Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN

DI RUANG PERAWATAN JIWA (PALEM)

RSUD POLEWALI MANDAR

OLEH : KELOMPOK I

Nabila Aqsarina N.20.009 Andi Kurnia Nur Rahma N.20.002


Ratnasari Timban N.20.045 Desi Sriwahyuni Indra.N N.20.004
Ratna N.20.038 Nurmia N.20.056
Megawati N.20.044 Esa Wahyudi Juanda N.20.006
Ramida Arifin N.20.035

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI (NERS)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA GENERASI POLEWALI

MANDAR

2021

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


STIMULUSI PERSEPSI : HALUSINASI PENDENGARAN

A. Latar Belakang
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus skizoprenia selalu diikuti
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat
menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya,
hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari
sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat
tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja
klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang sudah mampu
mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat
bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain.
Berdasarkan studi pendahuluan di ruang Palem RSUD Polewali
Mandar maka di dapatkkan total pasien yang sedang di rawat di ruang
palem adalah 8 orang.

B. Landasan Teori
1. Defenisi Halusinasi
Menurut Azizah (2015), Halusinasi adalah suatu gejala gangguan
jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi ;
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan/sentuhan atau penciuman.
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara,
(Keliat, 2014).
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau persepsi sensori yang
tidak sesuai dengan kenyataan seperti melihat bayangan atau suara-
suara yang sebenarnya tidak ada. ( Yudi Hartono ; 2016 ; 107)

2. Klasifikasi Halusinasi
Menurut (Nurarif, 2015), Beberapa jenis halusinasi ini sering kali
menjadi gejala penyakit tertentu, seperti skizofrenia. Namun terkadang
juga dapat disebabkan oleh penyalagunaan narkoba, demam, depresi
atau demensia, berikut ini jenis-jenis halusinasi yang mungkin saja
mengintai pikiran manusia.
a. Halusinasi pendengaran (Audio)
Ini adalah jenis halusinasi yang menunjukan persepsi yang
salah dari bunyi, musik, kebisingan atau suara. Mendengar
suara ketika tidak ada stimulus pendengaran adalah jenis yang
paling umum dari halusinasi audio pada penderita gangguan
mental. Suara dapat didengar baik didalam kepala maupun di
luar kepala seorang dan umumnya di anggap lebih parah ketika
hal tersebut datang dari luar kepala, suara bisa datang berupa
suara wanita maupun suara pria yang akrab atau tidak akrab.
Pada penderita skizofrenia gejala umum adalah mendengar
suara-suara dua orang atau lebih yang berbicara pada satu sama
lain, ia mendengar suara berupa kritikan atau komentar tentang
dirinya, prilaku atau pikiran.
b. Halusinasi penglihatan (Visual)
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks.
Bayangan biasa yang menyenangkan atau menakutkan seperti
melihat monster, merasa ada yang berdiri dibelakang. Kejadian
tersebut mengakibatkan ketakutan dan selalu menunjuk-nunjuk
kearah tertentu.
c. Halusinasi pengecapan (Gustatorius)
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses
sehingga sering meludah dan muntah. Biasanya mengalami
pengalaman yang tidak menyenangkan.
d. Halusinasi penciuman (Olfaktori)
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan
feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.
Halusinasi penciuman sering diakibatkan stroke, tumor, kejang
atau dimensia.
e. Halusinasi perabaan/sentuhan (taktil)
Mengalami nyeri atau ketidanyaman tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain, dan merasa ada serangga dipermukaan kulit.
Halusinasi ini juga umumnya merasa seperti ada suatu yang
merangka dibawah atau pada kulit.

