Anda di halaman 1dari 10

1

Jurnal Keperawatan Karya Bhakti p-issn : 2477-1414


Volume 6, Nomor 1, Januari 2020 e-issn : 2716-0785
Hal 15-24

PENERAPAN TEKNIK MENGHARDIK PADA TN. J


DENGAN MASALAH HALUSINASI
Siti Nafiatun 1, Is Susilaningsih2, Rusminah3

Departemen Keperawatan Jiwa, Akademi Keperawatan Karya Bhakti Nusantara


Magelang, (0293) 3149517, 085292885982/
E-mail : astuti.wahyutri@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Pasien halusinasi biasanya berperilaku seperti bicara dan tertawa sendiri, dimana
seseorang yang bersangkutan salah satu respon yang muncul yaitu sedang berbicara, untuk dapat diputus
maka harus memahami kalau suara yang didengar suatu masalah. Untuk mengatasi halusinasi bisa
digunakan beberapa teknik, salah satunya teknik menghardik, tetapi pada saat berhalusinasi hampir
tidak pernah menggunakannya karena kebanyakan pasien lebih mengikuti halusinasi yang dialami.
Tujuan: mengidentifikasi penerapan teknik menghardik pada Tn. J yang mengalami masalah halusinasi.
Metode: deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, Sampel yang diambil adalah 1 orang yaitu
Tn. J yang mengalami halusinasi di Wisma Budi Makarti Boyolali pada tanggal 27 Maret 2019. Data
penelitian ini diamil dengan wawancara dan observasi. Hasil : dengan dilakukan teknik menghardik
dengan bimbingan secara konsisten, halusinasi oleh Tn. J berkurang. Simpulan: teknik menghardik
yang dilakukan secara konsisten dapat menurunkan halusinasi, dalam memberikan bimbingan
menghardik diharapkan secara kontinyu dan konsisten.

Kata kunci : halusinasi, teknik menghardik

ABSTRACT

Background: Hallucinatory patients usually behave like talking and laughing to themselves, where
someone is concerned one of the responses that appear that is talking, to be disconnected, it must
understand that the voice heard is a problem. To overcome hallucinations can be used several
techniques, one of which is to rebuke, but when hallucinating almost never use it because most patients
follow the hallucinations experienced. Objective: to identify the application of rebuke techniques to Tn.
A experiencing hallucinations. Method: descriptive qualitative case study approach, the sample taken is
1 person, Mr. J who experienced hallucinations at Wisma Budi Makarti Boyolali on March 27, 2019.
The data of this study was bombarded with interviews and observations. Results : with a rebuked
technique with consistent guidance, hallucinations by Mr. J decreases. Conclusion : Rebuke techniques
performed consistently can reduce hallucinations. Suggestion: in giving rebuke guidance is expected to
be continuous and consistent.

