Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dila Permatasari

NIM : 195211016

Kelas : MB-SORE A

Semester : IV

Tugas perorangan Manajemen Investasi

SOAL A.

1. Analisis Saham Perusahaan Bank Tabungan Negara (BTN)

a. Analisa ekonomi

Pengembangan di sektor perumahan tercatat memiliki dampak berlipat ganda bagi 174 sektor ekonomi
lainnya atau setara Rp 48,8 triliun.

Plt. Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN). Nixon LP Napitupulu, mengatakan,
ekspansi di sektor perumahan memiliki dampak besar bagi perekonomian nasional. Nixon
mencontohkan, perumahan merupakan sektor yang dapat meningkatkan lapangan kerja karena untuk
setiap rumah yang dibangun setidaknya membutuhkan sekitar 5 pekerja.

Selain itu, produksi dan perdagangan nasional pun dapat terdongkrak karena 90% bahan bangunan
untuk mendirikan rumah merupakan produk lokal. Belum lagi dari setiap unit rumah yang terjual,
pemerintah mendapatkan penerimaan negara dalam bentuk Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Bea Balik Nama (BBN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

"Contoh nyata saja, setiap ada perumahan baru, pasti ada aktifitas ekonomi baru seperti warung, ojek,
atau rumah makan. Dari kajian internal kami, sektor perumahan ini bisa berdampak pada 174 sektor
lainnya yang bernilai hingga Rp48,8 triliun," jelas Nixon dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id,
Senin (8/3).

Nixon menyebutkan ada 5 sektor yang merasakan dorongan terbesar dari ekspansi sektor perumahan.
Di antaranya yakni sektor perdagangan, jasa real estate, perdagangan mobil dan motor, jasa pendidikan
pemerintah, dan jasa keuangan perbankan.

"Dengan dampak berlipat ganda tersebut, peningkatan pada sektor lain juga dapat membantu
mendongkrak PDB [Produk Domestik Bruto] nasional."
Adapun, hingga 31 Desember 2020, Bank BTN tercatat menyalurkan 90,26% kreditnya ke sektor
perumahan atau setara Rp234,78 triliun. Posisi tersebut naik dari porsi penyaluran kredit ke sektor
perumahan per 31 Desember 2019 sebesar 89,72% atau senilai Rp229,52 triliun.

Selanjutnya: BTN siap membiayai kebutuhan rumah 6.400 karyawan kontrak Pelindo III

b. Analisa industry

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi strategi Bank BTN dalam menghadapai persaingan industri
perbankan di indonesia; untuk menganalisa faktor – faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang dihadapi; serta mengidentifikasi faktor – faktor kunci keberhasilan perusahaan. Hasil
analisis SWOT pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Bank BTN (Persero)
untuk menyesuaikan sumberdaya dan kapabilitas yang dimiliki terhadap kondisi lingkungan
kompetitifnya. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data hasil observasi dan wawancara
dengan pihak manajemen Bank BTN; yang meliputi kondisi lingkungan industri, lingkungan internal, dan
lingkungan eksternal perusahaan. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan beberapa alat analisis
manajemen strategik, antara lain analisis strategik model Porter, analisis SWOT Fred R. David, dan
identifikasi Key Success Factor. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi bersaing yang ditetapkan
oleh Bank BTN untuk menghadapi persaingan, dalam hal ini pembiayaan perumahan telah memberikan
hasil yang efektif. Bank BTN dapat menggunakan kekuatan internalnya untuk mengambil keuntungan
dari peluang eksternal, mengatasi kelemahan internal, dan mengantisipasi ancaman eksternal. Dalam
mengantisipasi perubahan dimasa yang akan datang, hal yang perlu dilakukan Bank BTN adalah
memaksimalkan faktor – faktor kunci keberhasilan yang dimiliki.

c. Analisa perusahaan

Bank Tabungan Negara (BTN) merupakan bank seperti pada umumnya dimana bank tersebut tentu
memiliki unit bagian masing-masing yang terbagi sesuai dengan tugasnya. Seperti yang kita tahu bahwa
disetiap perusahaan baik perusahaan produk maupun jasa dan perusahaan yang bergerak dibidang
perbankan pasti memiliki manajemen yang baik. Manajemen suatu perusahaan bertujuan untuk
mengatur jalannya segala kegiatan yang dilakukan oleh bank tersebut. Dengan demikian suatu
perusahaan membagi beberapa kegiatan tersebut ke dalam beberapa bidang yakni pemasaran, sumber
daya manusia, operasional dan keuangan. Salah satu bagian atau unit yang pasti ada di suatu bank yaitu
unit pemasaran atau biasa disebut dengan bagian marketing. Di Bank Tabungan Negara (BTN) bagian
marketing tersebut memiliki sebutan tersendiri yang dikenal dengan CCFU atau Consumer and
Commercial Funding Unit. Unit ini merupakan unit yang bertugas serta bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan strategi marketing dan terpenuhinya target dana dari nasabah. Selain itu CCFU juga
bertanggung jawab atas produk Bank BTN lainnya yang meliputi KPR, produk dana seperti tabungan,
deposito dan giro serta kredit konsumer dan kredit komersil. Dengan kata lain bagian Consumer and
Commercial Funding Unit ini harus melakukan kegiatan pemasaran guna mmenuhi target yang telah
ditentukan oleh bank tersebut. Tentunya untuk mencapai target yang diinginkan, bagian Consumer and
Commercial Funding Unit ini harus memiliki beberapa strategi yang disiapkan. Sehingga dengan adanya
unit tersebut maka Bank Tabungan Negara (BTN) bisa memperoleh dana yang kemudian dapat dijadikan
sebagai modalnya.

2. Pada negara berkembang (develop countries) banyak pihak merekomendasikan bahwa kondisi
politik selalu saja lebih dominan dan kebijakan ekonomi sering terintervensi oleh berbagai kebijakan
poliik. Dengan kondisi seperti ini, maka apakah menjadi salah satu sebab mengapa pasar modal di
negara berkembang tidak pernah mencapai kestabilan yang diharapkan ? Jelaskan !

Indonesia sebagai negara berkembang dikenal sebagai lahan yang cukup subur dan bisa dijadikan tujuan
investasi. Bagaimana tidak, kekayaan yang dimiliki negeri ini saja sudah cukup mengundang minat para
investor asing. Apalagi dengan pembangunan yang diharapkan dapat lebih baik dalam hal birokrasinya?
Bila benar-benar dibangun sebagai negara dengan tata birokrasi yang baik, didukung dengan kebijakan
pemerintah yang terbuka terhadap pemilik modal asing (PMA), bukan tidak mungkin Indonesia akan
diserbu oleh banyak investor asing setiap harinya yang berniat melipatgandakan modal mereka dengan
menanamkan sahamnya di perusahaan di Indonesia.

Dilema Penanaman Modal di Indonesia

Memang tidak bisa dipungkiri, kebijakan yang terlalu longgar akan sangat memperluas jalan masuk PMA
untuk menanamkan modal yang secara nominal besar-besaran, dan ini akan berdampak negatif bagi
Indonesia sendiri. Misalnya, pertanian sebagai salah satu sektor besar di Indonesia akan terkikis bersama
dengan sektor non industri lainnya. Hal ini disebabkan karena PMA lebih banyak menanamkan modal di
investasi sektor industri yang jelas membutuhkan banyak pekerja. Lowongan kerja di sektor industri
terlihat lebih menyenangkan dan menggiurkan bagi para pemuda desa, sehingga mereka lebih memilih
untuk bekerja di kota sebagai buruh daripada meneruskan usaha persawahan milik orang tuanya. Pada
akhirnya, hasil pertanian kita menjadi merosot, padahal kebutuhan kita terhadap hasil pertanian selalu
meningkat. Keadaan ini yang akhirnya menyebabkan banyaknya kasus impor kebutuhan pokok seperti
yang terjadi sekarang ini. Tidak hanya pertanian, begitu pula dengan sektor peternakan.

