Hasil
terikat
(thn)

1 Ari Kuncahyawati Studi posisi duduk Cross 1. Posisi duduk saat Ada hubungan yang
2006 dengan keluhan Sectional bekerja bermakna antara posisi
subjektif pada duduk dengan keluhan
punggung operator 2. Keluhan subjektif subjektif pada punggung
komputer di PT. pada punggung operator komputer
Askes Purwokerto

2 Eko Martanto Studi deskriptif Observasional 1. Karakteristik Ada hubungan tentang


2004 tentang keluhan pekerja (Usia, masa, keluhan subjektif dan
subjektif dan derajat kerja, Berat beban, nyeri pada kuli angkut di
nyeri pada kuli Status gizi, gudang Bulog 104
angkut di gudang Frekuensi angkut, Purwodadi
Bulog 104 Status kesehatan)
Purwodadi
2. Keluhan (Keluhan
subjektif yaitu
nyeri/pegal pegal
pada: Pinggang,
Punggung, bahu,
Persendian kaki)

3 Sukismanto Perbedaan tempat Cross 1. Ergonomis dan tidak Ada perbedaan tempat
kerja duduk Sectional ergonomis kerja duduk ergonomis
2004 ergonomis dan tidak dan tidak ergonomis
ergonomis terhadap 2. Keluhan pada bagian terhadap keluhan subjektif
keluhan subjektif (Lengan, punggung, musculoskeletal tenaga
musculoskeletal kaki) kerja bagian produksi di
tenaga kerja bagian PD Taru Martani
produksi di PD Taru Yogyakarta
Martani Yogyakarta

4 Juni Widiyastuti Hubungan antara Cross 1. Ergonomi jangkauan Ada hubungan antara
kesesuaian kaki, ergonomic kesesuaian antropometri
2005 antropometri dengan Sectional panjang lengan dengan dimensi becak
dimensi becak bawah, ergonomic terhadap keluhan subjektif
terhadap keluhan lebar bahu dan pada pengemudi becak di
subjektif pada ergonomic lapang daerah Wates Kabupaten
pengemudi becak di pandang Progo
daerah Wates
Kabupaten Progo 2. Keluhan subjektif

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan terdapat beberapa


perbedaan. Perbedaan tersebut adalah objek penelitian, variabel bebas dan lokasi
penelitian. Objek penelitian ini adalah pada pekerja becak, variabel bebas adalah
kesesuaian ukuran alat kerja dengan pekerja dan lokasi di Kota Semarang.

Anda mungkin juga menyukai