Keywords: hallucinations, rebuking techniques


Pendahuluan dimana seseorang yang mengalami gangguan
Halusinasi merupakan terganggunya persepsi sensori (Varcarolis, 2006), pendapat
persepsi sensori seseorang, dimana tidak yang hampir sama menyatakan halusinasi
terdapat stimulus (Yosep, 2011), sedangkan merupakan perubahan persepsi, merupakan
pendapat lain mengatakan halusinasi ketidak mampuan seseorang dalam
merupakan salah satu gejala gangguan jiwa membedakan antara rangsangan yang timbul
2
dari sumber internal (pikiran dan perasaan) Dirasakan seperti mimpi saat tidur.
dan stimulus eksternal (pikiran yang timbul klien yang bersangkutan mungkin tidak punya
dari lingkungan luar) (Rusdi, 2013). cara untuk menentukan persepsi tersebut
Seseorang yang mengalami halusinasi nyata atau tidak nyata, ketidakmampuannya
biasanya muncul tanda dan gejala seperti untuk mempersepsikan stimuli secara riil
bicara tertawa sendiri, marah-marah tanpa ada dapat menyulitkan kehidupannya, karena
stimulus yang nyata, kadang pasien menutup klien sering kecewa karena mendapat respon
telinga sambil menengengkan kepala bahkan negatif ketika menceritakan halusinasi
ada yang menengok ke kanan-kiri seperti kepada orang lain. Perilaku yang sering
sedang melihat sesuatu. Selain itu muncul dari seseorang yang sering mengalami
mengatakan mendengar suara-suara yang halusinasi tergantung pada jenis dan fase
tidak jelas, dimana isi percakapannya tidak halusinasi yang dialami, semakin berat fase
jelas terkadang mendengar suara orang halusinasinya semakin berat tingkat
marah, kadang melihat bayang-bayang yang ansietasnya. Perilakunya. semakin
orang lain tidak melihat (Direja 2014). dikendalikan oleh halusinasinya. Perilaku ini
Pengertian dan tanda gejala tersebut diatas, sering menimbulkan dampak yang dapat
biasanya seseorang yang mengalami membahayakan diri sendiri maupun
halusinasi akan merespon dengan cara lingkungannya, selain itu klien akan menarik
bercakap-cakap dengan suara tersebut bahkan diri dari ligkungannya (Stuart dan Laraia,
kadang-kadang diminta untuk melakukan 2007).
sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan Perilaku serta tanda gejala yang sering
orang lain, dikarenakan klien yang mengalami muncul pada klien halusinasi bisa
halusinasi merasakan benar-benar riil. dikendalikan dengan beberapa teknik, salah
satunya dengan teknik menghardik. Teknik
ini dapat digunakkan sebagai salah satu
upaya untuk mengendalikan halusinasi
dengan menolak halusinasi yang muncul,
klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap
halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya, hal ini sesuai
dengan pernyataan dimana seseorang yang
mengalami halusinasi bisa dikendalikan
dengan teknik menghardik untuk menolak
halusinasi yang sedang dialaminya dengan
tepat dan terjadwal (Yosep, 2009). Hasil dari

penelitian ini mempunyai implikasi yang munculnya halusinasi (Nugroho arief, 2016).
bermanfaat untuk menurunkan frekuensi Gangguan jiwa dengan masalah dengan
3
halusinasi menduduki prosentase yang paling Metode
tinggi dibandingkan dengan masalah yang Penelitian deskriptif kualitatif dengan
lain yaitu mencapai kisaran 70 %, (Keliat, strategi penelitian studi kasus untuk
2012). Demikian juga di Wisma Budi memberikan gambaran secara kualitatif
Makarti banyak klien yang mengalami tentang teknik menghardik dalam upaya untuk
halusinasi, menurut pengamatan yang penulis mengendalikan atau mengontrol halusinasi
lakukan pada saat melakukan praktik jiwa di selama di Wisma dan menyelidiki,
Wisma Budi Makarti banyak pasien dari 2 mempelajari suatu kejadian halusinasi agar
bangsal yaitu bangsal Mangga dan Matoa memperoleh pemahaman yang mendalam
dengan jumlah pasien 77 pasien 53 pasien tentang teknik menghardik untuk mengontrol
yang mengalami halusinasi dengan berbagai halusinasi.
macam jenis halusinasi, dari semua klien yang
mengalami halusinasi semuanya sudah Hasil
terpapar atau diajarkan teknik menghardik 1. Pengetahuan subyek A tentang halusinasi
oleh mahasiswa maupun Perawat di ruangan, sebagai masalah
tetapi dalam kenyataannya banyak klien Hasil penelitian yang didapatkan
walaupaun sudah diajarkan dan mengetahui berdasarkan hasil wawancara selama
caranya teknik menghardik, pada saat sedang dilakukan untuk mengetahui halusinasi
berhalusinasi hampir semua tidak pernah yang dialami subyek A maka penulis
melakukan atau menggunakan teknik tersebut, menanyakan tentang jenis, isi, frekuensi,
karena kebanyakan klien yang sedang respon, situasi, munculnya halusinasi.
berhalusinasi lebih mengikuti halusinasi yang Pada saat penulis menyampaikan
dialami. pertanyaan mengenai jenis halusinasi yang
Berdasarkan fenomena diatas, tujuan dialami, pada awalnya subyek belum mau
dari karya ilmiah ini adalah mengetahui menjawab, bahkan terlihat bingung dengan
bagaimana penerapan teknik menghardik pertanyaan yang diberikan. Kemudian
pada pasien halusinasi di Wisma Budi pertanyaan diulang sekali lagi dengan
Makarti Boyolali pelan, subyek pelan-pelan menjawab kalau
dirinya selama ini hanya mendengar suara-
suara yang tidak ada wujudnya. Hal ini
senada dengan yang disampaikan oleh
Nurjanah (2001) bahwa teknik restarting
adalah pengulangan pikiran utama yang di
ekspresikan oleh klien. Teknik ini bernilai
terapeutik ditandai dengan perawat untuk