Meski begitu, bukan berarti sektor industri harus dimusnahkan begitu saja. Ada beberapa hal yang harus
dibenahi dari sistem birokrasi kita untuk lebih memberdayakan masyarakat asli Indonesia. Salah satunya
dengan menarik minat pemilik modal dalam negeri untuk berinvestasi di dalam negeri dengan
memberikan keuntungan dari dana yang ditanam, namun juga membantu pertumbuhan dalam negeri.
Mengapa? Dengan modal yang dimiliki berasal dari luar, otomatis keuntungannya tidak dinikmati oleh
masyarakat Indonesia, tetapi dinikmati para pemilik modal tersebut. Pada akhirnya PMA tersebut justru
akan berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi negaranya, bukan negara Indonesia.

1. Rendahnya Tingkat Kepercayaan Pada Lembaga Keuangan


Faktor pertama adalah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi atau lembaga keuangan
belum bisa optimal. Kurangnya informasi, edukasi, dan sosialisasi mengenai pentingnya berinvestasi
secara sederhana saja masih kurang, bagaimana dengan investasi di pasar modal? Selain itu, masalah
keamanan dana nasabah masih sangat rawan. Masih hangat dalam ingatan kasus Bank Century yang
melenyapkan triliyunan dana milik nasabah dan hingga saat ini kasusnya belum mencapai kesepakatan
penyelesaian akibat berbagai halangan. Kemudian dari kriminalitas yang mungkin terjadi sehari-hari
adalah pembobolan kartu debit maupun kartu kredit milik nasabah yang masih kerap terjadi sehingga ini
jelas merugikan nasabah. Tak jarang juga terjadi kasus penipuan kartu ATM yang setiap hari selalu
mengisi laporan perkara di kantor kepolisian.

2. Sosialisasi yang Tidak Merata

Faktor kedua adalah sosialiasi pasar modal yang masih sangat rendah bahkan terkadang hanya
dipusatkan pada beberapa kota besar dan di Pulau Jawa. Padahal pemilik modal tersebut tidak hanya
berada di wilayah Jawa yang terkenal sebagai pusat pertumbuhan ekonomi negara. Sosialisasi ini kurang
menyebar dan kurang memberikan informasi dan edukasi secara mendalam. Selain itu pelaksanaannya
terkadang hanya merupakan formalitas dan tidak terjadi kesinambungan. Infrastruktur pendukung
investasi pun hanya berpusat pada beberapa wilayah tertentu, tidak tersebar secara merata. Informasi
yang relevan terkait dengan pasar modal dan saham pun masih sulit diakses masyarakat luas baik karena
konten yang kurang memberikan informasi secara lengkap atau juga bisa karena infrastruktur yang
belum mencapai daerah-daerah tertentu.

3. Birokrasi yang Berbelit-Belit

Indonesia sebagai negara berkembang dikenal sebagai lahan yang cukup subur dan bisa dijadikan tujuan
investasi. Bagaimana tidak, kekayaan yang dimiliki negeri ini saja sudah cukup mengundang minat para
investor asing. Apalagi dengan pembangunan yang diharapkan dapat lebih baik dalam hal birokrasinya?
Bila benar-benar dibangun sebagai negara dengan tata birokrasi yang baik, didukung dengan kebijakan
pemerintah yang terbuka terhadap pemilik modal asing (PMA), bukan tidak mungkin Indonesia akan
diserbu oleh banyak investor asing setiap harinya yang berniat melipatgandakan modal mereka dengan
menanamkan sahamnya di perusahaan di Indonesia.

