(PERCOBAAN-ME-1)
NIM : 215090800111034
Fak/Jurusan : MIPA/Fisika
Kelompok :8
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
NIM : 215090800111034
Fak/Jurusan : MIPA/Fisika
Kelompok :8
Catatan :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN
Tujuan percobaan ini adalah dapat digunakannya alat-alat ukur dalam pengukuran
massa, panjang, dan volume suatu benda dengan baik dan benar, serta dapat diterapkannya
penggunaan teori ralat pengukuran untuk dinyatakan pada hasil pengukuran.
Kegiatan pengukuran merupakan proses dalam menentukan nilai suatu besaran fisis
pada objek yang diukur dengan menggunakan alat ukur. Satuan dalam pengukuran
merupakan suatu besaran fisika khusus yang telah didefinisikan dan disepakati untuk
dibandingkan dengan besaran lain dari jenis yang sama dalam melakukan berbagai
pengukuran (Farchani & Eko, 2015).
Dalam sebuah pengukuran terdapat faktor- faktor yang mempengaruhi nilai dari suatu
hasil pengukuran, yaitu akurasi dan presisi. Perbedaan akurasi dan presisi adalah akurasi
mengacu pada seberapa dekat pengukuran dengan nilai sebenarnya, sedangkan presisi
mengacu pada pengulangan pengukuran menggunakan alat ukur (Giancoli, 2005).
1. Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran atau pengamatan yang dilakukan sebanyak
satu kali untuk mengukur suatu besaran tertentu.
2. Pengukuran Berulang
Pengukuran berulang adalah pengukuran atau pengamatan yang dilakukan lebih dari
satu kali untuk mengukur suatu besaran tertentu (Farchani & Eko, 2015).
Besar kecilnya suatu ralat bergantung pada beeberapa faktor: kualitas alat,
kemampuan orang yang melakukan pengukuran dan jumlah pengukuran yang dilakukan
(Farchani & Eko, 2015).
1. Ralat Alat, terjadi karena ketidaksempurnaan suatu alat pengukuran dan selalu muncul
dalam setiap pengukuran mengingat tidak adanya alat ukur yang sempurna.
2. Ralat Metode, terjadi karena ketidakakuratan menaksir suatu nilai besaran.
3. Ralat Eksperimenantor, terjadi karena kesalahan yang dilakukan manusia seperti
kesalahan pembacaan skala (Farchani & Eko, 2015).
Berdasarkan sifatnya, ralat dapat dibagi menjadi ralat sistematis dan ralat acak. Ralat
sistematis terjadi apabila nilai keluaran suatu pengukuran untuk suatu besaran yang sama,
tetap atau berubah dengan pola tertentu, sedangkan ralat acak terjadi apabila tidak dapat
ditemukannya pola perbedaan hasil pengukuran. Ralat acak dapat ditemukan dengan cara
melakukan pengukuran berulang dalam pengaturan eksperimen yang sama. Sementara ralat
sistematis dapat ditemukan dengan melakukan pengukuran terhadap metode yang berbeda
atau alat lain yang lebih akurat (Farchani & Eko, 2015).
METODOLOGI
Adapun alat dan bahan yang digunakan diantaranya mistar (penggaris), jangka sorong,
mikrometer sekrup, gelas ukur, timbangan (neraca ohaus), air, dan benda-benda pengukuran
seperti silinder, bola, dan batu.
2.2.3 Batu
Ukuran Diamete
No Benda Massa (kg) r (m)
D1 D2 D3
1 Besar 0,0187 0,0041 0,0043 0,0043
0,0021 0,0021
2 Kecil 0,0043 6 0,00221 4
3.1.3 Benda Uji: Batu (Gelas Ukur)
3.2 Perhitungan
3.2.1 Silinder
Σd (1,17+1,135+1,3)
d́= = = 1,202 mm = 0,001202 m
n 3
2
𝛿d =
√ ∑ |d− d́|
( n−1)
=√ ¿ ¿ ¿ = 0,087 mm
= 0,000087 m
δd 0,087
Kr d = ×100 % = ×100 % = 7,23%
d́ 1,202
d́ 2 1,202 2
V = π ( ) l=π ( ) 24,8=28,153 mm3 = 0,000000028153m3
2 2
2
No d (m) |d −d́| (m)
1 0,00117 0,000001
2 0,001135 0,000004
3 0,0013 0,00001
3.2.1.2 Silinder Kecil
2
𝛿d =
√ ∑ |d− d́|
( n−1)
=√ ¿ ¿ ¿ = 0,152 mm
= 0,000152 m
δd 0,152
Kr d = ×100 % = ×100 % = 49,836%
d́ 0,305
d́ 2 0,305 2
V = π ( ) l=π ( ) 13=0,950 mm3 = 0,00000000095 m3
2 2
2
No d (m) |d −d́| (m)
1 0,00013 0,000031
2 0,00039 0,000007
3 0,000395 0,000008
3.2.2 Bola
2
𝛿d =
√ ∑ |d− d́|
( n−1)
=√ ¿ ¿ ¿ = 0,1 mm = 0,0001 m
δd 0,1
Kr d = ×100 % = ×100 % =2,3 %
d́ 4,2
2
No d (m) |d −d́| (m)
1 0,0041 0,000018
2 0,0043 0,000004
3 0,0043 0,000004
Σd (2,16+2,21+2,14 )
d́= = = 2,17 mm = 0,00217 m
n 3
2
𝛿d =
√ ∑ |d− d́|
( n−1)
=√ ¿ ¿ ¿ = 0,04 mm
= 0,00004 m
δd 0,04
Kr d = ×100 % = ×100 % =1,84 %
d́ 2,17
4 d́ 3 4 2,17 3
V= π( ) = π( ) =¿5,35 mm3 = 0,00000000535m3
3 2 3 2
2
No d (m) |d −d́| (m)
1 0,00216 0,0000001
2 0,00221 0,0000016
3 0,00214 0,0000009
3.2.3 Batu
Σ v (10+12+12)
V́ = = = 11,3 ml = 0,0000113 m3
n 3
δV =
√ ∑|v −v́| =
(n−1)
√ 2
( 10−11,3 ) ¿ ¿ ¿1,1 ml = 0,0000011 m
3
δv 1,1
Kr V = ×100 % = ×100 % =9,7%
v́ 11,3
No V (m3) 2
|V −V́ | (m3)
1 0,00001 0,0000018
2 0,000012 0,0000004
3 0,000012 0,0000004
Σ v (10+12+13)
V́ = = = 11,7 ml = 0,0000117 m3
n 3
δV =
√
∑|v −v́| =
(n−1)
√ 2
( 10−11,7 ) ¿ ¿ ¿ 1,5 ml = 0,0000015m
3
δv 1,5
Kr V = ×100 % = ×100 % =12,8%
v́ 11,7
No V (m3) 2
|V −V́ | (m3)
1 0,00001 0,0000028
2 0,000012 0,0000001
3 0,000013 0,0000018
3.3 Pembahasan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum fisika dasar tentang pengukuran dan
ralat adalah jangka sorong, mikrometer sekrup, mistar (penggaris), timbangan (neraca
ohaus), dan gelas ukur. Jangka sorong digunakan untuk pengukuran diameter silinder
dengan skala utama terkecil adalah 1 mm dan skala nonius sebesar 0,1 mm. Mikrometer
sekrup digunakan untuk pengukuran diameter bola dengan skala utama terkecil adalah 0,1
mm dan memiliki ketelitian 0,01 mm. Mistar (penggaris) digunakan untuk pengukuran
panjang silinder dengan skala utama terkecil adalah 1 mm dan ketilitan sebesar 0,5 mm.
Timbangan digunakan untuk pengukuran massa silinder, bola, dan batu dengan skala
utama terkecil adalah 1 gram dan skala nonius terkecil adalah 0,1 gram. Gelas ukur
digunakan untuk pengukuran volume batu dengan bantuan media air.
Berdasarkan alat – alat yang digunakan pada praktikum fisika dasar tentang
pengukuran dan ralat terdapat fungsi yang sama yaitu pengukuran, tetapi untuk beberapa
alat terdapat perlakuan yang berbeda. Jangka sorong dan mikrometer sekrup digunakan
dengan cara dijepit, kemudian diamati nilai diameter benda yang diukur. Mistar atau
penggaris digunakan dengan cara disandingkan dengan benda yang ingin diukur,
kemudian diamati nilai panjang yang dihasilkan dalam pengukuran. Timbangan atau
neraca ohaus digunakan dalam pengukuran massa dengan cara benda diletakkan di atas
timbangan, kemudian lengan skala disesuaikan dengan massa benda hingga ditemukan
titik setimbang, lalu damati nilai massa yang dihasilkan. Gelas ukur digunakan untuk
pengukuran volume benda (batu) dengan cara gelas ukur diisi dengan air, kemudian
diamati volume awal sebelum benda dicelupkan dan volume sesudah benda dicelupkan.
Nilai volume diperoleh dari pengurangan volume awal dengan volume akhir setelah
benda dicelupkan.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Pandemi saat ini menyebabkan proses pembelajaran harus dilakukan secara online
atau daring sehingga praktikan tidak dapat mealakukan percobaan secara langsung. Hal
ini menyebabkan kesulitan dalam proses praktikum mengingat praktikum merupakan
kegiatan yang biasanya dilakukan secara langsung. Kini praktikan tidak dapat melakukan
percobaan dan hanya mengamati proses praktikum melalui video serta memperoleh data
percobaan dari asisten dosen. Kedepannya diharapkan proses praktikum dapat dilakukan
secara luring sehingga praktikan dapat lebih memahami dan memperoleh pengalaman
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Rosyid, M. Farchani, Eko Firmansah, dan Yusuf Dyan. 2015. Fisika Dasar. Jilid I: Mekanika.
Yogyakarta: Periuk
Giancoli, D. C. 2005. Physics Principles With Applications. Sixth Edition. New Jersey: Prentice
Hall
LAMPIRAN