mendengar dan melakukan validasi, perhatian terhadap apa yang baru saja
mendukung subyek A untuk memberikan dikatakan, teknik ini digunakan pada saat
4
mencoba subyek A pada saat mencoba Ketika subyek A menjawab
klarifikasi apa yang subyek A ucapkan, hal pertanyaan yang disampaikan peneliti
ini bisa dibuktikan dengan teknik tersebut mengenai respon yang muncul pada saat
digunakan maka subyek A akhirnya suara-suara itu datang subyek A
mampu menjawab pertanyaan yang menjawab merasa jengkel saat suara itu
disampaikan oleh peneliti. muncul. Jawaban ini pun baru bisa
Jawaban yang disampaikan pada saat diberikan oleh subyek pada saat peneliti
penulis menanyakan tentang isi halusinasi menyentuh pundaknya dengan sedikit
subyek A terlihat bingung sehingga terkejut baru menyampaikan jawabannya.
jawaban yang disampaikan tidak sesuai Disini peneliti melakukan teknik sentuhan
dengan yang ditanyakan, maka penulis (touch) menurut Nurjanah 2001 teknik ini
kemudian mengulang pertanyaan dengan merupakan upaya untuk mengalahkan
membatasi masalah isi dari pembicaraan stimuli internal yang akan membentuk
yang selama ini dia dengar, akhirnya halusinasi. Setelah bisa menjawab
subyek bisa menjawab kalau selama ini pertanyaan maka penulis memberikan
sering mendengar suara-suara yang tidak reinforcement, teknik ini perlu diberikan
ada wujudnya tetapi suara yang didengar atas keberhasilan yang sudah dicapai oleh
seperti suara perempuan. Teknik ini perlu subyek A, untuk memberikan penghargaan
dilakukan pada subyek A untuk pada prestasi saat mampu menyampaikan
mengembalikan konsentrasi yang mudah apa yang menjadi pemikirannya,
beralih dari topik pembicaraan yang masih mengungkapkan perasaan, mengetahui
berlangsung. Dalam melakukan permasalahannya, atau menyelesaikan
komunikasi terapeutik penulis dalam hal sekecil apapun yang diberikan oleh subyek
ini menggunakan teknik focusing yaitu A. Teknik ini selaras dengan yang
teknik ini perlu dilakukan untuk disampaikan Struart &Sundeen (1998),
mengembalikan konsentrasi subyek A pada reinfoircement adalah mampu memberikan
pertanyaan yang diberikan, menurut penghargaan untuk meningkatkan harga
Struart (1998), focusing adalah kegiatan diri tanpa memberikan beban pada subyek
komunikasi untuk membatrasi area diskusi A.
sehinga percakapan menjadi spesifik dan Jawaban yang diberikan pada saat
mudah dimengerti. ditanyakan mengenai situasi munculnya
halusinasi maka subyek A mengatakan jika
suara tersebut datang biasanya kalau
dirinya merasa kesepian, jawaban inipun
baru dijawab setelah penulis melakukan

