Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan atau alasan yang menjadi dasar semnagat
seseorang untuk melkukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Arti motivasi
juga dapat didefinisikan sebagai semua hal yang menimbulkan dorongan atau
semangat untuk mengerjakan sesuatu. Secara etimologi kata motivasi berasal dari
Bahasa inggris, yaitu “motivation”, yang artinya “daya batin” atau “dorongan”.
Sehingga pengertian motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong atau
menggerakkan seseorang untuk bertindak melakukan seseuatu dengan tujuan
tertentu. Motivasi bias dating dari dalam diri sendiri ataupun dari orang lain.
Dengan adanya motivasi maka seseorang dapat mengerjakan sesuatu dengan
antusias.

Motivasi berasal dari Bahasa latin, “mevore”, yang berarti menggerakkan.


Menurut Weiner (1990) motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang
membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu,
dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno, motivasi
dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang
diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat, dorongan dan kebutuhan, harapan
dan cita-cita, penghargaan, dan penghormatan. Sedangkan Imron menjelaskan
bahwa motivasi berasal dari Bahasa inggris “motivation” yang berarti dorongan
atau pengalasan untuk melakukan suatu aktivitas hingga mencapai tujuan.

Menurut Atkinson, motivasi dijelaskan sebagai suatu tendensi seseorang untuk


berbuat yang meningkat guna menghasilkan satu hasil atau lebih pengaruh. AW.
Bernard memberikan pengertian, motivasi sebagai fenomena yang dilibatkan
dalam perangsangan tindakan ke arah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya
kecil atau tidak ada gerakan sama sekali ke arah tujuan-tujuan tertentu. Motivasi
merupakan usaha memperbesar atau mengadakan gerakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Semakin besar motivasi seseorang untuk mencapai tujuan, maka semakin
besar pula peluang untuk keberhasilan tujuan tersebut.

Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan


kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh
rangsangan dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh dari dalam diri seseorang. Dalam
kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan pada arah kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Secara lebih khusus jika orang menyebutkan motivasi belajar yang dimaksudkan
tentu segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong atau memberikan semangat
kepada orang yang melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam
belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi.

2.2 Beberapa Teori Motivasi

Teori merupakan suatu pendapat yang didasarkan pada penelitian dan


penemuan, didukung oleh data dan argumentasi yang mampu menghasilkan fakta
berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi, argumentasi, asas, dan hukum umum,
yang menjadi dasar ilmu pengetahuan. Dalam psikologi dikenal ada beberapa teori
motivasi, berikut akan dijelaskan sebagian dari sekian teori motivasi tersebut:

1. Teori Motivasi Fisiologis

Teori ini dikembangkan oleh Morgan dengan sebutan Central Motive State
(CMS) atau keadaan motif sentral. Teori ini bertumpu pada proses fisiologis yang
dipandang sebagai dasar dari perilaku manusia atau pusat dari semua kegiatan
manusia. Ciri-ciri CMS adalah bersifat tetap, tahan lama bahwa motif sentral itu
ada secara terus menerus tanpa bisa dipengaruhi oleh faktor luar maupun dalam
diri individu yang bersangkutan.
2. Teori Motivasi Aktualisasi Diri dari Maslow

Abraham Maslow (1908-1970) adalah psikolog humanis yang berpendapat


bahwa manusia dapat bekerja ke arah kehidupan yang lebih baik. Maslow
mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima
tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci
dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok
yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisiologis (Physiological needs): kebutuhan ini merupakan


kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-
fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan
pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks, dsb.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and scurity): seperti
terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit,
perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dsb.
3. Kebutuhan sosial (social needs): yang meliputi antara lain kebutuhan akan
dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok,
rasa setia kawan, dan kerjasama.
4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs): termasuk kebutuhan
dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat, dsb.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization): seperti antara lain
kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan
diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri.

Setiap kebutuhan dalam tata tingkat harus dipuaskan menurut tingkatannya.


Ketika kebutuhan telah terpuaskan, maka kebutuhan berhenti memotivasi
perilaku, dan kebutuhan berikutnya dalam hirarki selanjutnya akan mulai
memotivasi perilaku. Kepentingan teori hirarki kebutuhan Maslow dalam dunia
pendidikan berada dalam tingkat rendah dan kebutuhan tingkat tinggi. Jelasnya,
para siswa yang sedang dalam keadaan sangat lapar atau fisiknya tidak sehat, akan
memiliki energi psikologis yang terbatas untuk belajar. Di beberapa sekolah,
kebutuhan-kebutuhan tingkat rendah yang terpenting adalah kebutuhan akan cinta
dan harga diri. Jika para siswa merasa bahwa mereka tidak dicintai dan tidak
mampu, mereka tidak mungkin memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai
sasaran-sasaran pertumbuhan yang lebih tinggi. Seorang guru yang dapat
menempatkan para siswa pada tempatnya, membuat mereka merasa diterima dan
dihormati sebagai individu, lebih mungkin (menurut pandangan Maslow)
mendorong mereka untuk kreatif dan terbuka terhadap ide-ide baru.

3. Teori Atribusi

Teori Atribusi adalah teori kognitif mengenai motivasi yang berusaha secara
sistematis memberikan gambaran mengenai kesuksesan dan kegagalan siswa.
Winner (dalam Glover, dkk 1999) menjelaskan bahwa kebanyakan keberhasilan
atau kegagalan memiliki tiga dimensi. Pertama, apakah penyebabnya itu internal
atau eksternal. Kedua, memandang dari segi stabilitas penyebab (apakah penyebab
dianggap sebagai hal yang tetap/tidak dapat berubah atau tidak tetap/dapat
berubah). Ketiga, adalah apakah penyebabnya dirasakan sebagai hal yang dapat
mengontrol atau tidak. Asumsi pokok dari teori atribusi yakni orang-orang akan
berusaha mempertahankan citra dirinya yang positif. Oleh karena itu bila hal yang
baik terjadi, mereka menghubungkannya dengan usaha-usaha atau
kemampuannya sendiri, namun bila hal yang buruk terjadi, mereka menganggap
bahwa hal itu karena faktor-faktor di luar kontrol mereka.

Teori atribusi terutama berkaitan dengan empat penjelasan terhadap


keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian prestasi: kemampuan, usaha,
kesulitan tugas, dan keberuntungan. Atribusi-atribusi kemampuan dan usaha
sudah ada di dalam diri individu (faktor internal), atribusi-atribusi kesulitan tugas
dan keberuntungan adalah faktor eksternal. Kemampuan dianggap sebagai sebagai
suatu keadaan yang relatif tetap, tidak dapat dirubah; usaha dapat dirubah.
Demikian pula, tingkat kesukaran pada dasarnya merupakan suatu yang tetap,
sementara keberuntungan adalah tidak tetap dan tidak dapat diprediksi.
2.3 Cara Peningkatan Motivasi Berprestasi

Motivasi merupakan daya penggerak yang ada pada diri seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi adalah kondisi internal individu yang mendorongnya
untuk melakukan sesuatu. Motivasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinstik merupakan daya penggerak atau dorongan yang bersumber


dan datang dari dalam diri individu. Misalnya, dari dalam diri individu ada
dorongan ingin memiliki, ingin bisa, ingin tahu, dan sebagainya .

2. Motivasi ekstrinstik

Motivasi ekstrinstik merupakan dorongan untuk bebuat sesuatu karna adanya


rangsangan dari luar diri individu. Misalnya, seorang siswa rajin belajar karena
adanya dorongan dari orang tua.

Motivasi berprestasi merupakan dorongan yang ada dalam diri individu


untuk mencapai prestasi atau hasil tertentu. Adanya motivasi ditandai dengan
timbulnya dorongan untuk bekerja keras dalam meraih prestasi, bekerja lebih
baik,lebih efesien dan bisa lebih cepat dari yang sebelumnya .

Cara meningkatkan motivasi berprestasi :

a. Tentukan tujuan

Tumbuhkan keyakinan dan sugesti bahwa seseorang bisa berubah dan


memang harus beruba menuju ketitik optimun.

b. Belajar sendiri

Berusaha untuk menganalisis diri sendiri mengenai ada atau tidaknya


kebiasaan, prilaku dan cara berfikir yang kurang menguntungkan.

c. Memanfaatkan motivasi.

Dorongan bisa di bangun dari dalam diri seseorang.


d. Belajar memakai bahasa prestasi

Mulai dari cara berfikir, bertindak, bercakap, dan menanggapi sesuatu


yang mencerminkan suasana etos kerja untuk meraih prestasi.

Ciri-ciri motivasi berprestasi tinggi:

 Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih puas dan suka
terhadap berprestasi hasil usaha sendiri.
 kreatif, enerjik, lebih gigih, lebih suka bertindak ketimbang berdiri diam
diri, penuh inisiatif dan produktif.
 menyukai tantangan dan memilih perkerjaan atau tugas yang risikonya
realistis yang didukung dengan kemampuan yang nyata.
 berusaha mencari evalusi dan umpan baik dengan tujuan untuk
mendapatkan masukan untuk bekerja lebih keras.

2.4 Cara Peningkatan Motivasi Belajar Siswa

a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa.
Pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa
untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi
nbelajar siswa (Sanjaya, 2009:29). Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran
dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.

b. Membangkitkan minat siswa

Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk
belajar. Oleh karena itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah
satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar (Sanjaya, 2009:29). Salah
satu cara yang logis untuk momotivasi siswa dalam pembelajaran adalah
mengaitkan pengalaman belajar dengan minat siswa. Pengaitan pembelajaran
dengan minat siswa adalah sangat penting, dan karena itu tunjukkanlah bahwa
pengetahuan yang dipelajari itu sangat bermanfaat bagi mereka. Demikian pula
tujuan pembelajaran yang penting adalah membangkitkan hasrat ingin tahu siswa
mengenai pelajaran yang akan datang, dan karena itu pembelajaran akan mampu
meningkatkan motivasi instrinsik siswa untuk mempelajari materi pembelajaran
yang disajikan oleh guru.

c. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar

Siswa hanya mungkin dapat belajar baik manakala ada dalam suasana yang
menyenangkan, merasa aman, bebas dari takut. Usahakan agar kelas selamanya
dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-
kali dapat melakukan hal-hal yang lucu.

d. Mengguanakan variasi metode penyajian yang menarik

Guru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik, dan asing bagi
siswa-siswa. Sesuatu informasi yang disampaikan dengan teknik yang baru,
dengan kemasan yang bagus didukung oleh alat-alat berupa sarana atau media
yang belum pernah dikenal oleh siswa sebelumnya sehingga menarik perhatian
bagi mereka untuk belajar. Dengan pembelajaran yang menarik, maka akan
membangitkan rasa uingin tahu siswa di dalam kegiatan pembelajaran yang
selanjutnya siswa akan termotivasi dalam pembelajaran.

Motivasi instrinsik untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui


penggunaan materi pembelajaran yang menharik, dan juga penggunaan variasi
metode pembelajaran. Misalnya, untuk membAngkitkan minat belajar siswa dapat
dilakukan dengan cara pemutaran film, mengundang pembicara tamu,
demonstrasi, komputer, simulasi, permaianan peran, belajar melalui radio, karya
wiasata, dan lainnya.

e. Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa

Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Dalam pembelajaran,


pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Karena anak didik juga manusia,
maka dia juga senang dipuji. Karena pujian menimbulkan rasa puas dan senang.
Namun begitu, pujian harus sesuai dengan hasil kerja siswa. Jangan memuji
secara berlebihan karena akan terkesan dibuat-buat. Pujian yang baik adalah
pujian yang keluar dari hati seoarang guru secara wajar dengan maksud untuk
memberikan penghargaan kepada siswa atas jerih payahnya dalam belajar.

f. Berikan penilaian

Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu
mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi
yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera
agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan
secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing (Sanjaya,
2009:31).

Penilaian secara terus menerus akan mendorong siswa belajar, oleh karena
setiap anak memilki kecenderungan untuk memmperoleh hasil yang baik.
Disamping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus
dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan
seksama.

g. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa

Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan mmemberikan


komentar yang positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya
berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “ bagus” atau
“teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa (Sanjaya, 2009:21). Penghargaan sangat
efektif untuk memotivasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas, baik tugas-tugas
yang harus dikerjakan segera, maupun tugas-tugas yang berlangsung terus
menerus.

h. Ciptakan persaingan dan kerjasama

Persaingan yang sehat dapat menumbuhkan pengaruh yang baik untuk


keberhasilan proses pemebelajaran siswa. Melalui persaingan siswa
dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang
terbaik (Sanjaya, 2009:31). Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antar kelompok maupun antar
individu.

2.5 Cara Guru Memberikan Penghargaan dan Ganjaran Terhadap

Kinerja, Upaya, dan Perbaikan

1. Menggunakan pujian dengan efektif

Pujian mempunyai banyak tujuan dalam pengajaran di ruang kelas tetapi


terutama digunakan untuk memperkuat prilaku yang tepat dan memberikan
umpan balik kepada siswa tentang apa yang mereka lakukan dengan benar. Secara
keseluruhan, penggunaan pujian dengan sering adalah gagasan mempunyai
banyak siswa yang berpencapaian rendah.

2. Mengajari siswa memuji diri sendiri

Misalnya, anak-anak dapat belajar dalam pikiran memberi kepada diri sendiri
tepukan di puunggung ketika mereka menyelesaikan tugas atatu berhenti secara
teratur pada setiap selang waktu untuk memperhatikan berapa banyak telah
mereka lakukan. Strategi ini adalah komponen utama pembelajaran mandiri.

3. Menggunakan nilai sebagai insentif

Sistem pemberianan nilai yang digunakan kebanyakan sekolah mempunyai 3


fungsi yang benar-benar berbeda pada saat yang sama: evaluasi, umpan balik, dan
insentif. Campuran fungsi inni menjadikan nilai kurang ideal bagi masing-masing
fungsi.

4. Sistem insentif berdasarkan struktur sasaran

Salah satu aspek sistem insentif di ruang kelas yang telah memperoleh sangat
banyak perhatian riset dalam tahun-tahun ini ialah struktur sasaran (goal structure)
ruang kelas. Struktur sasaran bersaing telah dikritik karena mencegah siswa saling
membantu satu sama lain belajar, karena cenderung menciptakan tingkatan sosial
di ruang kelas, dank arena menbentuk situasi di mana siswa yang berpencapaian
rendah mempunyai sedikit kesempatan untuk berhasil.

DAFTAR PUSTAKA

Ani, Catharina. T. (2006). Psikologi Belajar. Semarang : Unnes Press.

Avissina, R. (2015). Hubungan Attachement terhadap motivasi belajar anak


berkebutuhan khusus sekolah inklusif di SDN Sumber Sari Malang.
etheses uin malang.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai