Anda di halaman 1dari 7

PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING DENGAN

TEKNIK BEHAVIORISME
UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA SMP

Dosen Pengampu : Dr. Helga Graciana H,S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh :

Sittatil Faizah_204410003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO

2021
PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING DENGAN
TEKNIK BEHAVIORISME
UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA SMP

Kepercayaan diri (self confidence) merupakan salah satu aspek kepribadian pada
seseorang dalam menghadapi dan menyikapi kehidupannya, sehingga seseorang akan mampu
mengaktualisasikan segala potensi dirinya (Ghufron dan Risnawati, 2012). Remaja yang
memiliki kepercayaan diri tidak akan memandang kelemahan dan keterbatasan yang
dimilikinya sebagai sebuah hambatan, melainkan sebagai batu loncatan untuk meraih
keberhasilan (Rini, 2010).

Percaya diri adalah kepercayaan dan keyakinan akan kemampuan diri sendiri,
optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis untuk menyelesaikan serta
menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik sehingga dapat memberikan sesuatu dan
diterima oleh orang lain maupun lingkungannya.

Ciri-ciri Percaya Diri Menurut Lauster (2002) adalah keyakinan akan kemampuan
diri, yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa mengerti sungguh sungguh akan apa
yang dilakukannya, optimis, yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik
dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan, Objektif, yaitu orang
yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran
semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri, bertanggung
jawab, yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi
konsekuensinya, rasional atau realistis, yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal,
sesuatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan
kenyataan.

Realita di lapangan, tidak semua siswa memiliki percaya diri yang cukup. Masih
banyak siswa yang memiliki rasa percaya diri yang rendah sehingga sangat berpengaruh pada
perkembangan siswa itu sendiri. Banyak siswa sekarang khususnya siswa smp memiliki
kepercayaaan diri yang rendah baik di dalam kelas maupun di luar kelas sehingga diperlukan
pendampingan khusus, dalam bentuk layanan konseling individual dengan teknik konseling
behavioral. Konseling ini dipilih karena berbagai keunikan yang dimiliki oleh siswa
tunagrahita tersebut dan untuk menekankan perubahan tingkah laku.
Konseling behavioral adalah sebuah proses konseling (bantuan) yang diberikan oleh
konselor kepada klien dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah laku
(behavioral), dalam hal pemecahan masalah-masalah yang dihadapi serta dalam penentuan
arah kehidupan yang ingin dicapai oleh diri klien. Konseling behavioral merupakan suatu
proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan
keputusan tertentu (Surya, 2003). Behaviorisme sendiri adalah aliran dalam psikologi yang
didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang kemudian digerakkan oleh Burrhus
Frederic Skinner. Behaviorisme lahir sebagai reaksi atas psikoanalisis yang berbicara tentang
alam bawah yang tidak tampak. Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang
tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan.

Menurut Pihasniwati (2008), konsep utama dalam konseling behavior adalah


keyakinan tentang martabat manusia yang bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak
psikologis. Konseling behavioral berfokus pada perilaku manusia yang dapat dipelajari dan
dapat dirubah. Adapun kondisi-kondisi pada manusia yang menjadi dasar dalam pelaksanaan
konseling behavior adalah manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus
atau jelek, manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa
yang dilakukannya dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri, manusia mampu
untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu
proses belajar. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dipengaruhi
oleh perilaku orang lain.

Berikut prosedur dari program berdasar teori behavioral :

(1) Desensitisasi sistematis

Desensitisasi sistematis adalah metode yang digunakan dalam terapi behavior untuk
membantu klien secara efektif mengelola fobia dan gangguan kecemasan. Lebih
spesifik,desensitisasi sistematis adalah aplikasi pengkondisian klasik yang dikembangkan
oleh JosephWolpe. Dalam proses desensitisasi sistematis, seseorang harus terlebih dahulu
diajari keterampilan relaksasiuntuk memadamkan rasa takut dan respons kecemasan terhadap
fobia tertentu. Begitu individu telah diajarkan keterampilan ini, dia harus menggunakannya
untuk mengelola situasi dalam hierarkiketakutan.