sentuhan ringan di pundak, dengan sedikit Selaras dengan yang disampaikan oleh
tergagap baru menyampaikan jawabannya. Nurjanah (2001) teknik ini merupakan
5
upaya untuk mengalahkan stimuli internal yang dapat mengurangi munculnya suara-
yang akan membentuk halusinasi. suara yaitu: teknik menghardik, yang ke 2
Pada saat diberikan pertanyaan dengan minum obat, yang ke 3 berbincang-
mengenai waktu munculnya halusinasi bincang, dan yang terakhir dengan
pada saat merasa kesepian yaitu suara- berkegiatan, tetapi pada saat
suara yang datangnya tidak menentu dan menyampaikan jawaban perlu dilakukan
paling sering muncul pada malam hari, klarifikasi untuk memastikan bahwa
jawaban ini bisa diberikan langsung subyek A mengerti teknik-teknik yang bisa
dikarenakan klien sudah merasa percaya digunakan untuk mengontrol halusinasi.
dengan peneliti, sehingga untuk Hal ini senada dengan yang disampaikan
pertemuan-pertemuan berikutnya hal ini oleh Nurjanah (2001) klarifikasi yaitu
terjadi dikarenakan interaksi awal yang menanyakan pada subyek apa yang tidak
mendasatri saling percaya dapat dicapai. mengertoi terhadapa subyek yang sudah
Hal tersebut menunjukan bahwa diberikan, dan klarifikasi dilakukan apabila
subyek A mengenal halusinasi sebagai pesan yang disampaikan belum jelas bagi
masalah, sehingga subyek A ingin peneliti dan peneliti menbcoba untuk
memutus suara-suara tersebut salah memahami situasi yang digambarkan oleh
satunya menggunakan teknik menghardik. subyek A. Hal ini dialakukan berdasarkan
Pernyataan tersebut didukung oleh pertimbangan bahwa subyek yang
pernyataan ahli dimana teknik mengardik mengalami skizofrenia dimana gejala
halusiasi adalah upaya untuk positifnya akan mengalami kesulitan dalam
mengendalikan diri terhadaphalusiasi pengambilan keputusan atau ketidak
dengan cara menolak halusinasi yang mampuan menjalankan perintah yang
muncul, pasien dilatih untuk mengatakan ganda dari pikirinnya yang konkrit (Struart
tidak terhadap halusinasinya yang sedang & Sundeen 1998:304)
dialami (Keliat, 2013). 3. Mengetahui kemampuan pasien memilih
2. Menggali pengetahuan pasien tentang teknik untuk mengontrol halusinasi.
teknik-teknik untuk menghilangkan Dalam wawancara ini memberikan
halusinasi pertanyaan bagaimana cara mengatasi
Jawaban yang diberikan oleh subyek ketika suara-suara itu muncul, menurutnya
A pada saat menanyakan teknik-teknik yang ia lakukan adalah menghardik, tetapi
subyek A malas untuk melakukan.
Menurut Struart (1998) teknik
reinforcement adalah perilaku atau ucapan
yang mampu memberikan penghargaan

