Anda di halaman 1dari 4

ABDOMINAL TRAUMA

BY : Ns. Sunarti Basso, S.kep, M.Kes

Tujuan instruksional umum:


Mahasisa dapat mengetahui, mengindentifikasi, dan melakukan penanganan trauma abdomen

Tujuan instruksional khusus:


Mahasiswa dapat:
1. Memahami anatomi abdomen normal
2. Memahami dasar diagnostic dan terapi pada trauma abdomen
3. Mengetahui indikasi stabilisasi dan transport pada trauma abdomen
4. Melaksanakan tindakan pertolongan pertama pada trauma abdomen

A. PENDAHULUAN
Abdomen merupakan bagian tubuh yang sulit didiagnosis dengan tepat jika mengalami cedera
yang mmbutuhkan intervensi bedah. Cidera abdomen merupakan satu dari penyebab kematian
tersering pada kasus trauma karena pendarahan yang terjadi bisa mengakibatkan syok sampai
dengan 2 liter darah, maka penanganan yang harus segera dilakukan adalah segera transport
korban dengan airway, breathing dan circulation yang sudah cukup stabil.

Trauma Abdomen dapat disebabkan karena trauma tumpul dan truma tajam. Cidera akibat
trauma tumpul seringkali lebih sering menyebabkan kematian daripada trauma tajam karena
sulit terdiagnosis
Kematian yang terjadi kemungkinan besar diakibatkan karena perdarahan masif yang terjadi
akibat trauma tumpul maupun trauma tajam. Pengetahuan tentang mekanisme cidera yang
terjadi harus membuat paramedic mencurigai adanya potensi trauma bdomen dan perdarahan
intra abdomen.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGIS


Abdomen berisi rongga-rongga pencernaan, endokrin dan system urogenital serta pembuluh-
pembuluh darah besar. Rongga abdomen terletak di bawah diafragma, dibatasi oleh dinding
abdomen anterior, tulang pelvis, kolumna vertebra dan oto abdomen, rongga ini dibagi menjadi
dua yaitu:
a. Rongga peritoneal (rongga abdomen sebenarnya): berisi usus besar dan halus, limpa, hepar,
lambung, kandung empedu dan organ reproduksi wanita.
b. Ruang Retroperineal (ruang potensial di belakang rongga peritonel) : berisi ginjal, ureter,
kandung kemih, organ reproduksi, vena cava inferior, aorta abdomen, pancreas, sebagian
duodenum, kolon dan rectum.
Bagian atas (cranial) abdomen terlindungi oleh iga di bagian depan oleh kolumna vertebra.
Daerah ini berisi hepar, limpa, lambung dan diafragma. Organ-organ ini juga dapat cidera akibat
fraktur iga atau strernal. Organ yang paling sering terjadi cidera adalah hati dan limpa.
Bagian bawah (kauda) abdomen terlindungi oleh pelvis. Daerah ini berisi rectum dan usus,
kandung kemih dan ureter, serta organ reproduksi wanita. Perdarahan ekstra peritoneal akibat
fraktur pelvis merupakan masalah berat yang sering ditemui.

Untuk mempermudah pemahaman fisiologis organ-organ abdomen terbagi menjadi organ


berongga, solid dan vaskular. Jika terjadi cidera maka organ vaskular dan solid akan berdarah,
sedangkan utuk organ beronga akan menumpahkan kandungannya ke dalam rongga peritoneal
atau ekstraperitoneal. Tumpahan ini mengakibatkan perdarahan intraabdomen, peritonitis
(peradangan intraperitoneum) dan sepsis (infeksi luas). Pertolongan fase pra rumah sakit
meliputi pengelolaan syok dan kontrol perdarahan.

Abdomen terbagi mejadi empat kuadran. Kuadran ini dibentuk oleh dua garis. Garis pertama
adalah garis sumbu tubuh(midline), dari ujung procesus xipoideus sampai simfisis pelvis. Garis
kedua tegak lurus pada garis pertama setinggi umbilicus.

