Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN MINIPROJECT

EVALUASI PROGRAM VAKSINASI COVID-19


DI DESA MAJASTO, KECAMATAN TAWANGSARI
TAHUN 2021

Disusun oleh:

dr. Anastastiastuti Anissa


dr. Fahrizal Adi Parmono

Pembimbing:

dr. Sri Mulyani

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS KECAMATAN TAWANGSARI
KABUPATEN SUKOHARJO
SEPTEMBER 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui Mini Project yang berjudul


“Evaluasi Program Vaksinasi Covid-19 Di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari
Tahun 2021”

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Mengikuti Program Internship Dokter


Indonesia 2021

Sukoharjo, September 2021

Mengetahui,
Pembimbing Puskesmas Tawangsari

dr. Sri Mulyani

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahuwata’ala atas rahmat
dan karunia-Nya yang telah tercurah, sehingga penulis dapat menyelesaikan mini
project ini. Dalam setahun setengah pandemi berlalu, kita banyak belajar dan
berusaha semakin baik dalam menangani COVID-19. Perubahan perilaku tidak
hanya dibutuhkan dalam upaya penerapan 3M saja, melainkan juga dukungan
masyarakat terhadap pelaksanaan 3T dan program vaksinasi.
Program vaksinasi COVID-19 yang dicanangkan pemerintah menjadi
bagian penting untuk mengatasi pandemi. Seperti juga pada penyakit polio dan
cacar, sebelum COVID-19 ditemukan obatnya, maka vaksinasi adalah solusi yang
tercepat dan terbaik. Vaksinasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan
kekebalan seseorang secara aktif dengan tindakan pemberian zat antigen yang
bertujuan untuk merangsang antibodi sehingga diharapkan akan kebal terhadap
penyakit tersebut atau hanya megalami sakit ringan.
Menghadapi situasi pandemi COVID-19 saat ini, kolaborasi pentaheliks,
melibatkan pemerintah, swasta, masyarakat, perguruan tinggi, dan media. Pada
tingkat kecamatan atau Puskesmas yang melaksanakan fungsi pencegahan,
penanganan, pembinaan, dan pendukung dalam pelaksanaan program vaksinasi
COVID-19 jelas sangat penting dan efektif. Puskesmas perlu adanya evaluasi pada
program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) terutama program vaksinasi
COVID-19 yang dilaksanakan secara konsisten, disiplin, dan kompak yang
diharapkan dapat tercapai dan menjadi kunci keberhasilan dari pandemi COVID-
19.
Dalam mengerjakan tugas ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan
dorongan dari banyak pihak, dan dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Rahardi selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Tawangsari.
2. dr. Sri Mulyani selaku pembimbing yang telah memberi bimbingan,
masukan dan motivasi kepada saya dalam pembuatan laporan miniproject
ini.
3. dr. Putri Istiqomah selaku penanggung jawab UKM di Puskesmas
Kecamatan Tawangsari.

ii
4. Ibu Suci selaku penanggung jawab program Vaksinasi COVID-19 di
Puskesmas Kecamatan Tawangsari.
5. dr. Putri dan dr. Isna selaku teman seperjuangan selama masa internsip
6. Kepada semua pihak di Puskesmas Kecamatan Tawangsari yang telah
membantu dan membimbing dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis berharap mini project ini dapat dimanfaatkan oleh semua pengelola
program Vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Tawangsari. Penulis menyadari
bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bermanfaat dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga mini project
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Sukoharjo, September 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................I

KATA PENGANTAR.............................................................................................II

DAFTAR ISI..........................................................................................................IV

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................4

BAB III EVALUASI PROGRAM ........................................................................24

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................33

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................34

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pandemi COVID-19 merupakan kondisi darurat global yang terjadi karena infeksi
COVID-19 di seluruh dunia. Pada 5 Mei 2021, sudah ada lebih dari 153 juta kasus di
seluruh dunia dengan lebih dari 3 juta kematian. Sedangkan di Indonesia, per tanggal 5 Mei
2021 kasus harian COVID-19 telah menunjukkan grafik yang melandai, dengan kasus
terkonfirmasi COVID-19 mencapai 1.686.373 kasus dengan 46.137 kematian. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa gejala klinis COVID-19 ini didominasi oleh demam, batuk,
anosmia, sampai pada gagal napas. Gejala klinis dan progresivitas penyakit akibat infeksi
virus SAR-CoV2 sebagai penyebab COVID-19 tergantung pada kekuatan dan karakteristik
virus yang terus berubah dan imunitas atau daya tahan tubuh manusia. Akibatnya,
seseorang yang terinfeksi dapat saja tidak bergejala sampai mengalami gejala berat yang
berakhir pada kematian. Hal lain yang juga memengaruhi transmisi penyakit ini di
masyarakat adalah bahwa seseorang yang positif terinfeksi dan tidak bergejala tetap dapat
menularkan ke orang lain, terutama melalui droplet atau aerosol kemudian memasukin
traktus respiratorius.
Tingginya angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia juga menjadi evaluasi
penting terhadap adanya kemungkinan keterlambatan konfirmasi positif kasus COVID-19
yang berakibat kepada keterlambatan penatalaksanaan dan kurangnya kapasitas pelayanan
intensif di berbagai RS rujukan. Penelitian di berbagai belahan dunia belum menunjukkan
adanya terapi yang paling efektif untuk COVID-19 saat ini sehingga terapi yang diterapkan
adalah berdasarkan pada bukti yang tersedia dari pengalaman klinis di berbagai
negara. Namun demikian, meninjau kapasitas RS di seluruh Indonesia yang belum ideal
dibandingkan total jumlah penduduk, masih bertambahnya jumlah kasus dan masih
tingginya angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia, tantangan untuk ‘flattening the
curve’ atau upaya penurunan penularan sehingga jumlah kasus positif menurun masih harus
terus dilakukan melalui berbagai cara.
Program upaya kesehatan masyarakat yang sedang gencar dilaksanakan oleh
Puskesmas dipenjuru Indonesia termasuk Puskesmas Tawangsari yakni vaksinasi.
Vaksinasi merupakan salah satu isu yang terus berkembang selama pandemi COVID-19.

1
Vaksin COVID-19 merupakan satu dari segala upaya pengendalian infeksi COVID-19, dan
saat ini masih terus dalam proses uji klinis untuk dikembangkan. Upaya ini bertujuan untuk
mempercepat penanggulangan COVID-19 di Indonesia bersama dengan penerapan
protokol kesehatan. Selain itu, vaksinasi ini diharapkan dapat memutus rantai penularan
secara menyeluruh, dengan mentargetkan sekitar 70% kelompok sasaran untuk
mencapai herd immunity.
Lansia menjadi sasaran utama pada vaksinasi tahap pertama. Puskesmas Tawangsari
melaksanakan program ini di 12 desa dibawah naungan Puskesmas Tawangsari, salah
satunya di desa Majasto. Desa Majasto merupakan wilayah dengan karakteristik beragam
dengan jumlah penduduk 4.416 jiwa. Lansia yang sudah melaksanakan vaksin dosis 1
sejumlah 540 dari 600 jiwa, dosis ke-2 490 dari 510 . Penduduk setempat memiliki
berbagai macam mata pencaharian dan masalah kesehatan. Berdasarkan data Puskesmas
Tawangsari didapatkan data permasalahan kesehatan yang beragam, dimana mayoritas
masalah kesehatan hipertensi primer, diabetes mellitus, penyakit jantung dan asma.
Berbagai permasalahan baik dari segi kesehatan maupun lainnya yang dihadapi membuat
kurang tercapainya vaksinasi di desa Majasto. Maka dari itu untuk menggali lebih lanjut
permasalahan yang ada diperlukan adanya evaluasi program kesehatan
1.2. Rumusan Masalah
Untuk membatasi lingkup pembahasan, maka rumusan masalah yang dapat ditarik
adalah “Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kurang tercapainya vaksinasi COVID-
19 di Desa Majasto?”
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui, menganalisa berbagai masalah, dan mengimplementasikan
metode upaya kesehatan masyarakat di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari,
Kabupaten Sukoharjo.
1.3.2. Tujuan Khusus
• Mengidentifikasi masalah kesehatan pada masyarakat Desa Majasto, Kecamatan
Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.
• Menyusun prioritas masalah yang ditemukan dengan metode Hanloon dan
memilih masalah dengan prioritas tertinggi untuk diselesaikan pada masalah
kesehatan masyarakat Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten
Sukoharjo.

2
• Melakukan analisis penyebab masalah dari prioritas masalah yang ditemukan
pada masalah kesehatan masyarakat Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari,
Kabupaten Sukoharjo.
• Membuat alternatif pemecahan masalah dari masalah yang ditemukan pada
masalah kesehatan masyarakat Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten
Sukoharjo.
• Memilih dan merumuskan program / intervensi yang paling tepat sesuai kondisi
masyarakat Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.
• Menyusun laporan kegiatan sebagai bahan evaluasi program berikutnya
1.4. Manfaat
• Manfaat Untuk Warga Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.
• Mengetahui masalah kesehatan Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten
Sukoharjo.
• Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan upaya yang perlu
dilakukan
1.4.1. Manfaat Untuk Peserta PIDI
• Mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan masalahh kesehatan pada
masyarakat Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.
• Sebagai media untuk menambah pengetahuan tentang ilmu kesehatan masyarakat

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Data Geografis Kecamatan Tawangsari

Kecamatan Tawangsari terletak di dataran tinggi,dengan tinggi 118 m diatas permukaan


laut, dengan luas wilayah 39,96 km2. Jarak dari Barat ke Timur : 8,5 Km, Jarak dari Utara ke
Selatan : 7,0 Km, Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Sukoharjo : 10 Km.
Kecamatan Tawangsari secara administratif kewilayahan terdiri dari 38 dusun, 115 Rukun
Warga (RW) dan 832 Rukun Tetangga (RT) yang tersebar di 12 Desa.