untuk meningkatkan harga diri klien tanpa dilakukan untuk memberikan dukungan dan
memberikan beban, hal ini seharusnya rasa percaya diri dari subyek A supaya
6
menjadi tergerak hatinya untuk melakukan (1995) hal yang tidak boleh dilakukan
teknik yang seharusnya dapat adalah menasehati klien pada saat
menyelesaikan masalah yang sedang memberikan informasi.
dihadapi. Pada interaksi untuk memberikan pada
4. Mengaplikasikan teknik menghardik untuk klien dalam mengontrol halusinasinya
menghilangkan halusinasi. perlu dilakukan setelah subyek menyadari
Pada saat meminta subyek A untuk halusinasi yang dialaminya. Pemberian
mendemonstrasikan cara menghardik, cara baru untuk mengatasi halusinasi
subyek A kurang semangat perlu diberikan dilakukan secara bertahap yaitu dilakukan
motivasi, baru mau melakukan. apabila subyek sudah benar-benar
Menurutnya menghardik adalah salah satu memahami teknik tersebut, maka dari itu
cara mengusir suara-suara dengan perlu adanya bimbingan dan
mengucapkan pergi.. pergi.. pergi, pendampingan pada saat subyek
diucapkan dengan nada tinggi. Pada saat mendemonstrasikan teknik menghardik
diingatkan untuk mengucapkan dalam hati untuk diberikan contoh tahapan
terlihat subyek kesulitan. Dengan adanya menghardik dengan langkah yang benar,
informasi yang diberikan langkah-langkan untuk selanjutnya subyek diberikan tugas
yang telah ditunjukan oleh peneliti untuk mencoba mendemonstrasikan teknik
diharapkan subyek mampu memahami cara yang sudah diajarkan pada pertemuan
menghardik dengan tepat, seperti berikutnya, dan dilakukan evaluasi dengan
mengucapkan pergi..pergi..pergi.. di subyek secara efektif agar memahami
dalam hati. Hal ini selaras dengan langkah-langkahnya dengan benar.
Nurjanah (2001) menawarkan informasi Dari wawancara yang dilakukan
adalah menyediakan tambahan informasi selama 2 hari dengan 4 pertemuan
dengan tujuan untuk mendapatkan respon didapatkan hasil subyek A sudah mulai ada
lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari tanda-tanda melakukan atau menggunakan
menawarkan informasi adalah akan teknik menghardik pada saat halusinasi
memfasilitasi komunikasi, mendorong muncul selain itu juga ditunjukan adanya
pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi kemampuan dimana subyek A mulai mau
subyek A untuk mengambil keputusan mengulang latihan sesuai dengan jadawal
sedangkan menurut Struart & Sundeen yang sudah disepakati.

Pembahasan
Perubahan persepsi merupakan
ketidak mampuan klien dalam membedakan

antara rangsangan yang timbul dari sumber eksternal /pikiran yang timbul dari ingkungan
internal/pikiran dan perasaan dan stimulus luar (Rusdi, 2013), sedangkan pendapat lain
7
mengungkapkan bahwa halusinasi ialah salah ekstrim yang muncul dari sumber tertentu,
satu gejala gangguan jiwa dimana halusinasi pengecapan (gustatorik) yaitu jika
penderitanya mengalami perubahan sensori seseorang merasakan di mulutnya seperti
persepsi. (Yosep, 2011). Pendapat lain makan makanan yang menjijikan, dan
menjelaskan halusinasi merupakan kesan, halusinasi perabaan (taktil) adalah klien
respon dan pengalaman sensori yang salah merasakan ketidak nyamanan, karena diraba,
sehingga mengakibatkan hilangnya (Rusdi, 2013).
kemampuan dalam membedakan rangsangan Tanda dan gejala munculnya
internal dan eksternal, merespon tentang halusinasi yang sering muncul seperti
lingkungan tanpa ada obyek yang nyata menyeringai atau kadang tertawa sendiri, sulit
(Struat & Sundeen, 2008). berkonsentrasi, mendengar suara-suara
Kurang lebih 70 % sampai 90 % yang biasanya suara orang, stimulus
mengalami gangguan jiwa sehingga tidak pencahayaan/penglihatan berupa sesuatu yang
mampu membedakan stimulus dari sumber menyenangkan atau menjijikkan, gerakan
internal dan eksternal atau klien sulit untuk mata cepat, duduk terpaku kadang lari,
mempersepsikan stimulus yang diterimanya. disorientasi pada waktu, membaui sesuatu
Karakteristik halusinasi kearah tertentu, kadang terlihat menggerakkan
Jenis halusinasi menjadi 2 yaitu mulut dan meludah, dan terlihat menggaruk
halusinasi non patologis dan halusinasi badan (Struat, 2013)
patologis. non patologi adalah halusinasi Penyebab terjadinya halusinasi adalah
pada seseorang yang bukan penderita dibagi dalam faktor predisposisi dan factor
gangguan jiwa hanya pada seseorang yang presipitasi. Faktor predisposisi adalah faktor
mengalami stress yang berlebihan/kelelahan, perkembangan ditandai kurang kontrol
sedangkan halusinasi patologis dibagi emosional sehingga klien kurang mandiri dan
menjadi 5 macam yaitu halusinasi frustasi sehingga kehilangan percaya diri,
pendengaran (auditif) dimana klien faktor sosiokultural ditandai stress
mendengar suara-suara tanpa adanya stimulus menghadapi lingkungan, faktor biokimia
yang nyata, halusinasi penglihatan (visual) terjadi stress yang meningkat atau ketidak
jika seseorang melihat sesuatu tapi orang lain seimbangan antar acetylcolin dan dopamine
tidak melihat, halusinasi penghidu (olfaktorik) sehingga menimbulkan kecemasan (Yosep,
jika seseorang merasakan bau-bau yang 2011).
Faktor presipitasi penyebab terjadinya
halusinasi adalah biologis dimana keadaan
abnormalitas otak sehingga respon
neurologis/stimulus menjadi maladaptive,

