Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH REVIEW JURNAL

SISTEM IMUNOLOGI IBU NIFAS PADA KASUS IBU


MASTITIS
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui

Dosen Pengampu :

Nila Widya Keswara, S.ST.,M.K.M

Oleh kelompok 5:

1. Ing Tiauw Rica Rizky Eka Amanda Wahyudi (206020)


2. . Yolanda Vindarika Purwana (206047)
3. .
4. .
5. .
6. .
7. .

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
RS dr. SOEPRAOEN MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayang-Nya berupa kesehatan jasmani dan rohani penulis
dapat menyelesaikan makalah review jurnal “Sistem Imunologi Ibu Nifas Pada
Kasus Mastitis” ini dengan sebaik mungkin. Makalah review jurnal ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan menyusui
dengan dosen pengampu ibu Nila Widya Keswara S.ST.,MKM. Prodi Sarjana
Terapan Kebidanan di Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen
Malang. Selain itu, penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Nila Widya Keswara S.ST.,
MKM. Selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, dimana
tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang sistem imunologi pada ibu nifas dengan kasus mastitis.
Penulis menyadari makalah review jurnal ini jauh dari kata sempurna,oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 18 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................4
A.LATAR BELAKANG..............................................................................4
B.RUMUSAN MASALAH..........................................................................5
C.TUJUAN................................................................................................5
D.MANFAAT.............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6
1.1 Sistem Imonologi Pada Ibu Nifas.......................................................6
1.2 Gangguan Ibu Nifas Dan Menyusui Martitis.......................................6
1.3 Sistem Imunologi Pada Ibu Nifas Dengan Gangguan Mastitis..........7
BAB III........................................................................................................12
PENUTUP..................................................................................................12
2.1 Kesimpulan.......................................................................................12
2.2 Saran................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang umumnya terjadi
bersamaan dengan laktasi yang sering terjadi pada ibu nifas yang
menyusui. Penyumbatan pada saluran ASI dan adanya infeksi dapat
menimbulkan mastitis. Mastitis akan mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan gizi pada ibu menyusui dan terganggunya proses menyusui
sehingga berdampak pada status gizi bayi.
Mastitis merupakan kejadian yang ditandai dengan adanya rasa sakit
pada payudara yang disebabkan adanya peradangan payudara yang bisa
disertai infeksi maupun non infeksi. Kejadian mastitis sekitar 15–21% ibu
menyusui yang terjadi pada 6-8 minggu pertama masa menyusui atau
pada masa nifas.
Kurang lebih 3% kejadian mastitis berlanjut menjadi kasus abses
payudara. Faktor risiko penyebab mastitis antara lain stasis ASI, putting
susu lecet dan faktor kelelahan pada ibu. Jika ibu mengalami putting susu
lecet maka hal itu akan menjadi jalan masuk bagi mikroorganisme untuk
menginfeksi payudara. Kebiasaan proses pengosongan payudara yang
tidak tuntas juga menyebabkan stasis atau bendungan payudara yang
nantinya menjadi media berkembangnya mikroorganisme. Kelelahan ibu
menyebabkan terjadinya penurunan daya tahan tubuh ibu sehingga
memudahkan terjadinya infeksi oleh mikroorganisme.
Pengetahuan ibu tentang proses menyusui yang kurang dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan dalam posisi menyusui yang
berakibat terjadinya lecet pada putting susu ibu. Selain itu juga
menyebabkan proses pelepasan dan pengeluaran ASI yang kurang
maksimal sehingga menyebabkan bendungan payudara. Mastitis
merupakan salah satu penyebab penyapihan dini pada bayi karena
alasan rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu
menyusui. Kurangnya pemberian informasi tentang proses menyusui
dianggap sebagai salah satu penyebab rendahnya pengetahuan ibu
tentang menyusui sehingga menyebabkan mastitis.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud sitem imunologi pada ibu nifas?
2. Apa yang dimaksud dengan gangguan mastitis?
3. Bagaimana keterkaitan sistem imunologi pada ibu nifas dengan
gangguan mastitis?

C.TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
a. Mengetahui pengertian sistem imunologi pada ibu nifas
b. Mengetahui pengertian gangguan ibu nifas dan menyusui mastitis
c. Mengetahui keterkaitan sistem imunologi pada ibu nifas dengan
gangguan mastitis
d. Memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
menyusui.

