Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

HEPATITIS

Dosen Pengampu:

KELOMPOK :V (Lima)
Nama Anggota:
Windah Maria Belen (PO71200200047)
Wanda Ferolita (PO71200200035)
Mai Lani Nadia Samsiska (PO71200200051)
Muttiah Arafah (PO71200200029)
Aza Amelia Putri (PO71200200005)
Yuliana Putri Sulistyowati (PO71200200001)

Tingkat: II.A
Prodi: D3 Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


TAHUN AJARAN 2021-2022
8

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa, karena
atas berkat dan bimbingannya
kami dapatmenyelesaikan penulis Studi Kasus ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Dengan Hepatitis’’ kami menyadari bahwaselama penulisa
n Studi Kasus ini kami banyak mendapatkandukungan dan bimbingan da
ri berbagai pihak,
tidak terlepasdari bantuan tenaga, pikiran dan dukungan moril.
Oleh karenaitu, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbe
sarnya kepada ibu Nur insani
selakupembimbing dan penguji yang dengan penuh kesabaran dan ketelit
ian serta dengan segala totalitasnya dalammenyumbangkan ide ide dalam 
penulisan makalah ini.
Akhir
kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauhdari kesempurnaan, 
untuk itu segala saran
dan kritik sangatkami harapkan dalam penyempurnaannya.

Jambi, 30 September 2021


9

Daftar Isi
10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan


terdapatnya peradangan pada organ tubuh yaitu hati. Hepatitis merupakan
suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis pada jaringan hati yang dapat
disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin gangguan metabolik, maupun
kelainan autoimun. Inveksi yang disebabkan virus merupakan penyebab
tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik
penyebab utama infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G (Arif,
2012). Diantara penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, hepatitis B
menduduki tempat pertama dalam hal jumlah dan penyebarannya. Hepatitis B
menjadi masalah kesehatan dunia karena selain prevalensinya yang sangat
tinggi, virus hepatitis B juga dapat menimbulkan problem paskaakut bahkan
dapat terjadi sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler primer (hepatoma).
Oleh sebab itu, karena tingginya morbiditas dan mortalitas dari penyakit
hepatitis B, penyakit ini sangat mengancam di dunia (Siregar, 2010).
Hepatitis menjadi masalah penting di Indonesia yang merupakan jumlah
penduduk keempat terbesar di dunia. Saat ini jumlah pasien Hepatitis B
cenderung meningkat. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat
pengetahuan masyarakat kita tentang budaya hidup bersih dan sehat, kondisi
lingkungan pemukiman yang semakin padat, tingkat ekonomi yang rendah
dan budaya masyarakat kita yang sulit berubah. Meningkatnya seks bebas
juga berpotensi meningkatkan virus hepatitis B. Kasus Hepatitis B di
Indonesia cukup banyak dan menjadi perhatian khusus pemerintah (Anonim
B, 2008) Hepatitis B merupakan masalah kesehatan global dan diperkirakan
sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terpapar virus hepatitis B (VHB).
Hepatitis B adalah penyakit infeksi hati yang berpotensi mengancam nyawa
yangdisebabkan oleh virus hepatitis B. Menurut WHO, terdapat sekitar dua
miliar orang di dunia telah terinfeksi virus Hepatitis B dan lebih dari 240 juta
telah menderita infeksi hati kronis (jangka panjang). Sekitar 600.000 orang
meninggal setiap tahun karena menderita Hepatitis B akut atau kronis.
Prevalensi infeksi HBV berbeda-beda di seluruh dunia. Kategori daerah
endemis terbagi menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Angka prevalensi infeksi
VHB di Asia Pasifik cukup tinggi yaitu melebihi 8% (Firdayani, 2013). Hasil
survey awal pada 10 mahasiswa keperawatan FIKKES di UNIMUS bulan
November 2011 tentang hepatitis B menunjukkan sikap dan perilaku yang
berbeda-beda, sebanyak 60% menyatakan hepatitis B berbahaya karena
mudah menular, sebanyak 30% mahasiswa menjaga perilakunya agar tidak
tertular, dan ada 10% yang menyatakan biasa karena sudah vaksinasi. Hasil
observasi juga menunjukkan sebagian kecil mahasiswa melakukan
11

pencegahan dengan cara menjauhi penderita (HbsAg positif). Sebagian besar


mahasiswa melakukan pencegahan dengan cara menjaga dirinya untuk
berhati-hati dalam bergaul, tidak menggunakan alat pribadi secara bersama-
sama, dan tetap mau menerima penderita hepatitis B berada di 3 dalam
lingkungannya tanpa harus menghindari penderita tersebut (Rahmayanti,
2012) Indonesia menepati peringkat ke-3 dunia setelah Cina dan India.
Indonesia (1981) digolongkan sebagai negara dengan kategori endemisitas
sedang sampai tinggi, dengan kekerapan rata-rata 5.5% dengan variasi 3,5
sampai 9,1%. Perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan bahwa
100 dari petugas kesehatan di seluruh dunia mendapatkan luka akibat jarum
setiap tahunnya. Sekitar 14,4% dan 1,4% dari pekerja rumah sakit terinfeksi
virus hepatitis B. Prevalensi tertinggi petugas kesehatan yang tertular hepatitis
B adalah dokter gigi. Sedangkan perawat adalah kedua yang paling sering
terinfeksi yaitu sekitar 41%, diikuti oleh dokter sekitar 31% (Askarian, et al,
2011). Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011, cakupan imunisasi
hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi di tiap-tiap provinsi. Cakupan
imunisasi hepatitis B pada tahun 2011 mencapai 80,4%. Berdasarkan Profil
Kesehatan Indonesia 2011, target imunisasi hepatitis B di Indonesia telah
tercapai. Prevalensi hepatitis B terbanyak adalah Jawa Timur 2,8%, Sumatra
Utara 1,71%, dan Jawa Tengah 2,15%. Sedangkan pada tahun 2013 kasus
hepatitis B di kabupaten Ponorogo terdapat 25 kasus. Penyakit Hepatitis B
adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV),
suatu anggota family Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati
akut atau menahun .Penyakit Hepatitis B dapat menyerang semua umur,
gender, dan ras di seluruh dunia (Anonim C, 2007). Virus Hepatitis B bersifat
50-100 kali lebih menular daripada virus yang menyerang system imunitas
seperti HIV. Penularannya terjadi lewat 4 darah dan cairan tubuh (Firdayani
et al, 2013). Virus Hepatitis B utuh adalah suatu virus DNA yang berlapis
ganda dengan diameter 42 nm (1 nm = 0.000000001) dan berbentuk bulat.
Selubung terluar tersusun oleh protein yang dinamakan Hepatitis B surface
antigen (HBsAg), sedangkan selubu dalam yang disebut nukleokapsid atau
core (inti) tersusun oleh suatu protein hepatitis core antigen (HBcAg). Virus
Hepatitis B oleh tubuh dianggap sebagai antigen. Dengan kemampuan
teknologi kedokteran khususnya di bidang laboratorium yang sudah
sedemikian canggih, antigen-antigen VHB dan protein VHB lainnya, yaitu
protein HBsAg, HBcAg, HBeAg dan DNA VHB sudah dapat diidentifikasi
(Cahyono, 2010). Hepatitis B dapat ditularkan dengan berbagai macam cara.
Hepatitis B dapat ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak atau secara
horizontal dari anak ke anak. Sumber utama penularan hepatitis B adalah
darah. Hepatitis B juga dapat ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh
dari orang yang terinfeksi.Semua cairan tubuh bisa menular, namun hanya
darah, cairan vagina, dan air mani yang telah terbukti menular. Selain itu,
penularan bisa terjadi melalui perkutan dan permukosa cairan tubuh yang
menular. Paparan yang menyebabkan transmisi hepatitis B adalah transfusi
dari darah yang belum diskrining, jarum suntik yang tidak steril pada
12

prosedur hemodialisa, akupuntur, tato dan pada petugas kesehatan yang


tertusuk jarum suntik yang mengandung darah pasien yang terinfeksi hepatitis
B (WHO, 2011). Resiko hepatitis akan meningkat pada kelompok tertentu
antara lain pada tenaga kesehatan, pekerja seksual, pengguna narkotika, bayi
dengan ibu yang menderita hepatitis B. Mahasiswa keperawatan termasuk
orang yang tergolong beresiko tertular penyakit 5 hepatitis B, karena saat
menjalani praktik di Rumah Sakit akan berinterakasi langsung dengan pasien.
Resiko tertular hapatitis pada mahasiswa perawat akan dapat dicegah jika
mahasiswa melakukan perilaku pencegahan yang adekuat (Rahmayanti,
2012). Upaya pencegahan hepatitis B dengan imunisasi merupakan salah satu
cara yang efektif. Imunisasi hepatitis B dikenal memiliki 2 macam jenis, yaitu
imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah kekebalan yang
dibuat oleh tubuh sendiri karena terpajan antigen plasma derived ataupun
sequence DNA virus hepatitis B. Sedangkan imunisasi pasif adalah kekebalan
yang diperoleh dari luar tubuh dengan cara pemberian HBIg

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka peneliti dapat
merumuskan masalah peneliti “Perilaku Mahasiswa Dalam Upaya Pencegahan
Penyakit Hepatitis B Di Ruang Mawar, Flamboyan, Aster RSUD Dr. Harjono
Ponorogo?”
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui mengetahui Perilaku Mahasiswa Dalam Upaya Pencegahan
Penyakit Hepatitis B Di Ruang Mawar, Flamboyan, Aster RSUD Dr. Harjono
Ponorogo.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden Mahasiswa harus mengetahui tentang pencegahan
hepatitis dan mencegah tertular hepatitis saat praktik dilapangan. Sehingga
nantinya ada manfaat langsung yang didapat.
2. Bagi Peneliti Dapat mengaplikasikan teori yang telah didapat dan
mengetahui kaitan antara teori dan penerapan di masyarakat. Sehingga
nantinya ada manfaat langsung yang didapat dari penelitian ini
. 3. Bagi Institusi (Fakultas Ilmu Kesehatan) Bagi dunia keperawatan
khususnya prodi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo
untuk pengembangan ilmu dan teori keperawatan khususnya pada mata kuliah
Komunitas
13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar


1. Kebutuhan Dasar Manusia
Henderson mengembangkan sebuah model keperawatan yang
dikenal dengan “The Activities of Living”. Model ini menjelaskan bahwa
tugas perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan
kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya secara
mandiri, tidak tergantung pada dokter. Akan tetapi, perawat tetap
menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.
Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14
komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat
belas kebutuhan tersebut sebagai berikut :
a. Bernafas secara normal
b. Makan dan minum yang cukup
c. Eliminasi (buang air besar dan kecil)
d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan
e. Tidur dan istirahat
f. Memilih pakaian yang tepat
g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan
menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan
h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan
i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan
orang lain
j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,
kebutuhan, kekhawatiran, dan opini.
k. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan
hidup
m. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi 7
14

n. Belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah


pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas
kesehatan yang tersedia.
(Virginia Henderson dalam Budino,& Pertami, S. 2015)