Abdomen berisi organ-organ pencernaan, endokrin dan sistim urogenitalia serta pembuluh
darah besar. Rongga abdomen terletak dibawah diafragma. Dibatasi oleh dinding abdomen
anterior, tulang pelvis, columna vertebrales dan otot abdomen. Rongga ini dibagi dua yaitu
ruang peritoneal dan retroperitoneal. Ruang peritoneal (rongga abdomen sebenarnya) berisi
usus besar dan halus, limpa, hepar, lambung. Kandung empedu dan organ reproduksi wanita.
Ruang retroperitoneal (ruang potencial di belakang rongga peritoneal) berisi ginjal, ureter,
kandung kemih, organ reproduksi, vena cafa inferior, aorta abdomen, pancreas, sebagian
duodenum, kolon dan rectum.

Untuk lebih mudah memahami fisiologi abdomen, kita bagi organ-organ abdomen kedalam
kelompok organ berongga, solid dan vaskuler. Jika mengalami cidera organ vaskuler dan solid
akan berdarah sedangkan organ berongga akan menumpahkan kandungannya ke dalam rongga
peritoneal atau ekstra peritoneal. Tumpahan ini mengakibatkan perdarahan intraabdomen,
peritonitis dan sepsis. Pertolongan meliputi pengelolaan syok dan control perdarahan.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik abdomen harus dilakukan dengan cara yang teliti dan sistematis.

Inspeksi
Pakaian penderita dilepaskan. Inspeksi dilakkan pada bagian depan dan belakang abdomen juga
bagian bawah dada dan perineum apakan ada jejas, benda asing yang menancap dan status
kehamilan. Penderita dapat dibalikkan dengan hati-hati untuk mempermudah pemeriksaan
lengkap.

Auskultasi
Dengan auskultasi ditentukan apakan bising usus ada atau tidak. Daah intraperitoneum yang
bebas dapat menyebabkan hilangnya bunyi usus.
Perkusi
Perkusi dapat menunjukkan adanya bunyi timpani akibat dilatasi lambung akut atau bunyi redup
bila ada hemoperitoneum.

Palpasi
Adakah nyeri tekan dan nyeri lepas pada area abdomen. Rasa nyeri dapat mengidentifikasi
adanya perlukaan di salah satu orga dalam abdomen.

Trauma abdomen dapat disebabkan karena trauma tumpul dan trauma tembus. Pukulan
langsung misalnya terkena pinggir bawah stir mobil atau pintu yang masuk pada kecelakaan
bermotor dapat mengakibatkan cedera tekanan pada organ abdomen. Kekuatan ini dapat
merusak bentuk organ padat atau berongga dan dapat mengakibatkan rupture khususnya pada
organ yang menggembung (misalnya uterus yang hamil), dengan perdarahan sekunder.

Shearing injuries pada organ abdomen merupakan bentuk trauma yang dapat terjadi bila suatu
alat penahan (seperti sabuk pengaman) dipakai dengan cara yang salah. Tabrakan kendaraan
bermotor dapat juga menyebabkan cedera deceleration karena gerakan yang berbeda dari
bagian badan yang bergerak dan yang tidak bergerak, pada hati dan limpa yang sering terjadi
(organ bergerak) ditempat jaringan pendukung pada tabrakan tersebut.

Luka tikam tembakan atau cedera remuk di perut dapat menyebabkan luka-luka serius bahkan
mengancam nyawa. Organ-organ dan pembuluh darah utama yang terletak jauh di dalam tubuh
dapat tertusuk robek atau pecah. Parahnya luka terbukti dari tanda-tanda seperti perdarahan
luar dan isi perut yang terburai.

D. TANDA DAN GEJALA


Trauma di daerah abdomen dapat disebabkan karena :
1. Trauma tembus, yaitu dengan penetrasi ke dalam rongag perut, dapat disebabkan oleh luka
tusuk atau luka tembak.
2. Trauma tumpul, yaitu tanpa penetrasi ke dalam rongga perut, dapat disebabkan oleh
ledakan, benturan atau pukulan. Kematian akibat trauma perut dapat dikurangi dengan
diagnosis dan tindakan segera, biasanya disebabkan oleh perdaraha atau peradangan dalam
rongga perut.

Tanda dan gejala umum pada trauma abdomen:


a. Pemeriksaan fisik:
- Mungkin ditemukan syok dan terjadi penurunan kesadaran
- Adanya jejas di daerah perut, pada luka tusuk tembak dapat ditemukan pula prolaps isi
perut
- Adanya darah, cairan atau udara bebas dalam rongga perut penting dicari, terutama
pada trauma tumpul:
 Tanda rangsang peritoneum: nyeri tekan, nyeri lepas, kekakuan dinding perut, nyeri
di daerah perut
 Pekak hati menghilang
 Bising usus melemah/menghilang
Tanda rangsang peritoneum sering sukar dicari bila ada trauma penyerta, terutama pada kepala,
dalam hal ini dianjurkan melakukan lavase peritoneal.

b. Anamnesa: proses kejadian selengkap mungkin, terutama mengenai cara terjadinya


kecelakaan, arah tusukan atau tembakan.
c. Pemeriksaan lain: rectal touché, adanya darah menunjukkan kelainan usus besar, mencari
adanya darah, cairan atau udara dalam rongga perut (kuldosentesis), mencari adanya darah
dalam lambung, sekaligus mencegah aspirasi bila muntah (sonde lambung), mencari lesi
saluran kemih(katerisasi)
d. Pemeriksaan pembantu: darah lengkap, urin, radiologic, parasentesis perut.

E. PENANGANAN
Penanganan tindakan terhadap korban dengan trauma abdomen adalah prinsip airway,
breathing and circulation:
a. Proteksi diri dan lingkungan
b. Curiga terjdinya fraktur servikal fiksasi kepala dan pasang penyangga (neck collar)
c. Mengawasi dan mengatasi gangguan fungsi vital seperti gangguan jalan napas, oksigenisasi
adekuat
d. Cegah dan atasi syok jika ada, kontrol perdarahan luar, balut luka terbuka dengan kasa yang
kering, balutan steril.
e. Beri posisi nyaman terhada korban, dan imobilisasi korban untuk mengurangi nyeri dan
perdarahan. Posisi kaki lebih tingi sebagai autotransfusi jika memungkinkan dan tidak ada
atau curiga terjadi fraktur di daerah lagi.
f. Lepaskan pakaian korban agar tidak mengganggu tindakan dan untuk dapat menilai secara
keseluruhan.
g. Jika terjadi eviserasi (keluarnya anggota bagian dalam perut), tutup bagian yang keluar
dengan kasa atau kain basah dan selam transport selalu dibasahi atau diguyur dengan cairan
infuse, hindari menyentuh secara langsund dan jangan mencoba untuk memasukkan
kembali ke dalam perut.
h. Jika terjadi luka tusuk dan benda masih menancap jangan dicabut karena sebagian tampon
atau depp. Jika benda yang tertancap dicabut maka akan terjadi perdarahan yang cukup
hebat dan jaringan disekitar akan menjadi rusak lebih parah.
i. Pasang gastric tube untuk mencegah aspirasi

F. KESIMPULAN
Cidera intra abdomen sangat potensial mengamcam jiwa. Perdarahan hebat intra abdomen
tidak selalu menampakkan gejala yang jelas. Keadaan penderita cidera abdomen dapat
memburuk dengan cepat. Identifikasi organ yang cidera sulit dilakukan di lingkungan fase pra
rumah sakit harus dilakukan penilaian cepat, stabilisasi esensial dan transport cepat.
Pertolongan fase awal meliputi pengelolaan airway, oksigenisasi adekuat dan control
perdarahan. Tindakan bedah pada umumnya harus segera dilakukan. Fasilitas rumah sakit
dengan tim trauma yang siap sedia sangatlah menentukan keberhasilan penyelamatan jiwa
penderita.

Anda mungkin juga menyukai