3. Tahapan Halusinasi, Karakteristik dan Perilaku

Tahap Karakteristik Perilaku Klien


Tahap I
- Memberikan rasa - Mengalami - Tersenyum,
nyaman tingkat ansietas, kesepian, tertawa sendiri.
ansietas sedang rasa bersalah dan - Menggerakkan
secara umum, ketakutan. bibir tanpa suara.
halusinasi - Mencoba berfokus - pergerakan mata
merupakan suatu pada pikiran yang yang cepat.
kesenangan. dapat ansietas - Respon verbal
- Pikiran dan yang lambat
pengalaman - Diam dan
sensori masih ada berkonsentrasi
dalam kontrol
kesadaran,
nonpsikotik.
Tahap II
- Menyalahkan - Pengalaman - Terjadi
- Tingkat sensori peningkatan
kesemasan berat menakutkan. denyut jantung,
secara umum - Merasa pernapasan dan
halusinasi dilecehkan oleh tekanan darah.
menyebabkan pengalaman - Perhatian dengan
perasaan antipati sensori tersebut. lingkungan
- Mulai merasa berkurang.
kehilangan - Konsentrasi
kontrol terhadap
- Menarik diri dari pengalaman
orang lain non sensori kerja
psikotik - Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dengan
realita
Tahap III
- Mengontrol - Klien menyerah - Perintah halusinasi
- Tingkat dan menerima ditaati.
kecemasan berat pengalaman - Sulit behubungan
- Pengalaman sensori dengan orang lain.
halusinasi tidak (halusinasi). - Perhatian terhadap
dapat di tolak lagi. - Isi halusinasi lingkungan
menjadi atraktif. berkurang hanya
- Kesepian bila beberapa detik.
pengalaman - Tidak mampu
sensori berakhir mengikuti perintah
psikotik. dari perawat,
tremor dan
berkeringat.
Tahap IV
- Klien dikuasai - Pengalaman - Perilaku panik
oleh halusinasi sensori mungkin - Resiko tinggi
- Klien panik menakutkan jika mencederai.
individu tidak - Agitasi atau
mengikuti perintah kataton
halusinasi, bisa - Tidak mampu
berlangsung dalam berespon terhadap
beberapa jam atau lingkungan.
hari apabila tidak
ada intervensi
terapeutik.

4. Hubungan Schizoprenia dengan halusinasi


Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari
gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (Schizoprenia).
Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara bising atau mendengung.
Tetapi paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk
kalimat yang mempengaruhi tingka laku klien, sehingga klien
menghasilkan respon tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau
respons lain yang membahayakan.
Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut
dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak
bicara atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu
tanda mayor dari gangguan Schizoprenia atau suatu syarat diagnostik
minor untuk metankolia involusi, psikosa mania depresif dan
syndroma otak organik.
Gangguan persepsi yang mana pada Schizoprenia adalah
halusinasi, sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya
diserang oleh kecemasan, halusinasi menghasilkan tingka laku yang
tertentu, gangguan harga diri, kritis diri, atau mengingkari rangsangan
terhadap kenyataan.
Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada Schizoprenia,
suara-suara biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif.
C. Metode Terapi Aktivitas Kelompok
Metode yang digunakan pada terapi aktivitas kelompok (TAK) ini adalah
metode :
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Latihan mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
3. Melengkapi jadwal harrian.
Kegiatan TAK menggunakan sistem sesi yang dibagi menjadi lima
sesi, setiap sesi memiliki tujuan khusus yang berbeda. Pada TAK kali
ini adalah merupakan TAK sesi ke tiga yaitu tentang mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap.

D. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok


a. Tujuan Umum
1) Klien dapat mengidentifikasi dan mengenal halusinasi.
2) Untuk melihat sejauh mana kemampuam klien dalam mengontrol
halusinasi yaitu dengan menghardik.
3) Membentuk sosialisasi dengan meningkatkan hubungan antar
sesama klien
b. Tujuan Khusus
1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi.
2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.

E. Kriteria Anggota/Peserta TAK


Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini
adalah :
a. Klien dengan riwayat Schizoprenia dengan disertai gangguan persepsi
sensori ; Halusinasi.
b. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau
mengamuk, dalam keadaan tenang.
c. Klien dapat diajak kerja sama (kooperative)

F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Terapi Aktivitas Kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Sabtu, 17 Juli 2021
Waktu : 10.00 - 11. 30 WITA
Tempat : Ruang Palem RSUD Polewali Mandar

G. Nama Klien dan Ruangan


Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 4 orang, sedangkan
sisanya sebagai cadangan. jika klien yang ditunjuk berhalangan.
Adapun nama-nama klien yang akan mengikuti TAK serta sebagai
cadangan yaitu :
Klien peserta TAK:
- Tn. H
- Tn. R
- Tn. M dan
- Ny. R.
Klien peserta TAK cadangan :
- Tn. D
- Tn. S

H. Media dan Alat


TAK kali ini tidak akan menggunakan alat atau media yang spesifik,
penggunaan alat hanya yang ada di ruangan saja seperti :
a. Kertas dan alat tulis.
b. Kertas undian.
c. Papan nama.
d. Karton lembar evaluasi.

