salah satu komponen pokok yang harus selalu tersedia dan tidak tergantikan
pada pelayanan kesehatan. Namun di sisi lain, obat dapat merugikan kesehatan
bila tidak memenuhi persyaratan, bila digunakan secara tidak tepat atau bila
lainnya, peredaran obat diatur sedemikian rupa agar terjamin keamanan, mutu
menyebabkan banyak kerugian, baik itu kerugian dari sisi finansial maupun
Rasional (POR) atau Rational Use of Medicine (RUM) . POR merupakan suatu
dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan dengan biaya yang
terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan masyarakat. Dengan empat kata kunci
yaitu kebutuhan klinis, dosis, waktu, dan biaya yang sesuai, POR merupakan
Penggunaan obat yang rasional menjadi salah satu tujuan dalam Kebijakan
penggolongan obat menjadi beberapa golongan, yaitu: obat bebas, obat bebas
(OWA).
Golongan obat bebas dapat dibeli masyarakat secara bebas tanpa resep dan
namun dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam bungkus aslinya dari
. Obat
wajib apotek (OWA) juga merupakan obat keras yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter, namun dengan ketentuan yang lebih ketat, yaitu: yang
The Pursuit of Responsible Use of Medicines: Sharing and Learning from Country
7Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2380/A/SK/VI/1983 tentang Tanda Khusus Untuk Obat
Syamsuni, 2007, Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hlm. 17.
pasien serta obat yang telah diserahkan serta memberikan informasi meliputi
dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang
Golongan obat keras sering juga disebut dengan obat daftar G (dari kata
gevaarlijk yang berarti berbahaya) hanya dapat diserahkan oleh apotek atas
yang salah ataupun penyalahgunaan obat dari golongan ini. Penggunaan yang
tidak tepat dari obat golongan ini memiliki risiko yang cukup tinggi bagi
kesehatan sesuai dengan asal katanya yang berarti berbahaya. Atas risiko
Tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotik, beberapa obat keras diperbolehkan
untuk diserahkan oleh Apoteker di Apotek tanpa resep. Namun untuk obat
keras yang tidak masuk dalam daftar Obat Wajib Apotek penyerahannya harus
.
Akan tetapi saat ini terjadi fenomena penyimpangan dari peredaran obat
keras di masyarakat. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan obat keras
11 Yustina Sri Hartini dan Sulasmono, 2010, Apotek Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-Undangan Terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan Permenkes tentang Apotek
Rakyat Edisi Revisi Cetakan Ketiga, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, hlm. 71.
secara legal diduga banyak melakukan pelayanan obat keras secara ilegal
dalam bentuk pelayanan obat keras tanpa dasar resep dokter. Di beberapa
berjudul “Obat Keras Beredar Bebas”. Dalam berita tersebut ditulis bahwa
sepertinya obat keras dan obat yang tergolong dalam daftar G sangat mudah
Farma TD cabang Palangkaraya yang mengakui banyak obat keras beredar luas
di masyarakat yang tidak hanya di outlet resmi semisal apotek, tapi juga di
kios-kios atau toko obat12
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis saat itu, drg H. Dendy Rahayu
telah mengimbau seluruh apotek di Kabupaten Ciamis agar tidak menjual obat
keras secara bebas, kecuali obat yang diberi logo merah tersebut dijual atas
membeli obat berlogo merah itu tanpa resep dokter dari salah satu apotek di
Ciamis. Obat tersebut berinisial ST, yang diakui Kadinkes merupakan obat
http://tabloidmingguandetak.blogspot.com/2011/04/obat-keras-beredar-bebas.html, diunduh
14 Februari 2013.
Pelayanan obat keras di luar OWA tanpa resep dokter merupakan
pelanggaran dari Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Obat Keras (St. Nomor 419
Dokter-dokter Hewan demikian juga tidak terhadap penyerahanpenyerahan menurut ketentuan pada
Pasal 7 ayat (5)”.
tertulis
lain yangyang dibubuhi tanda tangan dan maksud pemakaian bahanbahan racun itu kepada orang-orang
dikenalnya”.
Dalam Undang-Undang Obat Keras (St. Nomor 419 tanggal 22 Desember
dikenakan hukum penjara setinggi-tingginya 6 bulan atau denda uang setinggitingginya 5.000 gulden.
Dalam hal terjadi suatu penyimpangan atau pelanggaran, salah satu sisi
transparan. Pengawasan obat juga menjadi satu dari sembilan pokok-pokok dan
obat keras tanpa resep di apotek ini tidak lepas dari keterlibatan masyarakat itu
14 Yosa, 2010,
diunduh tanggalPengertian Pengawasan,
13 Februari 2013. itjen-depdagri.go.id/artcle-25-pengertianpengawasan.html,
15Ibid.
yang menjadi salah satu tujuan dari pengawasan obat itu sendiri.
BPOM mempunyai unit pelaksana teknis salah satunya berbentuk Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan (Balai Besar POM) di daerah dengan wilayah
zat adiktif lain, obat tradisional, produk komplimen, keamanan pangan dan
Kepmenkes No. 1332 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Permenkes No. 922
Tahun 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik, Dinas
dan pengawasan terhadap apotek, dengan tata cara pemeriksaan yang telah
ditentukan. Tata cara pemeriksaan tersebut salah satunya mencakup
terhadap pelayanan obat keras tanpa resep dokter di Apotek dengan lokasi
pelayanan obat keras tanpa resep di apotek di wilayah Kota Yogyakarta belum
penelitian ini Penulis juga ingin memperoleh data obyektif untuk membuktikan
fenomena tersebut.
apotek, sehingga di Kota Yogyakarta yang wilayahnya tidak terlalu luas jumlah
18 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/Menkes/SK/X/ 2002 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Untuk itu Peneliti tertarik untuk meneliti ada atau tidaknya fenomena
pelayanan obat keras tanpa resep yang dilakukan oleh apotek di wilayah Kota
B. Perumusan Masalah
1. Apakah fenomena pelayanan obat keras tanpa resep dokter di apotek yang
19 Data Bidang Regulasi dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Dinas Kesehatan
Kota Yogyakarta
C. Tujuan Penelitian
resep
Tahundokter di Kota
1949) di apotek yang merupakan pelanggaran terhadap UndangUndang Obat Keras (St. No. 419
Yogyakarta.
Kesehatan Kota Yogyakarta dan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
di Yogyakarta dalam melaksanakan pengawasan terhadap apotek.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Sejauh yang Peneliti ketahui, belum ada penelitian yang sama yang pernah
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yulinar pada tahun 2010 yang berjudul
ilegal yaitu di toko obat di mana toko obat merupakan sarana yang
20 Yulinar, 2010, Tesis Implementasi Pengawasan Obat Keras (Daftar G) di Jalur Ilegal: Studi
Kasus Obat Keras (Daftar G) di Toko Obat Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Magister
berhak menyalurkan obat keras atas dasar resep dokter namun ternyata
fungsi dan peranan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Padang
minuman, kosmetika dan obat tradisional ilegal serta hambatanhambatan yang dijumpai dan cara
mengatasinya