2. Pengertian Kebutuhan Nutrisi


Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting
dalam tubuh, serta mengeluarkan sisanya. (Tarwoto dan Wartonah 2015)
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan terhadap proses pemasukan
dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan
energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
(Alimul, A. Aziz dan Uliyah, M. 2012)

3. Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Hepatitis


a.Tujuan Pemberian Nutrisi Pada Pasien Hepatitis
Tujuan pemberian nutrisi pada pasien dengan Penyakit Hati dan
Hepatitis adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal tanpa memperberatkan fungsi hati, dengan cara :
1)Menghindari atau mengurangi kerusakan hati yang permanen.
2) Meningkatkan regenerasi jaringan hati dengan memberikan kalori
dan protein dalam jumlah yang memadai.
3) Mempertahankan atau memperbarui simpanan nutrien dalam
tubuh.
4) Mengurangi gejala yang menimbulkan gangguan rasa nyaman.
5) Mencegah atau mengurangi komplikasi asites, varises, esofagus
dan ensefalopati hepatik yang berlanjut dengan koma hepatik.
(Andry Hartono, 2006).

b. Macam-macam Nutrisi bagi penderita Hepatitis


Nutrisi yang dibutuhkan bagi manusia menurut Pakar Gizi
15

Indonesia (2017), yaitu :


1) Karbohidrat
Menurut WHO/FAO dikutip dalam buku Pakar Gizi Indonesia
(2017), kebutuhan karbohidrat dalam sehari berkisar antara 55%
hingga 75% dari total konsumsi energi yang berasal dari berbagai
makanan, diutamakan dari karbohidrat kompleks dan sekitar 10%
dari karbohidrat sederhana.
Pada penderita Hepatitis diberikan karbohidrat tinggi untuk
mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai
dengan kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/KgBB. (Asosiasi
Dietisien Indonesia, 2010)
2) Lemak
Pada manusia sehat kebutuhan lemak yang dibutuhkan setiap
hari yaitu lemak total antara 20% dan 35% kalori total dengan
sebagian besar lemak berasal dari asam lemak jenuh ganda atau
asam lemak jenuh tunggal.
Pada penderita Hepatitis diberikan Lemak cukup, yaitu 20-25%
dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah dicerna atau
dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan
lemak dengan asam lemak rantai sedang (Medium Chain
Triglyceridel MCT). (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
3) Protein
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi tahun 2012 dalam Pakar
Gizi Indonesia (2017), kebutuhan protein untuk orang Indonesia
dihitung berdasarkan berat badan aktual, sehingga didapatkan
ratarata kecukupan protein untuk orang dewasa diatas 18 tahun
adalah sekitar 1,0-1,2 g/kg BB/hari, sedangkan untuk anak usia 10-
18 tahun kecukupan protein rata-rata adalah 1,2-1,7 g/Kg BB/hari,
sedangkan untuk bayi hingga anak usia 9 tahun rata-rata kecukupan
protein adalah 1,8 - 2 g/Kg BB/hari.
Pada penderita Hepatitis diberikan Protein agak tinggi, yaitu
1,25 - 1,5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme protein. Pada kasus
Hepatitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang
16

disertai peningkatan amoniak dalam darah, pemberian protein


harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu sebanyak 30 - 40
g/hari. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
4) Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh.
Vitamin sangat berperan dalam proses metabolisme karena
fungsinya sebagai katalisator.
Vitamin pada penderita Hepatitis diberikan sesuai dengan
tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan suplemen vitamin B
kompleks, C, dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada
anemia. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
5) Air
Air membentuk 60 - 70% berat tubuh total. Setiap hari, sekitar
2 liter air masuk ke tubuh kita melalui minum, sedangkan cairan
digestif yang diproduksi oleh berbagai organ saluran pencernaan
sekitar 8 - 9 liter, sehingga sekitar 10 - 11 liter cairan yang masuk,
hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses, selebihnya
direabsorpsi.
Cairan pada penderita Hepatitis diberikan lebih dari biasa >2
liter/hari, kecuali bila ada kontraindikasi. (Asosiasi Dietisien
Indonesia, 2010)
c. Keseimbangan energi
Energi merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah aktivitas,
dapat diukur melalui pembentukan panas. Energi pada manusia dapat
diperoleh dari berbagai masukan zat gizi, diantaranya protein,
karbohidrat, lemak, maupun bahan makanan yang disimpan dalam
tubuh. Tubuh memerlukan keseimbangan energi untuk melakukan
sebuah aktivitas. Keseimbangan tersebut dapat dihitung melalui
kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan seseorang, kebutuhan kalori
dasar/basal, dan tingkat aktivitas.
Tabel 2.1. Rumus Keseimbangan energi (A.Aziz Alimul dan
Uliyah, M. 2012)
17

Rumus = Berat Badan Ideal x 10

KKB (Kebutuhan Kalori Basal)

d. Status Nutrisi
Karakteristik status nutrisi ditentukan melalui adanya
Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index – BMI) dan Berat Badan
Ideal (Ideal Body Weight – IBW ) a)Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang
dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak
dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan
berat badan dan obesitas.
Tabel 2.2 Rumus BMI diperhitungkan (Tarwoto dan
Wartonah, 2015) :

BB (Kg) BB (pon) x 704,5


TB2 (Cm) Atau TB (inchi)2

b)Ideal Body Weight (IBW)


Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi
tubuh yang sehat.
Tabel 2.3 Rumus IBW diperhitungkan (Tarwoto dan
Wartonah, 2015) :

(TB – 100) + 10%

e. Cara Menentukan AMB (Angka Metabolisme Bassal)


AMB (Angka Metabolisme Bassal) dipengaruhi oleh umur,
berat badan, dan tinggi badan. Ada beberapa cara menentukan
AMB, yaitu :
a)Menggunakan Rumus Harris Benedict (1919)
Laki-laki = 66+ (13,7xBB) + (5+TB) - (6,8 x U) Perempuan
= 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x U) Keterangan :
BB = Berat badan dalam Kg
TB = Tinggi badan dalam Cm
U = Umur dalam tahun
18

b)Cara cepat (2 cara)


(1) Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam
Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam
(2) Laki-laki = 30 kkal x kg BB Perempuan
= 25 kkal x kg BB
(Tarwoto dan Wartonah, 2015)

f. Jenis Diet Hati dan Indikasi Pemberian


1) Diet Hati I
Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila
prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai
nafsu makan. Melihat keadaan pasien makanan diberikan dalam
bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30g/hari)
dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Formula enteral
dengan asam amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid/
BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan valin dapat digunakan. Bila ada
asites dan diuresis belum sempurna pemberian cairan maksimal 1
liter/hari.
Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin,
karena itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja.
Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan
sebagai Diet Hepatitis I Garam Rendah. Bila ada asites hebat dan
tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan diet garam rendah
I. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral
juga diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa. (Asosiasi
Dietisien Indonesia, 2010)
Standar diet Hati I diberikan energi sebanayak 1500 KAL,
yaitu Protein 28 gram, Lemak 30 gram, dan karbohidrat 274 gram.
(Hendra Utama, 2013)
2) Diet Hati II
Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari
Diet Hati I kepada pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut
keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa.
19

Protein diberikan 1 g/Kg BB dan lemak sedang (20-25% dari


kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna.
Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A dan C,
tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam
atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati II garam rendah. Bila
asites hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola Diet
Garam Rendah I. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
Standar diet Hati II diberikan energi sebanyak 2100 KAL,
yaitu Protein 52 gram, lemak 45 gram, dan Karbohidrat 365 gram.
(Hendra Utama, 2013)
3) Diet Hati III
Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari
Diet Hati II atau kepada pasien Hepatitis Akut (Hepatitis
Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) yang nafsu makannya telah
baik dan telah dapat menerima protein. Dan diberikan menurut
kesanggupan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau
biasa. Makanan ini mengandung cukup energi, protein, lemak,
mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya
retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati III
Garam Rendah I. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
Standar diet Hati III diberikan energi sebanyak 2300 KAL,
yaitu protein 74 gram, lemak 60,5 gram, dan karbohidrat 383 gram.
(Hendra Utama, 2013)

g. Bahan Makanan Yang Dibatasi


Bahan makanan yang dibatasi untuk Diet Hati I, II, III adalah dari
sumber lemak, yaitu semua makanan dan daging yang banyak
mengandung lemak dan santan serta bahan makanan yang
menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun,
durian, dan nangka. (Asosiasi Dietisien Indonesia , 2010)

h. Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan


20

Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk Diet Hepatitis I, II,


dan III adalah makanan yang mengandung alkohol, teh, atau kopi
kental. (Asosiasi Dietisien Indonesia , 2010)

B.Tinjauan Asuhan Keperawatan


Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien Hepatitis menurut
Yasmara dan Arafat (2017) , adalah :
1.Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal dan jam
masuk Rumah Sakit, nomor register, dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang ditemukan pada penderita Hepatitis adalah
penurunan nafsu makan, mual, muntah, lemah dan cepat lelah, demam,
nyeri perut, sakit kepala dan pruritus.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penderita Hepatitis, misalnya pernah mengalami sakit
hepatitis atau tidak, apakah ada riwayat kontak dengan penderita
Hepatitis, apakah ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan
terlarang, dan tanyakan apakah pernah mendapat transfusi darah
atau cuci darah.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat sekarang atau saat ini meliputi alasan
pasien yang menyebabkan terjadinya gangguan, seperti : anoreksia,
nafsu makan menurun, mual, muntah, nyeri pada perut bagian atas,
terjadi penurunan berat badan, demam, kelemahan, mudah lelah
dengan malaise umum
3) Riwayat penyakit keluarga
21

Pengkajian riwayat penyakit keluarga pada pasien Hepatitis


adalah apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah
menderita penyakit Hepatitis, Sirosis Hati, Kanker Hati, atau
penyakit lainnya.

4) Pengkajian pola kesehatan fungsional


a) Nutrisi
Skirining nutrisi merupakan metode untuk mengidentifikasi
adanya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Dilakukan
dengan mengukur tinggi badan, berat badan, perubahan berat
badan, dan diagnosis primer. Dan identifikasi adanya gejala
yang mempengaruhi perubahan nutrisi, misalnya : mual,
muntah, dan diare, peningkatan edema, asites, berat badan
menurun.
b) Sirkulasi
Pada pengkajian sirkulasi pasien dengan Hepatitis,
ditemukan adanya bradikardi (hiperbirilubin berat) dan ikterik
pada sklera kulit dan membran mukosa.
c) Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kemampuan ADL, seperti makan, minum,
toileting, mobilisasi ditempat tidur, kemampuan berpindah,
serta ambulasi. Pada pasien Hepatitis didapatkan adanya
kelemahan, kelelahan, dan malaise umum.
d) Nyeri dan kenyamanan
Pada pengkajian nyeri dan kenyamanan pada pasien dengan
Hepatitis, didapatkan nyeri dan kram abdomen, nyeri pada
kuadran atas, nyeri tekan pada abdomen karena adanya
pembesaran hati, mialgia, atralgia, sakit kepala, gatal (pruritus)
dan gelisah.
e) Eliminasi
Pada pengkajian sistem eliminasi pasien Hepatitis,
ditemukan adanya urine berwarna gelap, dan feses berwarna
tanah liat.
f) Neurosensori
22

Didapatkan adanya peka terhadap rangsangan, cenderung


tidur, letargi, dan asteriksis.

5) Pemeriksaan fisik
Penampilan fisik pada pasien dengan Hepatitis dapat dilihat
dari aspek-aspek berikut :
a) Keadaan umum : apatis, kelemahan, dan malaise umum.
b) Keadaan kulit : teraba hangat, ikterik pada kulit, ruam, bercak
eritema, atau gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak.
c) Keadaan bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, ikterus pada
membran mukosa.
d) Keadaan mata : konjungtiva pucat, kering, ikterus.
e) Keadaan perut : permukaan perut, adanya garis vena, peristaltik
usus, pembesaran hati atau limfe, nyeri tekan pada abdomen,
splenomegali.
f) Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare,
pembesaran liver atau lien.
g) Pengukuran Tanda-Tanda Vital : Demam 37,8oC-38,9oC.

6) Pengkajian Kebutuhan Nutrisi


Pengkajian kebutuhan nutrisi menurut Lyndon Saputra
(2015), dapat dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D,
yaitu :
a) Pengukuran Antropometrik
Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat
badan, dan lingkar lengan. Pada umumnya, berat untuk pria
lebih dari berat badan seorang wanita walaupun tingginya
sama. Ini disebabkan pria mempunyai presentase jaringan dan
struktur tulang yang berbeda.
Metode khusus yang sering digunakan untuk mengukur
besar tubuh seseorang adalah area kulit yang berada di atas otot
trisep. Pada umumnya, wanita mempunyai lipatan kulit yang
lebih tebal di daerah ini.
(1) Berat badan ideal = (TB-100) + 10%
23

(2) Lingkar lengan atas (MAC) :


Nilai normal :
Wanita = 28,5 cm
Pria = 28,3 cm
(3) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal
Wanita = 16,5- 18 cm
Pria = 12,5-16,5 cm
(4) Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan
seseorang dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan
total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk
mengkaji kelebihan berat badan dan obesitas.
Tabel 2.4 Rumus BMI diperhitungkan :

BB (Kg) BB (pon) x 704,5

TB2 (Cm) Atau TB (inchi)2

Pada pemeriksaan BMI pada pasien Hepatitis


dengan masalah kebutuhan nutrisi akan ditemukan hasil
BMI = Kurus (<18,5).
Dengan kategori :
(a) Dibawah 18,5 = Berat badan kurang
(b) 18,5 - 22,9 = Berat badan normal
(c) 23 – 29,9 = Berat badan berlebih (kecenderungan
obesitas)
(d) 30 keatas = obesitas
b) Data biomedis
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data
biomedis antara lain kadar total limfosit, albumin serum, zat
besi, transferin serum, kreatinin, hemoglobin, hematokrit,
keseimbangan nitrogen, dan tes antigen kulit.
24

c) Tanda-tanda klinis status nutrisi


Tanda klinis status gizi dapat dilihat antara lain dari
pemeriksaan fisik. Ciri fisik penderita defisiensi nutrisi antara
lain berat badan menurun, lemah, lesu, dehidrasi, dan
pertumbuhan terhambat.
d) Diet
Untuk mengetahui riwayat diet seseorang, perawat dapat
melakukan wawancara atau kuisioner untuk mengetahui status
gizi, kesehatan, sosial-ekonomi, dan budaya atau kebiasaan
orang tersebut yang berpengaruh terhadap status nutrisinya.
Bagian yang perlu diketahui antara lain riwayat makanan,
kemampuan makan, pengetahuan tentang nutrisi, dan tingkat
aktivitas.
7)Pemeriksaan laboratorium
a) Hemoglobin (Hb) : pada laki-laki didapatkan Hb menurun
(<14g/dL) dan pada perempuan didapatkan Hb menurun (<12
g/dL)
b) Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH :
meningkat pada kerusakan sel hati.
c) Kadar aminotransferase aspartat serum dan amino
transferasealanin meningkat.
d) Kadar birilubin total dan direk (disertai kolestasis) meningkat.
e) Hitung leukosit meningkat.
f) Hitung eosinofil meningkat (kemungkinan jenis hepatitis
nonvirus karena obat).
g) Pada dugaan hepatitis virus, profil hati dilakukan rutin, hasilnya
mengidentifikasi antibodi spesifik terhadap virus penyebab dan
menentukan tipe hepatitis : (a)Tipe A - deteksi antibodi
terhadap Hepatitis A.
(b) Tipe B - adanya antigen permukaan Hepatitis B dan
antibodi Hepatitis B.
25

(c) Tipe C - diagnosis bergantung pada pemeriksaan seroligis,


untuk antibodi spesifik dalam satu bulan atau lebih setelah
awitan penyakit akut.
(d) Tipe D - deteksi antigen delta intrahepatik atau antigen
antidelta imunoglobulin (Ig) M pada penyakit akut (atau
penyakit kronis Ig M dan Ig G.
(e) Tipe G - deteksi asam ribonukleat Hepatitis G

