Anda di halaman 1dari 29

FIQH KEUANGAN KONTEMPORER

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Fiqh Keuangan Kontemporer

Dosen Pengampu : Waluyo, Lc., M.A.

Disusun oleh :

PBS 4C
Mafrella Fadhilah Khansa 195231135

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
TAHUN 2021

i
IJTIHAD, REKAYASA KEUANGAN SYARIAH DAN MULTI AKAD

A. IJtihad dan Rekayasa Keuangan Syariah

Di era kontemporer persoalan yang sering muncul bagaimana ekonomi praktek


keuangan islam secara konseptual suatu akad. Pendapat yang disampaikan oleh Imam Al
Ghazali yaitu bagaimana upaya pendapatan kemaslahatan atau kemanfaatan dan menolak
lahirnya Madhorot, sehingga poros utama syariat islam bagaimana mendatangkan
kemaslahatan hidup bagi umat manusia.

Beberapa ayat dari Alquran yang mendasari tentang mendapatkan manfaat dan
menolak mudharat karena prinsip dari akad tidak boleh memakan harta orang lain secara
batil.

Surah ( Al Baqarah 188 )

Artinya “Janganlah kalian saling memakan harta benda dengan cara yang batil.”

Surah ( Anisa 29 )

Artinya “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian saling memakan harta benda di
antara kalian dengan cara yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang didasari suka
sama suka, rela sama rela dan janganlah kamu membunuh diri kamu sendiri sesungguhnya
Allah Maha Penyayang terhadap kalian semua.”

Surah ( Al Baqarah 279 )

2
Artinya “Janganlah kalian saling menganiaya dan tidak boleh pula diperbolehkan untuk
menganiaya.” Maksudnya hendaknya prinsip tersebut tidak praktek eksploitasi dan
merugikan yang membuat orang lain teraniaya. Keempat tidak mengandung riba sesuai
firman Allah wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kalian kepada Allah dan engkau
tinggalkan apa saja yang terpisah dari riba Jika kamu adalah orang-orang yang beriman.

B. Multi akad

Nama lain multi akad yaitu Al uqud Al murakkabah, Al uqud al maliah al


murakkabah, Al jamu baenal uqud, Addam Damjuln uqud. Al uqud Al murakkabah adalah
kesepakatan antara dua belah pihak atau lebih yang meliputi dua angka atau lebih misalkan
akad jual beli atau ijarah. Contoh akad jual beli dengan riba dengan sebagainya sehingga
akibat hukum semua hal yang digabungkan tidak akan bisa saling dipisah.

Aplikasi dalam bank syariah seperti murabahah yang dipraktekkan seperti murabahah
lik amir bi syira artinya ada kehendak dari nasabah atau pembeli untuk dibelikan terlebih
dahulu barang yang kemudian setelah dibeli akan dibeli kembali oleh nasabah. Merubah
adalah suatu praktek jual beli yang harga perolehannya diketahui oleh kedua belah pihak
yaitu pihak penjual dan pembeli dan tidak ada perintah untuk dibeli kan terlebih dahulu baru
dibeli oleh pembeli sehingga ada aka terbaru akad murabahah kontemporer jual beli ada
perintah untuk dibelikan terlebih dahulu nanti dibeli lagi Kemudian ada akad qard hutang
piutang dan kredit.

Perdebatan hukum multi akad terdapat dua pendapat besar. Pendapat pertama yang
membolehkan multi akad yaitu Assyahad mahzab Maliki, pendapat Ibnu Taimiyah mahjab
Hambali, pendapat attasuli dalam Albahjab. Dalil sebagaimana kaidah fiqih mengatakan
hukum asal di dalam muamalah kecuali ada dalil yang menunjukkan keharaman.
Berdasarkan kaidah tersebut penggabungan kedua Akad itu sesuatu yang perbolehkan karena
tidak ada akad yang melarangnya. Kedua pendapat yang mengharamka pendapat daiman
Hanafi yaitu imam harmainani dalam kitabnya alhidayah, mazhab maliki yaitu khito,
pendapat mazhab hambali yaitu ubnu muhflih. Dalil yang disampaikan sebagaimana hadis
Hakim Ibnu Nizam, Rasulullah SAW melarangmu dari empat macam dalam jual beli yaitu
menggabungkan Salaf dan jual beli, dua syarat dalam satu jual beli, memperjualkan sesuatu
yang belum jadi miliknya dan ngambil apa dari apa yang kamu tak menjamin kerugiannya.

3
Larangan tersebut tidak memutlakkan semua praktek multi akad untuk menjadi hal yang
dilarang secara keseluruhan. Larangan tersebut khusus jual beli yang menggabungkan antara
salaf dan jual beli.

Prakteknya Misal a menjual barangnya dengan harga Rp1.000 dengan harga awal
Rp800 namun disamping itu memberikan pinjaman kepada pembeli uang Rp1.000 sehingga
tanggungan B yang menjadi pembeli dan peminjam menjadi Rp2.000 yang seharusnya hanya
berhutang Rp.1.800 seolah-olah mempraktekkan pinjam meminjam uang dengan bunga.
Sehingga hadits ini mewanti-wanti menggabungkan Salaf dengan jual beli agar tidak terjatuh
kepada riba.

Maksud dari hadis rasul telah melarang adanya dua jual beli dalam satu jual beli atau
dua akad dalam satu jual beli yaitu jual beli Inah yang menggambarkan nasabah
membutuhkan uang tetapi jika meminjam ke lembaga keuangan adanya riba dilarang
sehingga mempunyai cara tersendiri yang seolah-olah tidak terjatuh dalam praktek riba tetapi
pada akhirnya terjatuh juga praktek riba. Beli mobil dengan datanglah nasabah ke lembaga
keuangan syariah untuk membeli mobil dengan cara kredit harga 200 juta pada saat itu juga
mobil dijual ke lembaga keuangan syariah setempat atau sama dengan harga lebih murah 150
juta dengan kontan, sehingga nasabah memperoleh uang 150 juta tetapi di lain sisi Dia
mempunyai hutang 200 juta sama saja dia memperoleh bunga 50 juta.

