Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

ASMA
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu : Dede Suharta, S.Kep.,M.Pd

Disusun Oleh :

Fitri Widia Nursukma KHGA 19104

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
Jl. Nusa Indah No.24 Tarogong Kidul Garut
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENYAKIT ASMA

Pokok Bahasan : Kesehatan Lingkungan


Sub Pokok Bahasan : Penyakit Asma
Sasaran : Keluarga Tn H
Target : An. B
Hari / Tanggal : Senin, 4 Oktober 2021
Waktu : 10.30 – 11.00 WIB
Tempat : Rumah Tn H

I. LATAR BELAKANG
Berdasarkan pengkajian di keluarga Tn H didapatkan data bahwa
kesehatan lingkungan merupakan masalah yang kurang dipahami oleh
sebagian besar masyarakat dan kurang mendapatkan perhatian. 
Adanya permintaan penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan
lingkungan merupakan momentum yang sesuai untuk menyampaikan
informasi mengenai penyakit-penyakit akibat lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan.
II. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan,keluarga Tn H mampu
memahami tentang penyakit asma.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit
diharapkan wargadapat
1) Memahami pengertian, tanda dan gejala dan penyebab
penyakit asma
2) Memahami pertolongan pertama bagi penderita asma
3) Memahami cara pencegahan kekambuhan penyakit asma
4) Mengetahui pengobatan asma
III. Strategi Penyampaian
a. Metode
Ceramah dan Tanya jawab
b. MEDIA
Leaflet

IV. MATERI
a. Isi Materi
1. Pengertian, tanda dan gejala asma
2. Cara pencegahan kekambuhan asma 
V. Kegiatan pendidikan kesehatan

NO Kegiatan Penyuluhan target Waktu


1 Pembukaan Individu Keluarga 5 Menit
 Salam TN. H
 Perkenalan
 Menjelaskan tujuan
penyuluhan dan
kontrak waktu
penyuluhan
2 Kegiatan Inti Individu Keluarga 15 Menit
 Menjelaskan tentang TN.H
pengertian dan
klasifikasi penyakit
asma
 Menjelaskan tentang
penyebab asma
 Menjelaskan tentang
tanda dan gejala asma
 Menjelaskan tentang
cara mengatasi asma

3 Penutup Individu Keluarga 10 Menit


 Menanyakan kembai TN. H
pengertian,
jenis,penyebab,tanda
dan gejala serta cara
pencegahan asma
 Menyimpulkan
bersama sama hasil
kegiatan penyuluhan
 Salam peutup

VI. EVALUASI
a. Evaluasi struktur
1. SAP sudah di buat
2. Leaflet sudah di buat
3. Materi penyuluhan sudah di kuasai
b. Evaluasi pelaksanaan
1. Pelaksanaan sesuai waktu yang telah di tetapkan
2. Keluarga aktif bertanya
3. Keluarga mendengarkan dengan perhatian
4. Keluarga dapat memahami pengertian,jenis,penyebab,
tanda dan gejala,cara mengatasi asma
c. Evaluasi hasil
1. Keluarga dapat menyebabkan pengertian dan klasifikasi
asma
2. Keluarga dapat menyebabkan penyebab asma,
3. Keluarga dapat menyebabkan tanda dan gejala asma
4. Keluarga dapat menyebabkan cara pencegahan asma

VII. Materi Penyuluhan


a. Pengertian dan klasifikasi asma
b. Penyebab asma
c. Panda dan gejala asma
d. Para pencegahan asma

