Bab 2 Tujuan & Jakstra
Bab 2 Tujuan & Jakstra
Misi yang berkaitan langsung dengan penataan ruang adalah misi keempat yaitu,
meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota yang lebih baik. Misi ini merupakan upaya
pemerintah kota untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk mulai dari penyediaan air
bersih baik secara kuantitas maupun kualitas, menyediakan sarana dan prasarana
lingkungan yang memenuhi standar teknis/standar pelayanan minimum (SPM),
meningkatkan kualitas udara, meningkatkan kualitas penataan ruang kota, serta
mengembangkan sistem transportasi yang dapat menjamin keselamatan, efisien, nyaman
dan ramah lingkungan. Kualitas penataan ruang kota yang baik akan menunjang
pemerintah kota dalam menyelenggarakan misi-misi yang lain, seperti perekonomian,
kehidupan sosial, kinerja pelayanan dan pembiayaan pembangunan kota.
Meskipun fungsi kota yang sekarang ditekankan adalah jasa, tetapi Bandung memiliki
berbagai potensi kegiatan perekonomian yang mulai dan sudah berkembang. Fungsi kota
yang potensial dikembangkan di Kota Bandung selain berbagai jenis jasa (pendidikan,
kesehatan, keuangan, transportasi, dan lain-lain) adalah wisata kota (urban tourism),
industri kreatif, dan lain-lain. Dengan fungsi kota yang kuat dan terarah diharapkan peran
Kota Bandung sebagai kota metropolitan akan semakin kuat di dalam konteks wilayah
yang lebih luas. Namun demikian, pengembangan fungsi kota ini tetap harus
mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan ketersediaan prasarana kota dan
wilayah.
Kebijakan dan strategi Perencanaan Ruang terbagi ke dalam kebijakan struktur ruang,
kebijakan pola ruang dan kebijakan kawasan strategis kota.
Struktur ruang Kota Bandung saat ini masih monosentrik. Perkembangan kawasan
terbangun masih terkonsentrasi di pusat kota Alun-alun sehingga memberikan dampak
semakin padatnya pusat kota, semakin macetnya jalan-jalan utama kota dan
munculnya pemukiman kumuh di beberapa kawasan di pusat kota. Kegiatan komersial
berkembang di sepanjang jalan utama kota. Perkembangan linier/pita/pola ribbon
development ini sepanjang jalan utama kota di masa mendatang akan semakin
memberikan dampak kemacetan lalulintas dan tidak efisiennya pelayanan infrastruktur
kota.
Kebijakan mewujudkan pusat-pusat pelayanan daerah yang efektif dan efisien dalam
menunjang perkembangan fungsi daerah sebagai kota perdagangan dan jasa yang
didukung industri kreatif dalam lingkup Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung,
Provinsi Jawa Barat dan Nasional dilakukan melalui strategi:
1. mengembangkan dua PPK untuk wilayah Bandung Barat dan wilayah Bandung
Timur;
2. membagi daerah menjadi delapan SWK, masing-masing dilayani oleh satu SPK;
3. mengembangkan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara merata;
4. menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat pelayanan sesuai skala
pelayanannya; dan
5. menyerasikan sebaran fungsi kegiatan pusat-pusat pelayanan dengan fungsi dan
kapasitas jaringan jalan
Konsep struktur ruang polisentrik ini akan didukung dengan sistem transportasi publik
massal, konsep Transit Oriented Development (TOD), konsep park & ride, dan
gedung parkir. Secara umum Transit Oriented Development (TOD) didefinisikan
sebagai sebuah kawasan dengan tingkat kepadatan tinggi dengan tata gula lahan
campuran (mixed use) yang terdiri dari perumahan, tempat bekerja, perbelanjaan, dan
fasilitas sosial yang berlokasi ‘dekat’ atau mudah dijangkau dari pusat transit (terminal
bus dan/atau stasiun kereta api). Kawasan ini dirancang secara khusus dengan akses
penghubung antara tipe penggunaan lahan yang ada melalui fasilitas pejalan kaki,
sepeda dan sekecil mungkin akses dengan kendaraan bermotor.
Manfaat TOD antara lain dalam aspek sosial ekonomi, lingkungan, dan transportasi.
Dalam aspek ekonomi TOD bermanfaat untuk meningkatkan mobilitas dalam
kawasan; menciptakan kawasan yang lebih baik untuk tempat tinggal, bekerja dan
bermain; meningkatkan usia hidup; mengurangi stress; dan menghemat biaya
perjalanan. Manfaat TOD dalam aspek lingkungan antara lain mengurangi konsumsi
energi, karena sebagian pergerakan berada di dalam kawasan dan tidak
menggunakan kendaraan bermotor; mengurangi polusi udara; dan meningkatkan
kualitas udara. Dalam aspek transportasi pengembangan TOD akan mengurangi
Gambar 2.1
Konsep Park & Ride
Sumber: http://www.mwcog.org/commuter2/images/commuter/transit/Rockville-Marc-and-Metro-St.jpg
http://www.fredonia.edu/maps/maps_2007/campusmap2007_park-n-ride.jpg
Sumber: http://dailyheadlines.uark.edu/images/transit_oriented_development_Page_2crop.jpg
http://www.cooltownstudios.com/images/portland-pearldistrictsquare.jpg
Green City
Kota Bandung di masa mendatang diarahkan menjadi green city, dimana elemen
taman atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) tersedia secara proporsional. Diharapkan
hingga tahun 2020 peruntukannya lahannya dapat dicapai 30% berupa ruang terbuka
hijau yang terdiri atas 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat. Upaya dalam
pemenuhan kebutuhan RTH dengan membangun taman rukun tetangga, taman rukun
warga, taman kelurahan, taman kecamatan, taman kota, hutan kota, jalur hijau,
permakaman, penghijauan sempadan sungai, dan penghijauan sempadan rel kereta
api yang tersebar merata di tiap-tiap unit lingkungan permukiman. RTH kota ini
berfungsi sebagai:
1. pemasok oksigen, resapan air dan iklim mikro (fungsi ekologis);
2. penyedia ruang publik dan tempat berkumpulnya warga kota (fungsi sosial
budaya);
3. penambah keindahan kawasan sehingga meningkatkan daya tarik investasi dan
nilai lahan (fungsi estetika dan ekonomi); dan
4. penyedia ruang evakuasi bencana (fungsi keselamatan).
Gambar 2.3
Intensifikasi Lahan / Vertical Development
Sumber: http://www.ar.itb.ac.id/pa/wp-content/uploads/2009/04/03-studio-kolaborasi-
2008.png
Gambar 2.5
Waterfront Development
Pola ruang diwujudkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup. Sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup adalah daya dukung
alam, daya tampung lingkungan binaan, dan daya tampung lingkungan sosial.
Kebijakan yang menyangkut tentang pola ruang meliputi kebijakan pola ruang
kawasan lindung, kawasan budidaya serta daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup.
Dengan melihat karakteristik geografis dan kebijakan pola ruang diatas maka strategi
pengembangan pola ruang Kota Bandung adalah sebagai berikut:
1. Strategi untuk perwujudan keseimbangan proporsi kawasan lindung, meliputi :
a) menjaga keseimbangan proporsi kawasan lindung khususnya di Kawasan
Bandung Utara;
b) mempertahankan dan menjaga hutan lindung sebagai kawasan hutan kota;
c) mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan air atau
kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya
air dan kesuburan tanah serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan
erosi;
d) mengembangkan kawasan jalur hijau pengaman prasarana dalam bentuk jalur
hijau sempadan sungai, jalur tegangan tinggi, dan jalur rel kereta api;
e) mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada dan tidak memberi izin alih
fungsi ke fungsi lain didalam mencapai penyediaan ruang terbuka hijau;
f) melestarikan dan melindungi kawasan dan bangunan cagar budaya yang telah
ditetapkan, terhadap perubahan dan kerusakan struktur, bentuk, dan wujud
arsitektural;
g) meminimalkan dampak resiko pada kawasan rawan bencana.
Kebijakan pemanfaatan ruang diwujudkan berdasarkan kebijakan struktur tata ruang dan
pola tata ruang, yaitu pengembangan program perwujudan tata ruang yang dalam
pelaksanaannya dapat mendorong kemitraan dan kerjasama antara pemerintah,
swasta dan masyarakat.
Strategi penerapannya adalah:
a. menjabarkan dan menyusun tahapan dan prioritas program berdasarkan persoalan
mendesak yang harus ditangani, serta antisipasi dan arahan pengembangan masa
mendatang.
b. mendorong kemitraan dan kerjasama dengan swasta dan masyarakat dalam
penyediaan pelayanan kota dan pembangunan kota.