4
Batas-batas Kecamatan :

Sebelah Utara : Kec. Nguter dan Kec. Sukoharjo

Sebelah Timur : Kecamatan Bulu

Sebelah Barat : Kabupaten Klaten

Sebelah Selatan : Kecamatan Weru

a. Pembagian wilayah Desa Majasto

Desa Majasto terdiri dari dusun/dukuh:

• Boto

• Majasto

• Sarimulyo

Jumlah pendeduduk didesa Majasto 4416 jiwa terbagi atas 2233 pria dan 2183 wanita.

2.1.1 Profil Puskesmas Tawangsari

Puskesmas Tawangsari yang berlokasi di Jl. Yos Sudarso No. 13, Tawangsari, Kabupaten
Sukoharjo, Jawa Tengah. Puskesmas Tawangsari merupakan UPTD di bawah Satker Dinas
Kesehatan Kabupaten Sukoharjo yang terletak di wilayah Sukoharjo bagian Selatan. Puskesmas
ini mengampu 12 Desa se kecamatan tawangsari sejak Januari 2009. Adapun jenis pelayanan
puskesmas :

1. Rawat Inap

2. UGD 24 Jam

3. Persalinan 24 Jam

4. Mampu PONED

2.1.2 Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari

Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah,dan kepadatan


penduduk menurut kecamatan puskesmas tawangsari kab.sukoharjo tahun 2019

5
Pada tahun 2019 tercatat penduduk Kecamatan Tawangsari sebanyak 60.144 Orang

2.1.3. Visi dan misi puskesmas Tawangsari

VISI

“ Menjadi Puskesmas terakreditasi menuju masyarakat yang sehat dan mandiri”

MISI

1. memberikan pelayanan kesehatan bermutu, merata dan terjangkau bagi masyarakat.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya yang profesional dan berkomitmen tinggi

3. Menjalin kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam mewujudkan keberhasilan
program kesehatan

6
4. Menyelenggarakan program administrasi dan menejemen yang berkualitas

5. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

2.2 Vaksin

2.2.1 Definisi Vaksin

Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen (zat yang dapat merangsang sistem
imunitas tubuh untuk menghasilkan antibodi sebagai bentuk perlawanan) yang bila diberikan
kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Vaksinasi adalah proses di dalam tubuh sehingga seseorang menjadi kebal atau terlindungi dari
suatu penyakit. Berbeda dengan vaksin live attenuated dan vaksin inactive. Vaksinasi sendiri
merupakan pemberian vaksin yang khusus diberikan dalam rangka menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan dan
tidak menjadi sumber penularan. Vaksin merupakan produk biologis yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara
menstimulasi produksi antibodi dan sel imun. Umumnya vaksin mengandung suatu zat (antigen)
yang mewakili kuman penyebab penyakit (virus atau bakteri), sering kali dibuat dari kuman yang
dilemahkan atau dimatikan, Zat antigen dalam vaksin akan merangsang sistem imun agar
mengenalinya sebagai zat asing, lalu terpicu untuk membentuk antibodi terhadap kuman sehingga
orang tersebut terhindar dari penyakit, selain itu juga memicu terbentuknya memori imunologis
sehingga sistem imun dapat dengan mudah menangkal kum jika suatu saat di kemudian hari kuman
tersebut menginfeksi tubuh. Vaksinasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen (dari kuman, virus atau bakteri), sehingga bila kelak terpajan
dengan antigen (kuman) yang sama, orang tersebut sudah mempunyai antibodi sehingga tidak
terjadi penyakit.

Tujuannya untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang,


masyarakat/populasi, bahkan melenyapkan penyakit tertentu dari dunia seperti misalnya penyakit
polio dan cacar. Pada kondisi tertentu, vaksin belum dapat sepenuhnya mencegah terjadinya
infeksi, namun dapat diharapkan mencegah terjadinya penyakit dengan gejala yang parah atau
kritis. Imunisasi adalah suatu proses memampukan tubuh sehingga akhirnya terproteksi dari suatu
penyakit melalui pross vaksinasi tersebut. Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk memerangi
penyakit. Apabila cakupan vaksinasi tinggi dan merata di suatu daerah maka akan terbentuk

7
kekebalan kelompok (herd immunity). Kekebalan kelompok inilah yang menyebabkan proteksi
silang, dimana seseorang yang tidak divaksinasi risiko tertular penyakit dari orang sekitarnya
menjadi kecil dan tetap sehat karena masyarakat lainnya di lingkungan tempat tinggalnya sudah
mendapatkan vaksin. Hal ini menunjukan bahwa vaksinasi dengan cakupan yang tinggi dan
merata sangatlah penting (Kemenkes, 2020).

Imunitas aktif terjadi bila tubuh membentuk kekebalan/antibodi sendiri. Biasanya diperoleh
ketika sembuh dari infeksi atau ketika mendapatkan vaksinasi. Imunitas pasif terjadi bila tubuh
tidak secara aktif membentuk antibodi sendiri, tetapi menerima antibodi dari luar. Biasanya
diperoleh dari transfer dari ibu ke janin yang dikandung melalui transplacenta atau melalui air susu
ibu, atau melalui pemberian terapi imunoglobulin.

2.2.3 Pengembangan Vaksin

Sama seperti pengembangan obat-obatan, pengembangan vaksin memiliki progresi dari evaluasi
preklinis dan 3 tahap klinis, yaitu :

1. Uji Klinis Tahap 1 – dilakukan untuk menguji keamanan vaksin, dan juga mengukur
imunogenisitas; juga mempelajari dosis efisien vaksin.

2. Uji Klinis Tahap 2 – menguji Keamanan dan respon imun pada populasi yang lebih besar.

3. Uji Klinis Tahap 3 – Menentukan efikasi dalam mencegah suatu penyakit. Efikasi vaksin
adalah reduksi dari insidensi penyakit pada orang yang menerima vaksin dengan yang tidak
menerima vaksin/produk kontrol. Biasanya, tahapan ini terjadi secara berurutan, dan biasanya
terjadi dalam beberapa tahun hingga akhirnya dapat digunakan dimasyarakat. Akan tetapi, vaksin
COVID-19 pada pengembangannya dilakukan percepatan. Setiap tahap terjadi hanya dalam
beberapa bulan. Akan tetapi, walaupun terlihat sangat cepat, kriteria keamanan tetap terjaga;
monitoring data dan keamanan yang disusun oleh banyak ahli vaksin dan banyak sponsor studi
memeriksa kejadian tidak terduga yang dilaporkan pada tiap tahap studi klinis dan persetujuan
untuk maju ke tahap selanjutnya. Di AS sendiri FDA harus mengizinkan progresi tiap tahap dalam
uji manusia, dari inisiasi tahap 1 ke tahap 3.

2.2.4 Jenis – Jenis Vaksin

Vaksin COVID-19. dikembangkan dengan beberapa modalitas. Berikut beberapa jenis vaksin yang
dikembangkan :

8
a. Vaksin Inaktif / mati

Vaksin sel utuh yang dimatikan menghadirkan beberapa komponen antigenik ke inang dan
berpotensi menyebabkan beragam efek imunologis terhadap patogen13. Vaksin ini diproduksi
dengan membiakan SARS-CoV-2 pada sel kultur dan secara kimia menginaktivasi virus. Virus
yang terinaktivasi kemudian dikombinasikan dengan alum atau ajuvan lain nya dalam vaksin untuk
menstimulasi respon imun. Vaksin inaktif biasanya diberikan secara intramuskular. Cara
memproduksi vaksin ini biasanya membutuhkan fasilitas biosafety level 3. Vaksin jenis ini bukan
hanya menargetkan protein spike, akan tetapi komponen lain dari virus

b. Vaksin yang dilemahkan

Serupa dengan vaksin inaktif, vaksin yang dilemahkan bekerja dengan menyajikan komponen
antigenik ke inang yang berpotensi menyebabkan efek imunologis terhadap pathogen. Vaksin jenis
ini diproduksi dengan mengembangkan virus liar yang secara genetik dilemahkan. Virus yang
dilemahkan ini bereplikasi dalam tubuh penerima untuk menghasilkan respon imun tetapi tidak
mengakibatkan penyakit. Atenuasi dapat dicapai dengan memodifikasi virus secara genetic atau
dengan menumbuhkan nya dalam kondisi yang buruk sehingga virulensi nya menghilang tetapi
efek imunogenisitas nya tetap tercapai. Kelebihan dari jenis vaksin ini, vaksin jenis ini bisa
diadministrasikan lewat intranasal dan memicu respon imun mukosa. Akan tetapi, vaksin jenis ini
belum ada yang mencapai ke uji klinis.

c. Vaksin Subunit / protein rekombinan

vaksin jenis ini disusun oleh beberapa protein virus yang diekspresikan lewat beberapa system,
termasuk serangga, sel mamalia, sel ragi, dan tumbuh-tumbuhan. Vaksin jenis ini biasa
diadministrasikan lewat intramuskular. Vaksin subunit / protein rekombinan ini mencakup satu
atau lebih antigen dengan imunogenisitas kuat yang mampu menstimulasi sistem imun inang
secara efisien. Secara umum, jenis vaksin ini lebih aman dan lebih mudah untuk diproduksi, tetapi
seringkali membutuhkan penambahan bahan pembantu untuk memperoleh respon imun protektif
yang kuat. Sejauh ini, beberapa lembaga telah memprakarsai program vaksin subunit SARS-CoV-
2, dan hampir semuanya menggunakan protein S sebagai antigen. Sebagai contoh, Universitas
Queensland sedang mengembangkan vaksin subunit berdasarkan pada teknologi “penjepit
molekuler”.

