Anda di halaman 1dari 7

Nama : Azagia Mandrisa

Nim : 20006129

Jurusan : Bimbingan dan Konseling

Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling Sebaya

Dosen : Dr. Yeni Karneli, M.Pd., Kons.

Resume 7

KONSEP KONSELING SEBAYA DALAM GANGGUAN KEPRIBADIAN.

A.Konsep Gangguan Kepribadian.

Gangguan kepribadian adalah suatu kondisi yang menyebabkan penderitanya memiliki


pola pikir dan perilaku yang tidak sehat dan berbeda dari orang normal. Selain pola pikir yang
tidak sehat, kondisi yang dikategorikan sebagai penyakit mental ini juga bisa membuat
penderitanya sulit untuk merasakan, memahami, atau berinteraksi dengan orang lain. Gangguan
kepribadian dalam diri seseorang juga bisa menyebabkan masalah dalam lingkungan sosial.
Tidak jarang hubungan antara penderita gangguan kepribadian dengan orang lain di lingkungan
rumah, sekolah, bisnis, atau pekerjaan menjadi terbatas.

Beberapa Faktor-faktor penyebab gangguan kepribadian :

 Sebuah riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian atau penyakit mental


 Kekerasan verbal, kekerasan fisik atau seksual selama masa kanak-kanak
 Pengabaian selama masa kanak-kanak
 Sebuah kehidupan keluarga tidak stabil atau kacau selama masa kanak-kanak
 Yang didiagnosis dengan gangguan perilaku pada anak anak
 Kehilangan orang tua melalui kematian atau perceraian traumatis selama masakanak-
kanak.

Beberapa Jenis-jenis gangguan kepribadian :


1. Kelompok A, terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal. Individu
pada ketiga gangguan ini menampilkan perilaku yang relatif sama yaitu eksentrik dan aneh.

 Paranoid
Pengidap paranoid biasanya biasanya ditandai dengan adanya kecurigaan dan
ketidakpercayaan yang sangat kuat kepada orang-orang di lingkungan sekitarnya. Mereka
seringkali sangat sensitif, mudah marah dan menunjukkan sikap bermusuhan. Sikap ini
dapat tumbuh pada anak-anak yang memiliki orang tua yang kasar, suka mengkritik, dan
intolerance (tidak mentoleransi atau tidak menerima) berbagai kelemahan, tetapi juga
orang tua yang selalu menekankan pada anak-anak mereka bahwa mereka special
(khusus) dan different (berbeda) dengan orang lain (Millon dkk., 2000; Turkat, 1985).
 Skizoid
Individu yang memiliki gangguan ini biasanya menampilkan perilaku atau pola menarik
diri dan biasanya telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Mereka merasa tidak
nyaman dalam berinteraksi dengan orang lain, cenderung introvert, dan afek mereka pun
terbatas. Mereka senang kesunyian dan cenderung menunjukkan sedikit emosi dalam
berinteraksi dengan orang lain. Mereka memandang hubungan dengan orang lain sebagai
hal yang tidak menyenangkan, kacau, dan mengganggu.
 Skizotipal
Pengidap skizotipal biasanya tampak aneh secara sangat mencolok. Mereka memiliki
pemikiran yang ajaib ide-ide yang ganjil, ilusi dan derealisasi yang biasa mereka
tampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Bentuknya misalnya kepercayaan yang sangat
pada indera ke-enam, telepati, merasa bahwa dirinya memiliki kekuatan pikiran, serta
memiliki fantasi yang aneh.

2. Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionik, dan narsistik.
Individu pada gangguan tersebut menampakkan perilaku yang dramatis atau berlebih-lebihan,
emosional, dan aneh (tidak menentu).

Anti sosial
Anti sosial merupakan salah satu gangguan kepribadian yang paling sering ditemukan.
Individu dengan gangguan kepribadian antisocial biasanya secara terus menerus
melakukan tingkah laku criminal atau antisocial, namun tingkah laku ini tidak sama
dengan melakukan kriminalitas. Gangguan kepribadian ini lebih menekankan pada
ketidakmampuan individu untuk mengikuti norma-norma social yang ada selama
perkembangan masa remaja dan dewasa. Ciri kunci dari gangguan antisocial adalah
melemahnya atau rusaknya kemampuan untuk membentuk hubungan positif dengan
orang lain dan kecenderungan untuk menggunakan perilaku-perilaku yang bertentangan
dengan dasar-dasar normal dan nilai-nilai social.
Borderline
Individu dengan gangguan kepribadian borderline merasa bergantung pada orang lain.
Namun mereka juga memiliki perasaan bermusuhan terhadap orang lain. Oleh karena itu,
individu dengan gangguan ini memiliki hubungan interpersonal yang “hiruk-pikuk”.
Disatu waktu mereka tampak bergantung pada teman dekatnya, namun dilain waktu
ketika mereka sedang frustasi misalnya, mereka dapat menampilkan kemarahan yang
sangar kepada orang yang sama. Individu dengan gangguan ini pun tidak tahan atau tidak
dapat hidup apabila berada sendirian. Gangguan ini ditandai oleh impulsiveness,
gangguan kepribadian borderline berada diperbatasan antara gangguan neurotic dan
psikotik dengan gejala-gejala afek, mood, tingkah laku dan self image yang sangat tidak
stabil.
Narsistik
Individu dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki perasaan yang kuat bahwa
dirinya adalah orang yang penting serta merupakan individu yang unik. Mereka merasa
bahwa dirinya special dan berharap mendapatkan perlakuan khusus pula. Oleh karena itu
mereka sangat sulit untuk tidak menerima kritik dari orang lain. Mereka selalu ingin
mengerjakan sesuatu sesuai dengan cara yang sudah mereka tentukan dan seringkali
ambisius serta mencari ketenaran.
Histronik
Histrionic personality disorder atau gangguan kepribadian histrionik adalah gangguan
yang membuat penderitanya senang untuk menjadi pusat perhatian pada level ekstrem.
Penderitanya memiliki kebutuhan untuk selalu diperhatikan dan dapat berperilaku
dramatis untuk mendapatkan perhatian dari orang lain

3. Kelompok C, terdiri dari gangguan kepribadian avoidant, dependent, dan obsesif- kompulsif.
Individu dengan gangguan kepribadian semacam ini tampak selalu cemas dan ketakutan
 Avoidance
Gangguan ini ditandai oleh adanya cirri sangat sensitive (hypersensitiveness) pada
penilaian orang lain, sehingga akhirnya yang tampak ialah perilaku menarik diri.
Perilakunya sering diwarnai oleh kemurungan, rasa tidak aman (insecurity) dalam
berinterak sisosial, dan dalam memulai suatu relasi sosial. Mereka memiliki rasa rendah
diri (inferiority complex), tidak percaya diri, takut untuk berbicara di depan public atau
meminta sesuatu dari orang lain. Mereka sering kali mensalahartikan komentar dari orang
lain sebagai menghina atau mempermalukan dirinya.
 Dependen
Gangguan ini ditandai adanya kesukaran dalam berpisah dengan orang lain, dan interaksi
sosialnya diwarnai oleh adanya kecemasan tetapi bukan karena takut mendapat kritik dari
lingkungannya melainkan karena ingin senantiasa dirindukan, disayangi, yang pada
akhirnya membuat ia menjadi pribadi yang bergantung pada orang lain dan merasa tidak
nyaman apabila harus sendirian (walaupun dalam waktu yang singkat). Mereka juga
cenderung bersikap submisif atau patuh.
 Kompulsif-Obesesif
Obsesif artinya pemikiran yang berulang-ulang atau terus menerus secara paksaan.
Sedangkan kompulsif artinya tindakan terpaksa yang berulang-ulang atau terus-menerus
yang tidak efektif karena tidak dilaksanakan berdasarkan rancangan terlebih dahulu.
Kepribadian obsesif-kompulsif adalah seseorang perfeksionis, terfokus berlebihan pada
detail, aturan, jadwal, dan sejenisnya (Davison, dkk, 2012). Gangguan kepribadian
obsesif-kompulsif ditandai dengan tingkah laku yang keras kepala, kebimbangan,
perfectionistic, cenderung mengulang-ulangs sesuatu.

Konseling sebaya atau (peer counseling) adalah bantuan konseling yang diberikan oleh teman
sebaya yang terlebih dahulu diberikan pelatihan untuk menjadi konselor sehingga dapat
memberikan bantuan baik secara individual maupun secara berkelompok. Sebaya artinya
kemiripan atau tidak beda jauh terkait usia. Gangguan kepribadian adalah suatu kondisi yang
menyebabkan penderitanya memiliki pola pikir dan perilaku yang tidak sehat dan berbeda dari
orang normal. Selain pola pikir yang tidak sehat, kondisi yang dikategorikan sebagai penyakit
mental ini juga bisa membuat penderitanya sulit untuk merasakan, memahami, atau berinteraksi
dengan orang lain. Gangguan kepribadian dalam diri seseorang juga bisa menyebabkan masalah
dalam lingkungan sosial. Tidak jarang hubungan antara penderita gangguan kepribadian dengan
orang lain di lingkungan rumah, sekolah, bisnis, atau pekerjaan menjadi terbatas.

Beberapa Faktor-faktor penyebab gangguan kepribadian :


1. Sebuah riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian
2. Kekerasan verbal, kekerasan fisik atau seksual selama masa kanak-kanak
3. Pengabaian selama masa kanak-kanak
4. Kehilangan orang tua melalui kematian atau perceraian traumatis selama masa kanak-kanak.

Konseling sebaya yaitu jembatan penghubung (bridge) antara konselor dengan peserta
didik (konseli). Kemudian juga telah dibahas mengenai gangguan kepribadian yaitu suatu
kondisi yang menyebabkan penderitanya memiliki pola pikir dan perilaku yang tidak sehat dan
berbeda dari orang normal.Gangguan kepribadian merupakan hal yang tidak diinginkan terjadi
oleh semua manusia termasuk pada peserta didik, akan tetapi jika hal ini terjadi tentunya tidak
bisa dibiarkan saja, dan diperlukanlah solusi untuk mengatasinya, karena gangguan kepribadian
sangatlah merugikan diri peserta didik sendiri dan lingkungannya. Akibat gangguan kepribadian
yang ndialami oleh seseorang bahkan ada yang dapat melukai dirinya sendiri seperti ( cutting
atau dikenal membuat garis barcode di pergelangan tanganya). Sedangkan akibat yang
merugikan lingkungan ada penderita yang merusak barang-barang yang ada disekitarny Akibat
gangguan kepribadian ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut dan hendaklah dicarikan solusinya
dan salah satu solusinya adalah Konseling teman sebaya, Pada Konseling sebaya merupakan
perpanjangan tangan dari konselor sekolah untuk saling membantu antar sesama teman
sebayanya. Penanan konselor sekolah untuk mengidentifikasi teman sebaya yang dapat
diberdayakan untuk membantu temannya yang lain yang memiliki gangguan kepribadian
sangatlah pentingsekali. Teman sebaya memiliki previlege dipercaya yang terasa senasib dan
mengerti dan mereka tidak segan membagikan permasalahan dan keluhannya.Pemberdayaan
konseling sebaya tentunya diperlukan pelatihan sebagai bekal untuk dapat saling membantu antar
sesamanya. Untuk teman yang memiliki gangguan kepribadian biasanya konseling sebaya
perlulah melakukan pendekatan atau mengajak si penderita berteman, menceritakan kepada
konselor sekolah mengenai solusi apa yang tepat dilaksanakan untuk teman tersebut, dan pada
intinya menerapkan ilmu yang didapat pada pelatihan konseling sebaya tersebut.

B.Konseling Sebaya dalam Gangguan Kepribadian.


Pada bagian terdahulu telah dibahas mengenai konseling sebaya yaitu jembatan
penghubung (bridge) antara konselor dengan peserta didik (konseli). Kemudian juga telah
dibahas mengenai gangguan kepribadian yaitu suatu kondisi yang menyebabkan penderitanya
memiliki pola pikir dan perilaku yang tidak sehat dan berbeda dari orang normal.

Gangguan kepribadian merupakan hal yang tidak diinginkan terjadi oleh semua manusia
termasuk pada peserta didik, akan tetapi jika hal ini terjadi tentunya tidak bisa dibiarkan saja, dan
diperlukanlah solusi untuk mengatasinya, karena gangguan kepribadian sangatlah merugikan diri
peserta didik sendiri dan lingkungannya. Akibat gangguan kepribadian yang dialami oleh
seseorang bahkan ada yang dapat melukai dirinya sendiri seperti ( cutting atau dikenal membuat
garis barcode di pergelangan tanganya). Sedangkan akibat yang merugikan lingkungan ada
penderita yang merusak barang-barang yang ada disekitarnya.

Akibat gangguan kepribadian ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut dan hendaklah
dicarikan solusinya dan salah satu solusinya adalah Konseling teman sebaya, Pada Konseling
sebaya merupakan perpanjangan tangan dari konselor sekolah untuk saling membantu antar
sesama teman sebayanya.

Penanan konselor sekolah untuk mengidentifikasi teman sebaya yang dapat diberdayakan
untuk membantu temannya yang lain yang memiliki gangguan kepribadian sangatlah penting
sekali. Teman sebaya memiliki previlege dipercaya yang terasa senasib dan mengerti dan mereka
tidak segan membagikan permasalahan dan keluhannya.

Pemberdayaan konseling sebaya tentunya diperlukan pelatihan sebagai bekal untuk dapat
saling membantu antar sesamanya. Untuk teman yang memiliki gangguan kepribadian biasanya
konseling sebaya perlulah melakukan pendekatan atau mengajak si penderita berteman,
menceritakan kepada konselor sekolah mengenai solusi apa yang tepat dilaksanakan untuk teman
tersebut, dan pada intinya menerapkan ilmu yang didapat pada pelatihan konseling sebaya
tersebut.
Daftar Pustaka

Davison, Gerald C, John M. Neale , Ann M. Kring. 2012. Psikologi Abnormal edisi Ke 9.
Jakarta:Rajwali Pers

Fausiah, Fitri dan Julianti Widury. 2008. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Hunainah. 2012. Model dan Implementasi Konseling Sebaya. Bandung: Rizqi Press

Suwarjo. 2008. Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) untuk Mengembangkan


Relisiensi Remaja. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Suwarjo. 2008. Pedoman Konseling Teman Sebaya. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta.

Wiramihardja, Sutardjo A. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT. Refika


Aditama.

Anda mungkin juga menyukai