2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terjadi pada penderita Hepatitis
berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017),
sebagai berikut :
a.Defisit nutrisi berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual, muntahDefinisi : asupan
nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Penyebab :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (misalnya : finansial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (misalnya : stress, keengganan untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif : tidak tersedia
2) Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang
normal
Gejala dan Tanda Minor
1)Subjektif :
a) Kram/nyeri abdomen
b) Nafsu makan menurun
c) Cepat kenyang setelah makan 2)Objektif :
a) Otot pengunyah lemah
b) Otot menelan lemah
26

c) Membran mukosa pucat


d) Bising usus hiperaktif
e) Serum albumin turun
f) Rambut rontok berlebihan

b. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi hepar Definisi : suhu


tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
Penyebab :
1) Terpapar lingkungan panas
2) Dehidrasi
3) Proses penyakit (misalnya infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan 8)Penggunaan inkubator
Gejala dan Tanda Mayor :
1)Gejala subjektif : (tidak tersedia)
2)Objektif : suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor : 1)Gejala
subjektif : (tidak tersedia) 2)Objektif :
a) Kejang
b) Kulit merah
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat
c. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
1) Agen cedera kimiawi ( misalnya : terbakar, bahan kimia iritan)
27

2) Agen cedera fisiologis (misalnya : inflamasi, iskemia, neoplasma)


3) Agen cedera fisik (misalnya : abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat benda berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan).
Gejala dan Tanda Mayor
1)Subjektif : Mengeluh nyeri
2)Objektif :
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari
nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
1)Subjektif : (tidak tersedia)
2)Objektif :
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis
3.Rencana Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan pada pasien Hepatitis menurut Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) yaitu :
Tabel 2.5 Rencana Keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Utama Intervensi Pendukung
o keperawatan hasil
1 Defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi 1. Manajemen muntah
nutrisi asuhan Observasi a Identifikasi
berhubunga keperawatan 1. Identifikasi status . karakteristik
n dengan selama 3x24 jam, nutrisi muntah
kegagalan diharapkan 2. Identifikasi alergi Periksa volume
kebutuhan nutrisi dan intoleransi b muntah
masukan
terpenuhi. Kriteria makanan . Identifikasi
untuk Hasil : 3. Identifikasi penyebab muntah
memenuhi a. Adanya Kurangi atau
28

kebutuhan peningkatan makanan yang c hilangkan


metabolik berat badan disukai . keadaan
karena sesuai tujuan 4. Identifikasi jenis penyebab muntah
anoreksia, b. Berat badan nutrien d Atur posisi untuk
mual, ideal sesuai 5. Monitor asupan . mencegah
tinggi badan makanan aspirasi
muntah
c. Mampu 6. Monitor berat Berikan
mengidentifikas badan e kenyamanan
i kebutuhan Terapeutik . selama muntah
nutrisi 1. Lakukan oral Pemberian makan
hygiene sebelum f Edukasi diet
makan . Konseling nutrisi
2. Sajikan makanan Pemantauan nutrisi
secara menarik Manajemen energi
dan suhu yang 2.
sesuai 3.
Edukasi 4.
1. Anjurkan posisi 5.
duduk, jika perlu 6.
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (misalnya,
antiemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan
2 Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen 1. Edukasi analgesia
berhubunga asuhan Hipertermia terkontrol
n dengan keperawatan Observasi 2. Edukasi
inflamasi selama 3x24 jam, 1. Identifikasi 3. dehidrasi
hepar diharapkan suhu penyebab Edukasi
tubuh dalam hipertermia 4. pengukuran suhu
rentang normal. 2. Monitor suhu tubuh Edukasi
Kriteria hasil : tubuh program
pengobatan
29

a) Suhu tubuh 3. Monitor haluaran 5. Edukasi terapi cairan


dalam urine 6. Edukasi termoregulasi
rentang 4. Monitor komplikasi 7. Kompres dingin
normal akibat hipertermia 8. Manajemen cairan
b) Nadi dan Terapeutik 9. Pemberian obat
RR dalam 1. Sediakan 10. Pemberian obat
lingkungan yang intravena
rentang
dingin 11. Pemberian obat oral
c) normal 2. Longgarkan atau
Tidak ada 12. Pencegahan
lepaskan pakaian
perubahan hipertermi keganasan
pasien
warna kulit 3. Basahi dan kipasi
dan tidak bagian tubuh
ada pusing 4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering
6. Lakukan
pendinginan
eksternal
Edukasi
1.Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian
cairan intravena,
bila perlu.
3 Nyeri akut Setelah Manajemen nyeri 1. Aromaterapi
berhubungan dilakukan Observasi 2. Dukungan hipnosis
dengan asuhan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, diri
pembekakan selama 3x24 jam, karakteristik, durasi, 3. Edukasi
hepar yang diharapkan nyeri frekuensi, kualitas, manajemen
mengalami berkurang. intensitas nyeri nyeri
inflamasi hati Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala 4. Edukasi proses
a) Mampu nyeri penyakit
mengontrol 3. Identifikasi faktor 5. Edukasi teknik napas
nyeri yang memperberat
6. Kompres dingin
b) Melaporkan dan memperingan
7. Kompres hangat
bahwa nyeri nyeri
8. Konsultasi
berkurang 4. Identifikasi
9. Latihan pernafasan
c) Mampu pengetahuan dan
keyakinan tentang 10. Manajemen
mengenali
nyeri kenyamanan
nyeri lingkungan
d) Mengatakan 5. Identifikasi
11. Pemantauan nyeri
rasa nyaman pengaruh budaya
terhadap respon 12. Pemberian obat
setelah nyeri 13. Pemberian obat
nyeri
berkurang intravena
6. Monitor efek
samping 14. Pemberian obat oral
penggunaan 15. Pengaturan posisi
analgetik 16. Teknik distraksi
Terapeutik 17. Terapi musik
1. Berikan teknik 18. Terapi relaksasi
nonfarmakologis 19. Terapi sentuhan
untuk
mengurangi
nyeri
2. Kontrol lingkungan
30

yang dapat
mempengaruhi nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

4. Implementasi
Tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan implementasi
dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. (Nursalam, 2008). Jenis-jenis tindakan pada tahap implementasi
adalah :
b. Secara mandiri (independent)
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk
dan instruksi dari dokter atau profesi kesehatan lainnya.
c. Saling ketergantungan (interdependent)
Adalah kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan profesi kesehatan
lainnya seperti tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter.
d. Rujukan/ketergantungan (dependent)
Adalah kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana
tindakan medis. Tindakan tersebut mendandakan suatu cara dimana
tindakan medis dilaksanakan.

5.Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah
ketika pasien dan petugas kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju
pencapaian tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
31

Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang


ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus
diakhiri, dilanjutkan, atau diubah.
(Kozier & Barbara, 2010)

C.Tinjauan Konsep Penyakit


1. Definisi Hepatitis
Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Virus
Hepatitis terdapat 4 jenis, yaitu Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C,
Hepatitis E. Diantara keempat Hepatitis tersebut yang paling berbahaya
adalah Hepatitis B, karena virus ini intinya dapat menyatu dengan inti sel
hati dan hal itu memungkinkan terjadinya keganasan atau kanker hati
dikemudian hari (Ngastiyah, 1995 dalam Riyadi, S. 2011).
Hepatitis adalah peradangan pada hati (Liver) yang disebabkan oleh
virus. Virus Hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat
mengakibatkan Hepatitis A (HAV), Hepatitis B (HBV), Hepatitis C
(HCV), Delta Hepatitis (HDV), Hepatitis E (HEV), Hepatitis F dan
Hepatitis G (Yuliana Elin, 2009 dalam Nanda, Nic-Noc, 2015).
Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Penyebab
tersebut adalah beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan
peradangan serta merusak sel-sel organ hati. Hepatitis yang berlangsung
kurang dari 6 bulan disebut Hepatitis Akut, Hepatitis yang berlangsung
lebih dari 6 bulan disebut Hepatitis Kronis. (Sunaryati, 2011)
2. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya menurut
Riyadi, S. (2011) adalah sebagai berikut
a. Hepatitis A
Virus Hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini
terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara
berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui
air dan makanan.
b. Hepatitis B
32

Virus Hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah.


Penularannya tidak semudah Hepatitis A. Penularan biasanya terjadi
diantara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik secara
bersamaan, atau diantara mitra seksual. Selain itu pula bisa menularkan
virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan
oleh orang sehat yang membawa virus Hepatitis B.
c. Hepatitis C
Menyebabkan minimal 80% kasus Hepatitis akibat transfusi darah.
Virus Hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat
yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan
melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas,
penderita penyakit hati alkoholik seringkali menderita Hepatitis C.
d. Hepatitis E
Virus Hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai
Hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara belakang.

3. Patofisiologi
Pada umumnya gejala Hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase
inkubasi, prodromal (pra-ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen
(penyembuhan).
a. Fase inkubasi, merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya
gejala atau ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus
Hepatitis.
b. Fase prodomal (pra-ikterik), merupakan fase diantara timbulnya
keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus. Keluhan umum
yang timbul pada fase ini biasanya malaise umum, nyeri otot, nyeri
sendi, mudah lelah, gejala saluran napas atas, anoreksia, mual, muntah,
demam derajat rendah, nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap
dikuadran kanan atas atau epigastrium.
c. Fase ikterus. Fase ini muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga
muncul bersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase
ini tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan
gejala prodomal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.
33

d. Fase konvalesen (penyembuhan). Diawali dengan menghilangnya


ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi
hati tetap ada.
Beberapa agens penyebab virus, toksin, dan alkohol diduga sebagai
penyebab cedera pada hati. Tumor nekrosis faktor-alfa (TNF-a) dan
interleukin 6 muncul dalam sirkulasi selama infeksi dan cedera. Melalui
ini menyebabkan set point di hipotalamus sebagai pusat termoregulasi. Hal
ini dimanifestasikan dengan adanya demam.
Cedera pada hati dapat berdampak pada manifestasi ikterik. Ikterus
(jaundice) merupakan kondisi tubuh memiliki terlalu banyak bilirubin
sehingga sklera terlihat kuning. Cedera yang ada pada hati mengakibatkan
gangguan suplai darah ke hati yaitu arteri hepatika yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada parenkim, hati, hepatosit, dan duktuli. Jumlah
bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap
normal. Namun karena adanya peradangan pada sel hati menyebabkan hati
tidak mampu melakukan konjugasi bilirubin atau menyekresikannya akibat
dari duktus intrahepatik yang terdesak. Penurunan kemampuan hati untuk
mengeksresi bilirubin menyebabkan bilirubin yang telah terkonjugasi
bersirkulasi kembali ke dalam darah dan meningkatkan bilirubin
conjugated (terkonjugasi) yang mempunyai sifat larut lemak tidak larut air.
Akibat dari peningkatan bilirubin conjugated dan unconjugated di dalam
darah dan menyebar ke seluruh tubuh maka pasien terlihat ikterik.
Hati tidak mampu melakukan konjugasi bilirubin atau
menyekresikannya akibat duktus intrahepatik yang terdesak. Akibat
sekresi bilirubin terkonjugasi ke duodenum berkurang yang berdampak
pada menurunnya kemampuan dalam mengemulsi lemak sehingga tidak
toleran terhadap makanan berlemak. Selain itu, menurunnya sekresi
bilirubin terkonjugasi ke duodenum menyebabkan menurunnya
pembentukan sterkobilin dan urobilinogen yang menyebabkan feses
menjadi gelap, pucat seperti dempul (abolis).
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan
garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal
pada kulit. Selain itu fungsi hati dalam melakukan metabolisme serta
34

regulasi lemak dan asam amino terganggu. Hal ini menyebabkan


peningkatan asam lemak dan asam amino dalam darah, keadaan ini
menekan kontrol hipotalamus terhadap rasa lapar dan menyebabkan pasien
tidak nafsu makan (anoreksia).
Perangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran
empedu sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar
(bilirubin, garam empedu, dan kolesterol) menyebabkan peningkatan
SGOT dan SGPT yang bersifat iritatif di saluran cerna sehingga
merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan sistem saraf
parasimpatis sehingga terjadi penurunan peristaltik sistem pencernaan di
usus dan lambung, menyebabkan makanan tertahan di lambung dan
peningkatan rasa mual yang mengaktifkan pusat muntah di medula
oblongata dan pengaktifan saraf kranial ke wajah, kerongkongan, serta
neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan diafragma
sehingga menyebabkan muntah.
(Yasmara, D, Nursiswati, & Arafat, R. 2017)
35

4.Pathway Gambar 2.1 Pathway Hepatitis (Nurarif, A.H, dan Kusuma, H,


2015)
36

5.Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penderita Hepatitis secara umum menurut Nurarif,A.H, dan
Kusuma, H (2015) yaitu :
e. Anoreksia, malaise, mual, dan muntah
f. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotopobia, sakit kepala dan mialgia
g. Demam ditemukan pada infeksi HAV
h. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap
i. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)
j. Nyeri tekan pada hati
k. Splenomegali ringan
l. Limfadenopati
Manifestasi klinis berdasarkan jenis Hepatitisnya menurut Sujono Riyadi
(2011), yaitu :
a. Hepatitis A
Gejala awal Hepatitis A adalah ISPA ringan (flu dengan demam
ringan), pra ikterik : sakit kepala, fatigue, anoreksia, febris. Fase
ikterik : gejala lanjut dapat timbul ikterus (puncak hari-10), ikterus
pada sclera dan kulit, urin berwarna gelap, dyspepsia, nyeri
epigastrium, mual, muntah, nyeri ulu hati, flatulensi, hepatomegali
dan splenomegali.
b. Hepatitis B
Gejala pada Hepatitis B, yaitu : atralgia, ruam, anoreksia, dyspepsia,
nyeri abdomen, pegal menyeluruh, tidak enak badan, lemah,
penurunan berat badan, mual dan muntah. Ikterik kadangkadang tidak
tampak jika disertai tinja berwarna cerah, urine berwarna gelap.
Hepatomegali (12-14 cm), nyeri tekan, dan splenomegali.
c. Hepatitis C
Gejala pada hepatitis C ini, serupa dengan Hepatitis B, tidak begitu
berat dan anicterik.

d. Hepatitis E
37

Gejala pada Hepatitis E ini serupa dengan Hepatitis A, sangat berat


pada wanita hamil.

4. Pemeriksaan Diagnostika enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT


(SGPT), LDH : meningkat pada kerusakan sel hati dan pada keadaan lain
terutama infark miokardium.
b Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin
terkonjugasi.
c Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom
gilbert.
d Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit hepatoseluler.
e. Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
f. Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintesis protrombin
akibat kerusakan sel hati.
g. Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada
obstruksi duktus biliaris.
(Nurarif, A.H dan Kusuma, H. 2015)

5. Komplikasi
Komplikasi Hepatitis yang paling sering terjadi adalah Sirosis. Dalam
keadaan normal (sehat), sel hati yang mengalami kerusakan akan
digantikan oleh sel-sel yang baru. Pada sirosis, kerusakan sel hati diganti
oleh jaringan parut. Semakin parah kerusakan, semakin besar jaringan
parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
Pengurangan ini akan berdampak pada penurunan sejumlah fungsi hati
sehingga menimbulkan sejumlah gangguan pada fungsi tubuh secara
keseluruhan. (Sari, W, dan Indrawati, L. 2008)

6. Penatalaksanaan Hepatitis
Jika seseorang telah didiagnosis menderita Hepatitis, maka ia perlu
mendapatkan perawatan. Pengobatan harus dipercepat supaya virus tidak
38

menyebar. Jika tindakan penanganan lambat membuat kerusakan lebih


besar pada hati dan menyebabkan kanker.
a. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala Hepatitis A diharapkan untuk
tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang
timbul. Dapat diberikan pengobatan simptomatik seperti antipiretik dan
analgetik serta vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu
makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.
b. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B
Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada beberapa
cara pengobatan untuk Hepatitis B, yaitu pengobatan oral dan injeksi.
1)Pengobatan oral
a) Lamivudine : dari kelompok nukleosida analog, dikenal dengan
nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak,
pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzim hati (ALT)
untuk itu penderita akan mendapat monitor berkesinambungan
dari dokter.
b) Adefovir dipivoxil (Hepsera) : pemberian secara oral akan lebih
efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan
berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
c) Baraclude (Entecavir) : obat ini diberikan pada penderita
Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini
adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan
enzim hati.

2)Pengobatan dengan injeksi


Microsphere : mengandung partikel radioaktif pemancar sinar B
yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan
sehat disekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (INTRON A,
INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala
pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih.
39

Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada


penderita yang memiliki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya
adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit
menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan
pemberian antipiretik.
c. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C
Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat
seperti Interferon Alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin.
Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang
cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat
menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.
(Nuarif & Kusuma, 2015)
40

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/25445/14/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
http://eprints.kertacendekia.ac.id/236/1/KTI%20LYDIA.pdf
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2912/1/Widya
%20Feronika%20Simanjuntak.pdf

Anda mungkin juga menyukai