Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP SKIZOFRENIA
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok,
yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi,
kekacauan pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala
negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau
isolasi diri dari pergaulan, ‘miskin’ kontak emosional (pendiam, sulit diajak
bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan
1.2. Epidemiologi
berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar
dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa.
tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden
skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di
nikotin. Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku
terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri
(Kazadi, 2008).
perbedaan di antara kedua jenis kelamin dalam hal umur dan onset-nya jelas.
Onset untuk perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu sampai umur
banyak perempuan yang mengalami skizofrenia pada usia yang lebih lanjut bila
penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi
saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%; bagi saudara kandung 7 – 15%; bagi anak dengan
salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7 – 16%; bila kedua orangtua
menderita skizofrenia 40 – 68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 -15%; bagi
Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut
quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin
keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai
berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan
semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini (Durand
(Durand, 2007).
semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-
memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab
Menurut Coleman dan Maramis (1994 dalam Baihaqi et al, 2005), keluarga
kepribadian. Orangtua terkadang bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak
terlalu sedikit dan tidak merangsang anak, atau tidak memberi bimbingan dan
beberapa fase yang dimulai dari keadaan premorbid, prodromal, fase aktif dan
walaupun gejala yang ada dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala
skizofrenia yang dimulai pada masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa
hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa
mengeluhkan gejala somatik, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot,
Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara
klinis, yaitu adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Penilaian
pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk
sampai tidak ada. Fase residual ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala
klinis skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu
nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri (withdrawal) dan perilaku
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi
auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang relatif masih
terjaga. Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau
laku kacau dan afek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat
disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitannya dengan isi pembicaraan.
Disorganisasi tingkah laku dapat membawa pada gangguan yang serius pada
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat
ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain
(echopraxia).
emosi yang tidak dapat dipegang karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi
yang berubah-ubah atau salah, adanya ketergugahan yang sangat besar, autisme
seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan
ketakutan.
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia
keyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak
terapi psikososial.
bagian otak. Terapi dengan penggunaan obat antipsikosis dapat meredakan gejala-
obat penenang utama. Obat tersebut dapat menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan,
tetapi tidak mengakibatkan tidur yang lelap, sekalipun dalam dosis yang sangat
tinggi (orang tersebut dapat dengan mudah terbangun). Obat ini cukup tepat bagi
penderita skizofrenia yang tampaknya tidak dapat menyaring stimulus yang tidak
ECT ini digunakan di berbagai rumah sakit jiwa pada berbagai gangguan jiwa,
termasuk skizofrenia.
Menurut Fink dan Sackeim (1996) antusiasme awal terhadap ECT semakin
dilakukan hingga saat ini. Sebelum prosedur ECT yang lebih manusiawi
Pasien seringkali tidak bangun lagi setelah aliran listrik dialirkan ke tubuhnya dan
pikiran dan hilangnya ingatan setelah itu. Adakalanya, intensitas kekejangan otot
yang menyertai serangan otak mengakibatkan berbagai cacat fisik (Durand, 2007).
Pada terapi biologis lainnya seperti pembedahan bagian otak Moniz (1935,
operasi primitif dengan cara membuang “stone of madness” atau disebut dengan
batu gila yang dianggap menjadi penyebab perilaku yang terganggu. Menurut
Moniz, cara ini cukup berhasil dalam proses penyembuhan yang dilakukannya,
khususnya pada penderita yang berperilaku kasar. Akan tetapi, pada tahun 1950-
pengobatan di dalam maupun di luar Rumah Sakit Jiwa (RSJ) menjadi monoton
gangguan ini merupakan akibat masalah adaptasi terhadap dunia karena berbagai
pengalaman yang dialami di usia dini. Pada terapi psikosial terdapat dua bagian
ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapist berperan
sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Para peserta terapi
saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang dialami. Peserta
berkomunikasi.
Pada terapi keluarga merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok.
Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan
secara konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara
cara untuk menghadapinya. Dari beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh
Fallon (Davison, et al., 1994; Rathus, et al., 1991) ternyata campur tangan
secara individual.