D.MANFAAT
Manfaat dari penulisan ini antara lain:
 Mengetahui dan memahami pengertian sistem imunologi pada ibu
nifas
 Mengetahui pengertian penyakit mastitis
 Mengetahui dan memahami keterkaitan sistem limunologi ibu nifas
dengan gangguan mastitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Sistem Imonologi Pada Ibu Nifas


Imunologi adalah ilmu yang memperlajari sistem imunitas tubuh manusia.
Disfungsi sistem imun yang berperan dalam patoenesis berbagai penyakit
yang benyak diketahui, misalnya AIDS atau sindrome defisiensi imun yang di
dapat. Sistem imun adalah mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya
yang timbul dalam lingkungan hidup, baik yang organik maupun anorganik,
baik yang hidup maupun yang mati, berasal dari hewan, jamur bakteri,
virus,parasit, debu dan polusi.
Mengakibatakn timbul berbagai macam penyakit bahkan kerusakan
jaringan, sel tubuh menjadi tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas.
Kemampuan tubuh untuk menyingkirkan bahan asing yang masuk kedalam
tubuh tergantung kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul asing
atau antigen atau kemampuan untuk melakukan reaksi yang tepat untuk
menyingkirkan antigen.
Daya imun tubuh ibu juga mempengaruhi terjadinya mastitis, terutama
pada ibu yang mempunyai status gizi buruk dan kurang istirahat. Infeksi
payudara (mastitis) tidak terjadi melalui luka pada puting saja, tetapi
kemungkinan juga dapat melalui peredaran darah.
Protein memiliki peran utama dalam fungsi imun karena protein
dibutuhkan tubuh untuk tubuh dalam pembelahan sel normal
untukmenghasilkan komponen seluler. Antibodi dan agen vital lainya
menyusun asam amino yang penting untuk sintesis dan pembelahan sel
yang sangat vital untuk penyembuhan luka. Tidak terdapat perubahan yang
signifikan pada sistem imun ibu pada masa post partum. Ibu sangat
membutuhkan vaksinasi rubella atau pencegahan isoimunisasi Rh.

1.2 Gangguan Ibu Nifas Dan Menyusui Martitis


Menyusui telah terbukti mampu melindungi bayi dari serangan penyakit
dan juga mampu membantu meningkatkan kondisi kesehatan ibu. Selama
ibu pada masa nifas berlangsung, maka kemungkinan akan terjadi
peningkatan suhu badan atau keluhan nyeri pada ibu yang baru saja
melahirkan. Demam pada masa nifas menunjukkan adanya infeksi, yang
paling sering terjadi adalah infeksi kandungan dan saluran kemih. Selain itu,
ASI yang tidak keluar, terutama pada hari ke-3 dan ke-4 terkadang juga
menyebabkan demam, ditambah lagi dengan disertai payudara membengkak
dan nyeri. Risiko terjadinya mastitis akan meningkat bila terjadi
labiopalatoschizis, cracked nipple, teknik menyusui yang kurang baik, stasis
ASI local, tindikan payudara, ibu kekurangan gizi, primiparitas, bra yang
terlalu ketat, penggunaan pompa ASI manual, dan infeksi jamur.
Perawatan payudara sedini mungkin sangat dibutuhkan untuk
menghindari terjadinya gangguan pada payudara yang dapat menghambat
proses menyusui. Gangguan payudara yang dapat terjadi selama nifas
adalah gangguan puting susu (dalam bentuk putting datar, putting terbenam,
putting lecet atau luka, puting besar/panjang), payudara bengkak, sumbatan
aliran ASI, sekresi dan pengeluaran ASI kurang, galaktokel atau benjolan
nyeri ketika baru berhenti menyusui, infeksi payudara (mastitis, abses
payudara), tumor dan kanker payudara. infeksi bakteri pada umumnya terjadi
karena paparan dari bakteri yang banyak ditemukan pada kulit normal, yaitu
Staphylococcus aereus dan Coagulase negative staphylococcus (Methicillin-
resistant S. aureus (MRSA) juga sering dilaporkan sebagai penyebab umum
gagalnya terapi antibiotic pada mastitis.(Ika Tristanti, 2019) Bakteri ini juga
dapat berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran ASI melalui
retakan atau robekan yang ada di payudara, yang pada umumnya terdapat di
puting.

1.3 Sistem Imunologi Pada Ibu Nifas Dengan Gangguan Mastitis


Mastitis adalah infeksi pada payudara yang umumnya terjadi bersamaan
dengan laktasi yang sering terjadi pada ibu nifas yang menyusui.
Penyumbatan pada saluran ASI dan adanya infeksi dapat menimbulkan
mastitis. Mastitis akan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan gizi pada ibu
menyusui dan terganggunya proses menyusui sehingga berdampak pada
status gizi bayi.
Mastitis merupakan kejadian yang ditandai dengan adanya rasa sakit
pada payudara yang disebabkan adanya peradangan payudara yang bisa
disertai infeksi maupun non infeksi. Kejadian mastitis sekitar 15–21% ibu
menyusui yang terjadi pada 6-8 minggu pertama masa menyusui atau pada
masa nifas.

Mastitis dapat dipengaruhi oleh factor ibu yaitu praktik menyusui yang
tidak baik, terutama posisi dan pelekatan bayi yang disebabkan kurangnya
pengetahuan dan pendidikan ibu tentang menyusui, adanya sumbatan pada
aliran ASI, puting pecah atau lecet, system imun ibu yang terganggu dan
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, menurunnya produksi ASI akibat
kekurangan gizi, stress dan kelelahan, ibu mengalami kekurangan energi
dan protein, penggunaan krim pada puting, produksi ASI yang terlalu banyak.
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus
(saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka
terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang
memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas
jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen terutama protein kekebalan
tubuh dan natrium dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke
jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya
respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Ibu yang menderita mastitis harus benar-benar beristirahat, memperbanyak
minum, makanan bergizi seimbang, dan mengatasi stress.
( Pilar Mediano,2014).

Beberapa faktor penyebab mastitis sebagai berikut :


1. Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan puting
payudara saat menyusui.
2. Infeksi bakteri staphylococcus auereus yang masuk melalui celah atau
retakan putting payudara.
3. Saluran ASI tersumbat tidaksegera diatasi sehingga menjadi mastitis.
4. Puting pada payudara retak/lecet. Hal ini dapat terjadi akibat posisi
menyusui yang tidak benar. Akibatnya puting robek dan retak. Bakteri
menjadi lebih mudah untuk memasuki payudara . Bakteri akan
berkembang biak di dalam payudara dan hal inilah yang menyebabkan
infeksi.
5. Payudara tersentuh oleh kulit yang memang mengandung bakteri atau
dari mulut bayi . Bakteri tersebut dapat masuk ke dalam payudara melalui
lubang saluran susu
Bendungan aliran Air Susu Ibu yang terjadi karena adanya penyempitan
ductus laktiferus oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan
sempurna atau disebabkan adanya kelainan pada puting payudara.
Frekuensi dan durasi pemberian ASI yang tidak kurang akan menyebabkan
pengosongan payudara tidak sempurna, sehingga aliran vena limpatik
menjadi tidak lancar dan menimbulkan pembengkakan pada payudara atau
bendungan pada aliran ASI di payudara

Diagnosis terhadap ibu nifas mastitis (Jane A Scott, 2008):

1. Nyeri atau ngilu seluruh tubuh


2. Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa
sangat nyeri.
3. Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak
menyusu karena ASI terasa asin
4. Timbul garis-garis merah ke arah ketiak.
5. Berdasarkan jumlah lekosit (sel darah putih), Thomsen dkk. membagi
peradangan payudara dalam 3 kondisi klinis
6. Daerah merah, bengkak, dan nyeri pada payudara yang terkena
7. Kulit mungkin tampak mengkilap dan kencang dengan garis-garis merah
Umum
8. Gejala mirip flu: lesu, sakit kepala, mialgia, mual, dan kecemasan
9. Demam (suhu> 38оC)

Payudara mempunyai ambang imunitas tertentu dalam merespon pathogen


yang menyerang. Sel pertama yang menemukan dan mengenali pathogen
yang masuk ke dalam kelenjar susu adalah makrofag susu, leukosit dan sel
epitel. Pada tahap awal, neutrophil akan diangkut dari darah ke dalam
kelenjar susu yang terinfeksi untuk mengenali, memfagositisasi, dan
membunuh pathogen yang menyerang. Kekebalan adaptif akan berperan
dalam meningkatkan system imun bila pertahanan bawaan gagal untuk
sepenuhnya menghilangkan pathogen yang menyebabkan mastitis.

Pencegahan mastitis dilakukan dengan cara :

 Melakukan perawatan payudara pascanatal yang baik dan benar


 Posisi dan pelekatan menyusui yang baik dan benar, sehingga bayi
mendapatkan ASI yang cukup
 Menggunakan bra yang menyangga, dan tidak menekan payudara
 Menyusui bayi sesering mungkin hingga payudara terasa kosong pada
setiap kali menyusui, sehingga payudara tidak bengkak. sehingga
sebaiknya bayi disusui minimal setiap 2 jam sekali hingga payudara
terasa kosong
 Mengoleskan beberapa tetes ASI pada area puting untuk membantu
menghindari infeksi dan melunakkan kulit.
 Lakukan pemeriksaan payudara secara rutin dan bila teraba benjolan,
maka lakukan pijatan dan kompres hangat di daerah benjolan tersebut.
Bila tidak ada perbaikan, segera lakukan pemeriksaan lebih lanjut ke
tenaga kesehatan

Pencegahan terhadap kejadian mastitis dapat dilakukan dengan


memperhatikan faktor risiko di atas. Bila payudara penuh dan bengkak
(engorgement), bayi biasanya menjadi sulit melekat dengan baik, karena
permukaan payudara menjadi sangat tegang. Ibu dibantu untuk
mengeluarkan sebagian ASI setiap 3 – 4 jam dengan cara memerah dengan
tangan atau pompa ASI yang direkomendasikan. Sebelum memerah ASI
pijatan di leher dan punggung dapat merangsang pengeluaran hormon
oksitosin yang menyebabkan ASI mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik
memerah dengan tangan yang benar perlu diperlihatkan dan diajarkan
kepada ibu agar perahan tersebut efektif. ASI hasil perahan dapat
diminumkan ke bayi dengan menggunakan cangkir atau sendok.
Pembengkakan payudara ini perlu segera ditangani untuk mencegah
terjadinya feedback inhibitor of lactin yang menghambat penyaluran ASI.