stress lingkungan yaitu berinteraksi terhadap gangguan perilaku, dan koping dimana
lingkungan kurang baik sehingga terjadi individu yang bersangkutan dalam menghadapi
8
stress yang maladaptive (Struart dan Sundeen, Simpulan
2013), sedangkan menurut pendapat lain 1. Pengetahuan Tn. J tentang halusinasi
penyebab gangguan halusinasikarena adanya sebagai masalah.
kerusakan otak, keracunan, obat halusigenik, Dengan menggunakan pendekatan
dan gangguan jiwa, seperti emosi, kecemasan, tehnik komunikasi yang tepat maka penulis
stress tertentu yang dapat mengikuti ilusi mendapatkan jawaban yang diharapkan
psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi pada saat menanyakan isi, jenis, frekuensi,
sehingga klien yang bersangkutan sulit situasi, dan respon munculnya halusinasi.
membedakan pikiran internal dan eksternal Adapun Tn. J mengalami halusinasi
(Candra, 2017). pendengaran, adapun yang terdengar
Individu yang mengalami halusinasi adalah suara perempuan, munculnya pada
benar-benar riil dirasakan seperti mimpi saat saat merasa kesepian dan respon yang
tidur. Klien yang bersangkutan mungkin tidak muncul Tn. J menjadi jengkel pada saat
punya cara untuk menentukan persepsi suara itu muncul. Dalam hal ini Tn. J
tersebut nyata, ketidak mampuannya untuk memahami kalau suara-suara yang di
mempersepsikan stimuli secara riil dapat dengar selama ini menjadi suatu masalah
menyulitkan kehidupannya, karena indivdu bagi dirinya.
sering kecewa karena mendapat respon 2. Pengetahuan Tn. J tentang tehnik-tehnik
negatif ketika menceritakan halusinasinya untuk mengontrol halusinasi
kepada orang lain sedangkan perilaku yang Pertemuan yang dilakukan peneliti
sering muncul tergantung pada jenis pada saat menanyakan tehnik apa saja yang
halusinasi, fase halusinasi. Semakin berat bisa untuk memutus halusinasi maka
fase halusinasinya individu tersebut semakin jawaban yang diberikan Tn. J mengatakan
berat, maka ansietas dan perilakunya semakin dengan menggunakan tehnik menghardik,
dikendalikan oleh halusinasinya. Perilaku ini minum obat yang benar, berbincang-
yang ada menimbulkan dampak yang dapat bincang, dan berkegiatan.
membahayakan lingkungan dan pasien akan 3. Pengetahuan Tn. J untuk memilih cara
menarik diri dari ligkungannya (Struart dan untuk mengontrol halusinasi
Sundeen, 2007). Kemudian pada saat ditanya tentang
tehnik untuk mengontrol halusinasi
didapatkan hasil bahwa menggunakan
tehnik menghardik sebagai cara untuk
memutus halusinasi yang dialami oleh Tn.
J.

4. Kemampuan Tn. J mengaplikasikan tehnik menanyakan cara Tn. J untuk


menghardik mendemonstrasikan cara untuk
Melakukan wawancara dengan menghardik, Tn. J sudah melakukan dengan
9
tepat tetapi perlu adanya dampingan saat Departemen Kesehatan. 2010. Standar
melakukan. Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI

Ucapan Terima Kasih Keliat, Budi Anna. 2007. Kumpulan Proses


Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta:
Dalam hal ini penulis mengucapkan FIK Universitas Indonesia
terima kasih kepada Direktur Akper Karya
Keliat, Budi Anna. 2009. Model Praktik
Bhakti Nusantara Magelang Ketua Yayasan Keperawatan Profesional Jiwa.
Karya Bhakti Magelang dan Ketua Lembaga Jakarta: EGC
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang Keliat, Budi Anna. 2014. Keperawatan Jiwa
telah memberikan dukungan moril maupun Terapi Aktivitas Kelompok Edisi 2.
Jakarta: EGC
materiil dalam penyelesaian publikasi ini.
Kusuma, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi
DAFTAR PUSTAKA Revisi Jilid 1. Jogyakarta: Mediaction
Jogja
Amzah. 2007. Fikih Kesehatan. Jakarta:
Jurnal Al-Daulah UIN Alaudin Laksmi, dkk. 2018. Hubungan Body Image
Makasar dengan Perilaku Makan dan
Kebiasaan Olahraga pada Wanita
A.M.Sardiman. 1987. Motivasi dan Interaksi Dewasa Muda Usia 18-22 Tahun.
Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Semarang: Jurnal Kedokteran
Press Diponegoro

Chan Faizal. 2012. Strength Training (latihan Muhith, Abdul Nasir. 2011. Dasar-Dasar
kekuatan). Jambi: Jurnal Cerdas Sifa Keperawatan Jiwa: Pengantar dan
Porkes FKIP Universitas Jambi Teori. Jakarta: Salemba Medika

Departemen Kesehatan RI. 1995. Asuhan Ningsih Riyan. 2014. Penyuluhan Hggiene
Keperawatan Kesehatan Jiwa Anak Sanitasi Makanan dan Minuman,
dan Remaja. Jakarta: Departemen serta Kualitas Makanan yang
Kesehatan RI Dijajakan Pedagang Di Lingkungan
SDN Kota Samarinda. Samarinda:
Departemen Kesehatan RI. 2009. Panduan Jurnal Kesehatan Masyarakat
Penyelenggaraan Cuci Tangan Pakai
Sabun Sedunia (HCTPS). Jakarta: Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan
Jurnal Arkesmas dan Aplikasinya. Jakarta: EGC

Sohrah. 2016. Etika Makan dan Minum


Dalam Pandangan Syariah. Makasar:
Jurnal Al-Daulah UIN Alaudin
Makasar

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
Zahira. 2013. Rahasia Sehat Rasulullah yang
Tak Pernah Sakit. Jakarta: Jurnal Al-
Daulah UIN Alaudin Makasar

http://pixabay.com/metode-
metodepembelajarandikelas(diakses
tanggal 17 Agustus 2018 jam 13.00
WIB

http://Rickfreyconsulting.com/metodecerama
hdalampembelajara (diakses tanggal
17 Agustus 2018 jam 13.10 WIB

Anda mungkin juga menyukai