Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rike Junia Ningarumsari

Prodi : Manajemen Pendidikan Islam


Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf
Dosen : HM. Jailani Musni, Lc., MA.

A. Sejarah dan Sumber Ajaran Tasawuf


Sumber sumber tasawuf dalam Islam dapat di lihat dari Al-Qur’an, Hadits Nabi,
perbuatan Nabi dan pandangan hidup serta praktek hidup dari sahabat-sahabat dan orang-
orang Ulama dalam Islam. Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT yang di dalamnya
terkandung muatan muatan ajaran Islam, baik akidah, syariah maupun muamalah. Hadits
adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi
Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits
dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana
dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.
Tasawuf yang sering kita temui dalam khazanah dunia islam, dari segi sumber
perkembangannya, ternyata muncullah pro dan kontra, baik dikalangan muslim maupun
dikalangan non muslim.

B. Pengertian Tasawuf
Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa Arab: ‫وف‬--‫ تص‬, ) adalah ilmu untuk
mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan
batin serta untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan
gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya
melahirkan tradisi mistisme Islam. Tarekat (pelbagai aliran dalam Sufi) sering dihubungkan
dengan Syiah, Sunni, cabang Islam yang lain, atau kombinasi dari beberapa tradisi.
Pemikiran Sufi muncul di Timur Tengah pada abad ke-8, sekarang tradisi ini sudah tersebar
ke seluruh belahan dunia. Sufisme merupakan sebuah konsep dalam Islam, yang
didefinisikan oleh para ahli sebagai bagian batin, dimensi mistis Islam; yang lain berpendapat
bahwa sufisme adalah filosofi perennial yang eksis sebelum kehadiran agama, ekspresi yang
berkembang bersama agama Islam.
C. Manajemen Qalbu
Sebenarnya tidak ada perbedaan antara MQ dengan metode dakwah islam lainnya, di
dalamnya pun tidak ada yang baru, semua merupakan pnjabaran ajaran islam. Hanya
pembahasannya lebih diperdalam, dibeberkan dengan cara yang aktual dengan inovasi dan
kreativitas dakwah yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Inti pembelajaranya sendiri ada
pada qolbu. Tujuan Manajemen Qolbu adalah untuk membimbing cerdasnya otak menjadi
benar, yang membimbing kuatnya fisik menjadi benar, disitulah fungsi qolbu. Oleh
karenanya menjadi cerdas belum tentu mulia, kecuali kecerdasannya dipakai untuk berbuat
kebenaran. Menjadi kuat belum tentu mulia, kecuali kekuatannya dijalan yag benar.
Qolbu mempunyai potensi yang negatif dan potensi yang positif. Allah telah menyiapkan
keduanya dengan adil. Dan disinilah pentingnya fungsi manajemen. Manajemen secara
sederhana berarti pengelolaan. Sebuah sistem dengan manajemen yang baik, dengan
pengelolaan yag baik, sekecil apapun potensi yang dimiliki, Insya Allah akan membuahkan
hasil yang optimal.

D. Urgensi Akhlak Tasawuf dalam Kehidupan Modern


Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di masa modern ini, memberikan
manfaat besar pada msyarakat, baik dibidang teknologi maupun yang lainnya, sehingga
dapat mempermudahkan segala intraksi dan komunukasi dalam msyarakat. Namun dengan
semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi ini, perilaku masyarakat semakin
rusak dan tidak jarang masyarakat kehilangan jatidirinya. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, cara yang hampir disepakati para ahli terutama para ilmuan Islam adalah dengan
cara mengembangkan kehidupan berahlak dan bertasawuf.

E. Taubat
Taubat adalah amalan seorang hamba untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan atau
dosa-dosa yang kemudian ia kembali kepada jalan yang lurus (yakni pada ajaran yang
diperintahkan oleh Allah dan senantiasa akan menjauhi segala larangannya) dengan
penyesalan telah hanyut dalam kesalahan, dan tidak akan mengulanginya lagi.
        Taubat terbagi kepada beberapa bagian ;
a.       Taubatnya orang-orang yang berkehendak (muriddin).
b.      Taubatnya ahli hakikat atau khawash (khusus).
c.       Taubatnya ahli ma’rifat, dan kelompok istimewa.
        Taubatan Nasuha artinya taubat yang sebenar-benarnya dan pasti, yang mampu
menghapus dosa-dosa sebelumnya, menguraikan kekusutan orang yang bertaubat,
menghimpun hatinya dan mengenyahkan kehinaan yang dilakukannya.
        Siapa yang bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha dan menghimpun semua
syarat-syarat taubat sesuai dengan haknya, maka bias dipastikan bahwa taubatnya diterima
oleh Allah. Namun diantara ulama ada yang mengatakan, diterimanya taubat itu belum bisa
dipastikan, tapi hanya sebatas harapan. Orang yang bertaubat ada di bawah kehendak Allah
sekalipun ia sudah bertaubat.
        Ada dua macam taubat yang tidak akan diterima, yaitu : Yang pertama taubat atas
kesalahan yang dilakukan di dunia tatkala hukuman telah mengenai dirinya.Yang kedua
adalah taubat yang dilakukan seorang hamba di akhirat kelak.
        Yusuf Al-Qardhawi di dalam bukunya menyebutkan dosa-dosa yang meminta taubat
adalah sebagai berikut:
a.       Dosa karena meninggalkan perintah dan mengerjakan larangan.
b.      Dosa anggota tubuh dan dosa hati
c.       Dosa yang berupa kedurhakaan dan bid’ah
d.      Yang terbatas dan dosa yang tidak terbatas
e.       Yang berkaitan dengan hak Allah dan hak hamba

F. Sabar
Sabar adalah menahan atau mencegah, salah satu akhlak yang menghalangi
munculnya tindakan yang tidak baik dan tidak layak. Merupakan salah satu jiwa, yang
dengan segala urusan jiwa menjadi baik dan tuntas. Sabar yang terpuji adalah kesabaran jiwa
yang bersifat sukarela untuk menolak pangilan nafsu yang tercela. Kata sabar disebutkan 103
kali dalam berbagai ayat dalam Al – Qur’an. Sabar dibagi menjadi tiga, diantaranya sabar
dalam ketaatan, sabar dari maksiat dan sabar dari musibah. Iman memiliki dua bagian, yaitu
sabar dan syukur.
G. Zuhud
Zuhud menurut istilah adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat demi
kehiduan akhirat. Zuhud menurut bahasa adalah berpaling dari sesuatu karena hinanya
sesuatu tersebut dan karena (seseorang) tidak memerlukannya. Sedangkan tingkatan dari
zuhud adalah sebagai berikut:

1. Tingkatan Terendah
Yaitu bilamana yang disukai adalah keselamatan dari siksa neraka dan kesengsaraan-
kesengsaraan kubur dan pertanyaan hisab penghitungan amal ini adalah zuhudnya orang-
orang yang takut siksaan.
2. Tingkatan Menengah
Yaitu bilamana seseorang itu zuhud karena suka akan pahala Allah, kenikmatanNya dan
kelezatan-kelezatan yang di janjikan Allah di surgaNya.
3. Tingkatan Tertinggi
Bilamana seseorang tidak karena takut atau berharap tetapi karena mempunyai kesukaan
kecuali kepada Allah dan suka bertemu kepada Allah ta’ala dan juga seseorang itu tidak
berpaling pada kelezatan-kelezatan dengan maksud dapat memperolehnya bahkan ia
menghabiskan hasratnya kepada Allah.