Penanganan mastitis yang tidak sempurna, dapat menyebabkan infeksi


semakin berat, sehingga terjadi abses pada payudara yang ditandai dengan
payudara berwarna merah mengkilat dibandingkan sebelum terjadinya
radang, ibu merasa lebih sakit, benjolan terasa lebih lunak karena berisi
nanah. Pada pemeriksaan dapat diketahui adanya atau tidaknya nyeri tekan
pada benjolan di payudara, kelainan bentuk, dan pembengkakan pada
payudara serta adanya luka atau lecet di puting.

Yang dilakukan pada ibu untuk pencegahan dan pengobatan mastitis adalah:
 Menyusui sesering mungkin dengan payudara secara bergantian dan
menyusui hingga payudara terasa kosong untuk mencegah statis.
 Gunakan bra dengan penyangga yang tidak terlalu sempit.
 Selalu mencuci tangan dan merawat payudara dengan
membersihkannya menggunakan air bersih tanpa sabun atau agen
pengering lainnya.
 Mengompres payudara menggunakan air hangat pada area yang
efektif agar aliran ASI menjadi lancar. Kompres hangat pada suhu
40,5-43⁰ C akan memperbaiki sirkulasi darah, terutama pada
engorgement payudara dan mengurangi serta mengatasi rasa nyeri.
Kompres hangat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
menempelkan kantung karet yang berisi air hangat dan menempelkan
handuk yang telah direndam di dalam air hangat ke bagian tubuh
yang nyeri. Payudara yang nyeri bukan disebabkan oleh adanya
bendungan ASI, namun karena infeksi, akan lebih efektif bila
dikompres dengan es atau dingin.
 Meningkatkan konsumsi cairan
 Memberi dukungan dan membantu ibu untuk lebih nyaman dalam
menyusui dan mengurangi stress
 Pemberian antibiotic penisilin jenis penisilinase resisten atau
cephalosporin. Erythromycin dapat digunakan bila ibu alergi terhadap
penisilin. Terapi awal yang paling umum adalah dengan pemberian
dikloksasilin 500 mg per oral 4 x sehari selama 10 hari.
 Pemberian parasetamol sebagai analgetic dan antipiretik dapat
dilakukan bila ada demam dan rasa nyeri dengan dosis 500 mg tablet
sebanyak 3-4 kali sehari 1-2 tablet atau sesuai petunjuk dokter.
BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Imunologi adalah ilmu yang memperlajari sistem imunitas tubuh manusia.
Disfungsi sistem imun yang berperan dalam patoenesis berbagai penyakit .
Daya imun tubuh ibu juga mempengaruhi terjadinya mastitis, terutama pada
ibu yang mempunyai status gizi buruk dan kurang istirahat. Infeksi payudara
(mastitis) tidak terjadi melalui luka pada puting saja, tetapi kemungkinan juga
dapat melalui peredaran darah. Protein memiliki peran utama dalam fungsi
imun karena protein dibutuhkan tubuh untuk tubuh dalam pembelahan sel
normal untukmenghasilkan komponen seluler. Antibodi dan agen vital lainya
menyusun asam amino yang penting untuk sintesis dan pembelahan sel
yang sangat vital untuk penyembuhan luka.
Mastitis adalah suatu kondisi radang payudara dan mungkin akibat
penurunan imunitas dan penurunan daya tahan terhadap infeksi. Mastitis
berkisar pada tingkat keparahan dari peradangan ringan, asimptomatik yang
biasanya tidak menular, hingga mastitis parah yang terbukti secara klinis,
yang bermanifestasi sebagai kemerahan, pembengkakan payudara, demam
atau infeksi sistemik. Mastitis dapat timbul dari faktor-faktor yang
berhubungan dengan kesehatan ibu, kesehatan bayi atau keduanya. Dalam
pencegahan kasus Mastitis, hal yang disarankan adalah masih tetap
menyusui bayinya, agar dapat mengurangi pembendungan pada ASI, tetapi
jika ada putting susu lecet maka sebaiknya menggunakan alat bantu untuk
menyalurkan ASI pada bayinya. Pemberian informasi tentang cara menyusui
yang benar dan cara manajemen laktasi sangat penting untuk pencegahan
mastitis.

2.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai