Pengelolaan Kelas
Dosen Pengampu :
Kelompok 9 :
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
1
Siti Aisyah. 2012. Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar. Yogyakarta : Deepublish. Hlm 2-3
berasal dari keluarga baik-baik. Hanya oleh satu bentuk pengabaian psikis
tertentu mereka kemudian melakukan mekanisme kompensatoris guna menuntut
perhatian lebih. Menurut Kelly (2005 : 9) menjelaskan bahwa kenakalan siswa
merupakan perilaku buruk yang sulit dihentikan.
Perilaku nakal perlu mendapat perhatian penuh dari guru di sekolah maupun
dari orang tua ketika dirumah, mengingat masa SMP merupakan masa peralihan
dari masa remaja menuju ke masa dewasa. Apabila hal ini diabaikan, maka
perilaku tersebut berpengaruh pada kelas-kelas selanjutnya. Menurut Siti
Muchati (dalam Djamarah, 2000 : 109) guru perlu memberikan perhatian dan
kesenangan kepada peserta didik untuk belajar dan mendorong mereka untuk
berpikir, punya rasa simpati, jujur, adil, sedia menyesuaikan diri dan
memperhatikan orang lain.
Pendapat ini memberikan makna dalam proses pembelajaran, bukan saja aspek
kognitif yang diperhatikan tetapi sikap dan perilaku perlu dipahami dan
diterapkan pada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari yang bisa bermanfaat
bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Dari pengertian ini dapat ditarik
kesimpulan, perilaku nakal merupakan tingkah laku yang tidak sewajarnya untuk
dilakukan oleh peserta didik.2
b. Perilaku yang Ingin Mendapatkan Perhatian Orang Lain (attention getting
behaviours)
Misalnya melakukan kegiatan konyol di kelas atau mengerjakan tugas dengan
lamban sehingga membutuhkan pertolongan ekstra.
c. Perilaku yang Ingin Menunjukkan Kekuatan (power seeking behaviours)
Misalnya selalu mengajak guru untuk berdebat, emosinya kadang meluap
(marah-marah atau menangis), lupa terhadap aturan yang ada di kelas, serta
sengaja meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran selesai.
d. Perilaku yang Bertujuan Menyakiti Orang Lain (revenge seeking behaviours)
Misalnya menyakiti orang lain dengan kata-kata kasar dan rasis, memukul,
menggigit, dan sebagainya.
e. Perilaku Ketidak Mampuan (passive behaviours)
2
Sofi, A. 2017. Perilaku Peserta Didik dan Pengetahuan Pendidikan Agama Islma dalam Penerapan Pendidikan
Karakter di SMP Negeri 39 Semarang. Universitas Negeri Semarang. Hlm 9-16
Yaitu sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apapun karena
menganggap bahwa apapun yang dilakukannya akan mengalami kegagalan.3
2. Perilaku Positif
Ada banyak perilaku positif yang bisa jadi terdapat dalam diri peserta didik.
Namun, akan lebih baik jika kita juga mengetahui bagaimana upaya untuk
membentuk peserrta didik yang bermoral, dan berestrtika. Berikut penjelasannya.
a. Learning to know, yaitu mendidik/membina anak agar mempunyai kemampuan
berpikir kritis dan sistematis guna memahami diri, sesama, dan dunia.
b. Learning to do, yaitu mendidik anak agar mampu menerapkan apa yang diketahui
dan dipahami ke dalam praksis mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi.
c. Learning to be, yaitu mendidik anak agar anak menjadi dirinya sendiri yang
autentik dan mandiri, mempunyai sikap konsistensi, berpegang pada prinsip
sehingga tak tergoyahkan oleh belbagai kepentingan pribadi dan desakan
lingkungan.
d. Learning live together, yaitu mendidik anak agar mempunyai sikap tenggang
rasa, memahami adanya perbedaan dan keunikan di antara mereka, mampu
berkerja sama sehigga muncul persaudaraan di antara mereka.
e. Learning to learn, yaitu mendidik anak agar mampunyai kemampuan belajar
untuk belajar menemukan nilai-nilai positif dari setiap pengalaman negatif, dan
membantu anak untuk hidup dalam semangat optimistik dan entusiatik, meskipun
anak harus berhadapan dengan pengalaman-pengalaman pahit.
f. Learning to love, yaitu mendidik anak agar dapat mencari, mencintai dan
menghayati kebenaran dan kebijaksanaan.4
B. Faktor yang Mempengaruhi Kesenjangan Perilaku Peserta Didik
1. Orang Tua
Mengapa orang tua sulit mengajarkan perilaku yang positif dan bertanggung
jawab terhadap apa yang dilakukan oleh anak. Keluarga merupakan lingkungan
terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Menurut
Kartini (2005 : 17) mengemukakan bahwa “kondisi lingkungan keluarga sangat
menentukan keberhasilan masa perkembangan seseorang diantaranya adalah adanya
hubungan yang harmonis di antara sesame anggota keluarga, tempat terjadinya
3
Abdul majid. 2013. Strategi pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hlm 33
4
Yulis Jamiah, 2012, Pembiasaan Sikap Positif Dalam Membangung Karakter Mahasiswa Melalui
Pembelajaran Matematika, Yogyakarta: UNY, hlm 983
peralatan belajar dalam pergaulan. Adanya perhatian besar dari orang tua terhadap
perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya”. Oleh karena itu, orang
hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah
merupakan pendidikan lanjutan, peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga
formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik
dalam usaha meningkatkan nilai dan norma yang berlaku di lingkungan sekolah
maupun lingkungan masyarakat.
2. Lingkungan
Kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku anak. Karena
mengatur atau mengubah situasi dan kondisi yang akan dilakukan. Keluarga
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama peserta didik dalam membentuk
kepribadian dari pada mendidik pengetahuan. Dan lingkungan kedua adalah sekolah,
merupakan lingkungan yang sangat berperan dalam membina dan memberikan
kemampuan dan bekal dikemudian hari.
3. Teman Sebaya
Teman sebaya juga sangat berpengaruh penting terhadap perilaku peserta didik,
karena teman merupakan pemberian sumber informasi dunia diluar selain orang tua
atau keluarga.5
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa orang tua sebagai
pendidik utama, yang setiap hari bergaul dengan anak perlu mengetahui sifat dan
karakter anak masing-masing. Maka orang tua sangat berperan penting dalam
pembentukan perilaku baik. Samping itu, lingkungan dan teman juga berperan penting
dalam membentuk karakter dan tingkah laku peserta didik, maka ketiga faktor ini saling
membutuhkan dan melengkapi dalam mendidik peserta didik untuk berperilaku lebih
baik.
C. Penyebab Kesenjangan Perilaku Peserta Didik
Kenakalan peserta didik yang sering terjadi di sekolah bukanlah suatu keadaan yang
terjadi dengan sendirinya. Menurut Sudarsono, (2009: 125-130) kenakalan peserta didik
tersebut timbul karena adanya bebera sebab antara lain :
1. Keadaan Keluarga
Keadaan keluarga yang dapat menjadikan sebab timbulnya perilaku nakal peserta
didik berupa keluarga yang tidak normal (broken home). Terutama percarian orang
5
Sofi, A. 2017. Perilaku Peserta Didik dan Pengetahuan Pendidikan Agama Islma dalam Penerapan Pendidikan
Karakter di SMP Negeri 39 Semarang. Universitas Negeri Semarang. Hlm 17-18
tua dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik, dalam keadaan ini peserta
didik mengalami konflik psikologis sehingga keadaan ini dapat mendorong peserta
didik menjadi nakal.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga, karena itu
sekolah cukup bertanggung jawab dalam kepribadian peserta didik, dalam hal ini
guru sangat diperlukan sekali dalam mendidik anak. Menurut Bernard (dalam Willis
2012:114) bahwa perilaku guru yang buruk seperti tegang, marah, mudah
tersinggung, dan menguasai peserta didik. Maka, peserta didik juga akan mengikuti
perilaku tersebut.
D. Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesenjangan Perilaku Peserta Didik
Kesenjangan perilaku peserta didik mengarah pada perilaku yang tidak mematuhi
aturan atau tata tertib yang sudah ditentukan. Kesenjangan perilaku peserta didik lebih
sering disebut dengan perilaku nakal. Kenakalan siswa merupakan suatu bentuk perilaku
peserta didik yang menyimpang dari aturan sekolah. Membolos disebut kenakalan
peserta didik karena sudah merupakan perilaku yang mencerminkan pelanggaran
terhadap aturan sekolah.
Upaya guru di sekolah terhadap timbulnya kenakalan peserta didik tidak kalah
pentingnya dengan upaya di keluarga. Hal ini disebabkan karena sekolah merupakan
tempat pendidikan yang kedua setelah keluarga, yang membedakan bahwa sekolah
adalah pendidikan formal dimana kegiatan belajar peserta didik diatur sedemikian rupa
tetapi jangka waktu yang singkat jika dibandingkan dengan pendidikan yang ada dalam
lingkungan keluarga. Tetapi waktu yang pendek itu cukup menentukan pembinaan sikap
dan kecerdasan peserta didik, jika proses belajar mengajar tidak berjalan dengan baik
maka akan timbul tingkah laku yang tidak wajar pada peserta didik.
Peran guru pembimbing ataupun konselor penting untuk menyelenggarakan
pendidikan yang utuh. Pendidikan yang utuh adalah pendidikan yang tidak hanya
bertujuan meningkatkan kemampuan akademis, tetapi juga mengembangkan karakter
dan kepribadian peserta didik. Disinilah peran guru bimbingan dan konseling, yaitu
membantu peserta didik mengenali potensi dan mengembangkan kepribadiannya.6
6
Sofi, A. 2017. Perilaku Peserta Didik dan Pengetahuan Pendidikan Agama Islma dalam Penerapan Pendidikan
Karakter di SMP Negeri 39 Semarang. Universitas Negeri Semarang. Hlm 18-22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku merupakan penghayatan yang utuh dan reaksi seseorang akibat adanya
rangsangan baik internal maupun eksternal yang diproses melalui kognitif, afektif dan
psikomotorik Perilaku pada peserta didik terbagi menjadi dua bagian, yaitu perilaku
positif dan negatif. Perilaku negative peserta didik antara lain, perilaku nakal, perilaku
yang ingin mendapat perhatian orang lain, perilaku yang ingin menujukkan kekuatan,
perilaku yang bertujuan menyakiti orang lain, dan perilaku ketidakmampuan. Sedangkan
perilaku positif dapat dicapai dengan menerapkan prinsip learning to know, learning to
do, learning to learn, learning live together, learnng to be, dan learning to love.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan perilaku pada peserta didik
meliputi orang tua, lingungan, dan teman sebaya. Lalu untuk penyebab kesenjangan
perilaku peserta didik yaitu bisa melalui keadaan keluarga, atau lingkungan sekolah.
Peran guru pembimbing ataupun konselor penting untuk menyelenggarakan
pendidikan yang utuh. Pendidikan yang utuh adalah pendidikan yang tidak hanya
bertujuan meningkatkan kemampuan akademis, tetapi juga mengembangkan karakter
dan kepribadian peserta didik. Disinilah peran guru bimbingan dan konseling, yaitu
membantu peserta didik mengenali potensi dan mengembangkan kepribadiannya
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. 2012. Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar. Yogyakarta:
Deepublish.
A, Sofi. 2017. Perilaku Peserta Didik dan Pengetahuan Pendidikan Agama Islam dalam
Penerapan Pendidikan Karakter di SMP Negeri 39 Semarang. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Jamiah, Yulis. 2012. Pembiasaan Sikap Positif Dalam Membangung Karakter Mahasiswa Melalui
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: UNY
Majid, Abdul. 2013. Strategi pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.