Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(PENGUKURAN DAN RALAT)

(PERCOBAAN-ME-1)

Nama : Benedictus Ryan Pradipta Sumarsono

NIM : 215090800111034

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok :8

Tgl.Praktikum : 17 September 2021

Nama Asisten : Asyifa Khoerunnisa

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(PENGUKURAN DAN RALAT)

Nama : Benedictus Ryan Pradipta Sumarsono

NIM : 215090800111034

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok :8

Tgl. Praktikum : 17 September 2021

Nama Asisten : Asyifa Khoerunnisa

Catatan :

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah dapat digunakannya alat-alat ukur dalam pengukuran
massa, panjang, dan volume suatu benda dengan baik dan benar, serta dapat diterapkannya
penggunaan teori ralat pengukuran untuk dinyatakan pada hasil pengukuran.

1.2 Dasar Teori

Pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk melakukan perbandingan


besaran suatu objek atau sebuah fenomena dengan suatu standar yang sudah ditetapkan
(Farchani & Eko, 2015).

Kegiatan pengukuran merupakan proses dalam menentukan nilai suatu besaran fisis
pada objek yang diukur dengan menggunakan alat ukur. Satuan dalam pengukuran
merupakan suatu besaran fisika khusus yang telah didefinisikan dan disepakati untuk
dibandingkan dengan besaran lain dari jenis yang sama dalam melakukan berbagai
pengukuran (Farchani & Eko, 2015).

Dalam sebuah pengukuran terdapat faktor- faktor yang mempengaruhi nilai dari suatu
hasil pengukuran, yaitu akurasi dan presisi. Perbedaan akurasi dan presisi adalah akurasi
mengacu pada seberapa dekat pengukuran dengan nilai sebenarnya, sedangkan presisi
mengacu pada pengulangan pengukuran menggunakan alat ukur (Giancoli, 2005).

Ketika melakukan pengukuran, hasil suatu pengukuran disajikan sebagai perkalian


antara sebuah bilangan riil dengan satuan yang dipakai. Bilagan riil dalam ungkapan hasil
pengukuran menunjukan hasil perbandingan antara besaran yang diukur dengan duplikat
standar besaran yang dipakai (Farchani & Eko, 2015).

Berdasarkan caranya, pengukuran dapat dibagi menjadi dua:

1. Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran atau pengamatan yang dilakukan sebanyak
satu kali untuk mengukur suatu besaran tertentu.
2. Pengukuran Berulang
Pengukuran berulang adalah pengukuran atau pengamatan yang dilakukan lebih dari
satu kali untuk mengukur suatu besaran tertentu (Farchani & Eko, 2015).

Dalam melakukan pengukuran terkadang terjadi sebuah kesalahan dan ketidakpastian


sehingga menghasilkan suatu hasil pengukuran tidak sesuai dengan hasil yang sebenarnya.
Oleh karena itu, penting untuk menyatakan hasil pengukuran ke dalam konsep ketidakpastian
atau ralat. Ralat adalah suatu sarana yang digunakan dalam pengukuran untuk
mengungkapkan keragu-raguan dalam hasil dari sebuah pengukuran. Ralat diwujudkan
dengan sebuah bentuk positif dan disajikan dengan formula 𝐴 ± 𝛿𝐴, dengan 𝐴 adalah rata-rata
pengukuran dan 𝛿𝐴 adalah ralatnya. Sajian hasil pengukuran diartikan bahwa nilai
sesungguhnya sebagai besaran yang diukur berada di antara 𝐴 − 𝛿𝐴 sampai 𝐴 + 𝛿𝐴. Besar
kecilnya nilai ralat dapat diartikan sebagai kepastian (presisi) pengukuran, semakin besar ralat
berarti semakin besar keraguan dan kurang pastinya hasil pengukuran yang dilakukan.
Sebaliknya semakin kecil ralatnya, berarti semakin yakin dan pasti hasil pengukuran yang
dilakukan (Farchani & Eko, 2015).

Besar kecilnya suatu ralat bergantung pada beeberapa faktor: kualitas alat,
kemampuan orang yang melakukan pengukuran dan jumlah pengukuran yang dilakukan
(Farchani & Eko, 2015).

Berdasarkan pengukuran, ralat dibagi menjadi tiga unsur:

1. Ralat Alat, terjadi karena ketidaksempurnaan suatu alat pengukuran dan selalu muncul
dalam setiap pengukuran mengingat tidak adanya alat ukur yang sempurna.
2. Ralat Metode, terjadi karena ketidakakuratan menaksir suatu nilai besaran.
3. Ralat Eksperimenantor, terjadi karena kesalahan yang dilakukan manusia seperti
kesalahan pembacaan skala (Farchani & Eko, 2015).

Berdasarkan sifatnya, ralat dapat dibagi menjadi ralat sistematis dan ralat acak. Ralat
sistematis terjadi apabila nilai keluaran suatu pengukuran untuk suatu besaran yang sama,
tetap atau berubah dengan pola tertentu, sedangkan ralat acak terjadi apabila tidak dapat
ditemukannya pola perbedaan hasil pengukuran. Ralat acak dapat ditemukan dengan cara
melakukan pengukuran berulang dalam pengaturan eksperimen yang sama. Sementara ralat
sistematis dapat ditemukan dengan melakukan pengukuran terhadap metode yang berbeda
atau alat lain yang lebih akurat (Farchani & Eko, 2015).

Secara umum, kualitas pengukuran tidak hanya dapat ditunjukkan dengan


ketidakpastian mutlak, tetapi juga dapat dinyatakan dalam perbandingan antara ketidakpastian
mutlak dengan nilai taksiran terbaiknya. Perbandingan tersebut dinyatakan sebagai
ketidakpastian relatif yang disajikan dalam persen (perseratus) (Farchani & Eko, 2015).
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan diantaranya mistar (penggaris), jangka sorong,
mikrometer sekrup, gelas ukur, timbangan (neraca ohaus), air, dan benda-benda pengukuran
seperti silinder, bola, dan batu.

2.2 Tata Laksana Percobaan


2.2.1 Silinder

Dua buah silinder dengan ukuran yang berbeda ditimbang


dengan timbangan (neraca ohaus) sebanyak satu kali

Dua buah silinder dengan ukuran yang berbeda diukur panjangnya


dengan penggaris sebanyak satu kali

Dua buah silinder dengan ukuran yang berbeda diukur diameternya


dengan jangka sorong sebanyak tiga kali pada tiga titik yang berbeda

Didapatkan hasil pengukuran massa, panjang, dan diameter silinder


2.2.2 Bola

Dua buah bola dengan ukuran yang berbeda ditimbang


dengan timbangan (neraca ohaus) sebanyak satu kali

Dua bola dengan ukuran yang berbeda diukur diameternya


dengan mikrometer sebanyak tiga kali pada tiga titik yang berbeda

Didapatkan hasil pengukuran massa dan diameter bola

2.2.3 Batu

Dua buah batu dengan ukuran yang berbeda ditimbang


dengan timbangan (neraca ohaus) sebanyak tiga kali

Dua buah batu dengan ukuran yang berbeda diukur volumenya


dengan gelas ukur sebanyak tiga kali

Didapatkan hasil pengukuran massa dan volume batu


BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

3.1.1 Benda uji: Silinder (Jangka Sorong)

Ukuran Massa Panjang Diamet


No Benda (kg) (m) er (m)
D1 D2 D3
0,0011 0,00113
1 Besar 0,22235 0,0248 7 5 0,0013
0,0001 0,0003
2 Kecil 0,008 0,013 3 0,00039 95

3.1.2 Benda Uji: Bola (Mikrometer)

Ukuran Diamete
No Benda Massa (kg) r (m)
D1 D2 D3
1 Besar 0,0187 0,0041 0,0043 0,0043
0,0021 0,0021
2 Kecil 0,0043 6 0,00221 4
3.1.3 Benda Uji: Batu (Gelas Ukur)

Massa Volume (m3)


No Benda
(kg) Awal Akhir
0,024 0,000155 0,000165
1 (Batu Besar) 0,0241 0,000155 0,000167
0,0242 0,000155 0,000167
0,0135 0,00015 0,00016
2 (Batu Kecil) 0,0137 0,00015 0,000162
0,0139 0,00015 0,000163

3.2 Perhitungan

3.2.1 Silinder

3.2.1.1 Silinder besar

Σd (1,17+1,135+1,3)
d́= = = 1,202 mm = 0,001202 m
n 3

2
𝛿d =
√ ∑ |d− d́|
( n−1)
=√ ¿ ¿ ¿ = 0,087 mm

= 0,000087 m

δd 0,087
Kr d = ×100 % = ×100 % = 7,23%
d́ 1,202

d=¿𝛿d ¿ = (1,202 ± 0,087) mm = (0,001202 ± 0,000087) m

d́ 2 1,202 2
V = π ( ) l=π ( ) 24,8=28,153 mm3 = 0,000000028153m3
2 2

3.2.1.1 Silinder Besar

2
No d (m) |d −d́| (m)
1 0,00117 0,000001
2 0,001135 0,000004
3 0,0013 0,00001
3.2.1.2 Silinder Kecil

Σd (0,13+ 0,39+ 0,395)


d́= = = 0,305 mm = 0,000305 m
n 3

2
𝛿d =
√ ∑ |d− d́|
( n−1)
=√ ¿ ¿ ¿ = 0,152 mm

= 0,000152 m

δd 0,152
Kr d = ×100 % = ×100 % = 49,836%
d́ 0,305

d=¿𝛿d ¿ = (0,305 ± 0,152) mm = (0,000305 ± 0,000152) m

d́ 2 0,305 2
V = π ( ) l=π ( ) 13=0,950 mm3 = 0,00000000095 m3
2 2

3.2.1.2 Silinder Kecil

2
No d (m) |d −d́| (m)
1 0,00013 0,000031
2 0,00039 0,000007
3 0,000395 0,000008

3.2.2 Bola

3.2.2.1 Bola Besar

Σd (4,1+ 4,3+ 4,3)


d́= = = 4,2 mm = 0,0042 m
n 3

2
𝛿d =
√ ∑ |d− d́|
( n−1)
=√ ¿ ¿ ¿ = 0,1 mm = 0,0001 m

δd 0,1
Kr d = ×100 % = ×100 % =2,3 %
d́ 4,2

d=¿𝛿d ¿ = (4,2 ± 0,1) mm = (0,0042 ± 0,0001) m


4 d́ 3 4 4,2 3
V = π ( ) = π ( ) =¿38,8 mm3 = 0,0000000388m3
3 2 3 2

3.2.2.1 Bola Besar

2
No d (m) |d −d́| (m)
1 0,0041 0,000018
2 0,0043 0,000004
3 0,0043 0,000004

3.2.2.2 Bola Kecil

Σd (2,16+2,21+2,14 )
d́= = = 2,17 mm = 0,00217 m
n 3

2
𝛿d =
√ ∑ |d− d́|
( n−1)
=√ ¿ ¿ ¿ = 0,04 mm

= 0,00004 m

δd 0,04
Kr d = ×100 % = ×100 % =1,84 %
d́ 2,17

d=¿𝛿d ¿ = (2,17± 0,04) mm = (0,00217 ± 0,00004) m

4 d́ 3 4 2,17 3
V= π( ) = π( ) =¿5,35 mm3 = 0,00000000535m3
3 2 3 2

3.2.2.2 Bola Kecil

2
No d (m) |d −d́| (m)
1 0,00216 0,0000001
2 0,00221 0,0000016
3 0,00214 0,0000009
3.2.3 Batu

3.2.3.1 Batu Besar

Σ v (10+12+12)
V́ = = = 11,3 ml = 0,0000113 m3
n 3

δV =
√ ∑|v −v́| =
(n−1)
√ 2
( 10−11,3 ) ¿ ¿ ¿1,1 ml = 0,0000011 m
3

δv 1,1
Kr V = ×100 % = ×100 % =9,7%
v́ 11,3

V = (V́ ± δV ) = (11,3 ± 1,1) ml = (0,0000113 ± 0,0000011) m3

3.2.3.1 Batu Besar

No V (m3) 2
|V −V́ | (m3)
1 0,00001 0,0000018
2 0,000012 0,0000004
3 0,000012 0,0000004