antara lepas rawat dari perawatan terakhir sampai perawatan berikutnya dan
skizofrenia adalah hal terutama yang dilakukan atas indikasi keamanan pasien
karena adanya kekambuhan yang tampak dengan tindakan seperti ide bunuh diri
atau mencelakakan orang lain, dan bila terdapat perilaku yang sangat
terdisorganisasi atau tidak wajar termasuk bila pasien tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasar berupa makan, perawatan diri dan tempat tinggalnya. Selain itu
rawat inap rumah sakit diperlukan untuk hal-hal yang berkaitan dengan diagnostik
Tingkat kekambuhan dipengaruhi juga oleh stress dalam kehidupan, seperti hal
yang berkaitan dengan keuangan dan pekerjaan. Keluarga merupakan bagian yang
MINUM OBAT
skizofrenia adalah ketidakpatuhan meminum obat. Salah satu terapi pada pasien
skizofrenia adalah pemberian antipsikosis. Obat tersebut akan bekerja bila dipakai
dengan benar tetapi banyak dijumpai pasien skizofrenia tidak menggunakan obat
besar penderita skizofrenia berhenti memakai obat dari waktu ke waktu. Sebuah
studi follow-up sebagai contoh menemukan bahwa selama kurun waktu dua tahun,
tiga diantara empat pasien yang diteliti menolak memakai obat antipsikotiknya
mahalnya harga obat, dan kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga yang
mungkin bertanggung jawab atas pembelian atau pemberian obat kepada pasien.
Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai bila pasien mengetahui
3.1. Penyakit
bekerja sama, demikian juga sikap terhadap pengobatan mungkin dirusak oleh
adanya kesakitan, dan individu-individu ini lebih mungkin tidak patuh daripada
pasien lain. Berbagai studi dari pasien dengan kondisi seperti pasien skizofrenia
menjadi putus asa dengan program terapi yang lama dan tidak menghasilkan
kesembuhan kondisi.
obatnya dengan benar. Beberapa studi menunjukkan adanya suatu korelasi antara
keparahan penyakit dan kepatuhan, hal itu tidak dapat dianggap bahwa pasien ini
ketidakmampuan yang disebabkan suatu penyakit dan kepatuhan dapat lebih baik,
penyakit yang kurang penting dan tidak begitu serius dibandingkan penyakit
penyakit lain seperti diabetes, epilepsi dan kanker. Jadi jelas bahwa jika mereka
mempercayai penyakitnya tidak begitu serius dan tidak penting untuk diterapi
maka ketidakpatuhan dapat terjadi. Begitu juga persepsi sosial juga berpengaruh.
Jika persepsi sosial buruk maka pasien akan berusaha menghindari setiap hal
Pada umumnya, makin banyak jenis dan jumlah obat yang digunakan
tertentu untuk obat telah diberikan, masalah masih dapat terjadi. Kesamaan
berkontribusi pada kebingungan yang dapat terjadi dalam penggunaan multi obat.
lebih mungkin karena jadwal rutin normal atau jadwal kerja pasien akan
terganggu untuk pengambilan satu dosis obat dan dalam banyak kasus pasien akan
Sikap pasien terhadap kesakitan dan regimen pengobatan mereka juga perlu
mengharapkan bahwa pasien akan setuju dan lebih cenderung patuh dengan suatu
besar, apabila periode pengobatan lama. Seperti telah disebutkan, suatu risiko
yang lebih besar dari ketidakpatuhan perlu diantisipasi dalam pasien yang
Ketaatan pada pengobatan jangka panjang lebih sulit dicapai. Walaupun tidak ada
instruksi yang jelas, pemantauan sendiri oleh pasien, dukungan sosial, petunjuk
menghindar dari kepatuhan, walaupun berbagai studi menyarankan bahwa hal ini
terhadap risiko.