H. Sedekah
Definisi sedekah dalam agama islam ialah suatu pemberian yang diberikan oleh
seorang Muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan
jumlah tertentu; suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang
mengharap rida Allah SWT dan pahala semata. Amalan sedekah ialah salah satu amalan yang
paling mulia di sisi allah SWT, dan memiliki kegunaan atau manfaat yang luar biasa baik
bagi si pemberi sedekah maupun orang yang menirima sedekah.salah satu manfaat sedekah
ialah memperpanjang umur, penolak bala, mensucikan harta,mendamaikan jiwa dan lain-
lainnya.
I. Khauf wa Raja’
Khauf  adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna
pengabdiannya, takut atau khawatir kalau-kalau Allah tidak senang padanya. Sedangkan raja’
adalah menginginkan kebaikan yang ada di sisi Allah ‘azza wa jalla berupa keutamaan, ihsan
dan kebaikan dunia akhirat. Khauf dan raja’ harus senantiasa menyatu dalam diri seorang
mukmin dalam rangka menyeimbangkan hidupnya untuk tetap istiqamah melaksanakan
perintah Nya dan menjauhi larangan Nya. Keharusan seseorang untuk memiliki khauf
didasarkan atas dua hal, yaitu; agar terhindar dari kemaksiatan dan agar tidak membangga-
banggakan amal sholeh (ujub). Sedangkan keharusan seseeorang memiliki sifat raja’ juga
didasarkan atas dua hal yaitu; agar bersemangat dalam melakukan beribadah dan agar terasa
ringan menanggung rasa kesusahan dan kesulitan.

J. Hubb
Makna cinta yang sebenarnya adalah tergantung bagaimana seseorang yang
merasakannya, adakalanya cinta dalam kehidupan sehari-hari adalah suatu anugerah terindah
yang diberi Tuhan kepada para umat-Nya, dan cinta juga bisa menjadi sesuatu yang
mengerikan didunia ini, yang bisa membuat para pecinta merasakan penderitaan akibat cinta
itu sendiri, seperti Laila dan Majnun yang terbakar oleh cintanya sampai mati. Menurut
sebagian para ulama, makna cinta adalah bentangan kekuasaan-Nya yang amat luas, sehingga
tidak ada satupun yang bisa mengartikan atau memberikan definisi secara harfiyah.
Kedudukan cinta atau teologi cinta dalam Islam menitikberatkan pada jamal dan jalal yang
keduanya bermuara pada kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya. Definisi dari kata
“Kekasih” menurut Islam yaitu kekasih allah. Menurut sebagian ahli ulama menjelaskan
bahwa, lebih sulit mengenali kekasih Allah daripada mengenal Allah. Karena hanya Allah
yang mengetahui kriteria-kriteria para kekasih-Nya. Dan pengaplikasian cinta menurut Islam,
menitikberatkan pada konteks dzikir sebagi jalan cinta menuju cinta Illahi.

K. Fana
Fana adalah proses menghancurkan diri bagi seorang sufi agar dapat bersatu dengan
Tuhan. Sedangkan Baqa adalah sifat yang mengiringi dari proses fana dalam penghancuran
diri untuk mencapai ma’rifat. Secara singkat, Fana adalah gugurnya sifat-sifat tercela,
sedangkan Baqa adalah berdirinya sifat-sifat terpuji. Adapun tujuan Fana dan Baqa adalah
mencapai penyatuan secara ruhaniyah dan bathiniyiah dengan Tuhan sehingga yang
disadarinya hanya Tuhan dalam dirinya. Sedangkan kedudukan Fana dan Baqa merupakan
hal. Dalam sejarah tasawuf, Sufi yang pertama kali memperkenalkan paham Fana dan Baqa
adalah Abu Yazid al-Bustami.

L. As-Syaja’ah
Syaja’ah artinya berani, tetapi bukan berani dalam arti siap menentang siapa saja
tanpa mempedulikan apakah dia berada di pihak yang benar atau salah, dan bukan pula
berani mempeturutkan hawa nafsu, tetapi berani yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan
dengan penuh pertimbangan (Ilyas, 2012 : 116). Menurut pandangan Islam, berani tidaklah
ditentukan oleh kekuatan fisik, tetapi oleh kekuatan hati dan kebersihan jiwa.
1. Bentuk – bentuk Keberanian
a. Keberanian Jihad Fii Sabilillah (mengahadapi musuh dalam peperangan).
b. Keberanian menyatakan kebenaran (kalimah al-haq) meskipun di depan penguasa
yang zalim.
c. Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah sekalipun dia mampu
melampiaskannya.
2. Sumber Keberanian
a. Rasa takut kepada Allah SWT
b. Lebih mencintai akhirat daripada dunia
c. Tidak takut mati
d. Tidak ragu-ragu
e. Tidak menomorsatukan kekuatan materi
f. Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah
g. Hasil Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai