PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Motivasi adalah suatu dorongan atau alasan yang menjadi dasar semnagat
seseorang untuk melkukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Arti motivasi
juga dapat didefinisikan sebagai semua hal yang menimbulkan dorongan atau
semangat untuk mengerjakan sesuatu. Secara etimologi kata motivasi berasal dari
Bahasa inggris, yaitu “motivation”, yang artinya “daya batin” atau “dorongan”.
Sehingga pengertian motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong atau
menggerakkan seseorang untuk bertindak melakukan seseuatu dengan tujuan
tertentu. Motivasi bias dating dari dalam diri sendiri ataupun dari orang lain.
Dengan adanya motivasi maka seseorang dapat mengerjakan sesuatu dengan
antusias.
Teori ini dikembangkan oleh Morgan dengan sebutan Central Motive State
(CMS) atau keadaan motif sentral. Teori ini bertumpu pada proses fisiologis yang
dipandang sebagai dasar dari perilaku manusia atau pusat dari semua kegiatan
manusia. Ciri-ciri CMS adalah bersifat tetap, tahan lama bahwa motif sentral itu
ada secara terus menerus tanpa bisa dipengaruhi oleh faktor luar maupun dalam
diri individu yang bersangkutan.
2. Teori Motivasi Aktualisasi Diri dari Maslow
3. Teori Atribusi
Teori Atribusi adalah teori kognitif mengenai motivasi yang berusaha secara
sistematis memberikan gambaran mengenai kesuksesan dan kegagalan siswa.
Winner (dalam Glover, dkk 1999) menjelaskan bahwa kebanyakan keberhasilan
atau kegagalan memiliki tiga dimensi. Pertama, apakah penyebabnya itu internal
atau eksternal. Kedua, memandang dari segi stabilitas penyebab (apakah penyebab
dianggap sebagai hal yang tetap/tidak dapat berubah atau tidak tetap/dapat
berubah). Ketiga, adalah apakah penyebabnya dirasakan sebagai hal yang dapat
mengontrol atau tidak. Asumsi pokok dari teori atribusi yakni orang-orang akan
berusaha mempertahankan citra dirinya yang positif. Oleh karena itu bila hal yang
baik terjadi, mereka menghubungkannya dengan usaha-usaha atau
kemampuannya sendiri, namun bila hal yang buruk terjadi, mereka menganggap
bahwa hal itu karena faktor-faktor di luar kontrol mereka.
Motivasi merupakan daya penggerak yang ada pada diri seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi adalah kondisi internal individu yang mendorongnya
untuk melakukan sesuatu. Motivasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Motivasi intrinsik
2. Motivasi ekstrinstik
a. Tentukan tujuan
b. Belajar sendiri
c. Memanfaatkan motivasi.
Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih puas dan suka
terhadap berprestasi hasil usaha sendiri.
kreatif, enerjik, lebih gigih, lebih suka bertindak ketimbang berdiri diam
diri, penuh inisiatif dan produktif.
menyukai tantangan dan memilih perkerjaan atau tugas yang risikonya
realistis yang didukung dengan kemampuan yang nyata.
berusaha mencari evalusi dan umpan baik dengan tujuan untuk
mendapatkan masukan untuk bekerja lebih keras.
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa.
Pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa
untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi
nbelajar siswa (Sanjaya, 2009:29). Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran
dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk
belajar. Oleh karena itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah
satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar (Sanjaya, 2009:29). Salah
satu cara yang logis untuk momotivasi siswa dalam pembelajaran adalah
mengaitkan pengalaman belajar dengan minat siswa. Pengaitan pembelajaran
dengan minat siswa adalah sangat penting, dan karena itu tunjukkanlah bahwa
pengetahuan yang dipelajari itu sangat bermanfaat bagi mereka. Demikian pula
tujuan pembelajaran yang penting adalah membangkitkan hasrat ingin tahu siswa
mengenai pelajaran yang akan datang, dan karena itu pembelajaran akan mampu
meningkatkan motivasi instrinsik siswa untuk mempelajari materi pembelajaran
yang disajikan oleh guru.
Siswa hanya mungkin dapat belajar baik manakala ada dalam suasana yang
menyenangkan, merasa aman, bebas dari takut. Usahakan agar kelas selamanya
dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-
kali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
Guru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik, dan asing bagi
siswa-siswa. Sesuatu informasi yang disampaikan dengan teknik yang baru,
dengan kemasan yang bagus didukung oleh alat-alat berupa sarana atau media
yang belum pernah dikenal oleh siswa sebelumnya sehingga menarik perhatian
bagi mereka untuk belajar. Dengan pembelajaran yang menarik, maka akan
membangitkan rasa uingin tahu siswa di dalam kegiatan pembelajaran yang
selanjutnya siswa akan termotivasi dalam pembelajaran.
f. Berikan penilaian
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu
mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi
yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera
agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan
secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing (Sanjaya,
2009:31).
Penilaian secara terus menerus akan mendorong siswa belajar, oleh karena
setiap anak memilki kecenderungan untuk memmperoleh hasil yang baik.
Disamping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus
dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan
seksama.
Misalnya, anak-anak dapat belajar dalam pikiran memberi kepada diri sendiri
tepukan di puunggung ketika mereka menyelesaikan tugas atatu berhenti secara
teratur pada setiap selang waktu untuk memperhatikan berapa banyak telah
mereka lakukan. Strategi ini adalah komponen utama pembelajaran mandiri.
Salah satu aspek sistem insentif di ruang kelas yang telah memperoleh sangat
banyak perhatian riset dalam tahun-tahun ini ialah struktur sasaran (goal structure)
ruang kelas. Struktur sasaran bersaing telah dikritik karena mencegah siswa saling
membantu satu sama lain belajar, karena cenderung menciptakan tingkatan sosial
di ruang kelas, dank arena menbentuk situasi di mana siswa yang berpencapaian
rendah mempunyai sedikit kesempatan untuk berhasil.
DAFTAR PUSTAKA