I. Susunan Pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap sesi
yang telah disepakati. Sebagai berikut :
a. Leader : Ratnasri Timban
b. Co. Leader : Nabila Aqsarina
c. Observer : Ratna
d. Operator : Esa Wahyudi Juanda
e. Fasilitator 1 : Megawati
f. Fasilitator 2 : Ramida Arifin
g. Fasilitator 3 : Andi Kurnia Nur Rahma
h. Fasilitator 4 : Desi Sriwahyu Indra Ningsih
i. Fasilitator 5 : Nurmia

J. Urarian Tugas Pelaksana


a. Leader
Tugas :
1) Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
2) Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya terapi.
3) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
4) Memimpin diskusi kelompok.
b. Co. Leader
Tugas :
1) Membuka acara.
2) Mendampingi leader.
3) Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
4) Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
5) Menutup acara diskusi.
c. Fasilitator
Tugas :
1) Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
2) Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktif mengikuti jalannya terapi.
d. Observer
Tugas :
1) Mencatat serta mengamati respon Mien (dicatat pada format yang
tersedia).
2) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan,
proses hingga penutupan.

K. Mekanisme Kegiatan
1. Sesi I : Persiapan
a. Memilih klien yang mengalami Perubahan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Sesi II : Orientasi
a. Salam Terapeutik
1) Terapis mengucapkan salam kepada klien.
2) Terapis dan klien memakai papan nama.
b. Evaluasi/Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah jadwal aktivitas telah dikerjakan.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2. Menjelaskan aturan main berikut :
a) Masing-masing klien memperkenalkan diri nama, nama
panggilan.
b) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
c) Lama kegiatan 30 menit.
d) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Sesi III : Tahap Kerja
a. Mengulang kotrak sebelumnya
1) Terapis memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan).
Terapis meminta klien memperkenalkan nama dan nama
panggilan secara berurutan, dimulai dari klien yang berada
disebelah kiri terapis, searah jarum jam.
2) Terapis memberikan kertas undia kepada klien. Peserta yang
mendapat nomor 1 mendapat giliran pertama, begitu seterusnya.
3) Terapis meminta kepada klien menceritakan situasi yang sering
dialami sehingga mengalami halusinasi. Klien secara bergantian
bercerita, dimulai dari klien yang mendapat urutan pertama
sampai semua klien mendapat giliran.
4) Terapis memperagakan mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap jika ada tanda-tanda halusinasi muncul.
5) Terapis memperagakan cara meminta kepada teman atau orang
lain untuk bercakap-cakap bila halusinasi datang.
6) Klien diminta mempraktekkan hal yang sama secara bergantian,
dimulai dari kien yang mendapatkan nomor pertama begitu
seterusnya sampai mendapat giliran.
7) Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai
memperagakan.
8) Membuat kontrak atau menyepakati kegiatan untuk pertemuan
selanjutnya yang berisi tentang waktu pelaksanaan serta tindak
lanjut dan terminasi.
4. Sesi IV : Tahap Terminasi
a. Evaluasi Respon Subjektif
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang
sudah dipelajari.
b. Respon Objektif
1) Terapis meminta klien mempraktekkan kembali apa yang telah
diajarkan.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

c. Tindak Lanjut
1) Menganjurkan klien untuk menerapkan bercakap-cakap bila
mulai mengalami halusinasi baik di rumah sakit maupun di
rumah.
2) Mendorong klien untuk memulai menghardik ketika mulai
mengalami halusinasi.
3) Memasukkan kegiatan yang telah dilaukan ke dalam jadwal
kegiatan harian.

d. Kontrak yang Akan Datang


1) Terapis menyepakati kegiatan TAK berikutnya.
2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK berikutnya.

L. Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Evaluasi struktur dilakukan untuk melihat kerja sama dari anggota
kelompok, dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai selesai. Dan
melihat pelaksanaan tugas masing-masing anggota.
b. Evaluasi Proses
Evaluasi Proses untuk menilai jalannya proses TAK dari awal
sampai selesai khususnya pada tahap kerja, aspek yang akan
dievaluasi adalah klien dapat meminta/memulai bercakap-cakap
dengan orang lain jika halusinasi tersebut datang.
c. Evaluasi Hasil
Evaluasi dari hasil yang diharapkan adalah seluruh peserta TAK
mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
kriteria hasil :
- 80% dari jumlah klien yang direncanakan, mengikuti
permainan.
- 80% dari jumlah klien mampu memperkenalkan dirinya.
- 80% dari jumlah klien mampu mengungkapkan perasaan
sebelum dan sesudah acara.
- 80% dari jumlah klien mampu mengungkapkan pengalaman
halusinasi.
- 80% dari jumlah klien mampu mempraktekkan teknik
mengusir halusinasi dengan bercakap-cakap.
- 80% dari jumlah pesesrta mampu mempraktekkan cara
meminta teman untuk bercakap-cakap jika halusinasi datang.
- 85% dari jumlah klien mengikuti kegiatan dari awal hingga
akhir.
- 85% dari jumlah klien bersikap tertib dan mematuhi aturan
kegiatan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : Klien mengikuti sesi 3. Klien dapat
menyebutkan cara bercakap-cakap dan memperagakan saat mulai
percakapan.

M. Setting Tempat
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.

N. Tata Tertib dan Program Antisipasi


1. Tata Tertib
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
c. Peserta berpakaian rapih, bersih, dan sudah mandi.
d. Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan
TAK berlangsung.
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan.
g. Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
h. Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun TAK
belum selesai, pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk
memperpanjang waktu TAK pada anggota.
2. Program Antisipasi
Ada beberapa langkah yang dapat diambil dalam mengantisipasi
kemungkinan yang akan terjadi pada pelaksanaan TAK. Langkah-
langkah yang diambil dalam program antisipasi masalah adalah :
a. Apakah ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti TAK,
namun pada saat pelaksanaannya TAK tidak bersedia, maka
langkah yang diambil adalah : Mempersiapkan klien cadangan
yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria dan telah disepakati oleh
anggota kelompok lainnya.
b. Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yanng tidak
mentaati tata tertib yang telah disepakati, maka berdasarkan
kesepakatan ditegur terlebih dahulu dan bila masih tidak
cooperative maka dikeluarkan dari kegiatan.
c. Bila ada anggota kelompok yang melakuka kekerasan, leader
memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan
tidak boleh dilakukan.

O. Penutup
Demikian proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan sertan
partisipasinya dalam kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.
PEDOMAN OBSERVASI PERILAKU DALAM TERAPI KELOMPOK

No Lembar Observasi Nama Klien : No. RM


Perkembangan Klien dalam Umur :
Terapi Kelompok Jenis Kelamin : Mulai Terapi
Pendidikan : Kelompok
Tanggal :

Aspek-aspek yang Dinilai NILAI


1 2 3 4 5
1. Motivasi kelompok
2. Rasa senasib
3. Rasa kecemasan
4. Kemampuan memahami informasi
5. Sikap terhadap kelompok
6. Sosialisasi
7. Belajar berhubungan dengan
pribadi lain
8. Keakraban
9. Toleransi
10. Penyaluran emosi
11. Pengendalian emosi
12. Peniruan perilaku
13. Potensi pengembangan
14. Inisiatif bicara
15. Kemampuan
16. Pemecahan masalah
Jumlah
Paraf Observer
Tanggal

Keterangan :
Ganggaun Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
Klien Mampu Menghardik Halusinasi

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan bercakap-
cakap ketika halusinasi muncul, menyebutkan cara bercakap-cakap, dan
memperagakan saat mulai percakapan beri tanda √ jika klien mampu dan
tanda × jika klien tidak mampu.

Polewali, juli
2021
Pembimbing ruangan Pembimbing Akademik

Muhammad Mas’ud, S.Kep.,Ns Ns. Masyta WahabS.Kep.,M.Kes


DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2015. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktek Klinik.


Yogyakarta: Graha Ilmu.
Keliat, A Budi. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nurarif Amin H, kusuma H.2015. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC NOC jilid 2: Mediaction Publishing: Yogyakarta

Yudi Hartono DKK ; 2016 ;107, Buku Ajar Keperawatan Jiwa ; Jakarta ; Salemba

Medika
Formulir Evaluasi TAK
Kemampuan personal dengan gangguan Persepsi Sensori
Halusinasi Pendengaran
No Nama klien Menyebut isi Menyebut waktu Menyebut situasi Menyebut perasaan
. Halusinasi Terjadinya halusinasi Halusinasi saat halusinasi
muncul

Anda mungkin juga menyukai