d. Vaksin Vektor

9
Vaksin vektor langsung adalah virus hidup (vektor) yang mengekspresikan antigen heterolog.
Vaksin ini menstimulasi respon imun dengan menggunakan bakteri atau virus yang tidak
menyebabkan penyakit sebagai vektor untuk membawa potongan materi genetik kedalam tubuh.
Mereka dikarakterisasi dengan menggabungkan imunogenisitas yang kuat dari vaksin yang
dilemahkan hidup dan keamanan vaksin subunit, dan secara luas digunakan untuk menginduksi
imunitas seluler in vivo. Penelitian vaksin SARS-CoV-2 terkait telah dilakukan oleh lembaga-
lembaga berikut. Greffex Inc. yang berbasis di Houston telah menyelesaikan konstruksi vaksin
vektor adenovirus SARS-CoV-2 dengan Greffex Vector Platform dan seharusnya sekarang
dipindahkan ke pengujian hewan. Tonix Pharmaceuticals mengumumkan penelitian untuk
mengembangkan vaksin SARS-CoV-2 yang potensial berdasarkan Horsepox Virus (TNX-1800).
Johnson & Johnson telah mengadopsi platform vektor adenoviral AdVac® untuk pengembangan
vaksin.16 beberapa bentuk vaksin vektor antara lain :

- Replication-incompetent vector vaccine – vaksin jenis ini menggunakan vector virus yang
sudah di rekayasa untuk tidak bereplikasi dalam tubuh dan mengekspresikan pritein virus yang di
intensikan menjadi target dari respon imun. Banyak dari vaksin jenis ini mempergunakan
adenovirus. Akan tetapi vector lain juga dapat digunakan, yaitu parainfluenza virus, virus
influenza, adenoassociated virus, dan sendai virus. Beberapa kekurangan dari vaksin jenis ini,
adalah imunitas terhadap suatu virus jenis ini, dapat menurunkan imunogenisitas vaksin. Hal ii bisa
dicegah dengan menggunakan vector virus yang tidak lazim pada manusia.

- Replication-competent vector vaccine – vaksin jenis ini diturunkan dari vaksin yang
diatenuasi. Menggunakan vaksin jenis ini memperbolehkan terjadi nya respon imun yang lebih
kuat dibandingkan dengan vector vaksin yang tidak bisa bereplikasi. Karena vaksin jenis ini
mengalami replikasi dan memicu respon imun.

- Inactivated viral vector vaccine – vaksin jenis ini mempergunakan vector virus yang sudah
direkayasa untuk mengekspresikan protein target akan tetapi sudah diinaktivasi.

e. Vaksin DNA

Vaksin DNA biasanya terdiri dari plasmid DNA, yang mengkodekan satu atau lebih.
Antigen, sehingga target protein diekspresikan pada penerima vaksin. DNA plasmid ini bisa
diproduksi lewat E.Coli. Vaksin DNA lebih unggul dari vaksin mRNA dalam formulasi yang
diperlukan untuk stabilitas dan efisiensi pengiriman, namun mereka harus memasukkan nukleus

10
yang dapat membawa risiko integrasi vctor dan mutasi pada genom inang.13 Selain itu, vaksin
jenis ini memberikan imunogenisitas yang rendah dan pemakaian yang sulit. Sejauh ini, dua vaksin
DNA SARS-CoV-2 sedang dalam pengembangan. Inovio Pharmaceuticals mengembangkan
kandidat vaksin DNA yang disebut INO-4800, yang dalam studi praklinis dan akan segera
memasuki uji klinis fase I. Anak Perusahaan Ilmu DNA Terapan, LineaRx, dan Takis Biotech
berkolaborasi untuk pengembangan kandidat vaksin DNA linier terhadap SARS-CoV-2, yang
sekarang dalam studi praklinis.19

f. Vaksin mRNA

vaksin jenis ini adalah vaksin pertama untuk SARS-COV-2 untuk diproduksi dan mewakili
jenis vaksin terbaru. Vaksin mRNA adalah teknologi yang berkembang pesat untuk mengobati
penyakit menular dan kanker. Vaksin berbasis mRNA mengandung mRNA yang mengkode
antigen, yang ditranslasi menjadi target protein, dan diharapkan memberikan respon imun. mRNA
berdiam dalam sitoplasma sel dan tidak masuk kedalam nukleus, sehingga mRNA tidak
berinteraksi atau berintegrasi dengan DNA penerima. Vaksin jenis ini, diproduksi secara invitro.
Akan tetapi, karena teknologi ini baru, kemampuan untuk memproduksi vaksin jenis ini belum di
uji coba, dan vaksin ini harus disimpan dengan suhu yang sangat rendah, sehingga sulit untuk
transportasi vaksin. Vaksin mRNA memiliki keunggulan dibandingkan vaksin konvensional,
dengan tidak adanya integrasi genom, respon imun yang meningkat, perkembangan yang cepat,
dan produksi antigen multimeric. Moderna, Inc. telah memulai uji klinis fase I untuk mRNA-1273,
vaksin mRNA, yang mengkode protein viral spike (S) dari SARSCoV-2. Ini dirancang bekerja
sama dengan Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID). Berbeda dengan vaksin
konvensional yang diproduksi dalam sistem kultur sel, vaksin mRNA dirancang dalam silico, yang
memungkinkan pengembangan dan evaluasi efikasi vaksin yang cepat. Moderna Inc. sedang
mempersiapkan studi fase I dengan dukungan keuangan dari CEPI (Coalition for Epidemic
Preparedness Innovations).

g. Vaksin SINOVAC-Biopharma

Salah satu vaksin yang sudah dipakai di Indonesia adalah CoronaVac oleh SINOVAC dan
Oxford-AstraZeneca. Vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac yang diberi nama CoronaVac telah
dikembangkan sejak Januari 2020. Vaksin ini berasal dari virus yang di-inaktivasi. Kandidat vaksin

11
CoronaVac telah berhasil melalui uji klinis fase I dan II di China, dan fase III di beberapa negara
seperti Indonesia, Turki, Bangladesh, dan Brazil.

Di Indonesia sendiri, secara keseluruhan penelitian uji klinis fase 3 menyertakan 1620
orang. Secara keseluruhan, efek samping dalam seluruh grup pada studi ini memiliki hasil yang
mirip dengan placebo, yaitu 71,6% dan 71,1 % (tidak signifikan). Reaksi local dilaporkan setelah
vaksinasi pertama dan kedua pada grup yang divaksinasi dan pada placebo adalah, nyeri local,
kemerahan local, indurasi local, dan pembengkakan local. Efek sistemik yang dilaporkan setelah
vaksin dosis pertama dan kedua pada grup yang di vaksinasi dan grup placebo adalah myalgia,
kelelahan, dan demam. Banyak dari efek samping yang dilaporkan adalah efek samping yang
ringan. Efek samping grade 3 dilaporkan lebih kecil pada grup yang di vaksinasi dibandingkan
grup placebo (7.4 % vs 13.3 %).

Pada Uji klinis fase 3 di Turki, menurut data 23 desember 2020, Analisa keamanan
dilakukan pada 2964 subyek dimana diantaranya terdapat 593 subyek yang melaporkan 1049 efek
samping. Secara keseluruhan, coronavac memberikan hasil analisa keamanan yang memuaskan.
Keamanan dianalisa selama 7 hari setelah vaksinasi pertama, dan menunjukan efek samping
coronavac mirip dengan placebo dan gejala sistemik diaporkan lebih kecil dibandingkan placebo
(61.86% vs 75.16%). Gejala tersering dilaporkan 7 hari setelah vaksin pertama adalah kelelahan
(4.7%), nyeri kepala (3.9%). Reaksi local dilaporkan setelah vaksinasi dosis ke-2 juga mirip antara
grup vaksin dan grup placebo (0.98% vs 0.60%). Efek samping sitemik yang paling sering setelah
faksinasi adalah Lelah (2.5%) dan nyeri kepala (2.3%). Uji klinis fase 3 di Brazil dilakukan pada
7913 orang. Secara total terdapat 6803 orang yang melaporkan efek samping setelah 1 minggu
vaksinasi, efek samping paling sering secara local adalah, nyeri bagian injeksi. Dan efek samping
sistemik yang paling sering adalah nyeri kepala, lelah, myalgia, dan diare. Efek samping yang
dialporkan ini adalah 7 hari setelah dosis pertama dan diklasifikasikan sebagai efek ringan dan
sedang. Vaksin sinovac yang berasal dari China ini juga diproduksi di Indonesia oleh perusahaan
BUMN Biopharma.

h. Efikasi SINOVAC/CORONAVAC

Uji klinis dari Indonesia, Turki, dan Brazil masih berlanjut dan masih di follow up. Analisa
yang sedang berjalan per tanggal 8 Januari 2021, yang dilakukan pada 1620 orang dewasa dengan
umur 18-59 tahun, mengukur komparasi dengan placebo, dibandingkan berdasarkan kasus

12
simtomatik yang di konfirmasi dengan RT-PCR berjarang 14 hari hingga 6 bulan dari dosis ke-2.
Terdapat 25 kasus CoVID-19 (batas minimal kasus untuk menunjukan efikasi 60 %) adalah 65.3%.
25 kasus ini terdiri dari 7 kasus pada grup vaksin dan 18 kasus pada grup placebo. Durasi observasi
dari kalkulasi efikasi ini didasarkan oleh observasi dari 90 hari (3 bulan), dimana kriteria ini sesuai
dengan kriteria WHO untuk vaksin COVID-19. Diantara 25 kasus ini tidak ada kasus berat, kritis,
atau kematian, oleh karena COVID 19.