4
PENYELESAIAN PIUTANG MURABAHAH, PENGALIHAN PEMBIAYAAN
MURABAHAH

A. Penyelesaian Piutang Murabahah


Bagaimana penyelesaian piutang atau utang murabahah ketika ada kendala
terlebih ketika membayar angsuran ?
Dalam fatwa DSN dikenal dengan restruktur yang mempunyai banyak varian,
pertama fatwa DSN nomor 46 tahun 2005 di beri solusi dengan cara potongan atau
pembayaran keringanan. Fatwa DSN Nomor 47 tahun 2005 jika tidak bisa pembayaran
keringanan bisa dengan solusi penjualan objek murabahah dan yang tadinya
diperjualbelikan untuk melunasi tanggungan hutang nasabah. Bisa juga dilakukan
rescheduling sesuai fatwa DSN Majelis Ulama Indonesia nomor 48 tahun 2005. Adapun
yang ditawarkan oleh fatwa dewan Syariah nasional nomor 49 dengan dikonversi ke akad
yang lain bisa dengan cara ijarah muntahiyah bi tamlik, mudharabah atau dikonversi ke
akad musyarakah.
Landasan hukum menurut Al Quran ( al-baqarah 280 ) :

َ َ‫َواِ ۡن َكانَ ُذ ۡو ُع ۡس َر ٍة فَنَ ِظ َرةٌ اِ ٰلى َم ۡي َس َر ٍة ‌ؕ َواَ ۡن ت‬


َ‫ص َّدقُ ۡوا خ َۡي ٌر لَّـ ُكمۡ‌ اِ ۡن ُك ۡنتُمۡ ت َۡعلَ ُم ۡون‬

Artinya “kalau ada kesulitan orang yang meminjam sesuatu maka sikap kita hendaknya
Ditunggu sampai mendapatkan kemudahan, kelapangan.”
Proses penungguan itu bisa berbagai upaya diperpanjang waktunya dilakukan
pemotongan atau di Konvensi ke akad yang lain. Jika di ikhlas kan jauh lebih baik kata
Allah SWT, tetapi jika dalam lembaga keuangan di era kontemporer ini jika dipraktekkan
kurang begitu sesuai. Firman Allah dalam surat ( Al Maidah 2 ) firman Allah dan kalian
saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan dan janganlah saling tolong-
menolong dalam dosa dan permusuhan.
Hadis rasul Tirmidzi mengatakan damai penyelesaian secara baik boleh di antara
kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram dan muamalah seorang muslim itu Ternilai atau syarat-syarat diajukan ketika
akad. Kaidah fiqih muamalah itu diperbolehkan kecuali ada hadis yang melarangnya.

5
Diberikan potongan kepada nasabah yang mengalami kesulitan membayar atau
tidak tepat waktu. Perjanjian potongan tidak boleh diperjanjikan saat akad. Mekanisme
penjualan objek murabahah atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah melalui lembaga
keuangan dengan harga pasar yang disepakati. Setelah terjual maka nasabah melunasi
pada lembaga keuangan yang masih tersisa Dari hasil penjualan, apabila hasil penjualan
melebihi sisa hutang maka sisanya menjadi hak nasabah jika hasil penjualan kurang maka
nasabah melunasi hutang tersebut kecuali ada unsur diiklankan oleh lembaga keuangan.
Jika nasabah tidak melunasi hutang maka LKS dapat membebaskannya.
Penjadwalan rescheduling tagihan murabahah bisa dijadwal ulang yang awalnya
dua tahun bisa diperpanjang lebih dari 2 tahun dengan angsuran yang lebih kecil.
Mekanismenya tidak menambah jumlah tagihan walaupun diperpanjang jika tagihan 100
juta maka harus lunasi dengan sesuai. Ada beban biaya operasional boleh dibebankan
kepada nasabah dengan biaya riil tidak boleh persen dari hutang.
Jika kesulitan di akad murabahah dikonversi ke akad yang lain. Kenapa harus
dikonversi karena menurut pandangan lembaga Syariah nasabah masih prospek untuk
dilanjutkan dan diajak kerjasama. Langkah pertama objek murabahah dijual nasabah
kepada LKS dengan harga pasar yang disepakati. Maka objek murabahah mutlak dimiliki
LKS.
Akad yang bisa dikonversi dari murobahah adalah ijarah muntahiya fitamri,
mudharobah dan musyarakah. Konversi akad murobahah menjadi akad ijarah muntahiyah
fitamri . Setelah barang dagangannya mutlak milik LKS maka selanjutnya dibuat akad
Ijarah muntahiyah fitamri barang itu di sewa oleh nasabah untuk dipergunakan dengan
perjanjian waktu yang telah disepakati. Di akhir periode maka barang itu menjadi milik
nasabah baik dihibahkan atau dilakukan akad jual beli ketika nasabah sudah mampu
untuk membeli. Skema kedua pengalihan akad mudharabah akad yang lain adalah dengan
cara mudhorobah misalkan barang yang dipakai untuk bisnis pantas barang di pakai oleh
nasabah, LKS kedudukannya menjadi shohibuh mal, nasabah kedudukannya menjadi
mudharib. Jika barang tadi ada keuntungan maka dibagi menjadi dua sesuai kesepakatan
bersama. Akad musyarakah modal utama tidak hanya dari LKS dari satu pihak tetapi dari
dua belah pihak berkontribusi dalam modal dan perkembangan usaha, nisbahpun
disepakati.

6
B. Pengalihan Pembiayaan Murabahah
Dengan menjamurnya LKS dan banyaknya rekayasa keuangan syariah tentunya
banyak problem yang dihadapi oleh nasabah ataupun LKS. Satu masalah bisa di atasi
dengan pengalihan pembiayaan murabahah atau dikenal istilah hawalah fil Murabahah
dalam jual beli murabahah. Misal ada seorang nasabah yang ingin berpindah tempat dari
tempat satu ke tempat yang lain tentunya jauh dan satu tempat tersebut memiliki
tabungan utang murabahah maka akan mengalami kesulitan perpindahan atau regristasi
utang merubahnya itu. Salah satu solusi yang ditawarkan oleh islam menggunakan akad
hawalah atau pengalihan utang maupun piutang dalam pembiayaan murabahah.
Apakah diperbolehkan yaitu dibolehkan karena berlandaskan apa yang
difirmankan oleh Allah SWT ( al-maidah 2 ) "Dan hendaklah kalian saling tolong
menolong dalam kebaikan, ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam
permusuhan dan juga dosa".
Mekanisme pengalihan pembiayaan murabahah yaitu telah di fatwa kan oleh DSN
MUI, pertama akad hawalah bin ujrah. Mekanisme mengalihkan utang murabahah
dengan akad hawalah bin ujrah yaitu Nasabah yang memiliki hutang pada LKS
mengajukan permohonan pengalihan utangnya kepada LKS yang lain. LKS yang lain itu
akan menyetujui permohonan tersebut dan setelah setuju menggunakan Akad hawalah
bin ujrah dilakukan bersama dengan membayar sebagian atau seluruh utang nasabah ke
LKS awal Pada waktu yang disepakati dan keuntungan LKS lain mendapatkan ujroh atau
upah yang LKS telah menutup utangnya kepada LKS awal. Kemudian nasabah
membayar kewajiban cicilan dari Akkad hawalah kepada LKS lain dan ujrahnya di kredit
juga Maka angsurannya ditambah dengan besarnya ujrah.
Kedua ijarah muntahiyah bitamlik. Mekanismenya nasabah yang memiliki utang
kepada LKS mengajukan permohonan pengalihan pembiayaan utangnya kepada LKS
lainnya dengan akad ijarah muntahiyah bitamlik, setelah setuju yang dilakukan kedua nya
yaitu LKS lainnya membeli aset nasabah dengan Akad murabahah dari LKS pertama.
Dengan janji setelah dibeli objek atau barang yang dibeli akan disewa dengan akad ijarah
muntahiyah bitamlik, sehingga setelah dibeli menjadi milik LKS lainnya. Setelah itu
terjadi akan ijarah muntahiyah bitamlik ( sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang

7
tersebut ) antara LKS lain dengan nasabah, Nasabah akan membayar sewa setiap
bulannya dan di akhir periode sewa barang milik nasabah.
Terakhir musyarakah mutanakisoh. Mekanisme nasabah yang memiliki utang
pembiayaan murabahah pada LKS mengajukan permohonan utang kepada LKS lainnya
dengan akad musyarakah mutanakisoh. Setelah LKS lain setuju maka dilakukan akad
musyarakah mutanakisoh dengan ketentuan LKS lain akan mengeluarkan modal atau
uang sebesar sisa utang yang ada di LKS sebelumnya. Sudah dilunasi oleh LKS lainnya
maka barang tersebut menjadi milik bersama antara LKS lainnya dengan nasabah. Maka
nasabah akan memakai barang tersebut dengan menyewa ke LKS lainnya dan
mengeluarkan angsuran untuk melunasi utang barangnya. Akhir periode angsuran akan
menjadi milik penuh nasabah. Keuntungan LKS lainnya dari biaya sewa nasabah
tersebut.

8
PEMBIAYAAN ULANG ( REFINANCING SYARIAH )

Fatwa DSN nomor 89 tahun 2013 terkait refinancing Syariah atau pembiayaan ulang
syariah adalah kelanjutan dari pembiayaan pembiayaan sebelumnya yang terjadi di lembaga
keuangan syariah baik dalam rangka solusi nasabah yang mengalami kesulitan maupun
pembiayaan yang ditawarkan oleh LKS karena sudah selesai pembiayaan awalnya dan juga
dilanjutkan pembiayaan selanjutnya karena LKS memandang prospek nasabah itu untuk diajak
kerja sama.

Skema pembiayaan ulang yang difatwakan Majelis Ulama Indonesia yaitu DSN nomor
89 2013. Pertama skemanya musyarakah mutamakisoh dasarnya dari sirkah atau barang sesuai
dengan kesepakatan. Jika modalnya harus barang maka hendaknya dilakukan pengukuran nilai
dan harus ada penilaian komersil untuk mengukur seberapa besar modal yang dikeluarkan oleh
nasabah dan pihak lain. Calon nasabah mengajukan pembiayaan kepada lembaga keuangan
dalam rangka pembiayaan ulang. LKS melakukan penafsiran terhadap barang atau aset calon
nasabah untuk ditentukan harga yang wajar sehingga bisa diketahui. LKS akan memberikan
kuasa kepada nasabah untuk melakukan usaha yang halal dan baik dengan akad-akad tertentu.
Nasabah dan LKS membagikan keuntungan usaha yang telah disepakati porsi modal.

Misal modal nasabah mobil dan LKS tempat atau kios dipakai untuk kantor, dibuat untuk
rental mobil. Setelah dilakukan usaha oleh nasabah dan akan ada untung yang dibagi berdua
sehingga sesuai dengan nisbah yang disepakati. Disamping itu nasabah pun akan mengeluarkan
angsuran untuk kios tadi yang menjadi modal Lks 200 juta, maka nasabah akan mencicilnya.
sehingga di akhir periode akan menjadi milik nasabah. Keuntungan LKS mendapatkan bagi hasil
usaha tersebut dan barangnya akhirnya laku.

Ijarah mintaiyah bitamri mekanismenya calon nasabah yang memiliki barang


mengajukan pembiayaan kepada LKS dalam rangka pembiayaan ulang. LKS membeli barang
didalamnya ada jual beli barang yang dimiliki nasabah tadi dibeli oleh LKS. Kemudian
dilakukan nya akad, karena nasabah masih ingin usaha dengan barang tadi misal mobil maka
nasabah menyewa mobil. Di akhir periode sewa maka barang itu akan beralih kepemilikannya ke
nasabah, dengan cara yang disepakati dibeli oleh nasabah.

9
Albaik dalam rangka musyarakah muramakisoh, semuanya hampir sama dengan
musyarakah yang pertama. Perbedaannya jika musyarakah awal nasabah modalnya mobil, LKS
modalnya kios sedangkan albaik ini tidak seperti itu Ada barang milik nasabah dan LKS
modalnya kios. Nasabah ingin melakukan pembiayaan ulang dengan bank syariah maka barang
itu di tapsir, misal harga 200juta maka nasabah dan bank syariah menyepakati mengeluarkan
uang berapa untuk barang itu. Ketika sudah melunasi maka kepemilikannya milik berdua jika
belum memiliki barang nasabah itu ingin usaha rental sewa mobil dengan akad albaik, karena
yang memakai mobil tersebut nasabah bukan bank syariah lantas keuntungan bank nasabah akan
mengeluarkan uang sewa terhadap sebagian mobil tersebut dan nasabah akan mengangsur yang
biaya pembelian mobil senilai 100 juta. Di akhir periode kepemilikan mobil menjadi milik
nasabah.

10
MULTI JASA DAN ULTRA MIKRO

Pembiayaan Multi Jasa dan Pembiayaan Ultra Mikro (at tamwil lil hajj al muttanahiya al suqro)

A. Pembiayaan multi jasa


Bentuk jasa keuangan syariah yang menjadi kebutuhan masyatrakat di era
kontenporer seperti saat ini adalah pembiayaan multi jasa. Pembiayaan multi jasa ini
adalah pembiayaan yang menjembatani para nasabah atau masyarakat yang sedang
membutuhkan pembiayaan di lembaga keuangan syariah, tetapi agak sulit dengan skema
pembiayaan yang telah ada. Misalnya, murabahah, istishna dll. Dari kesulitan tersebut
maka dimunculkan ijtihad sebaiknya mengadakan pembiayaan yang bisa menjembatani
terkait hal-hal pembiyaan multi jasa. Pembiayaan multi jasa merupakan sebuah
pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) baik bank maupun
nonbank kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa.pembiayaan Multi
jasa tertuang dalam Fatwa DSN MUI 2004/44. Pembiayaan at tamwil lil hajj al
muttanahiya al suqro/ pembiayaan ultra mikro tertuang dalam Fatwa DSN MUI 2018.
Firman Allah SWT. dan sunah Rasulullah saw. yang menjadi dasar utama
pembiayaan multi jasa maupun ulta mikro adalah firman Allah dalam surat al-Baqarah:
233
۞ ‫َّضــا َعةَ ۗ َو َعلَى ْال َموْ لُــوْ ِد لَــهٗ ِر ْزقُه َُّن‬ َ ‫ضــ ْعنَ اَوْ اَل َده َُّن َحــ وْ لَ ْي ِن َكــا ِملَي ِْن لِ َم ْن اَ َرا َد اَ ْن يُّتِ َّم الر‬ِ ْ‫ت يُر‬ ُ ‫ــد‬ٰ ِ‫َو ْال َوال‬
َ ‫ث ِم ْث ُل ٰذلِ ـ‬ ۤ َ ُ‫ف اَل تُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ اِاَّل ُو ْس َعهَا ۚ اَل ت‬
‫ك ۚ فَ ـا ِ ْن‬ ِ ‫ار‬ِ ‫ضا َّر َوالِ َدةٌ ۢبِ َولَ ِدهَا َواَل َموْ لُوْ ٌد لَّهٗ بِ َولَ ِد ٖه َو َعلَى ْال َو‬ ِ ۗ ْ‫َو ِكس َْوتُه َُّن بِ ْال َم ْعرُو‬
‫ضع ُْٓوا اَوْ اَل َد ُك ْم فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم ِا َذا َسلَّ ْمتُ ْم َّمٓا‬ ِ ْ‫اض ِّم ْنهُ َما َوتَ َشا ُو ٍر فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما ۗ َواِ ْن اَ َر ْد ُّت ْم اَ ْن تَ ْستَر‬
ٍ ‫صااًل ع َْن تَ َر‬ َ ِ‫اَ َرادَا ف‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫ف َواتَّقُوا َ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ ب‬
‫ص ْي ٌر‬ ِ ۗ ْ‫اتَ ْيتُ ْم بِ ْال َم ْعرُو‬.ٰ

Artinya: “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi
yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan
pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula
seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu
pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan
antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan
anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran

11
dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Akad utama dari pembiayaan multi jasa dan ultra mikro adalah Ijarah(sewa).
Dalam multi jasa bisa menggunakan akad yang lain yaitu kafalah(penjaminan). Landasan
akad kafalah dari firman Allah dalam surat Yusuf: 72 “Mereka menjawab, “Kami
kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh
(bahan makanan seberat) beban unta, dan aku jamin itu.” Secara umum baik ijarah
ataupun kafalah yang dijadikan landadasan multi jasa tersebut berangkat dari dasar saling
taawud/ saling bekerja sama/ saling menolong dalam hal kebaikan.

Fatwa DSN MUI, pembiayaan multi jasa hukumnya jais atau boleh dengan
menggunakan akad ijarah ataupun kafalah. Ketika menggunakan akad kafalah dan ijarah
dalam pembiayaan multi jasa maka merujuk pada Fatwa DSN MUI. Lembaga keuangan
syariah disini memperoleh biaya sewa, dan jika menggunakan akad kafalah maka
lembaga keuangan syariah mendapat ujra(upah) besarnya harus disepakati diawal dalam
bentuk nominal.

Contoh multi jasa : calon mahasiswa mendaftar di fakultas kedokteran dan kemudian
diterima, dengan biaya uang gedung dll sebesar 100jt dan keluarga tidak mampu jika
harus mengeluarkan uang sebesar 100jt secara langsung. Calon mahasiswa dan keluarga
datang ke lembaga keuangan syariah untuk melakukan pembiayaan multi jasa dengan
skema ijarah, lembaga keuangan syariah akan menghubung kampus terkait untuk
menyewa jasa pendidikan kedokteran tersebut sebesar 100jt dan dalam sewa kepada
nasabah sebesar 150jt. Kafalah, artinya pada saat itu kampus tidak menuntut pembayaran
secara kontan. Tetapi kampus meminta ada penjaminan dari lembaga yang
terpercaya(LKS).

B. Pembiayaan Ulta Mikro


Pembiayaan ultra mikro adalah pembiayaan untuk membeli barang atau jasa. Dalam
Fatwa DSN MUI dijelaskan bahwa pembiayaan ultra mikro adalah pembiayaan yang
diberikan oleh lembaga keuangan syariah kepada nasabah yang membutuhkan
sekumpulan barang atau jasa yang nilainya sangat kecil. Pembiayaan ultra mikro ada 2
macam yaitu,

12
1. Pembiayaan ultra mikro multi jasa : obyeknya barang dan jasa beragam, dan
jasanya lebih dominan dari barangnya. Hanya boleh menggunakan dua akad, ijarah
dan kafalah.
2. Pembiayaan ultra mikro multi barang : objeknya barang dan jasanya beragam,
tetapi lebih dominan barangnya. Boleh dilakukan dengan akad jual beli
(murabahah, salam, istishna, ijrah, ijarah mutahiya bi tamlin). Nasabah mengajukan
pada bank syariah ultra mikro multi barang. Bank akan membeli dan kemudian
memberikan pesanan tersebut kepada nasabah.

13
UANG ELEKTRONIK SYARIAH

Di era kontenporer ini penggunaan uang elektronik sudah luas. Islam memberikan
gambaran terkait uang elektronik yang berbasis syariah. Ada dua akad pokok dalam uang
elektronik syariah, akad wadiah dan akad qord. Landasannya dalam Al-Qur’an dan sunnah tidak
ada yang spesifik membahas uang elektronik, tetapi uang elektronik syariah berbasis akad
wadiah dan qard. Wadiah sendiri merupakan amanah atau titip menitip .

Akad yang kedua yang sering dipakai adalah utang piutang dan dijelaskan dalam surat al-
baqarah. Saat melakukan akad qardh maka harus ada janji janji tertulis(hitam diatas putih) agar
tidak ada dusta dianta dua belah pihak.

Ketentuan uang elektronik syariah menurut fatwa DSN MUI

Akad antara penerbit : ada pihak penerbit da nada pihak pemegang/pengguna uang elektronik
enggunakan akad wadiah atau qardh.

 Jika menggunakan akad wadiah maka berlaku ketentuan : Jumlah nominal uang
elektronik bersifat titipan yang dapat diambil dan digunakan oleh pemegang kapan saja.
Uang dalam elektronik atau uang yang dititipkan tersebut tidak boleh digunakan oleh
penerima titipan atau penerbit, kecuali atas seijin pemegang kartu dan maka akad titipan
tersebut berubah menjadi akad qardh(utang) dan menjadi tanggung jawab mutlak
penerbit. Dalam uang elektronik juga ada otoritas yang mengatur. Maka otoritas terkait
wajib membatasi penerbit terkait penggunaan dana titipan dari pemegang kartu tersebut.
Dalam penggunaan dana titipan tersebut yang beralih menjadi akad qardh itu tidak boleh
dipakai untuk hal hal yang bertentangan dengan prinsip syariah.
 Jika penggunaan akad qardh maka ketentuannya : a. jumlah nominal uang elektronik itu
bersifat hutang yang dapat diambil dan dapat digunakan kapan saja. Ketika digunakan
oleh penerbit maka dapat diinvestasikan uang tersebut untuk investasi yang dibenarkan
oleh syariah. Hutang yang harus dikembalikan yaitu pokok hutangnya, ketika
diinvestasikan dan mendapatkan hasil maka tidak berkewajiban untuk memberikan bagi
hasil. Qardh dalam islam hanya satu kata qardhul hasan yang memberikan hutang tanpa
ada kembalian apapun. Penerbit wajib mengembalikan pokok piutang pemegang uang
elektronik kapan saja sesuai kesepakatan.

14
Berbagai pihak yang terkait selain penerbit daan pemegang uang elektronik misalnya
pedagang dll. ada beberapa akad yang digunakan untuk berinteraksi kepada pihak lain seperti
akad ijarah, jualah (memberikan janji/ memberi hadiah atau penghargaan), wakalah bin ujra.
Uang elektronik flaksibel dan intinya akad yang digunakan dalam uang elektronik syariah yaitu
akad wadiah dan akad qardh dan bisa diperluas dengan akad akad lain ketika dengan pihak lain.

15
BPJS SYARIAH

Pedoman Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan Syariah.

Penyelenggaraan jaminan kesehatan selama ini masih belum sesuai dengan prinsip
syariah dan masih mengandung unsur gharar, unsur ketidak jelasan dan juga masih mengandung
unsur riba. Dalam BPJS konvensional ada hal hal yang masih diragukan karena didalamnya ada
unsur ketidak jelasan artinya masyarakat ketika membayar iuran, menginginkan sesuatu yang
lebih seperti judi maka ada unsur maisir atau ingin membayar sedikit tapi menerima sesuatu yang
banyak. Ketika penampungan uang oleh BPJS tidak lepas dari transaksi ribawi atau ditaruh di
lembaga keuangan konvensional yang berbasis bunga atau riba.

Fatwa DSN MUI 2011/05 ditegal menyimpulkan bahwa BPJS yang dioperasionalkan
secara konvensional karena ada 2 unsur yang tidak jelas tadi yaitu unsur riba dan unsur gharar.

Bagaimana penyelenggaraan jaminan sosisal kesehatan sesuai dengan syariah.

Firman Allah “sesungguhnya allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada


yang berhak menerimanya”. BPJS merupakan suatu amanah atau titipan yang ada dana hibah
dari peserta jaminan sosial tersebut. Kesehatan perlu disiapkan dananya sejak dini, hal tersebut
adalah sesuatu yang depateble antara para ulama. Dalam hidup ini kita harus menghindari ke
madzorotan sama ketika kita berupaya sejak dini untuk pembiayaan kesehatan maka kita sedang
menempuh jalan untuk mengindari kemadhzorotan.

Mekanisme syariah BPJS, ketentuan akad dalam penyelenggaraan jaminan sosial


kesehatan secara syariah ada akad antara peserta individu. BPJS hampir sama dengan Asuransi
ada peserta individu dan ada peserta kolektif. Akad antara peserta individu dengan peserta
kolektif sebaiknya adalah akad hibah (pemberian secara Cuma-Cuma). Peserta yang ikut BPJS
jika ingin melaksanakannya sesuai dengan syari maka diniatkan dengan akad hibah atau
memberi sedekah kepada peserta kolektif dan landasan utamanya adalah ta’awun atau tolong
menolong dalam ketakwaan. Akad hibah juga terjadi antara pemerintah dengan peserta individu.
Setelah iuran terkumpul maka dana tersebut menjadi hak peserta kolektif(bersama). Maka ada
akad yang lain yaitu akad wakalah atau wakalah bil ujra. Dana yang sudah terkumpul akan
dikelola oleh badan penyelenggara jaminan sosial, maka mengelolanya itu adalah mewaakili
(BPJS adalah Wakil) untuk peserta kolektif maka menggunakan akad wakalah/ yang professional

16
sekarang ini adalah wakalah bil ujra. Tugas BPJS mengurus administrasinya, pengelelolaan
portofolio, investasinya, mengelola client, dari BPJS ke Faskes, dll.

Kerjasama BPJS dengan pihak ketiga atau pihak untuk mengembangkan dana untuk investasi.
Akadnya adalah muawadzot (kerjasama bisnis antara pihak satu dengan yang lain).

Di Indonesia perlu ada pemilahan antara badan penyelenggaraan jaminan sosial


konvensional dengan badan penyelenggaraan jaminan sosial syariah, sehingga masyarakat
berhak memilih antara yang konven dengan yang syariah.

Iuran dari peserta, iuran belm cukup banyak dan clamnya sudah banyak dan kemudian
mengalami kekurangan dana. Maka, perlu ada akad yang lain juga akad antara BPJS dengan
wakil peserta kolektif atau dengan pemerintah ada dua akad yaitu akad hibah dan qardh. Maka
pemerintah menghibahkan dana kepada BPJS untuk menanggulangi kekurangan tersebut jika
memang sudah dianggarakan. Tetapi saat ada kekurangan dana di badan penyelenggaraan
jamianan sosial kesehatan belum dianggarkan untuk penanggulangan tersebut maka pemerintah
harus memberi dana atau qardhul hasan(ditalangi) dengan anggaran Negara. Kemudian, Akad
antara BPJS dengan Faskes adalah ijarah(sewa jasa kesehatan). Ketika BPJS bekerja sama
dengan faskes maka akan menyewa fasilitas kesehatan untuk peserta individu tersebut.

17
DANA PENSIUN SYARIAH

Program dana pension berbasis syariah

Dana pensiun atau iuran pensiun yang berbasis konvensional terdapat ketidak jelasan dan
ada unsur maisir, hal tersebut karenaa tidak adanya kejelasan akad sejak awal. Contoh : seorang
PNS yang memiliki gaji dan dipotong untuk dana pensiun berpuluh puluh tahun, ketika umur 60 th
PNS tersebut meninggal dunia yang seharusnya menikmati dana pensiun adalah keluarganya
misalkan istrinya, selang satu minggu kemudian istrinya juga meninggal. Maka dana pensiun
tersebut akan menguap begitu saja padahal, pns tersebut sudah mempersiapkan pensiunnya
dengan memotong gajinya tersebut dan tidak mendapatkan manfaat sama sekali.

Maka dari itu, muncullah inovasi Program Dana Pensiun yang berbasis Syariah, untuk
memberikan solusi terbaik agar tidak terjerumus dalam akad yang ada unsur gharar, akad yang
ada unsur maisimnya dan akad yang ada unsur ribanya.

Landasan filosofi yang paling kursial adalah firman allah dalam Q.S Al-Maidah:2 yang
merupakan ayat ta’awun. Yang artninya “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
melanggar syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram,
jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qala'id (hewan-hewan kurban yang
diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam;
mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan
ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena
mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas
(kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah,
sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.”

Allah swt dalam surah al ashr:18 telah berfirman

َ‫ت لِ َغ ۚ ٍد َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗاِ َّن هّٰللا َ خَ بِ ْي ٌر ۢبِ َما تَ ْع َملُوْ ن‬


ْ ‫يٰٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َّما قَ َّد َم‬

Artinya :”Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

18
Saat ini kita bekerja, maka tidak hanya saat ini kita menikmati hasil kerja. Kita harus
memandang masa depan yang di masa depan itu tidak tahu bagaimana nasib kita dimasa depan
nanti, tetapi setidaknya kita sudah mempersiapkan sejak dini. Ssat ini kita hidup didunia maka
kita perlu mempersiapkan diri kita untuk hidup di akhirat nanti. Maka dana pensiun merupakan
langkah yang tepat untuk mempersiapkan masa depan dihari tua dan jugaa meripakan anjuran
Allah dalam surah al-ashr:18 . ayat ini merupakan ayat umum, baik masa depan kita dihari tua
ataupun masa depan kita di akhirat.

Skema dana pensiun berbasis syariah

Istilah anuitas atau iuran syariah untuk dana pensiun itu adalah ar ratid attakudi alislami.
Untuk dana pensiun boleh berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam ketentuan
syariah dan Fatwa DSN MUI telah menjelaskan tentang anuitas syariah atau dana pensiun
syariah. Ketentuan akad agar sesuai dengan syariah adalah adanya peserta individu maupun
peserta kolektif. Maka akad yang tepat menurut pandangan syari adalah akad hibah tanaqud
hampir sama dengan BPJS. Akad yang kedua yaitu akad wakalah bil ujra karena adanya
hubungan peserta dengan pengelola dana pensiun. Mewakilkan kepada pengelola dana pensiun
untuk dikelolakan dana tersebut agar berkembang dan sebagainya, kemudian setiap bulannya
memberikan gaji atau upah ujra tersebut.ketika sudah masuk pada penelolaannya secara umum
dalam pengembangannya bisa menggunakan akad mudharabah atau akad mudharabah
musyarakah.

Akad wakalah bil ujra daalam pengelolaan anuitas harus memuat peraturan hak dan
kewajiban meliputi hal hal sbb : Kedudukan pengelola dalam dana pensiun syariah itu adalah
hanya sebagai wakil untuk para peserta dan tidak memiliki dana sedikitpun untuk dana kolektif
oleh peserta kolektif tersebut. Ketika kekurangan dana pada saat terjadi pembayaran pensiun,
maka ketika ada kekurangan tersebut harus ada akad untuk menjadi jalan keluar. Maka akad
antara pengelola dengan peserta kolektif akad qardh. Karena tugas pengelola memberikan dana
talangan tersebut dan tidak ada bunganya.

19
BUKAN PENDAPATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No 123 tahun 2018, telah membahas terkait
penggunaan dana yang tidak boleh diakui sebagai pendapatan bagi Lembaga Keuangan Syariah,
Lembaga Bisnis Syariah dan Lembaga Perekonomian Syariah. Fawa ini muncul berdasarkan
kebutuhan operasional keuangan Syariah di lapangan, karena pada titik tertentu ketiga Lembaga
itu memerlukan pendoman dalam pengelolaan dana yang tidak boleh diakui sebagai pendapatan.
Namun dana itu harus masuk ke rekening atau pembukuan ketiga Lembaga tersebut karena
transaksinya tidak dapat dihindari. Dan memang dibutuhkan untuk kemaslahatan pengembangan
Lembaga Syariah namun dana tersebut tidak diperbolehkan menjadi pendapatan dan
dimanfaatkan untuk kepentingan Lembaga tersebut.

Firman Allah yang mendasari hal ini yang bersifat umum yaitu Q.S An-Nisa ayat 29 yaitu

‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم‬ َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَأْ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َج‬
ٍ ‫ارةً ع َْن ت ََر‬
‫هّٰللا‬
ِ ‫ۗ اِ َّن َ َكانَ بِ ُك ْم َر‬
‫ح ْي ًما‬

Artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”

Fatwa Mui mengatakan “jika ada dana-dana yang terpaksa harus masuk kedalam
Rekening dan Pembukuan Lembaga Keuangan Syariah namun dana tersebut tidak dibenarkan
seperti Riba, kemudian dari barang yang tidak dihalalkan, maka dana tersebut tidak boleh
menjadi pendapatan Lembaga Keuangan Syariah”

Satu kaidah yang cukup menarik yang artinya “dimana ada maslahah maka disana
terdapat hukum Allah SWT”. Mengapa dana-dana tersebut dapat masuk ke Rekening Lembaga
dan Pembukuan Lembaga? Karena hal ini berbasis maslahah, karena ada hal-hal yang memang
tidak dihindari akad-akad ketika Hukum Islam belum dilaksanakan secara Khafah dan terpaksa
harus dilakukan contohnya: denda. Denda tidak dianjurkan dalam islam, Pemilik dana menunggu

20
sampai Nasabah mendapatkan kemudahan atau denda tersebut disedekahkan. Ada 2 jalan
menurut Al-Qur’an yaitu menunggu hingga lapang atau disedekahkan (diikhlaskan). Jika ayat
Al-Qur’an dilaksanakan di Lembaga Syariah secara menyeluruh maka perusahaan akan
mengalami kebangkrutan.

Maka DSN MUI berfatwa, diperbolehkan memungut denda dari nasabah yang sudah
jatuh tempo tidak bisa membayar, tetapi hasil dari denda itu tidak boleh menjadi pendapatan
Lembaga Keuangan Syariah, Lembaga Bisnis Syariah, dan Lembaga perekonomian Syariah.
Karena denda tidak dianjurkan dan tidak diperbolehkan tetapi untuk keberlangsungan ketiga
Lembaga tersebut maka denda itu diperbolehkan untuk memberikan pelajaran dan efek jera
kepada Nasabah yang dapat membayar namun mengulur-ngulur waktu sehingga dzalim.

Untuk memperjelas terkait ketentuan ini, maka ketentuan-ketentuan umum tersebut


adalah:

1. Dana yang tidak boleh diakui sebagai pendapatan oleh Lembaga Keuangan Syariah,
Lembaga Bisnis Syariah, dan Lembaga perekonomian Syariah dikenal dengan Dana
TBDSP, yaitu dana yang diterima atau dikuasai oleh ketiga Lembaga Syariah tetapi
tidak boleh diakui sebagai pendapatan atau kekayaan.
2. Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah Badan Hukum yang menjelaskan kegiatan
usaha bidang keuangan berdasarkan prinsip Syariah. Lembaga Bisnis Syariah (LBS)
adalah Badan Hukum yang menjalankan Bisnis berdasarkan syariah. Dan Lembaga
Perekonomian Syariah (LPS) adalah Badan Hukum yang menyelenggarakan kegiatan
perekonomian berbasis Syariah.

Sumber Dana TBDSP berasal dari:

1. Transaksi yang tidak sesuai dengan prinsip Syariah seperti Riba.


2. Dana Denda
3. Dana yang tidak diketahui Pemiliknya

Dana TBDSP tersebut wajib digunakan atau disalurkan secara langsung untuk
kemaslahatan umat islam dan kepentingan umum yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
Syariah. Contohnya penanggulangan korban bencana, menunjang Lembaga Pendidikan Islam,

21
membangun masjid musholah, fasilitas umum, panti asuhan dsb. Dana TBDSP tidak
diperbolehkan digunakan untuk promosi produk maupun iklan (branding perusahaan),
pembayaran pajak atau wakaf perusahaan, dsb.

22
WAKAF PADA ASURANSI SYARIAH

Fatwa DSN MUI Nomor 106 tahun 2016 terkait dengan wakaf manfaat asuransi dan
manfaat investasi pada asuransi jiwa syariah. Wakaf secara umum memiliki landasan syariah
yaitu bersifat umum seperti dalam Q.S Al-Isra:34 dan bersifat khusus. Wakaf erat kaitannya
dengan berderma. Riwayat yang menunjukkan kesyariahan wakaf yaitu H.R Imam Nasa’i: di
Riwayatkan dari Ibnu Uman r.a ia berkata bahwasannya Umar bin Khattab mengatakan kepada
Nabi SAW “wahai nabi saya mempunyai 100 bagian tanah atau kebun di Qhaiba belum pernah
saya mendapatkan bagian atau harta yang paling saya kagumi melebihi tanah itu, saya
bermaksud menyedekahkannya, bagaimana wahai Rasullullah jika saya menyedekahkannya”
lalu Nabi SAW menjawab “tahanlah pokoknya dan sedekahkan hasilnya pada sabilillah”.

Wakaf adalah menahan harta yang dapat dimanfaatkan atau diistismarkan tanpa lenyap
bendanya dengan tidak menjualnya, menghibahkannya, atau mewariskannya dan hasilnya
diberikan kepada sesuatu yang mubah kepada penerima wakaf yang ada. Manfaat Asuransi
adalah sejumlah dana yang bersumber dari dana tabarru’ yang diserahkan kepada pihak yang
mengalami musibah atau pihak yang ditunjuk untuk menerimanya. Maka dana seperti dapat di
wakafkan. Manfaat Investasi adalah adalah sejumlah dana yang diserahkan kepada peserta
program Asuransi yang berasal dari kontibusi investasi peserta dan hasil investasinya. Hasil dari
investasi tersebut akan diserahkan kepada peserta Asuransi, maka manfaat investasi dari dana
investasi tersebut dapat diwakafkan.

Ketentuan wakaf dana manfaat asuransi adalah pihak yang ditunjuk untuk menerima
manfaat menyatakan janji yang mengikat untuk mewakafkan manfaat asuransi tersebut.
Sehingga sudah terdapat janji, kemauan dan kesepakatan dari penerima manfaat asuransi untuk
memanfaatkan hak tersebut. Manfaat asuransi yang boleh diwakafkan misalkan asuransi jiwa
syariah, sehingga nantinya ada pihak yang akan memanfaatkan dana asuransi ini. Dana yang
diperbolehkan diwakafkan dalam manfaat asuransi sebanyak 45% dari total dana Manfaat
Asurans tidak boleh lebih. Semua syarat penerima asuransi yang ditunjuk atau penggantinnya
menyampaikan persetujuan, kesepakatan dan ikhrar wakaf dilaksanakan selama manfaat asuransi
secara prinsip sudah menjadi hak penggantinya.

23
Ketentuan Wakaf Investasi boleh diwakafkan oleh peserta Asuransi atau penerima
asuransi. Kadar jumlah manfaat investasi yang boleh diwakafkan maksimal sepertiga dari total
kekayaan kecuali disepakati lebih oleh semua ahli waris.

24
Al-IJARAH AL-MAUSHUFAH FIDZ DZIMMAH

Fatwa DSN MUI No.102 tahun 2016 Al-Ijarah Al-Maushufah Fidz Dzimmah untuk
pembiayaan produk kepemilikan rumah atau indend, akad ijarah memiliki landasan umum yaitu
surat Al-Baqarah ayat 233. Dalam surat tersebut terdapat unsur ijarah yaitu sewa jasa.

Ketentuan umum terkait Al-Ijarah Al-Maushufah Fidz Dzimmah dalam fatwa DSN MUI
Ijarah dikenal dengan akad pemindahan hak guna manfaat dan bukan hak pemindahan
kepemilikan atas barang atau jasa dalam waktu tertentu sesuai kesepakatan serta terdapat
pembayaran sewa atau ujrah.

Al-Ijarah Al-Maushufah Fidz Dzimmah adalah akad sewa menyewa atas manfaat suatu
barang atau jasa yang pada saat akad hanya disebutkan sifat-sifat dan spesifikasinya kualitas dan
kuantitasnya, pada saat ini barang belum ada dan penyewa hanya menerima sifat-sifat yang
sudah disebutkan sebelumnya. Contohnya: perumahan yang indend.

