OLEH : KELOMPOK I
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
MANDAR
2021
A. Latar Belakang
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus skizoprenia selalu diikuti
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat
menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya,
hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari
sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat
tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja
klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang sudah mampu
mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat
bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain.
Berdasarkan studi pendahuluan di ruang Palem RSUD Polewali
Mandar maka di dapatkkan total pasien yang sedang di rawat di ruang
palem adalah 8 orang.
B. Landasan Teori
1. Defenisi Halusinasi
Menurut Azizah (2015), Halusinasi adalah suatu gejala gangguan
jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi ;
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan/sentuhan atau penciuman.
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara,
(Keliat, 2014).
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau persepsi sensori yang
tidak sesuai dengan kenyataan seperti melihat bayangan atau suara-
suara yang sebenarnya tidak ada. ( Yudi Hartono ; 2016 ; 107)
2. Klasifikasi Halusinasi
Menurut (Nurarif, 2015), Beberapa jenis halusinasi ini sering kali
menjadi gejala penyakit tertentu, seperti skizofrenia. Namun terkadang
juga dapat disebabkan oleh penyalagunaan narkoba, demam, depresi
atau demensia, berikut ini jenis-jenis halusinasi yang mungkin saja
mengintai pikiran manusia.
a. Halusinasi pendengaran (Audio)
Ini adalah jenis halusinasi yang menunjukan persepsi yang
salah dari bunyi, musik, kebisingan atau suara. Mendengar
suara ketika tidak ada stimulus pendengaran adalah jenis yang
paling umum dari halusinasi audio pada penderita gangguan
mental. Suara dapat didengar baik didalam kepala maupun di
luar kepala seorang dan umumnya di anggap lebih parah ketika
hal tersebut datang dari luar kepala, suara bisa datang berupa
suara wanita maupun suara pria yang akrab atau tidak akrab.
Pada penderita skizofrenia gejala umum adalah mendengar
suara-suara dua orang atau lebih yang berbicara pada satu sama
lain, ia mendengar suara berupa kritikan atau komentar tentang
dirinya, prilaku atau pikiran.
b. Halusinasi penglihatan (Visual)
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks.
Bayangan biasa yang menyenangkan atau menakutkan seperti
melihat monster, merasa ada yang berdiri dibelakang. Kejadian
tersebut mengakibatkan ketakutan dan selalu menunjuk-nunjuk
kearah tertentu.
c. Halusinasi pengecapan (Gustatorius)
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses
sehingga sering meludah dan muntah. Biasanya mengalami
pengalaman yang tidak menyenangkan.
d. Halusinasi penciuman (Olfaktori)
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan
feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.
Halusinasi penciuman sering diakibatkan stroke, tumor, kejang
atau dimensia.
e. Halusinasi perabaan/sentuhan (taktil)
Mengalami nyeri atau ketidanyaman tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain, dan merasa ada serangga dipermukaan kulit.
Halusinasi ini juga umumnya merasa seperti ada suatu yang
merangka dibawah atau pada kulit.
I. Susunan Pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap sesi
yang telah disepakati. Sebagai berikut :
a. Leader : Ratnasri Timban
b. Co. Leader : Nabila Aqsarina
c. Observer : Ratna
d. Operator : Esa Wahyudi Juanda
e. Fasilitator 1 : Megawati
f. Fasilitator 2 : Ramida Arifin
g. Fasilitator 3 : Andi Kurnia Nur Rahma
h. Fasilitator 4 : Desi Sriwahyu Indra Ningsih
i. Fasilitator 5 : Nurmia
K. Mekanisme Kegiatan
1. Sesi I : Persiapan
a. Memilih klien yang mengalami Perubahan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Sesi II : Orientasi
a. Salam Terapeutik
1) Terapis mengucapkan salam kepada klien.
2) Terapis dan klien memakai papan nama.
b. Evaluasi/Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah jadwal aktivitas telah dikerjakan.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2. Menjelaskan aturan main berikut :
a) Masing-masing klien memperkenalkan diri nama, nama
panggilan.
b) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
c) Lama kegiatan 30 menit.
d) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Sesi III : Tahap Kerja
a. Mengulang kotrak sebelumnya
1) Terapis memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan).
Terapis meminta klien memperkenalkan nama dan nama
panggilan secara berurutan, dimulai dari klien yang berada
disebelah kiri terapis, searah jarum jam.
2) Terapis memberikan kertas undia kepada klien. Peserta yang
mendapat nomor 1 mendapat giliran pertama, begitu seterusnya.
3) Terapis meminta kepada klien menceritakan situasi yang sering
dialami sehingga mengalami halusinasi. Klien secara bergantian
bercerita, dimulai dari klien yang mendapat urutan pertama
sampai semua klien mendapat giliran.
4) Terapis memperagakan mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap jika ada tanda-tanda halusinasi muncul.
5) Terapis memperagakan cara meminta kepada teman atau orang
lain untuk bercakap-cakap bila halusinasi datang.
6) Klien diminta mempraktekkan hal yang sama secara bergantian,
dimulai dari kien yang mendapatkan nomor pertama begitu
seterusnya sampai mendapat giliran.
7) Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai
memperagakan.
8) Membuat kontrak atau menyepakati kegiatan untuk pertemuan
selanjutnya yang berisi tentang waktu pelaksanaan serta tindak
lanjut dan terminasi.
4. Sesi IV : Tahap Terminasi
a. Evaluasi Respon Subjektif
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang
sudah dipelajari.
b. Respon Objektif
1) Terapis meminta klien mempraktekkan kembali apa yang telah
diajarkan.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
c. Tindak Lanjut
1) Menganjurkan klien untuk menerapkan bercakap-cakap bila
mulai mengalami halusinasi baik di rumah sakit maupun di
rumah.
2) Mendorong klien untuk memulai menghardik ketika mulai
mengalami halusinasi.
3) Memasukkan kegiatan yang telah dilaukan ke dalam jadwal
kegiatan harian.
M. Setting Tempat
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
O. Penutup
Demikian proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan sertan
partisipasinya dalam kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.
PEDOMAN OBSERVASI PERILAKU DALAM TERAPI KELOMPOK
Keterangan :
Ganggaun Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
Klien Mampu Menghardik Halusinasi
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan bercakap-
cakap ketika halusinasi muncul, menyebutkan cara bercakap-cakap, dan
memperagakan saat mulai percakapan beri tanda √ jika klien mampu dan
tanda × jika klien tidak mampu.
Polewali, juli
2021
Pembimbing ruangan Pembimbing Akademik
Yudi Hartono DKK ; 2016 ;107, Buku Ajar Keperawatan Jiwa ; Jakarta ; Salemba
Medika
Formulir Evaluasi TAK
Kemampuan personal dengan gangguan Persepsi Sensori
Halusinasi Pendengaran
No Nama klien Menyebut isi Menyebut waktu Menyebut situasi Menyebut perasaan
. Halusinasi Terjadinya halusinasi Halusinasi saat halusinasi
muncul