Berdasarkan analisa interim pada uji klinis di turki per tanggal 23 desember 2020 yang
dilakukan pada 13000 orang dewasa berumur 18-59 tahun, efikasi vaksin ini di evaluasi dari 29
kasus covid-19, dengan efikasi 91.25%, dari 29 kasus, 3 kasus dari grup vaksin, dan 26 kasus dari
grup placebo. Di Brazil dari 13000 orang dewasa, didapatkan 58 kasus pada grup vaksin dan 160
kasus pada grup placebo, semua adalah kasus ringan.

i. Cara Kerja Vaksin Sinovac-Biopharma

Untuk membuat vaksin, para peneliti Sinovac memulai dengan mengambil sampel virus
corona dari pasien di China, Inggris, Italia, Spanyol, dan Swiss. Kemudian virus tersebut
dikembangbiakan pada hewan dan dinonaktifkan dengan senyawa beta-propiolakton. Hal tersebut
menyebabkan virus menjadi inaktif dan hanya tersisa protein/bagian badan dari corona. Salah satu
jenis protein yang penting dalam pembuatan vaksin corona ini adalah protein Spike atau yang biasa
disebut sebagai protein S yang berbentuk seperti duri. CoronaVac bekerja dengan mengajarkan
sistem kekebalan tubuh untuk membuat antibodi melawan virus corona SARS- CoV-2.

Setelah mendapatkan virus yang tidak aktif, kemudian spesimen virus tersebut dicampur
dengan sejumlah kecil senyawa berbasis aluminium yang disebut adjuvan. Adjuvan merangsang
sistem kekebalan untuk meningkatkan responsnya terhadap vaksin. Karena CoronaVac
mengandung virus yang telah dimatikan, sehingga mereka bisa dimasukkan ke tubuh tanpa
menyebabkan covid-19.

Setelah masuk ke dalam tubuh, maka sel imun tubuh yaitu sel limfosit T akan aktif dan
membantu merekrut sel kekebalan lain hingga terbentuk kekebalan yang dalam jangka waktu
vaksin efektif, dapat mengenali virus corona yang masuk dan telah siap menyerangnya. Jenis sel
kekebalan lain, sel B juga dapat menghadapi virus corona yang tidak aktif. Sel B memiliki protein
dalam berbagai bentuk, dan beberapa mungkin memiliki bentuk yang tepat untuk menempel pada
virus corona. Ketika sel B terkunci, ia dapat menarik sebagian atau seluruh virus dan menampilkan
fragmen virus corona di permukaannya. Sel T membantu mencocokkan fragmen dengan sel B. Jika

13
cocok, sel B juga diaktifkan, berkembang biak, dan mengeluarkan antibodi untuk melawan virus
corona.

2.2.5 Vaksin Covid 19

Sebagaimana diketahui, Indonesia telah menetapkan tujuh jenis vaksin yang dapat
digunakan untuk pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Indonesia. Hingga awal Maret 2021, dari
tujuh jenis vaksin tersebut, sudah tiga vaksin yang mendapatkan Persetujuan Penggunaan Dalam
Kondisi Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM, yaitu Sinovac,
AstraZeneca, dan vaksin dari PT Bio Farma (Persero).

Pada umumnya vaksin harus diberikan dalam 2 kali (atau 3 kali suntikan) agar dapat
merangsang terbentuknya titer antibodi yang tinggi. Suntikan pertama disebut suntikan primer,
belum menghasilkan titer antibodi yang protektif (titernya masih rendah). Suntikan kedua (atau
ketiga) disebut suntikan booster, akan merangang titer antibodi sekunder yaitu IgG yang tinggi
dengan afinitas yang lebih kuat. Diharapkan hal ini akan memberikan perlindungan yang lebih baik
dan dalam jangka waktu yang lebih lama. Peserta vaksinasi COVID-19 harus mendapat kedua
suntikan dengan lengkap. Vaksin bukanlah obat, vaksin mendorong pembentukan kekebalan
spesifik tubuh agar terhindar dari tertular virus ataupun kemungkinan sakit berat. Selama belum
ada obat khusus untuk COVID-19, maka vaksin COVID-19 yang aman dan efektif serta perilaku
5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi
mobilitas) adalah upaya perlindungan yang bisa dilakukan agar terhindar dari COVID-19.
Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Pelaksanaan Vaksinasi
COVID-19 bertujuan untuk:

a. mengurangi transmisi/penularan COVID-19;

b. menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19;

c. mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity); dan

d. melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.

Herd Immunity disebut juga kekebalan kelompok, adalah perlindungan secara tidak
langsung kepada anggota masyarakat (populasi) yang tidak kebal ketika sebagian besar dari suatu
populasi masyarakat sudah memiliki kekebalan terhadap suatu infeksi. Anggota populasi yang
kebal tidak akan dapat tertular dan tidak akan menularkan infeksi ke orang lain disekitarnya,
sehingga dapat memutus rantai penularan, dan dengan demikian akan menghambat atau akhirnya

14
dapat menghentikan penyebaran penyakit dan menyudahi pandemi ini. Kekebalan anggota
populasi atau masyarakat dapat diperoleh dari:

- Infeksi alami, sakit kemudian sembuh dan selanjutnya memiliki kekebalan

- Vaksinasi, lalu sistem imunnya dirangsang membentuk antibodi dan selanjutnya memiliki
kekebalan

Semakin besar proporsi anggota masyarakat yang sudah memiliki kekebalan, akan semakin
besar perlindungan tidak langsung yang akan dialami oleh anggota masyarakat lain yang belum
kebal, atau semakin kecil kemungkinannya mereka akan tertular oleh kuman penyebab wabah.
Sedikitnya diperlukan sekitar 70% dari populasi sudah divaksinasi agar tercapai adanya herd
immunity (kekebalan kelompok) ini. Vaksinasi dapat memicu kekebalan tanpa harus mengalami
sakit dan efeknya bisa diprediksi serta dikendalikan:

- Menimbulkan respons memori imunitas seluler & antibodi.

- Dalam uji klinis vaksin akan dipastikan bahwa vaksin yang nantinya digunakan secara
massal adalah vaksin yang aman dan efektif memberikan perlindungan.

Pelaksanaan vaksinasi bergelombang sesuai prioritas:

- Semua tenaga kesehatan di seluruh propinsi di Indonesia

- TNI, Polri, aparat penegak hukum, petugas pelayanan publik yang harus terlibat langsung
dalam pelayanan masyarakat, usia lanjut

- Tokoh masyarakat/agama, pelaku perekonomian strategis, perangkat daerah kecamatan,


desa, kelurahan, hingga RT/RW

- Guru, tenaga pendidik dari PAUD/TK, SD, SMP, SMA hingga PT

- Aparatur pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan anggota legislatif

- Kelompok usia produktif dan berkontribusi dalam sektor perekonomian, termasuk anggota
BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI)

- Anak-anak, dan kelompok rentan lainnya yang oleh dokter ahli dinyatakan aman untuk
menerima vaksin.

15
Untuk vaksin Sinovac (CoronaVac), penerbitan EUA oleh BPOM akan didasarkan pada hasil uji
klinis fase 1/2 di China (Jiangsu & Hebei) dan uji klinis fase 3 di Bandung, Turki, dan Brazil. Turki
menyatakan efikasinya 91.25%, sedangkan Brazil mengumumkan efikasinya sebesar 78%, di
Bandung efikasinya 65,3%. Keamanan vaksin akan selalu dinomorsatukan, sedangkan untuk
efikasi WHO sebenarnya hanya mensyaratkan efikasi > 50%. Berdasarkan hal tersebut maka untuk
gelombang pertama, vaksinasi di Indonesia akan diberikan kepada:

- Semua Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) di seluruh propinsi di Indonesia

- Berusia 18-59 tahun, sehat dan tanpa penyakit komorbid

- Memiliki penyakit komorbid yang oleh tim dokter ahli yang berkompeten dinyatakan aman
untuk mendapatkan vaksin jenis Sinovac (CoronaVac )

- Komorbid bukan kontraindikasi namun hanya sebagai precaution

Orang yang belum boleh di vaksin:

a. Pernah terkonfirmasi menderita COVID-19

• Dianggap sudah memiliki antibodi yang protektif yang terbukti sudah berhasil
mengalahkan penyakitnya dan sembuh

• Termasuk dalam perhitungan herd immunity yaitu mereka yang memperoleh


kekebalannya dari infeksi alami

• Andaikata yang bersangkutan tidak mengetahui bahwa dirinya pernah terinfeksi (OTG),
tetap masih dapat menerima vaksinasi dan suntikan vaksin tersebut dapat dianggap sebagai booster

b. Ada keluarga serumah yang kontak erat/suspek/konfirmasi/sedang dirawat karena


COVID-19

• Sebaiknya dipastikan lebih lanjut apakah terkonfirmasi COVID-19 atau tidak (periksa
swab PCR dalam rangka tracing

c. Sedang mengalami gejala ISPA dalam 7 hari terakhir

• Sistem imunnya sedang teraktivasi

• Menyulitkan pemantauan dan penentuan KIPI

16
• Sebaiknya ditunggu sampai sembuh dan dipastikan bahwa bukan karena COVID-19

• Setelah sembuh boleh mendapatkan vaksin Coronavac

d. Menderita penyakit jantung (gagal jantung/penyakit jantung koroner)

• Penderita penyakit jantung koroner dan gagal jantung sebenarnya berada dalam kondisi
inflamasi kronik

• Menyebabkan respons imun yang berbeda terhadap vaksin

• Dari pengalaman terhadap vaksinasi lainnya (influenza atau pnemococcus): titer antibodi
yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan orang normal, mengalami immunosenescence relatif
sehingga jumlah limfosit T efektor maupun limfosit T memory menurun

• Respons imun lebih mengarah ke respons tipe Th2 yang memicu inflamasi
meningkatkan risiko KIPI

• Mereka yang mendapat terapi beta blocker titer antibodinya lebih rendah

• Mereka yang mendapat terapi statin dapat menurunkan respons terhadap vaksin karena
efek statin menekan aktivasi sel T

• Jika penyakitnya terkendali, tidak dalam derajat yang parah (grade 3-4), maka masih tetap
dapat diberikan dengan kehati-hatian dan pengawasan

• Mintalah orang tersebut kontrol ke dokter yang merawat beliau selama ini, untuk
memastikan bahwa keamaanan tetap terjamin

e. Menderita penyakit ginjal (gagal ginjal kronik/hemodialisis/peritoneal dialisis/sindroma


nefrotik)

• Bergantung kepada stadium penurunan fungsi ginjalnya, akan mengalami kondisi yang
disebut uremic immunodeficiency syndrome yang menurunkan respons terhadap vaksinasi

• Vaksinasi yang dilakukan pada stadium yang lebih dini akan memberikan hasil yang lebih
baik

• Seroconversion ratenya lebih rendah (30-40%) dibandingkan individu yang normal (70-
80%)

17
• Berdasarkan pengalaman terhadap vaksinasi lainnya (influenza, pneumococcus, hepatitis
B): didapatkan titer antibodi yang menurun setelah 12 bulan.

• Tetap merupakan kandidat vaksinasi karena merupakan kelompok rentan, namun


memerlukan strategi khusus

• Menunggu laporan detail dari penelitian di Brazil

f. Menderita penyakit autoimun (apapun)

• Berisiko mengalami aktivasi sistem imun akibat adanya fenomena molecular mimicry
yang dapat menyebabkan disease flare-up.

• Menunggu laporan detail penelitian di Brazil dan lainnya

g. Menderita penyakit kelainan darah (chronic leukemia, myeloproliferative atau


myelodysplastic disorders, atau limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin)

• Individu yang mendapatkan kemoterapi atau terapi dengan Rituximab maupun antibodi
anti-CD20 lainnya akan mengalami penurunan sel B dan menyebabkan kegagalan vaksinasi

• Dianjurkan vaksinasi sebelum mendapatkan kemoterapi atau ditunda 6-12 bulan setelah
kemoterapinya selesai

• Belum ada data keamanan dan efikasi yang meyakinkan

• Menunggu hasil penelitian pada kelompok ini yang mungkin akan dipublikasikan di
literatur

h. Menderita Diabetes Mellitus yang tidak terkendali dengan baik

• Diabetes Mellitus yang tidak terkendali menyebabkan kondisi imunokompromais yang


akan menurunkan respons terhadap vaksinasi

• Tetap merupakan kandidat vaksinasi, karena merupakan kelompok rentan

• Dianjurkan untuk mengendalikan agar tercapai HbA1c < 7.5% terlebih dahulu baru dapat
diberikan vaksinasi

• Jika penyakitnya terkendali, tidak dalam derajat yang parah, maka masih tetap dapat
diberikan dengan kehati-hatian dan pengawasan

18
i. Menderita penyakit saluran pencernaan kronis (yang dimaksud adalah penyakit inflamasi
kronis saluran cerna seperti penyakit Crohn’s dan ulcerative colitis), bukan gastritis kronis atau
GERD)

j. Hipertensi

• Sebenarnya bukan merupakan kontraindikasi vaksinasi

• Tetap dapat divaksinasi, terutama pada hipertensi yang terkendali (dibawah 140/90
mmHg, atau di Bandung <150/100 mmHg )

• Diperkuat oleh laporan detail dari penelitian di Brazil dan lainnya

k. Menderita infeksi HIV/kondisi imunokompromais lainnya

• Tidak dianjurkan untuk mendapatkan vaksin jenis live attenuated jika hitung CD4 < 200

• Dapat menerima vaksin dengan lebih aman jika CD4 > 200

• Menunggu hasil penelitian pada kelompok ini dari uji klinis fase 3 yang mungkin akan
dipublikasikan di literatur

l. Menderita asma atau infeksi tuberkulosis

• Vaksinasi ditunda sampai asma terkendali dengan baik

• Penderita tuberkulosis masih tetap boleh mendapatkan vaksinasi setelah lebih dari 2
minggu mendapatkan terapi OAT

m. Menderita PPOK

• Mengalami inflamasi kronis yang menurunkan respons terhadap vaksinasi

• Menunggu hasil penelitian pada kelompok ini dari uji klinis fase 3 yang mungkin akan
dipublikasikan di literatu

2.2.6 Efek samping Vaksin

Sama seperti obat maupun vaksin lainnya, vaksin covid-19 dapat memberi banyak manfaat, tapi
juga diketahui dapat menimbulkan berbagai efek samping. Sejauh ini, beberapa laporan
menyebutkan bahwa ada beberapa efek samping vaksin COVID-19 yang dapat muncul, di
antaranya:

19
• Demam ringan

• Nyeri atau kemerahan di lokasi penyuntikan vaksin

• Kelelahan

• Sakit kepala

• Nyeri otot dan sendi di sekitar area suntikan

Beberapa efek samping di atas merupakan efek samping ringan yang umumnya bisa sembuh
dengan sendirinya. Munculnya efek samping tersebut sebenarnya menandakan bahwa tubuh
penerima vaksin sedang membentuk kekebalan atau imunitas terhadap penyakit COVID-19. Untuk
memperingan efek samping dapat dilakukan :

• Mengonsumsi air putih lebih banyak dan makan teratur

• Memberikan kompres dingin di bagian yang sakit

• Mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti paracetamol, sesuai anjuran dokter

• Beristirahat yang cukup, yaitu dengan tidur sekitar 7–9 jam setiap malam

Walau jarang terjadi, pemberian vaksin, baik vaksin covid-19 maupun vaksin lainnya, bisa
menimbulkan efek samping yang lebih serius, seperti reaksi alergi berat atau anafilaktik. Reaksi
tersebut dapat menyebabkan keluhan sesak napas, lemas, dan pingsan.

2.2.7 Cakupan Vaksin

Berdasarkan laporan Our World in Data, baru 8,69% penduduk Indonesia yang telah
mendapatkan vaksinasi virus corona Covid-19 secara penuh hingga 8 Agustus 2021. Jumlah itu
menempatkan Indonesia di peringkat ketujuh Asia Tenggara. Posisi pertama diduduki oleh
Singapura yang telah memvaksinasi corona secara penuh 65,08% penduduknya. Kemudian,
proporsi penduduk Kamboja dan Malaysia yang telah mendapat dua dosis vaksin corona masing-
masing sebanyak 36% dan 27,10%. Laos telah memvaksinasi corona secara penuh 16,67%
penduduknya. Proporsi penduduk yang telah divaksin corona secara penuh di Filipina dan Brunei
Darussalam masing-masing sebesar 9,77% dan 9,28%. Sementara, Timor Leste berada di bawah
Indonesia karena baru memvaksinasi corona secara penuh 7,83% penduduknya. Setelahnya ada
Thailand yang baru menyuntikkan dua dosis vaksin corona kepada 6,13% penduduknya. Vietnam

20
ada di peringkat terakhir dalam daftar ini. Pasalnya, negara tersebut baru memvaksinasi corona
secara penuh 0,97% penduduknya.

Data terbaru per tanggal 9 Agustus 2021 cakupan vaksinasi COVID-19 dosis pertama
mencapai 50.630.315 orang. Ini berarti vaksinasi dosis pertama sudah menjangkau 24,31% dari
target vaksinasi 208.265.720 orang, walaupun baru 11,63% atau 24.212.024 orang yang sudah
menerima dosis kedua. Capaian Vaksinasi COVID-19 hingga saat ini adalah 109,07% tenaga
kesehatan sudah mendapatkan dosis pertama dan 100,19% sudah mendapatkan dosis kedua.
Sementara untuk petugas pelayanan publik, dari target 17,3 Juta, yang sudah mendapatkan
vaksinasi dosis pertama mencapai 152.5% dan yang mendapatkan dosis kedua mencapai 80.6%.
Setidaknya 22,93% kelompok lansia, 10,87% kelompok masyarakat rentan dan umum, serta 8,64%
target vaksinasi berupa anak dan remaja (12-17 tahun) yang sudah mendapatkan vaksin COVID-
19 dosis pertama. Salah satu strategi pemerintah adalah mengupayakan ketersediaan vaksin dan
mempercepat program vaksinasi sehingga semakin banyak masyarakat terlindungi. Pemerintah
terus mengupayakan ketersediaan vaksin baik lewat skema multilateral maupun bilateral demi
mencukupi stok yang ada saat ini dan menjaga laju vaksinasi sesuai dengan stok vaksin yang ada.

Pelayanan vaksinasi COVID-19 dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol


kesehatan yaitu dengan menerapkan upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan
menjaga jarak aman 1 – 2 meter, sesuai dengan Petunjuk Teknis Pelayanan Vaksinasi Pada
Masa Pandemi COVID-19. Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
puskesmas harus melakukan advokasi kepada pemangku kebijakan setempat, serta berkoordinasi
dengan lintas program, dan lintas sektor terkait, termasuk organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, organisasi keagamaan, tokoh masyarakat dan seluruh komponen masyarakat
dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan vaksinasi COVID-19. Petugas kesehatan diharapkan dapat
melakukan upaya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat serta memantau
status vaksinasi setiap sasaran yang ada di wilayah kerjanya untuk memastikan setiap sasaran
mendapatkan vaksinasi COVID-19 lengkap sesuai dengan yang dianjurkan.

2.2.8 Prinsip Pelaksanaan Pelayanan Vaksinasi COVID-19

Prinsip dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 yaitu:

1. Pemberian vaksinasi COVID-19 dilakukan oleh dokter, perawat atau bidan yang memiliki
kompetensi, dibuktikan dengan kepemilikan Surat Tanda Registrasi (STR).

21
2. Pelaksanaan pelayanan vaksinasi COVID-19 tidak menganggu pelayanan imunisasi rutin dan
pelayanan kesehatan lainnya;

3. Melakukan skrining/penapisan terhadap status kesehatan sasaran sebelum dilakukan pemberian


vaksinasi;

4. Menerapkan protokol kesehatan; dan

5. Mengintegrasikan dengan kegiatan surveilan COVID-19 terutama dalam mendeteksi kasus dan
analisa dampak.

Dosis dan Cara Pemberian Vaksinasi COVID-19

Dosis dan cara pemberian harus sesuai dengan yang direkomendasikan untuk setiap jenis
vaksin COVID-19. Tabel di bawah ini menjelaskan dosis pemberian untuk setiap jenis
platform vaksin COVID-19.

Apabila dosis kedua belum dapat diberikan sesuai interval minimal tersebut maka
direkomendasikan bagi sasaran untuk sesegera mungkin, pada kesempatan pertama, datang ke
tempat pelayanan vaksinasi COVID-19 untuk mendapatkan dosis kedua. Penyintas COVID-19
dapat divaksinasi 3 bulan setelah sembuh. Apabila setelah dosis pertama sasaran terinfeksi
COVID-19 maka dosis pertama vaksinasi tidak perlu diulang, tetap diberikan dosis kedua
dengan interval yang sama yaitu 3 bulan sejak dinyatakan sembuh. Vaksin COVID-19 diberikan
melalui suntikan intramuskular di bagian lengan kiri atas dengan menggunakan alat suntik
sekali pakai (Auto Disable Syringes/ADS) sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini.
Langkah-langkah dan prosedur penyuntikan vaksin COVID-19:

22
a. Pengambilan vaksin dengan cara memasukkan jarum ke dalam vial vaksin dan memastikan
ujung jarum selalu berada di bawah permukaan larutan vaksin sehingga tidak ada udara yang
masuk ke dalam spuit.
b. Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke dalam spuit dan keluarkan udara yang
tersisa dengan cara mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai pada skala 0.5 ml atau
sesuai dosis yang direkomendasikan, kemudian cabut jarum dari vial.
c. Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan alkohol swab, tunggu hingga kering.
d. Untuk penyuntikan intramuskular tidak perlu dilakukan aspirasi terlebih dahulu.

e. Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar.


f. Buang alat suntik habis pakai ke dalam safety box tanpa menutup kembali jarum (no recapping).
g. Untuk mengantisipasi terjadinya kasus KIPI yang serius maka sasaran diminta untuk tetap
tinggal di tempat pelayanan vaksinasi selama 15 menit sesudah vaksinasi dan petugas harus tetap
berada di tempat pelayanan minimal 15 menit setelah sasaran terakhir divaksinasi.

23
BAB III
EVALUASI PROGRAM

3.1 Identifikasi Masalah

Tabel 1. Identifikasi Masalah Program Vaksinasi Puskesmas


Tawangsari

Tempat Sasaran Sasaran Sasaran Tidak


No. Dosis
pelayanan Terdaftar Terimunisasi Terimunisasi
1 629 541 88
1. Kateguhan
2 550 540 10
1 400 400 0
2. Lorog
2 400 380 20
1 350 390 40
3. Grajegan
2 390 380 10
1
4. Kedungjambal
2
1 720 701 19
5. Watubonang
2 450 450 0
1
6. Pundungrejo
2
1 450 460 10
7. Dalangan
2 450 460 10
1 300 260 40
8. Pojok
2 250 260 10
1 250 250 0
9 Tangkisan
2 250 260 10
1 460 460 0
10. Ponowaren
2
1 600 540 60
11. Majasto
2 510 490 20
1
12. Tambakboyo
2

24
3.2 Menentukan Penyebab Masalah (Fish Bone)

3.3 Menentukan Prioritas Penyebab Masalah

Tabel 2. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah

Technical Resources
No. Daftar Masalah Importance IxTxR
Feasibility Availability
Kader kurang proaktif
1. dalam membujuk dan 4 1 4 16
mencari sasaran
Kurangnya sosialisasi
dan edukasi ke
2. 5 5 4 100
masyarakat mengenai
vaksin COVID-19
Akses transportasi menuju ke
3. tempat pelayanan masih 3 2 3 18
terbatas
Informasi yang
didapat masyarakat
4. 4 5 4 80
mengenai vaksin
COVID-19 kurang

25
5. Merantau 4 4 4 64
Penyakit komorbid akut
(tekanan darah diatas
batas maksimum, gula
6. 5 5 4 100
darah tinggi, serangan
asma dalam beberapa hari
yang lalu)
Post COVID-19 <3 bulan,
pasien datang dengan
riwayat mengarah ke 4 4 3 48
7.
COVID, saat ini
melakukan isoman

3.4 Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah

a. Penyakit Komorbid keadaan Akut

• Penyuluhan dan edukasi pentingnya melakukan pengobatan rutin pada masyarakat


yang memiliki komorbid melalui leaflet dan poster
• Melakukan posyandu lansia tiap 1 bulan sekali
• Meminta kader setiap desa untuk menginfokan kepada masyarakat untuk datang ke
Puskesmas dan melakukan pemeriksaan tiap bulan

b. Kurangnya edukasi dan sosialisasi vaksinasi COVID-19

• Memberikan penyuluhan tentang COVID-19 secara massal di Desa untuk


meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan vaksinasi dan tetap
menerapakan protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan penularan COVID-19
• Puskesmas Keliling berupa penyuluhan COVID-19

c. Kurangnya informasi mengenai vaksinasi COVID-19

• Penyuluhan dengan menggunakan alat peraga (poster, leaflet, video) mengenai


COVID-19 dan Vaksin COVID-19.

26
3.5 Menentukan Prioritas Pemecahan Masalah

Tabel 3. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah

No JUMLAH
Daftar Alternatif Jalan Keluar M I V C
MIV/C

1 Meminta kader setiap desa untuk menginfokan


kepada masyarakat untuk datang ke Puskesmas 3 3 3 3 9
dan melakukan pemeriksaan tiap bulan

2 Melakukan posyandu lansia tiap 1 bulan


4 4 5 4 20
sekali

3 Penyuluhan dan edukasi pentingnya


melakukan pengobatan rutin pada masyarakat
4 4 3 4 12
yang memiliki komorbid melalui leaflet dan
poster

3 Memberikan penyuluhan tentang Covid 19


secara massal di Desa untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk melakukan 3 4 4 3 16
vaksinasi sebagai upaya pencegahan penularan
covid 19

27
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan dan Evaluasi Program Vaksinasi


4.1.1. Pembahasan
Pelayanan publik merupakan suatu tolok ukur kinerja Pemerintah yang paling umum.
Pelayanan Kesehatan menjadi tanggung jawab besar bagi Pemerintah Daerah untuk menyediakan
layanan kesehatan yang berkualitas dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat,
selain itu pelayanan kesehatan yang tidak berbelit-belit memudahkan setiap orang untuk
mendapatkan pelayanan. Pelayanan dasar kesehatan di Puskesmas menjadi tanggung jawab setiap
penyedia layanan kesehatan yang ada di Kecamatan karena Puskesmas ini merupakan lembaga
kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat (Widiyarta and N, 2016). Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja (Kemenkes 2004).
Di masa pandemi saat ini tentunya kualitas pelayanan kesehatan harus ditingkatkan sesuai
dengan protokol kesehatan untuk mengurangi laju kasus positif COVID-19 di Indonesia.
Puskesmas sebagai penyedia layanan kesehatan berperan penting khususnya sebagai pelaksana
vaksinasi COVID-19 dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu dari segi manajemen
pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan yang memadai, dan sumber daya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan guna memberikan kepuasan kepada pengguna jasa Puskesmas. Perlu
adanya standar pelayanan kesehatan yang menjadi patokan pelayanan untuk mewujudkan kualitas
pelayanan, dalam hal ini standar pelayanan kesehatan vaksinasi COVID-19 sesuai dengan protokol
kesehatan. Sesuai dalam kajian teori yang terdapat dalam PMK No. 84 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) tertuang dalam Bab V menjelaskan mengenai Pelaksanaan Pelayanan Vaksinasi
COVID-19. Dalam pembahasan ini yang akan dikaji yaitu mengenai segi kemampuan dan
ketanggapan para pegawai pelayanan vaksin dalam memahami kebutuhan penerima vaksin.
Pembahasan ini juga mengenai standar proses pelaksanaan vaksin maupun tata pelaksanaan vaksin.
Serta perilaku dan perhatian yang diberikan para pegawai pelayanan kesehatan vaksin COVID-19
kepada penerima vaksin.
Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo sebagai salah satu penyedia layanan vaksin
COVID-19 menerapkan prosedur pelayanan vaksin COVID-19 berdasarkan PMK No.84 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) yang mengacu pada BAB V Pelaksanaan Pelayanan Vaksinasi Covid-19
28
sebagai dasar acuan tata pelaksanaan pelayanan vaksinasi COVID-19. Namun, di Puskesmas
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo pelayanan vaksin Covid-19 memiliki kendala dalam
pelaksanaan yang disebabkan dari berbagai hal sehingga mengakibatkan belum tercapainya target
sasaran vaksinasi.
Pemenuhan fasilitas ini harus bekerja sama atau berkoordinasi dengan Puskesmas atau
Dinas Kesehatan Provinsi / Kabupaten / Kota. Fasilitas dalam melaksanakan pelayanan Vaksinasi
COVID – 19 menurut Pasal 23, membentuk tim pelaksana yang memiliki fungsi:
a) Pendaftaran
b) Skrining (anamnesa), pemeriksaan fisik dan pemberian edukasi, serta persetujuan tindakan
c) Penyiapan dan pemberian Vaksin COVID-19
d) Melakukan observasi pasca Vaksinasi COVID-19, pemberian tanda selesai Vaksinasi
COVID-19, dan pemberian sertifikat Vaksinasi COVID-19
e) Melakukan pencatatan dan input data hasil Vaksinasi COVID-19
f) Melakukan pengelolaan limbah medis
g) Mengatur alur kelancaran pelayanan Vaksinasi COVID-19.