Penurunan mutu kehidupan yang diakibatkan efek, seperti mual dan muntah
yang hebat, mungkin begitu penting bagi beberapa individu sehingga mereka tidak
disfungsi seksual, juga telah disebut sebagai suatu alasan untuk ketidakpatuhan
oleh beberapa pasien dengan zat antipsikotik dan antihipertensi. Bahkan, suatu
3.2.5. Pasien Asimtomatik (Tidak Ada Gejala) atau Gejala Sudah Reda
Sulit meyakinkan seorang pasien tentang nilai terapi obat, apabila pasien
tidak mengalami gejala sebelum memulai terapi. Pada suatu kondisi dimana
manfaat terapi obat tidak secara langsung nyata, termasuk keadaan bahwa suatu
obat digunakan berbasis profilaksis. Dalam kondisi lain, pasien dapat merasa baik
menggunakan obatnya setelah reda. Situasi sering terjadi ketika seorang pasien
relatif tidak mahal, dapat diantisipasi bahwa pasien akan lebih enggan mematuhi
instruksi penggunaan obat yang lebih mahal. Biaya yang terlibat telah disebut oleh
beberapa pasien sebagai alasan untuk tidak menebus resepnya sama sekali, sedang
dalam kasus lain obat digunakan kurang sering dari yang dimaksudkan atau
Walau seorang pasien mungkin bermaksud secara penuh untuk patuh pada
disebabkan pengukuran obat yang tidak benar atau penggunaan alat ukur yang
tidak tepat. Misalnya, sendok teh mungkin volumenya berkisar antara 2mL
dengan sendok teh. Walaupun masalah ini telah lama diketahui, masih belum
pasien, sempril oral atau alat penetes yang telah dikalibrasi untuk penggunaan
serta jika perlu, menyediakan alat yang tepat untuk memastikan pemberian jumlah
cairan oral. Oleh karena itu, dalam formulasi obat cair oral, penambah penawar
rasa, dan zat warna adalah praktik yang umum dilakukan oleh industri farmasi
pasien adalah penentu utama untuk pengertian serta sikap pasien terhadap
kesakitannya dan regimen terapi. Salah satu kebutuhan terbesar pasien adalah
dukungan psikologis yang diberikan dengan rasa sayang. Selain itu, telah diamati
bahwa pasien cenderung untuk lebih mematuhi instruksi seorang dokter yang
merka kenal betul dan dihormati, serta dari siapa saja mereka menerima informasi
kepatuhan secara merugikan, jika perhatian yang tidak memadai diberikan pada
kejengkelan dapat berkontribusi pada kepatuhan yang yang lebih buruk terhadap
instruksi yang diberikan. Dari suatu penelitian ditunjukkan bahwa hanya 31% dari
pasien yang biasanya menunggu lebih dari 60 menit untuk bertemu dengan
pelayan kesehatan. Uraian yang umum tentang pelaku pelayan kesehatan di rumah
sakit mencakup dingin, tidak tertarik, tidak sopan, agresif, kasar, dan otoriter.
Walaupun uraian demikian tersebut tidak demikian bagi banyak praktisi yang
mengabdi dan terampil, sikap yang tidak pantas terhadap pasien telah cukup
pasien tidak dapat mengerti dengan mudah, mereka sering kurang pengetahuan
tentang teori dan praktik perilaku, dan mereka mempunyai kesadaran yang
terbatas pada tingkat, masalah, dan penyebabpasien tidak taat pada pengobatan.
penulis resep, pasien sering merasa bahwa instruksi dinyatakan kurang jelas atau
sama sekali tidak jelas. Ketepatan waktu dan kejelasan suatu pesan sangat kuat
diberikan, semakin besar bagian yang diingat. Jadi suatu pesan tidak saja harus
secara sempurna.
Alasan utama untuk tidak patuh adalah bahwa pentingnya terapi obat dan
akibat yang mungkin, jika obat tidak digunakan sesuai dengan instruksi yang tidak
mereka, apalagi manfaat dan masalah terapi yang diakibatkan terapi obat.
kondisi dan pengharapan yang berkaitan dengan efek terapi obat. Jika terapi tidak
yang lebih besar diperlukan untuk memberi edukasi pada pasien tentang
kondisinya, dan manfaat serta keterbatasan dari terapi obat, akan berkontribusi
pada pengertian yang lebih baik dari pihak pasien tentang pentingnya
Berbagai investigasi telah menguraikan masalah dari jenis ini. Dari suatu
studi pada sekitar 6000 resep, 4% dari resep itu terdapat instruksi pasien ditulis
“Sesuai Petunjuk”. Akibat yang mungkin dari salah pengertian dapat serius.
Misalnya, seorang pasien menggunakan tiga kali dua kapsul fenitoin (100mg)
petunjuk kepada pasien sudah lebih spesifik dari “ sesuai petunjuk” kebingungan
Pasien sering ragu bertanya kepada tim pelaku pelayan kesehatan untuk
raguan ini dapat dihubungkan pada ketakutan dianggap bodoh, perbedaan status
sosial, dan bahasa atau tidak didorong oleh pelaku pelayan kesehatan tersebut.
Interaksi pasien dengan pelaku pelayan kesehatan yang lebih berhasil dapat
dengan pasien karena tekanan pekerjaan. Dalam beberapa bagian rumah sakit,
waktu atau praktik sibuk, waktu konsultasi sangat terbatas dan ini jelas menjadi
sautu masalah. Jika seorang pasien diberi hanya satu atau dua menit untuk waktu
konsultasi, dapat terjadi hal yang lebih buruk. Biaya yang dikeluarkan pasien
yang efektif dengan pasien bukanlah suatu ideal yang tidak realistik, tetapi
informasi tercetak dalam bahasa yang sederhana. Di beberapa negara maju, semua
untuk pasien, tersedia untuk setiap obat. Instruksi sederhana untuk obat yang
paling banyak digunakan dan obat yang paling banyak disalahgunakan dapat