ASMA
1. Pengertian
Asma adalah penyakit sukar bernapas yang ditandai adanya penyempitan
saluran napas, napas mencuit-cuit atau bengek.. Asma bersifat refersibel.
Asma terjadi ketika bronchi mengalami inflamasi dan hiperresponsif.
Penyakit ini menyebabkan penyempitan pada saluran nafas sehihngga
menimbulkan kesulitan bernafas. Asma adalah penyakit obstruksi saluran
peranfasana yang bersifat refersibel dan berbeda dari obstruksi saluran
peranafasan lain seperti pada penyakit empisema maupun bromnkitis
kronis yang bersifat ireversibel dan kontinyu.
2. Etiologi
Etiologi asma mungkin merupakan reaksi alergi yang sering terjadi pada
pasien dengan umur kurang dari 30 tahun. Namun, munculnya asma pada
pasien dengan menyebabkan asma antara lain yaitu beberapa bahan iritan
seperti debu-debu yang beterbangan, asap, produk pembersih atau bau.
Pemicu tambahan lainnya adalah udara dingin, infeksi saluran peranfasan
atas atau bawah dan stres. 
3. Patofisiologi 
Patofiiologi asma diawali dengan reaksi inflamasi pada slauran
peranfasan yang memicu terjadinya perubahan patofisiologi yang berupa
bronki menjadi hiperresponsif dna terjadi bronkospasme. Sehingga
mengganggu proses pertukaran udara dan ventilasi. Kebanyakan pasien
berupaya mengatasi penyakit asma dengan baik. Namun begitu, pasien
yang mengidap penyakit asma perlu diangani secara serius karena reaksi
asma bisa mengarah pada gagal nafas dan akhirnya menyebabkan
kematian.
4. Tanda dan Gejala 
Tanda dan gejala asma meliputi batuk (krok-krok, krek-krek), dispnea,
wheezing, hiperventilasi (salah satu gejala awal), pusing-pusing, kebiruan
di mulut dan sekitarnya, perasaan yang merangsang, skait kepala, nausea,
penigkatan nafas pendek, kecemasan, diaporesis, dan kelelahan, dan
gejala meningkat pada malam dan dini hari. Tingkat keparahan dari
serangan asma tergantung pada tingkat obstruksi pada saluran peranfasan,
kadar saturasi oksigen, pembawaan pola pernafasan, perubahan status
mental, dna bagaimana tanggapan penderita terhadap pernafasannya.
Tanda-tanda buruk dari perubahan status mental biasanya meliputi hal-hal
berikut : kurang istirahat yang makin meningkat kemudian diikuti dengan
atau gampang mengantuk.Ketika orang tersebut jatuh akibat kelelahan
yang amat sangat, maka kondisi kritis ini seirng mengarah pada aggal
nafas akut. Beberapa penderita memliki penurunan reaksi asma yang
lambat. Tetapi ada beberapa yang cepat, misalnya dalam hitungan menit.
Oleh karena itu, waktu bukanlah parameter yang etrbaik utnuk
mennetukan apakah perlu memamnggil dokter dulu atau mencari
pertolongan darurat secepat mungkin. Sehingga semua indikator yang
disebutkan diatas perlu mendapatkan perhatian yang semestinya. 
5. Penyebab kekambuhan asma
Penyebab asma secara pasti masih belum diketahui. Meskipun begitu, ada
beberapa hal yang dapat memicu kemunculan gejala penyakit ini, di
antaranya:
 Infeksi paru-paru dan saluran napas yang umumnya menyerang
saluran napas bagian atas seperti flu.
 Alergen (bulu hewan, tungau debu, dan serbuk bunga).
 Paparan zat di udara, misalnya asap kimia, asap rokok, dan polusi
udara, termasuk kabut asap.
 Faktor kondisi cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin, cuaca
panas yang didukung kualitas udara yang buruk, cuaca lembap, dan
perubahan suhu yang drastis juga pemanasan global.
 Kondisi interior ruangan yang lembap, berjamur, dan berdebu.
 Pekerjaan tertentu, seperti tukang kayu, tukang las, atau pekerja pabrik
tekstil.
 Stres.
 Emosi yang berlebihan (kesedihan yang berlarut-larut, marah
berlebihan, dan tertawa terbahak-bahak).
 Aktivitas fisik (misalnya olahraga).
 Obat-obatan, misalnya obat pereda nyeri anti-inflamasi nonsteroid
(aspirin, naproxen, dan ibuprofen) dan obat penghambat beta
(biasanya diberikan pada penderita gangguan jantung atau hipertensi).
 Makanan atau minuman yang mengandung sulfit (zat alami yang
kadang-kadang digunakan sebagai pengawet), misalnya selai, udang,
makanan olahan, makanan siap saji, minuman kemasan sari buah, bir,