Tujuan dari desensitisasi sistematis adalah bahwa seorang individu akan belajar
mengatasi dan mengatasi ketakutan di setiap langkah hierarki, yang akan mengarah pada
mengatasi yang terakhir langkah ketakutan dalam hierarki. Karena sifat hierarki ketakutan,
sistematis desensitisasi juga disebut terapi eksposur bertahap.

(2) Flooding

Flooding dalam terapi perilaku didasarkan pada prinsip pengkondisian responden.


Karena sifatnya dari paparan stimulus dalam waktu lama, ia juga disebut sebagaiterapi
pemaparan dalam waktu lama. Sebagai teknik dalam konseling dan terapi, itu digunakan
untuk mengobatifobia dan berbagai gangguan kecemasan seperti gangguan panik. Selama
proses banjir, klien dihadapkan pada pengalaman menyakitkan mereka, dengan tujuan
menggabungkan emosi mereka yang tertekan dengan kesadaran dan kendali mereka saat ini.

(3) KepekaanTerselubung

Sensitisasi terselubung adalah pengobatan yang didasarkan pada prinsip bahwa semua
perilaku adalah dipelajari dan perilaku yang tidak diinginkan dapat dihilangkan dalam situasi
yang tepat.

Tujuan sensitisasi terselubung adalah untuk langsung menghilangkanperilaku yang tidak


diinginkan itu sendiri, tidak seperti konseling yang berorientasi pada wawasan yang berfokus
pada pengungkapanmotif bawah sadar untuk menghasilkan perubahan.

(4) Pencegahan pemaparan dan respons

Pencegahan pemaparan dan respons adalah teknik untuk klien dengan kesulitan seperti
gangguan obsesif-kompulsif, fobia, dan jenis lainnya gangguan kecemasan. . Pencegahan
pemaparan dan respon dikembangkan dari konsep bahwa suatu pengobatan dicapai saat klien
menghadapi ketakutan mereka sendiri dan berhenti menggunakan penghindaran mereka
sebagai koping.

(5) Manajemen kontingensi Manajemen

kontingensi merupakan salah satu teknik dalam terapi behavior digunakan dalam
pengobatan untuk klien dengan masalah penyalahgunaan zat, penambahan, dan / atau
mentalmasalah kesehatan.

Dengan teknik manajemen kontingensi, perilaku klien adalahdihargai ketika mereka


mengikuti aturan dan regulasi program atau rencana perawatan mereka. Merekadapat
dihukum jika mereka gagal mengikuti aturan. Manajemen kontingensi hingga saat ini
menghasilkanbukti empiris yang kuat tentang efektivitas pengobatan.

(6) Pelatihan pembalikan kebiasaan

Pelatihan pembalikan kebiasaan adalah paket perawatan perilaku yang harus ditangani
Berbagai macam masalah perilaku berulang dan kebiasaan . Pelatihan pembalikan kebiasaan
mencakup lima langkah:

a. kesadaranlatihan;
b. pelatihan relaksasi;
c. pelatihan respon bersaing;
d. manajemen kontingensi;
e. pelatihan generalisasi.’’

Manfaat Behaviorisme dalam program ini antara lain dapat memecahkan masalah dan
menyelesaikan masalah, menghapus pola-pola tingkah laku yang salah yang selama ini
sering digunakan klien didalam kehidupannya, sehingga klien mampu menguasai tingkah
laku baru yang efektif dengan cara menciptakan suatu kondisi-kondisi baru bagi proses
belajar.

PERAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN RASA PERCAYA DIRI


PADA ANAK.

1.      Ajari anak untuk mencintai dan menyayangi dirinya sendiri.

Sebelumnya perhatikan diri kita sendiri dahulu, luangkan waktu di tengah kesibukan untuk
berolah raga, merawat diri dan mengembangkan pribadi kita. Sadarlah bahwa orang tua yang
tidak mengahargai dirinya sendiri akan membesarkan anak dengan sifat yang sama.

2.      Luangkan waktu yang berkualitas setiap hari.

Tunjukkan betapa kita sungguh bergembira atas kehadiran anak – anak kita. Jadilah “ahli
gembira” bagi ptra putri kita. Ubahlah waktu mengerjakan tugas harian menjadi moment
yang berharga dan istimewa. Bernyanyi, memeluk, berbagi tawa dan cerita dapat membuat
saat – saat biasa menjadi tak terlupakan yang kelak akan menambah percaya dirinya.

3.      Jadilah pendengar yang baik.


Hal ini bukanlah mudah bagi orang tua. Betapa sering orang tua menyela dan sibuk dengan
nasehat – nasehat bahkan pada saat anak belum selesai bicara. Simpanlah kekhawatiran –
kekhawatirankita pada saat mendengarkan. Cobalah untuk mendengarkan anak  sepenuhnya
tanpa menghakimi. Kita perlu menahan untuk tidak memikirkan atau memberikan pendapat
udut kita sendiri. Dengarkan mereka dengan hati yang terbuka dan penuh kasih sayang.
Lupakan diri kita dan tempatkanlah diri kita pada sudut pandang anak kita. Ajukan
pertanyaan – pertanyaan sebagai ganti dari memberikan pendapat. Cara orang tua
mendengarkan tanpa menghakimi akan membuat anak merasa diterima dan dimengerti
selanjutnya menjadi lebih percaya diri.

4.      Seringlah tertawa, karena kegembiraan itu menular.

Anggaplah pada saat ini kita mendapat tantangan untuk melakukan ‘tersenyum selama 30
hari bersama keluarga’. Kita akan melihat keajaiban dari kegembiraan dan kasih sayang yang
kita bawa kepada orang –orang disekitar kita. Buatlah moment sehari – hari menjadi luar
biasa berkat kegembiraan dan semangat yang kita bawa ke dalamnya.

5.      Beikan pengakuan dn penghargaan.

Latihlah mulai dari kita sendiri untuk memberikan penghargaan terhadap setiap
keberhasilan,bahkan yang paling kecil sekalipun. Berikan penghargaan yang tulus atas tugas
– tugas sederhana kita. Penghargaan ini akan memberi semangat baru dalam hidup kita untuk
menjalankan tugas yang lebih besar. Bagikan penghargaan ini juga kepada anak – anak kita.
Berikan pujian, pengakuan dan penghargaan yang tulus kepada mereka.

6.      Disiplinkan anak dengan hormat.

Ajarkanlah anak untuk turut bertanggungjawab atas tugas – tugas rutin dalam rumah tangga.
Anak yang secara aktif turut dilibatkan dalam tugas rutin dalam rumah tannga pada usia
dewasanya akan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar. Perbaiki kesalahan mereka
dengan kelembutan namun harus tetap konsisten terus menerus.Berikan konsekwensi yang
wajar dari pelanggaran dengan tujuan untuk mengajarkan tanggung jawab pada mereka.
Disiplinkan anak tanpa menunjukkan kuasa dan kemarahan kita, maka anak akan belajar
tumbuh dengan pengendalian dan rasa percaya diri yang tinggi.

7.      Berilah ruang bagi putra – putri kita untuk melakukan kesalahan.
Ingatlah bahwa setiap orang, apalagi seorang anak, berhak untuk melakukan kesalahan.
Kesalahan merupakan bagian dari proses pembelajaran. Temukanlah kebaikan dalam
kesalahan – kesalahan yang mereka lakukan, maka anak akan belajar untu berani bejuang
menghadapi tantangan dan resiko serta lebih percaya diri.

8.      Tanamkan nilai – nilai kejujuran, tanggung jawab dan semangat saling membantu.

Tunjukkan dalam keseharian kita bagaimana kita selalu konsisten dengan nilai –
nilai.Libatkan anak – anak kita dalam kegiatan sosial yang secara rutin kita lakukan. Maka
anak – anak kita akan tumbuh dengan karakter positif dan rasa percaya diri yang kuat dalam
diri mereka.

Anda mungkin juga menyukai