Anda di halaman 1dari 8

Pokok Bahasan : Perawatan Bayi

Sub Pokok Bahasan : Fototerapi


Waktu : 30 Menit
Hari / Tanggal : Sabtu, 25 September 2021
Sasaran : Ibu-Ibu Yang Bayinya Dirawat Di Ruang NICU
Tempat : Ruang NICU

A. LATAR BELAKANG
Kelahiran bayi dengan BBLR masih mejadi satu masalah kesehatan
yang penting dinegara-negara berkembang. Hal ini disebabkan karena angka
kejadian, angka kesakitan dan angka kematian yang masih tinggi (Gumilar,
2010). Kuning atau sering juga disebut dengan istilah ikterus, merupakan
kondisi klinis bayi yang ditandai pewarnaan kuning pada kulit dan sklera
mata akibat peningkatan bilirubin.  Ikterus pada bayi usia  2-3 hari pertama
kehidupan, merupakan hal yang normal (fisiologis) tetapi dapat juga
ditemukan kondisi yang  tidak normal (non fisiologis).  Angka kejadian
ikterus fisiologis cukup tinggi.  Frekuensi pada bayi cukup bulan 50-60%
dan kurang bulan 80%.  Pada usia 1 minggu pertama, lebih dari 85% bayi
cukup bulan kembali dirawat karena kondisi ini (suraiyah, 2014).
Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan
faktor resiko terjadinya kerniterus, misalnya kadar bilirubin bebas, kadar
bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis diakukan dibawah sinar biasa atau day
light (Hindryawati, 2011 dalam Bunyaniah, 2013).
Terapi sinar (fototerapi) bertujuan untuk mengendalikan kadar bilirubin
serum agar tidak mencapai nilai yang membahayakan sampai terjadi
bilirubin ensefalopati maupun kern-ikterus. Fototerapi bertujuan mengubah
bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dikeluarkan melalui
empedu atau air seni.  Pada saat bilirubin menyerap cahaya, maka terjadi
reaksi fotokimia yaitu isomerisasi sehingga terjadi konversi ireversibel
menjadi isomer kimia lainnya yaitu lumirubin yang dengan cepat
dibersihkan dari plasma melalui empedu.  Lumirubin adalah produk
terbanyak degradasi bilirubin akibat foto terapi.  Sejumlah kecil bilirubin
indirek diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang dikeluarkan  lewat air
seni. Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan
secara langsung bisa dikeluarkan  melalui empedu ke dalam usus untuk
dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati, karena hanya
produk foto oksidan saja yang bisa dikeluarkan melalui air seni (suraiyah,
2014).
Fototerapi rumah sakit merupakan tindakan yang efektif untuk
mencegah kadar Total Bilirubin Serum (TSB) meningkat. Uji klinis telah
divalidasi kemanjuran fototerapi dalam mengurangi hiperbilirubinemia tak
terkonjugasi yang berlebihan, dan implementasinya telah secara Drastis
membatasi penggunaan transfusi tukar (Bhutani, 2011). Penelitian
menunjukkan bahwa ketika fototerapi belum dilakukan, 36% bayi dengan
berat kelahiran kurang dari 1500 gram memerlukan transfusi tukar
(Newman, et al , 2009).

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan pada ibu-ibu bayi selama 30 menit,
diharapkan dapat memahami tentang cara perawatan bayi dengan fototerapi.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit tentang cara perawatan bayi
dengan fototerapi diharapkan ibu-ibu bayi mampu :
1. Menjelaskan pengertian fototerapi
2. Menyebutkan indikasi phototeraphy
3. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyinaran
4. Menyebutkan pemberian phototherapy
D. RENCANA PELAKSANAAN

NO KEGIATAN WAKTU RESPON


Persiapan 10 menit Ruangan, alat, peserta
a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan ibu
Proses :
a. Membuka acara dengan 5 menit Menjawab salam
mengucapkan salam,
memperkenalkan diri
Memperhatikan penjelasan
b. Menjelaskan pada ibu 5 menit tujuan dan manfaat kegiatan
bayi tentang tujuan dan
manfaat

Mendengarkan dan

c. Menjelaskan perawatan 20 menit memperhatikan

fototerapi pada bayi


Penutup (1menit) 5 menit Memperhatikan dan menjawab
Menyimpulkan, salam
mengucapkan salam

E. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

F. ALAT DAN MEDIA PEMBELAJARAN


1. Leaflet
2. Alat penutup mata bayi saat di fototerapi
3. Fototerapi

G. MATERI
Terlampir

I. EVALUASI
1. Standar persiapan
a. Pengaturan tempat
b. Kesiapan materi
c. Mempersiapkan materi
2. Standar proses
a. Membaca buku referensi tentang perawatan bayi dengan
fototerapi
b. Memberi penyuluhan tentang perawatan bayi dengan fototerapi
3. Standar hasil
a. Mampu menjelaskan pengertian fototerapi
b. Mampu menyebutkan indikasi phototeraphy
c. Mampu menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
penyinaran
d. Mampu menyebutkan pemberian phototherapy
Lampiran Materi :
1. Pengertian
Phototherapy adalah terapi dengan menggunakan penyinaran sinar
dengan intensitas tinggi. Fungsinya untuk pengobatan atau terapi sinar pada
bayi yang terkena penyakit kuning. Penyakit ini disebabkan oleh adanya
penimbunan bilirubin di bawah jaringan kulit atau selaput lendir yang
ditandai dengan warna kuning yang terlihat pada kulit atau dibawah selaput
lendir. Prinsip alat phototherapy memberikan sinar pada kulit bayi secara
langsung dalam jangka waktu tertentu, dengan jarak penyinaran kurang lebih
45cm.

2. Indikasi phototeraphy
Pada bayi prematur, maka fototerapi dilakukan:
a. Berat badan bayi kurang dari < 1000 gr
b. Kadar bilirubin 7-9 mg/dl pada berat badan
1000-1500 gr
c. Kadar bilirubin 10-12 mg/dl pada berat bad
an 1500-2000
d. Kadar bilirubin 13-15 mg/dl pada berat bad
an 2000-2500 gr
Pada bayi matur (sesuai kehamilan normal) fototerapi dilakukan bila:
a. Bayi kuning > 24 ja
m setelah lahir
b. Bayi usia 24-28 jam,
dengan kadar bilirubin 15-18 mg/dl
c. Bayi usia 48-72 jam,
dengan kadar bilirubin 18-20 mg/dl
d. Bayi usia > 72 jam, d
engan kadar bilirubin >20 mg/dl

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyinaran adalah sebagai


berikut :
a. Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm.
b. Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm.
c. Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi.
d. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari
biru, cahaya biru khusus.
4. Pemberian Phototherapy
a. Meletakkan bayi di bawah phototherapy
1) Jika berat badan bayi 2 kg atau lebih, posisi bayi telanjang pada
pelbet atau tempat tidur serta melakukan penjagaan pada bayi kecil
dalam inkubator.
2) Menutup mata bayi dengan potongan kain, pastikan bahwa potongan
kain tersebut tidak menutupi hidung bayi. Inspeksi mata setiap 2 jam
untuk pemberian makan.
3) Melakukan pemantauan posisi.
R/ mencegah kemungkinan kerusakan retina dan konjungtiva dari
sinar intensitas tinggi. Pemasangan yang tidak tepat dapat
menyebabkan iritasi, abrasi kornea dan konjungtivitis, dan
penurunan pernapasan oleh obstruksi pasase nasal.
4) Menutup testis dan penis bayi pria
R/ mencegah kemungkinan kerusakan penis dari panas
b. Merubah posisi bayi setiap 2jam
R/ memungkinkan pemajanan seimbang dari permukaan kulit terhadap
sinar fluoresen, mencegah pemajanan berlebihan dari bagian tubuh
individu dan membatasi area tertekan.
c. Memastikan bayi diberi makan:
1) Mendorong ibu menyusui bayi sesuai kebutuhan tetapi minimal
setiap 2 jam:
d. Melanjutkan terapi dan uji yang diprogramkan lainnya:
1) Memindahkan bayi dari unit phototherapy hanya selama prosedur
yang tidak dapat dilakukan saat dibawah sinar phototherapy.
e. Memantau kulit bayi dan suhu inti setiap 2 jam atau lebih sering sampai
stabil.
R/ fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respons terhadap
pemajanan sinar, radiasi dan konveksi.
f. Memantau masukan dan keluaran cairan, timbang berat badan bayi satu
kali sehari. Perhatikan tanda-tanda dehidrasi (mis, penurunan keluaran
urin, fontanel tertekan, kulit hangat atau kering dengan turgor buruk dan
mata cekung). Tingkatkan masukan cairan per oral sedikitnya25%.
R/ peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi dapat
menyebabkan dehidrasi.
g. Mengukur kadar bilirubin serum:
R/ penurunan kadar bilirubin menandakan keefektifan phototherapy,
peningkatan yang kontinu menandakan hemolisis yang kontinu dan
dapat menandakan kebutuhan terhadap transfusi tukar.
1) Menghentikan phototherapy jika kadar bilirubin serum di bawah
kadar saat phototherapy di mulai atau 15mg/dl (260 umol), mana
saja yang lebih rendah.
h. Setelah phototherapy dihentikan:
1) Mengamati bayi selama 24 jam dan melakukan pengukuran ulang
bilirubin serum, jika memungkinkan atau perkiraan ikterus dengan
menggunakan metode klinis.
2) Jika ikterus kembali ke atau di atas kadar di mulainya phototherapy,
maka dilakukan penyinaran ulang dengan banyak waktu yang sama
seperti awal pemberian. Langkah ini diulangi setiap kali
phototherapy dihentikan sampai pengukuran atau perkiraan
bilirubin tetap di bawah kadar yang membutuhkan phototherapy.
i. Jika phototherapy tidak lagi dibutuhkan, bayi makan dengan baik dan
tidak terjadi masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi, bayi
diperbolehkan pulang. Proses selanjutnya memberikan pengetahuan
kepada ibu cara mengkaji ikterus, dan menganjurkan ibu kembali jika
bayi menjadi lebih ikterus
DAFTAR PUSTAKA

Bunyaniah, Dahru. 2013. Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat   Ikterik Pada


Bayi Baru Lahir Di RSUD DR. Moewardi Surakarta.
Gumilar, Hairul. 2010. Pemberian Fototerapi Dengan Penurunan Kadar
Bilirubin Dalam Darah Pada Bayi BBLR Dengan Hiperbilirubinemia.
Kosim, M,S., Soetandio, Robert. M Sakundaro. 2008. Dampak Lama Fototerapi
Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total Pada Hiperbilirubinemia
Neontal.
Rahmah., Yetti, K., Besral. 2013. Pemberian ASI Efektif Mempersingkat Durasi
Pemberian Fototerapi. 
Shinta P, Tina. 2015. Pengaruh Perubahan Posisi Tidur Pada Bayi Baru Lahir
Hiperbilirubinemia Dengan Total Fototerapi Terhadap Kadar Bilirubin
Total.
Suraiyah. 2014. http://www.rspermatacibubur.com/hiperbilirubinemia/.
Yuhanidz, H., Saryono., Giyatmo. 2011. Efektivitas Fototerapi 24 Jam Dan 36
Jam Terhadap Penurunan Bilirubin Indirect Pada Bayi Ikterus Neonatorum

Anda mungkin juga menyukai