4. Menganggap Investasi = Riba

Terkadang, bagi umat muslim, investasi kerap disamakan dengan riba atau penimbunan yang dikenal
sebagai salah satu kegiatan yang sangat dilarang secara agama. Mungkin yang perlu dipertegas di sini
adalah investasi bukanlah penggandaan uang meski sekilas terlihat sama karena pemilik modal tidak
terlibat secara langsung dalam jalannya roda perusahaan. Investasi yang masuk dalam sebuah
perusahaan merupakan modal bagi perusahaan untuk menjalankan kegiatannya mulai dari penyediaan
tempat kerja, pembelian bahan baku, pengadaan penelitian, peluncuran produk, program tanggung
jawab sosial, dan kegiatan perusahaan lainnya dalam rangka menawarkan produk, menjualnya, dan
mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan atau bisnis produk tersebut.
Dana investasi tersebut tidak hanya diam di dalam perusahaan lalu dengan sendirinya menggandakan
diri namun digunakan untuk pembiayaan perusahaan. Keuntungan yang didapat nantinya akan dibagi
sesuai dengan kontrak antara perusahaan dan pemilik modal. Bahkan terkadang keuntungan ini tidak
diberikan dalam bentuk uang tunai namun diberikan dalam bentuk penambahan lembar saham bagi
pemilik modal sesuai dengan proporsi modal mereka dalam sebuah perusahaan.

5. Lebih Suka Barang yang Terlihat

Faktor kelima adalah masyarakat Indonesia belum terbiasa untuk berinvestasi pada barang yang tak
terlihat. Kebanyakan masyarakat Indonesia lebih menyukai jenis investasi yang jelas-jelas terlihat wujud
barangnya sehingg mereka lebih bisa merasa aman dan nyaman karena mereka sendiri yang memegang
barang investasi tersebut. Sebut saja emas sebagai perhiasan, tanah (sertifikat tanah), atau mungkin
membangun sebuah usaha yang jelas-jelas akan memberikan keuntungan dari manfaat yang secara
nyata ditawarkan kepada konsumen (misalnya dengan membangun sebuah rumah kontrakan,
membangun kos di wilayah dekat kampus, dan lain-lain).

SOAL B Materi Investasi dalam Real Estate

Tn. Brotoseno ingin membeli sebuah rumah sebagai tempat tinggalnya. KemudianTn. Brotoseno
mendatangi agen property yang membuka perumahan baru. Agenproperty tersebut mengatakan bahwa
mereka membangun perumahan sesuai dengankebutuhan untuk para customernya dan terletak pada
lokasi yang strategis. TnBrotoseno dalam hal ini meminta bantuan kepada anda selaku agen dari
propertyuntuk menghitung berapa uang yang dikeluarkan serta cicilan yang akan dibebankan.

Pertanyaannya :

1. Lampirkan Brosur/Price List untuk perumahan

(Wajib dilampirkan, dilarang sama dengan mahasiswa lainnya)


2. Jika tidak tercantum harga luas tanah, maka dibuatkan asumsi harga sebagaiberikut :

- Harga rumah s/d Rp 500 juta, LT per meter Rp 1 juta

- Harga rumah > Rp 500 juta, LT per meter Rp 2,5 juta

3. Buat perhitungan untuk menentukan harga Luas Bangunan dan Luas Tanah

dalam meter persegi untuk type yang ditawarkan dalam brosur/price list yang

dilampirkan.

4. Buat perhitungan Bunga dengan system flat untuk jangka waktu 5 tahun, 10

tahun dan 15 tahun.

5. Buat perhitungan Bunga dengan system bunga berjalan untuk jangka

waktu 10 tahun, yaitu :

o Bunga 5 tahun pertama 12%, dan kemudian pada setiap tahunnya

dikenakan :

a. Tahun ke 6 bunga 8%

b. Tahun ke 7 bunga 8.5%

c. Tahun ke 8 bunga 7%

d. Tahun ke 9 bunga 6%

e. Tahun ke 10 bunga 6.5%

Anda mungkin juga menyukai