Terdapat 2 macam bentuk Al-Ijarah Al-Maushufah Fidz Dzimmah yaitu:

1. Al-Ijarah Al-Maushufah Fidz Dzimmah dalam MMQ yaitu nasabah terlebih dahulu
menyewa barang dan melunasinya hingga barang tersebut menjadi milik nasabah.
Contohnya nasabah menyewa rumah dimana rumah tersebut masih dalam proses
pembangunan sehingga nasabah tetap membayar sewa meskipun rumah tersebut
sudah digunakan hingga akhir pelunasan barulah rumah tersebut menjadi milik
nasabah.
2. Al-Ijarah Al-Maushufah Fidz Dzimmah dalam IMBT yaitu nasabah terlebih dahulu
menyewa tanpa membayar angsuran tetapi diakhir periode nasabah akan membayar
angsuran barang tersebut. Contohnya nasabah menempati rumah dengan cara
menyewanya hingga tanggal jatuh tempo nasabah baru membayar rumah tersebut
dengan melunasinya.

25
PARIWISATA SYARIAH

Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 15:

َ ْ‫ه َُو الَّ ِذيْ َج َع َل لَ ُك ُم ااْل َر‬


‫ض َذلُوْ اًل فَا ْم ُشوْ ا فِ ْي َمنَا ِكبِهَا َو ُكلُوْ ا ِم ْن رِّ ْزقِ ٖ ۗه َواِلَ ْي ِه النُّ ُشوْ ُر‬

Artinya “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan.”

Dalam surat tersebut terdapat perintah kepada manusia untuk melakukan perjalanan,
sehingga terdapat manfaat yang dapat diambil hikmahnya, salah satu contoh perjalanan yaitu
berwisata. Tentunya anjuran Allah untuk melakukan perjalanan terdapat hikmah maka perjalanan
tersebut dapat dikemas dengan konsep pariwisata Syariah. Hikmah yang dapat diambil apabila
berpariwisata yaitu mempelajari kehidupan yang terdapat dijaman dahulu dalam konteks Syariah
atau peninggalan jaman dahulu.

Prinsip umum Pariwisata Syariah yang wajib adalah terhindar dari kemusyrikan,
kemaksiatan, menghambur-hamburkan harta, kemungkaran dan hal-hal yang lain. Akad antara
wisatawan dengan biro wisata Syariah adalah akad ijarah. Begitu juga biro wisata dengan
pemandu perjalanan menggunakan akad ijarah namun dapat juga menggunakan akad ju’alah.
Sedangkan akad antara wisatawan dengan pemilik tempat yaitu ijarah. Akad wisatawan dengan
pemilik hotel juga menggunakan akad ijarah. Akad antara hotel dengan biro wisata yaitu
menggunakan akad ijarah. Jika ada dana yang perlu dikembangkan wajib menggunakan dana
Syariah.

Ketentuan-ketentuan hotel apabila disebut sebagai hotel Syariah yaitu

1. Hotel tidak boleh menyediakan fasilitas atau akses pornografi serta tindakan asusila,
2. Tidak boleh menyediakan fasilitas hiburan yang mengarah pada kemusyrikan, maksiat,
pornografi, serta tindak asusila
3. Pihak hotel juga harus menyediakan makanan yang halal
4. Menyediakan fasilitas dan sarana untuk beribadah

26
5. Karyawan dan karyawati wajib menggunakan pakaian yang syar’i tidak menyimpang dari
ketentuan Syariah.
6. Hotel Syariah wajib memiliki panduan dan ketentuan mengenai prosedur pelayanan hotel
guna menjamin terlaksananya pelayanan hotel sesuai prinsip Syariah
7. Hotel Syariah sebaiknya memiliki dapur Syariah dimana dapur tersebut terpisah dari
dapur konvensional, karena makanan yang halal tidak boleh tercampur dengan makanan
yang non halal.

WAKALAH BIL ISTISMAR

27
Fatwa DSN MUI telah menjelaskan terkait akad ini terdapat dalam akad no 126 tahun
2019 dan termasuk akad yang baru. Akad ini muncul karena produk keuangan Syariah perlu
direkayasa sehingga pedoman, Batasan maupun ketentuan perlu diketahui oleh semua pihak.
Akad ini berlandaskan oleh Q.S Al-maidah ayat 1.

‫الصـ ْيد واَ ْنتُم ُحـ ُر ۗم ا َّن هّٰللا‬


َ ِ ٌ َ ‫ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ااْل َ ْن َع ِام اِاَّل َمــا يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم َغ ْيـ‬
ْ َ ِ َّ ‫ـر ُم ِحلِّى‬ ْ َّ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَوْ فُوْ اـ بِ ْال ُعقُوْ ۗ ِد اُ ِحل‬
‫يَحْ ُك ُم َما ي ُِر ْي ُد‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan ternak dihalalkan
bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika
kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan
yang Dia kehendaki.”

Wakalah mewakilkan sesuatu, seperti mewakilkan harta bendanya untuk dikembangkan


agar menghasilkan hasil yang lebih baik. Wakalah adalah akad pemberian kuasa dari muwakil
(orang yang mewakilkan) kepada wakil. Wakalah bil Istismar adalah akad wakalah untuk
menginvestasikan modal muwakil kepada wakil baik dengan imbalan ataupun tidak. Jika dengan
imbalan disebut wakalah bil ujrah sedangkan tanpa imbalan disebut wakalah bil ghair ujrah.

Dalam Wakalah Bil Istismar untuk mewakilkan kepada orang lain untuk
mengembangkan modal dapat berupa Muqayyadah yaitu ada Batasan jenis investasi yang dapat
dibatasi dengan memesannya terlebih dahulu atau Muthlaqah adalah membebaskan namun tetap
sesuai persyaratan yang ada. Akad Wakalah Bil Istismar boleh digunakan dengan syarat Fatwa
DSN MUI no 10 tentang wakalah yaitu tunduk dan patuh sesuai dengan ketentuan atau batasan
Syariah.

Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada muwakil dan wakil yaitu:

1. Wajib memiliki kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum


2. Wajib memiliki kewenangan memberikan kuasa kepada pihak lain dalam rangka
melakukan investasi.

Ketentuan terkait investasi yaitu:

28
1. Investasi yang dilakukan dalam akad harus dalam prinsip Syariah.
2. Investasi dalam wakalah bil istishmar dapat menggunakan akad-akad seperti
musyarakah dan yang lainnya.

29

Anda mungkin juga menyukai