Permasalahan pada bidang manusia dan material dalam diagram tulang ikan adalah Kader
desa pelayanan vaksin di Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo kurang aktif dalam
melayani proses pendataan, karena pendataan Lansia untuk memastikan kehadiran merupakan
proses yang sangat penting saat melakukan proses pelayanan Jika para Kader desa kurang aktif
saat melakukan pelayanan maka akan terjadi kesalahan dan keterlambatan bisa menimbulkan
terhambatnya proses vaksinasi. Koordinasi antar kader dengan masyarakat kurang aktif sehingga
untuk memastikan kehadiran para Lansia yang diperiksa di Puskesmas Tawangsari Kabupaten
Sukoharjo masih kurang dan tidak mencapai target yang ada. Pengaturan jadwal dan tahapan dalam
pemberian vaksin COVID-19 yang ditetapkan dan prioritas penerima vaksin COVID-19
tergantung data yang sudah ada, dalam hal ini yang menjadi prioritas pertama adalah lansia. Proses
pendataan vaksin COVID-19 terdapat surat dari Dinas Kesehatan, penerima vaksin untuk lansia
yang sudah di data oleh Puskesmas kemudian diserahkan ke Kecamatan atau Kelurahan. Jika sudah
di proses maka selanjutnya turun ke RT. Setelah tahapan ini, maka lansia akan mendapatkan
undangan untuk proses vaksinasi COVID-19. Akses ke tempat Vaksinasi bagi Lansia juga kurang
terjangkau, sehingga menghambat proses kehadiran dan pelaksanaan vaksinasi.
Para Lansia yang akan melakukan Vaksinasi khawatir terhadap keamanan dan keefektifan
vaksin, ketidakpercayaan terhadap vaksin, dan juga karena takut jarum suntik dan yang pernah
mengalami vaksinasi. Persepsi masyarakat terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit juga
29
merupakan faktor penting; ada banyak yang menganggap mendalami spiritualitas adalah cara
menjaga kesehatan dan menghadapi penyakit. Faktor kontekstual umum lain seperti agama,
persepsi terhadap perusahaan farmasi, dan kondisi sosial, budaya, dan ekonomi juga memengaruhi
penerimaan vaksin. Hal tersebut kurangnya sosialisai ke masyarakat secara masif dilakukan
petugas Kader maupun dari Pihak Pemerintahan di pedesaan dan kecamatan .
Skrining untuk lansia secara prinsip sama seperti yang tertera didalam petunjuk teknis
pelaksanaan imunisasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Khusus kepada lansia, perlu
ditambahkan anamnesa yaitu bila mengalami tanda-tanda frail/renta/rapuh seperti mengalami
kesulitan untuk naik 10 anak tangga, sering merasa kelelahan, memiliki paling sedikit 5 dari 11
penyakit (Hipertensi, diabetes, kanker, penyakit paru kronis, serangan jantung, gagal jantung
kongestif, nyeri dada, asma, nyeri sendi, stroke dan penyakit ginjal), mengalami kesulitan berjalan
kira-kira 100 sampai 200 meter, dan mengalami penurunan berat badan yang bermakna dalam
setahunterakhir. Vaksin tidak dapat dilakukan pada lansia jika mengalami lebih dari 3 (tiga)
diantara 5 (lima) tanda frail tersebut. Hal tersebut bisa menyebabkan tertundanya pemberian vaksin
pada Lansia seperti di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Beberapa
lansia tertunda dilakukan vaksin karena memiliki penyakit seperti Hipertensi dengan hasil tekanan
darah diatas 200/90mmHg dan tidak turun setelah istirahat maupun dengan pengobatan.
Para pegawai pelayanan vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Tawangsari Kabupaten
Sukoharjo dalam melakukan pelayanan vaksin COVID-19 semua dilibatkan, begitu juga dalam
proses pemberian vaksin COVID-19 semua tenaga kesehatan pelaksana vaksin dilibatkan, yakni
para dokter, bidan, atau perawat yang memiliki kompetensi dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan. Tata laksana pelayanan Vaksinasi COVID-19 mengacu
pada standar pelayanan, dan standar prosedur operasional yang ditetapkan oleh masing-masing
pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan vaksinasi.
Pemakaian alat pelindung diri pada pegawai pelayanan vaksin sudah lengkap sesuai prosedur
protokol (masker medis, face shield, hazmat, dan sarung tangan), terdapat kelengkapan dalam
fasilitas pelayanan yang meliputi gudang dan sarana rantai dingin sesuai dengan jenis vaksin
COVID-19 yang digunakan, dan juga tersedia peralatan pendukung dan logistik seperti kapas,
alkohol, tempat sampah limbah bahan berbahaya dan beracun (safety box), dan cairan antiseptik
yang berbahan dasar alkohol. Serta dalam pelayanan vaksin COVID-19 didukung dengan fasilitas
cuci tangan dan alat pemadam kebakaran ringan (APAR).
Pegawai pelayanan vaksin di Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo menyampaikan
informasi yang jelas dan mendetail mengenai standart pelayanan vaksinasi agar dapat dimengerti
dan dipahami oleh penerima vaksin dengan komunikasi yang baik, serta membantu penerima
30
vaksin dalam proses pelayanan vaksinasi. Hal tersebut penting dilakukan untuk
mengupayakan minim ketidakjelasan pelayanan, apabila terjadi sesuatu yang mendesak akan
dilakukan rapat kecil oleh pegawai pelayanan vaksin bersama Kepala Puskesmas untuk mengambil
keputusan penyelesaian masalah. Pelaksanaan pelayanan vaksin COVID-19 di Puskesmas
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo telah sesuai standar operasional prosedur (SOP). Bagian awal
yang meliputi pendataan dan pendaftaran, menunggu antrian, setelah itu screening, lalu proses
vaksinasi, setelah proses vaksinasi terdapat bagian akhir yang meliputi obervasi selama 30 menit
untuk mengecek kondisi para penerima vaksin COVID-19 terkait gelaja atau efek yang
ditimbulkan dari vaksinasi tersebut. Selain itu, pegawai pelayanan vaksin memberikan pemahaman
pentingnya vaksinasi COVID-19 untuk menanggulangi penyebaran COVID-19. Setiap orang yang
telah diberikan Vaksin COVID-19 diberikan surat keterangan Vaksin COVID-19 berupa kartu
Vaksinasi COVID-19 atau sertifikat elektronik.

4.1.2. Menyusun Rekomendasi Program dan Indikator Keberhasilan

1. Rincian Program

a) Peserta datang untuk melakukan pemeriksaan rutin diPosyandu Lansia diharapkan angka
kehadiran peserta tiap kegiatan >80%
b) Follow up hasil pemeriksaan oleh pemegang program kepada pasien
c) Sosialisasi dan penyuluhan kepada kader dan keluarga pasien pentingnya ikut berperan
aktif dalam kegiatan posyandu lansia diharapkan dapat mendampingi, mengantar,
mengingatkan dan membantu pemecahan masalah yang dihadapi lansia
d) Pelatihan pengukuran antropometri dan IMT untuk kader
e) Pelatihan cara edukasi / penyuluhan untuk kader yang dievaluasi oleh dokter atau
pemegang program yang dapat dijadikan acuan materi pelatihan yang lebih terarah ke
depannya, berfokus pada langkah yang masih belum sempurna dilakukan oleh kader.
Evaluasi dilaporkan pada lokakarya bulanan setiap bulannya

2. Indikator Keberhasilan

Indikator
NO Target Evaluasi
Keberhasilan
Peserta datang untuk Melihat daftar hadir peserta
Angka kehadiran peserta
1 melakukan pemeriksaan pada setiap kegiatan Posyandu
lebih dari 80% dari target
rutin diPosyandu Lansia Lansia

31
sasaran pada setiap
kegiatan Posyandu
Lansia
Semua pasien yang
terdeteksi Penyakit
komorbid rutin Melihat data jumlah pasien
Follow up hasil
memeriksakan TD dan yang mendapatkan
pemeriksaan oleh
2. GDS, antropometri di pengobatan dan pasien yang
pemegang program
posyandu dan dirujuk untuk pengobatan
kepada pasien
memberikan rujukan ke lanjutan
puskesmas bagi pasien
yang perlu dirujuk
- Melihat daftar hadir
Pelatihan pengukuran Setiap kader memiliki
kader pada setiap
antropometri dan TD nilai lebih dari 80%
pelatihan.
3 untuk kader yang dalam ujian pengukuran
- Menilai checklist ujian
dievaluasi oleh dokter antropometri, TD yang
praktik pengukuran
atau pemegang program dinilai
antropometri.
Pelatihan cara
Setiap kader memiliki
mengedukasi untuk
nilai lebih dari 80% Menilai checklist ujian
4 kader yang dievaluasi
dalam ujian praktik cara praktik cara mengedukas
oleh dokter atau
mengedukasi yang dinilai
pemegang program
Sosialisasi dan
penyuluhan kepada
kader dan keluarga
pasien pentingnya ikut
Kader dan Keluarga
berperan aktif dalam
dapat mengedukasi
kegiatan posyandu
5 kembali pasien terutama 100% hadir
lansia (mendampingi,
yang tidak hadir dalam
mengantar,
kegiatan posyandu
mengingatkan dan
membantu pemecahan
masalah yang dihadapi
lansia)

32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Menurunnya angka capaian Program Vaksinasi sasaran Lansia yang dilakukan di Desa
Majasto Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo kemungkinan disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain Kader kurang proaktif dalam membujuk dan mencari sasaran, Kurangnya
sosialisasi dan edukasi ke masyarakat mengenai vaksin COVID-19, Informasi yang didapat
masyarakat mengenai vaksin COVID-19 masih kurang, akses transportasi menuju ke tempat
pelayanan masih terbatas serta terdapat penyakit komorbid akut dan tidak terkontrol.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan penulis untuk tercapainya angka capaian vaksin COVID-19
untuk kedepannya berupa :
• Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam memahami tentang COVID-19
baik dalam segi penyakit maupun manfaat vaksin itu sendiri, agar kader lebih paham saat
melakukan sosialisasi untuk mengajak masyarakatnya melakukan vaksin COVID-19
• Melakukan sosialisasi berkaitan dengan informasi tentang vaksinasi COVID-19 kepada
target sasaran vaksinasi sebelum dilakukan program vaksinasi di desa tersebut, bisa
menggunakan media leaflet yang mudah dipahami
• Melakukan upaya yang terintegrasi antara pemerintah daerah yaitu camat dan jajarannya
kebawah, Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas, Pengelola program, Bidan Desa, dan Kader
untuk membuat komitmen dan kebijakan sosial bagi masyarakat untuk membuat desa
tanggap vaksinasi COVID-19, serta dilakukan penyediaan sarana prasarana dan alat
transportasi untuk mempermudah sasaran dalam melakukan vaksinasi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Ashidiqie, M. L. I. I. (2020). Peran Keluarga Dalam Mencegah Coronavirus Disease 2019.


SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(8), 916. https://doi.org/10.15
408/sjsbs.v7i8.15411
Bramasta, D. B. (2020). Update Corona Dunia: 94 Juta Kasus | Peringatan CDC soal Varian
Baru.KOMPAS.Com. Retrieved from https://www.kompas
.com/tren/read/2021//083200665/update-corona-dunia- 94-juta kasus-peringatan-cdc-
soal-varian?page=all
Delfirman, Erwinsyah, G. R., & As’adhanayadi, B. (2020). Sikap Dan Persepsi Masyarakat
Berpendapat Rendah Terhadap Imbauan Jaga Jarak (1st ed.). Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=D0UREAAAQBAJ&pg
=PA2&dq=menjaga+jarak+cara+mencegah+penyebaran+virus+corona&hl=id&
sa=X&ved=2ahUKEwiPvcbD6cnuAhWGXCsKHYDQCFAQ6AEwBHE CAMQAg
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. (2021). Peta Per Desa COVID-19.
Farokhah, L., Ubaidillah, Y., & Yulianti, R. A. (2020). Penyuluhan Disiplin Protokol Kesehatan
Covid-19 Di Kelurahan Gandul Kecamatan Cinere Kota Depok. Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ, 1–8.
H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas. Sebelas Maret Press.
Hardiyansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik Konsep, Dimensi, Indikator Dan
Implementasinya. Yogyakarta: Gava Media.
Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan keluarga (1st ed.; Amirullah, Ed.).
Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=Ta3GAwAAQBAJ&
pg=PA93&dq=keperawatan+keluarga&hl=en&sa=X&ved=2UKEwiVwui8vJA
hWCA3IKHcPeDQ0Q6AEwA3oECAIQAg
Journal Publicuho, 3(2), 271. https://doi.org/10.35817/jpu.v3i2.12535
Julismin, & Hidayat, N. (2013). Gambaran Pelayanan Dan Perilaku Kesehatan Di Indonesia
Julismin dan Nasrullah Hidayat. 5, 1. Retrieved from https://jurnal.
unimed.ac.id/2012/index.php/geo/article/viewFile/8153/6798
Karyono, Rohadin, & Indriyani, D. (2020). Penanganan Dan Pencegahan Pandemi Wabah Virus
Corona (Covid-19) Kabupaten Indramayu. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 2(2), 165.
https://doi.org/10.24198/jkrk.v2i2.29127
Kemenkes, R. (2020). Dashboard Data Kasus COVID-19 di Indonesia. Retrieved from
https://www.kemkes.go.id/index.php
Masturoh, I., & Anggita T., N. (2018). Metode Penelitian Kesehatan (1st ed.). Retrieved from
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/ uploads/2018/09/Metodologi-
Penelitian-Kesehatan_SC.pdf
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2020 Tentang
PelaksanaanVaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease
2019(Covid-19).
Raditya, I. N. (2021). Apa Itu 5M Selain 3M & 3T untuk Lawan COVID-19 Saat Pandemi
Corona? Retrieved January 26, 2021, from tirto.id website: https:// tirto.id/apa-itu-5m-
selain-3m-3t-untuk-lawan-covid-19-saat-pandemi-corona f9qU
Riyadi, & Larasaty, P. (2020). Masyarakat Pada Protokol Kesehatan Dalam Mencegah Penyebaran
Covid-19. Seminar Nasional Official Statistics 2020:Pemodelan Statistika Tentang Covid-
19, 19, 45–54.
Setiawan, D., Musawaris, R. F., Haryono, W., & Faried Lubis, T. A. (2020). Studi Retrospektif:
Prevalensi Coronavirus Disease 2019 Di Rsud Dr. Soedarso Periode Februari - Oktober
2020. 1(3), 211. Retrieved from http://garuda. ristekbrin.go.id/documents/detail/1868884

34
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Retrieved from
https://id.b-ok.asia/book/5686376/9d6534
Sujarweni, V. W. (2014). Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami
(1st ed.). Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Supriatna, E. (2020). Wabah Corona Virus Disease (Covid 19) Dalam Pandangan Islam. SALAM:
Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(6), 555. https://doi.org/ 10.15408/sjsbs.v7i6.15247
Tuwu, D. (2020). Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Pandemi Covid-19.
Undang – Undang 36 Tahun 2009 tentang KesehatanPeraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dan
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Waskito, A. A. (2012). Kamus Praktis Bahasa Indonesia (5th ed.). Jakarta Selatan:
PT. Wahyu Medika.
WHO. (2020). Anjuran mengenai penggunaan masker dalam konteks COVID-19. Retrieved from
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/ covid19/anjuran-mengenai-
penggunaan-masker-dalam-konteks-covid 19.pdf?sfvrsn=8a209b04_2
Yulianto, D. (2020). New Normal Covid-19 Panduan Menjalani Tatanan Hidup Baru Di Masa
Pandemi. Yogyakarta: Hikam Pustaka.

35
Lampiran 1. Contoh checklist penilaian pengukuran antropometri bagi kader.

Checklist Penilaian Pengukuran Antropometri

(Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan)

Tanggal evaluasi : Nama penguji :

Nama Kader : Tanda tangan :

NO Keterampilan Terlaksana
1 Mempersiapkan instrumen dengan benar, terdiri dari:
- Timbangan berat badan
- Pengukur panjang dan tinggi badan
2 PENGUKURAN BERAT BADAN
- Mempersiapkan pasien yang akan diukur dengan
benar (pakaian minimal, melepas alas kaki,
mengeluarkan isi kantong, posisi berdiri atau
berbaring sesuai tujuan).
- Membaca skala pada posisi yang benar.
- Mencatat hasil pengukuran.
3 PENGUKURAN TINGGI BADAN
- Mempersiapkan pasien yang akan diukur dengan
benar (pakaian minimal, melepas alas kaki,
mengeluarkan isi kantong, posisi berdiri atau
berbaring sesuai tujuan).
- Melakukan pengukuran tinggi badan dengan benar.
- Membaca skala pada posisi yang benar.
- Mencatat hasil pengukuran.

Hasil penilaian: _____/ 10


Lampiran 2. Contoh checklist penilaian edukasi / penyuluhan bagi kader.

Checklist Penilaian Cara Mengedukasi bagi Kader

Tanggal evaluasi : Nama penguji :

Nama Kader : Tanda tangan :

No Keterampilan Terlaksana
1 Mempersiapkan diri dan ibu yang akan diedukasi (posisi
tubuh, kondisi lingkungan yang baik).
2 Membangun rapport yang baik (contoh: menanyakan kabar
ibu).
3 Menanyakan alasan mengapa Ibu tidak mau periksa ke
Puskesmas.
4 Menanyakan apa yang Ibu sudah ketahui mengenai
Hipertensi, DM, asma dan jantung
5 Memberikan pengertian sederhana mengenai tentang
Hipertensi , DM, asma dan jantung
6 Memberikan pengertian sederhana mengenai cara
pengendalian tekanan darah, gula darah serta pengaturan pola
makan yang benar bagi lansia dan dampaknya apabila tekanan
darah dan gula darah tidak terkontrol
7 Memastikan Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
8 Menawarkan bantuan jika diperlukan
9 Menanyakan planned action dari Ibu.
10 Berkomunikasi dengan bahasa tubuh dan verbal yang baik.

Hasil penilaian: _____/ 10


Lampiran 3 . Contoh checklist penilaian Pengukuran Tekanan Darah bagi kader.

Checklist Penilaian Cara Pengukuran Tekanan Darah bagi Kader

Tanggal evaluasi : Nama penguji :

Nama Kader : Tanda tangan :

NO Keterampilan Terlaksana
1 - Informed consent
- Lengan baju dibuka atau digulung
- Manset dipasang pada lengan atas
dengan pipa karetnya berada pada
sisiluar tangan
- Pompa tensi meter dipasang
- Denyut a. brachialis dirabam lalu
stetoskop ditempatkan pada daerah
tersebut
- Sekrup balon karet ditutup,
pengunci air raksda dibuka
selanjutnya balon dipompa sampai
denyut arteri tidak terdengar lagi
dan raksa dalam pipa gelas naik
- Sekrup balon dinuka
perlahansampai memperhatikan
turunnya air raksa dengarkan bunyi
denyutan pertama dan terakhir
- Hasil dicatat

Hasil penilaian: _____/ 10


Lampiran 4 . Leaflet Untuk Edukasi Sasaran Vaksinasi Sebelum Hari Dilakukan Vaksinasi.

Anda mungkin juga menyukai