dan wine.
 Alergi makanan (misalnya kacang-kacangan).
 Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau penyakit di mana asam
lambung kembali naik ke kerongkongan sehngga mengiritasi saluran
cerna bagian atas.
 Sangat penting untuk mengetahui apa yang kerap memicu munculnya
gejala apabila Anda adalah seorang penderita asma. Setelah
mengetahuinya, hindari hal-hal tersebut karena itu merupakan cara
terbaik bagi Anda untuk mencegah terjadinya serangan asma.
6. Faktor-faktor risiko asma
Saluran pernapasan orang yang memiliki asma lebih sensitif dan mudah
mengalami inflamasi dibandingkan dengan orang-orang normal ketika
teriritasi oleh pemicu-pemicu yang telah disebutkan di atas. Saat gejala
asma muncul, saluran pernapasan akan menyempit dan otot-otot di sekitar
saluran tersebut mengencang. Selain itu, ada peningkatan peradangan
pada lapisan saluran pernapasan dan produksi dahak yang makin
menambah penyempitan pada saluran pernapasan. Dengan menyempitnya
bagian-bagian dari saluran pernapasan, maka udara akan lebih sulit
mengalir dan penderita menjadi makin sulit bernapas. Menurut penelitian,
ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk
terkena penyakit asma, di antaranya:
 Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit asma atau
 alergi atopik (kondisi yang berkaitan dengan alergi, misalnya alergi
makanan dan eksim).
 Mengidap penyakit bronkiolitis atau infeksi paru-paru saat masih
kecil.
 Lahir dengan berat badan di bawah normal, yaitu kurang dari dua
kilogram.
 Kelahiran prematur, terutama jika membutuhkan ventilator.
 Terpapar asap rokok saat masih kecil. Pada kasus ibu yang merokok
saat hamil, risiko anak untuk menderita asma akan meningkat.
7. Pengobatan Asma
Bagi sebagian besar penderita asma, obat-obatan dan metode
pengobatan yang ada saat ini sudah terbukti efektif dalam menjaga
agar gejala asma tetap terkontrol. Untuk mendapatkan hasil yang
efektif, dokter perlu menyesuaikan pengobatan dengan gejala-gejala
asma yang muncul. Selain itu, pasien juga harus menjalani
pemeriksaan secara rutin (minimal sekali dalam setahun) untuk
memastikan pengobatannya cocok dan penyakit asma telah berada
dalam kendali. Terkadang pasien membutuhkan tingkat pengobatan
yang lebih tinggi pada jangka waktu tertentu.
a. Rencana penanganan asma
Informasi mengenai obat-obatan harus disertakan di dalam rencana
penanganan asma. Rencana penanganan ini juga bisa membantu
Anda mengetahui kapan gejala bisa memburuk dan langkah apa
yang harus diambil. Setidaknya sekali dalam setahun, rencana
penanganan asma tersebut harus Anda tinjau ulang bersama dokter.
Bahkan peninjauan secara lebih berkala perlu dilakukan jika gejala
asma telah mencapai tingkat parah.
b. Obat-obatan asma yang disarankan Biasanya obat-obatan asma
diberikan melalui alat yang disebut inhaler (obat hirup untuk
asma). Alat ini dapat mengirimkan obat ke dalam saluran
pernapasan secara langsung dengan cara dihirup melalui mulut.
Menggunakan obat asma dengan cara dihirup dinilai efektif karena
obat tersebut langsung menuju paru-paru. Kendati begitu, tiap
inhaler bekerja dengan cara yang berbeda. Biasanya dokter akan
mengajari Anda cara menggunakan inhaler dan melakukan
pemeriksaan setidaknya sekali dalam setahun. Selain inhaler, ada
juga yang disebut sebagai spacer. Ini merupakan wadah dari logam
atau plastik yang dilengkapi dengan corong isap di satu ujungnya
dan lubang di ujung lainnya untuk dipasangkan inhaler. Saat
inhaler ditekan, obat akan masuk ke dalam spacer dan dihirup
melalui corong spacer itu sendiri. Spacer juga dapat mengurangi
risiko sariawan di mulut atau tenggorokan akibat efek samping dari
obat-obatan asma yang dihirup. Spacer mampu meningkatkan
jumlah obat-obatan yang mencapai paru-paru dan mengurangi efek
sampingnya. Beberapa orang bahkan merasa lebih mudah memakai
spacer ketimbang inhaler saja. Pada kenyataannya karena dapat
meningkatkan distribusi obat ke dalam paru-paru, penggunaan
spacer sering disarankan. Sebagai bagian dari penanganan asma
yang baik, penting bagi Anda untuk memastikan bahwa dokter atau
apoteker mengajari cara menggunakan inhaler dengan benar. Ada
dua jenis inhaler yang digunakan dalam penanganan penyakit
asma, yaitu:
 Inhaler pereda. Inhaler pereda digunakan untuk meringankan
gejala asma dengan cepat saat serangan sedang berlangsung.
Biasanya inhaler ini berisi obat-obatan yang disebut short-acting
beta2-agonist atau beta2-agonist yang memiliki reaksi cepat
(misalnya terbutaline dan salbutamol). Obat ini mampu
melemaskan otot-otot di sekitar saluran pernapasan yang
menyempit. Dengan begitu, saluran pernapasan dapat terbuka
lebih lebar dan membuat pengidap asma dapat bernapas
kembali dengan lebih mudah. Obat-obatan yang terkandung di
dalam inhaler pereda jarang menimbulkan efek samping dan
aman digunakan selama tidak berlebihan. Inhaler pereda tidak
perlu sering digunakan lagi jika asma sudah terkendali dengan
baik. Bagi pengidap asma yang harus menggunakan obat ini
sebanyak lebih dari tiga kali dalam seminggu, maka
keseluruhan penanganan perlu ditinjau ulang.
 Inhaler pencegah. Selain dapat mencegah terjadinya serangan
asma, inhaler pencegah juga dapat mengurangi jumlah
peradangan dan sensitivitas yang terjadi di dalam saluran napas.
Biasanya Anda harus menggunakan inhaler pencegah tiap hari
untuk sementara waktu sebelum merasakan manfaatnya secara
utuh. Anda juga mungkin akan membutuhkan inhaler pereda
untuk meredakan gejala saat serangan asma terjadi. Namun jika
Anda terus-menerus membutuhkan inhaler pereda tersebut,
maka penanganan Anda harus ditinjau ulang secara
keseluruhan. Umumnya pengobatan pencegah disarankan jika
Anda mengalami serangan asma lebih dari dua kali dalam
seminggu, harus menggunakan inhaler pereda lebih dari dua
kali dalam seminggu, atau terbangun pada malam hari sekali
atau lebih dalam seminggu akibat serangan asma. Inhaler
pencegah biasanya mengandung obat-obatan steroid seperti
budesonide, beclometasone, mometasone, dan fluticasone.
Merokok dapat menurunkan kinerja obat ini.
Jika asma tidak kunjung mereda oleh pengobatan di atas, dokter
bisa meningkatkan dosis inhaler pencegah. Jika langkah ini tidak
juga dapat mengendalikan gejala asma, biasanya dokter akan
memberikan Anda tambahan obat yang disebut long-acting reliever
atau obat pereda asma reaksi lambat (long-acting
bronchodilator/long-acting beta2-agonist atau LABA). Khasiatnya
sama dengan obat pereda reaksi cepat, hanya saja kinerjanya butuh
waktu yang lebih lama dan efeknya bisa bertahan hingga 12 jam.
Contoh inhaler pereda reaksi lambat adalah salmeterol dan
formoterol. Dikarenakan LABA juga tidak meredakan peradangan
pada saluran napas penderita asma, obat ini dapat memperparah
asma sembari menyembunyikan gejalanya. Hal ini meningkatkan
kemungkinan serangan asma parah yang mungkin membahayakan
jiwa penderita. Oleh karena itu selalu gunakan inhaler kombinasi
atau inhaler yang dikombinasikan dengan steroid inhalasi dan
bronkodilator jangka panjang dalam satu perangkat.
c. Langkah penanggulangan serangan asma dengan inhaler Jika tiba-
tiba gejala asma Anda kambuh, lakukan tiga hal utama berikut.
 segera keluarkan inhaler jenis pereda dan isap sebanyak 1 atau 2
kali. Setelah itu, lakukan langkah kedua dengan cara
 duduk tenang dan cobalah bernapas secara stabil. Apabila gejala
asma masih belum mereda, maka lakukan langkah ketiga
dengan cara
 mengisap inhaler Anda kembali sebanyak 2 kali (atau hingga 10
kali jika diperlukan) tiap dua menit sekali. Apabila seluruh
langkah tersebut tetap tidak meredakan gejala asma dan Anda
khawatir kondisi bisa menjadi lebih buruk, maka segera telepon
ambulans atau minta orang-orang di sekeliling Anda untuk
membawa Anda ke rumah sakit. Sebelum Anda benar-benar
mendapatkan penanganan rumah sakit, ulangi terus langkah
ketiga.
d. Obat-obatan asma lainnya
Selain dengan inhaler, penanganan asma juga bisa dilakukan
dengan obat-obatan seperti:
 Steroid oral.
 Tablet steroid mungkin akan diresepkan dokter jika asma Anda
masih belum bisa dikendalikan. Pengobatan ini biasanya
dipantau oleh dokter spesialis paru yang menangani penderita
asma karena jika digunakan secara jangka panjang (misalnya
lebih dari tiga bulan), berisiko menyebabkan efek samping
tertentu, seperti hipertensi, kenaikan berat badan, otot melemah,
pengeroposan tulang, kulit menipis dan mudah memar. Selain
itu, efek samping yang lebih serius yang bisa saja terjadi adalah
katarak dan glaukoma. Oleh karena itu pengobatan dengan
steroid oral hanya dianjurkan jika Anda telah melakukan cara
pengobatan lainnya, namun belum berhasil. Sebagian besar
orang hanya perlu menggunakan steroid oral selama 1-2 minggu
dan sebagai obat tambahan untuk menangani infeksi tambahan
(seperti infeksi pada paru). Biasanya mereka akan kembali ke
pengobatan sebelumnya setelah asma dapat dikendalikan.
Sebaiknya Anda rutin memeriksakan diri agar terhindar dari
osteoporosis, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
 Tablet theophylline. Obat yang bisa difungsikan sebagai obat
pencegah gejala asma ini bekerja dengan cara membantu
melebarkan saluran napas dengan melemaskan otot-otot di
sekelilingnya. Pada sebagian orang, tablet theophylline
diketahui menyebabkan efek samping, seperti mual, sakit
kepala, muntah, insomnia,dangangguan perut. Namun hal ini
biasanya dapat dihindari dengan penyesuaian dosis.
 Tablet leukotriene receptor antagonist (montelukast). Obat ini
bekerja dengan cara menghambat bagian dari reaksi kimia yang
menyebabkan radang di dalam saluran pernapasan. Sama seperti
theophylline, obat ini digunakan untuk mencegah gejala asma.
Leukotriene receptor antagonist dapat menimbulkan efek
samping berupa sakit kepala dan gangguan perut.
 Ipratropium. Meski lebih banyak diresepkan pada kasus
bronkitis kronis dan emfisema, ipratropium juga bisa digunakan
untuk menanggulangi serangan asma. Obat ini mampu
memperlancar aliran pernapasan dengan cara melemaskan otot-
otot saluran pernapasan yang mengencang ketika gejala asma
kambuh.
 Omalizumab. Obat ini mampu menurunkan risiko terjadinya
peradangan saluran pernapasan dengan cara mengikat salah satu
protein yang terlibat di dalam respons imun dan mengurangi
kadarnya pada darah. Umumnya, omalizumab
direkomendasikan bagi penderita yang menderita asma karena
alergi dan sering mengalami serangan asma. Sebagai obat yang
biasanya hanya diresepkan oleh dokter spesialis, omalizumab
diberikan dengan cara disuntikkan tiap 2-4 minggu sekali.
Penggunaan omalizumab harus dihentikan jika obat ini tidak
berhasil mengendalikan asma dalam kurun waktu enam belas
minggu.
 Bronchial thermoplasty. Ini merupakan prosedur pengobatan
asma baru yang masih terus diteliti dan belum tersedia di
Indonesia. Dalam beberapa kasus, prosedur ini digunakan untuk
mengobati asma parah dengan cara merusak otot-otot sekitar
saluran napas yang dapat mengurangi penyempitan pada saluran
pernapasan. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa
prosedur ini dapat mengurangi serangan asma dan memperbaiki
kualitas hidup penderita asma parah. Kendati begitu,
keuntungan maupun kerugian secara jangka panjangnya belum
sepenuhnya diketahui.
 Selain latihan pernapasan, metode pengobatan pelengkap
lainnya adalah:
 Akupunktur
 Obat herbal tradisional Tiongkok
 Homeopati
 Terapi suplemen oral
 Hipnosis
 Terapi Ionisasi
 Chiropractic
Walau demikian, di antara semua pengobatan pelengkap
yang telah disebutkan, hanya latihan pernapasan yang
terbukti efektif mengurangi gejala dan kebutuhan penderita
akan obat asma. Untuk terapi pelengkap lainnya, masih
dibutuhkan penelitian lebih lanjut akan efeknya terhadap
penyakit asma.
DAFTAR PUSTAKA

REFERENSI
Dainur, 1992, Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, Widya
Medika, 
Jakarta
Notoatmojoyo, S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta,
Jakarta
Setyono, Joko; 2001, Keperawatan Medikal Medah, Salemba Medika,
Jakarta
https://www.alodokter.com › asma
Pengobatan Asma - Alodokter

Anda mungkin juga menyukai