3.2.3.2 Batu Kecil

Σ v (10+12+13)
V́ = = = 11,7 ml = 0,0000117 m3
n 3

δV =

∑|v −v́| =
(n−1)
√ 2
( 10−11,7 ) ¿ ¿ ¿ 1,5 ml = 0,0000015m
3

δv 1,5
Kr V = ×100 % = ×100 % =12,8%
v́ 11,7

V = (V́ ± δV ) = (11,7 ± 1,5) ml = (0,0000117 ± 0,0000015) m3


3.2.3.2 Batu Kecil

No V (m3) 2
|V −V́ | (m3)
1 0,00001 0,0000028
2 0,000012 0,0000001
3 0,000013 0,0000018

3.3 Pembahasan

3.3.1 Analisa Prosedur

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum fisika dasar tentang pengukuran dan
ralat adalah jangka sorong, mikrometer sekrup, mistar (penggaris), timbangan (neraca
ohaus), dan gelas ukur. Jangka sorong digunakan untuk pengukuran diameter silinder
dengan skala utama terkecil adalah 1 mm dan skala nonius sebesar 0,1 mm. Mikrometer
sekrup digunakan untuk pengukuran diameter bola dengan skala utama terkecil adalah 0,1
mm dan memiliki ketelitian 0,01 mm. Mistar (penggaris) digunakan untuk pengukuran
panjang silinder dengan skala utama terkecil adalah 1 mm dan ketilitan sebesar 0,5 mm.
Timbangan digunakan untuk pengukuran massa silinder, bola, dan batu dengan skala
utama terkecil adalah 1 gram dan skala nonius terkecil adalah 0,1 gram. Gelas ukur
digunakan untuk pengukuran volume batu dengan bantuan media air.

Berdasarkan alat – alat yang digunakan pada praktikum fisika dasar tentang
pengukuran dan ralat terdapat fungsi yang sama yaitu pengukuran, tetapi untuk beberapa
alat terdapat perlakuan yang berbeda. Jangka sorong dan mikrometer sekrup digunakan
dengan cara dijepit, kemudian diamati nilai diameter benda yang diukur. Mistar atau
penggaris digunakan dengan cara disandingkan dengan benda yang ingin diukur,
kemudian diamati nilai panjang yang dihasilkan dalam pengukuran. Timbangan atau
neraca ohaus digunakan dalam pengukuran massa dengan cara benda diletakkan di atas
timbangan, kemudian lengan skala disesuaikan dengan massa benda hingga ditemukan
titik setimbang, lalu damati nilai massa yang dihasilkan. Gelas ukur digunakan untuk
pengukuran volume benda (batu) dengan cara gelas ukur diisi dengan air, kemudian
diamati volume awal sebelum benda dicelupkan dan volume sesudah benda dicelupkan.
Nilai volume diperoleh dari pengurangan volume awal dengan volume akhir setelah
benda dicelupkan.

3.3.2 Analisa Hasil

Dalam percobaan pegukuran yang telah dilakukan, didapatkan data-data dengan


nilai yang berbeda. Data tersebut merupakan nilai yang didapatkan dari pengukuran
dengan nilai rata-rata sebagai nilai yang paling dekat dengan hasil yang sesungguhnya.
Berdasarkan data tersebut juga dapat ditentukan ralat dari masing-masing hasil
pengukuran. Nilai ralat dihasilkan dari ketidakpastian pengukuran, semakin kecil nilai
ralat berarti semakin dekat nilai dengan nilai yang sebenarnya. Sebaliknya apabila nilai
ralatnya besar berarit semakin tidak akuratnya hasil pengukuran. Pada percobaan
pengukuran didapatkan nilai ralat pada pengukuran silinder sebesar 7,23% untuk silinder
berukuran besar dan 49,836% untuk silinder berukuran kecil. Berdasarkan data tersebut,
nilai ralat pada pengukuran silinder besar menunjukan tingkat keakuratan yang tinggi
dengan nilai ralat yang berada dibawah 10%. Sebaliknya, untuk hasil pengukuran silinder
kecil didapatkan nilai ralat yang cukup besar hampir menyentuh 50%, ini menunjukan
ketidakakuratan hasil pengukuran dengan nilai yang sesungguhnya. Hal ini dapat
disebabkan oleh kesalahan pembacaan alat ukur atau kesalahan penginputan data,
mengingat benda yang diukur memiliki diameter yang sangat kecil. Solusinya ialah
dengan menggunakan alat mikormeter sekrup pada saat pengukuran karena mikrometer
sekrup memiliki ketelitian yang lebih akurat dibandingkan jangka sorong. Pada
pengukuran bola didapatkan data berupa nilai ralat sebesar 2,3% untuk pengukuran bola
besar dan 1,84% untuk pengukuran bola kecil. Nilai ralat yang dihasilkan dari data
tersebut menunjukan bahwa ketingkat akuratan yang tinggi pada proses pengukuran
dengan nilai ralat yang berada di bawah 5%. Pada pengukuran batu didapatkan data
berupa nilai ralat sebesar 9,7% untuk pengukuran batu berukuran besar dan 12,8%, nilai
tersebut menunjukan nilai pengukuran sudah mendekati nilai sesungguhnya, untuk
meningkatkan keefektifan pengukuran dapat dilakukan dengan cara melakukan percobaan
berulang kali agar didapatkan hasil yang bervariatif dan digunakannya alat ukur dengan
tingkat akurasi yang tinggi agar hasil pengukuran memiliki nilai yang mendekati dengan
nilai yang sebenarnya.

Dalam percobaan, alat-alat yang digunakan dalam percobaan merupakan alat-alat


yang sesuai dengan satuan standar internasional (SI) yang berupa jangka sorong,
mikormeter sekrup, mistar (penggaris), timbangan (neraca ohaus), dan gelas ukur.
Masing-masing alat ukur memiliki fungsi yang berbeda-beda. Jangka sorong adalah alat
ukur yang digunakan untuk pengukuran panjang diameter suatu benda dengan skala
utama terkecil adalah 1 mm dan skala nonius sebesar 0,1 mm. Jangka sorong digunakan
dengan cara dijepit terhadap sebuah benda yang hendak diukur, kemudian dicatat nilai
yang dihasilkan oleh skala utama dan skala nonius yang terhimpit membentuk garis
vertikal dengan skala utama. Nilai tersebut kemudian dijumlahkan dan disesuaikan
dengan besaran skala masing-masing dan hasil penjumlah tersebut merupakan hasil
panjang diameter pengukuran. Mikormeter sekrup memiliki prinsip yang sama dengan
cara kerja jangka sorong, akan tetapi mikrometer sekrup digunakan untuk benda-benda
yang memiliki ukuran lebih kecil. Mikrometer sekrup memiliki akurasi yang lebih baik
karena skala terkecil dalam pengukuran sebesar 0,01 mm. Mikrometer sekrup digunakan
dengan cara dijepit terhadap benda yang ingin diukur, kemudian hasil pengukuran
diperoleh dari perhitungan nilai skala utama dengan skala putar (nonius) yang dihasilkan
pada pengukuran. Penggaris merupakan alat yang digunakan untuk pengukuran panjang
digunakan dengan cara disandingkan dengan benda yang ingin diukur, kemudian diamati
nilai panjang yang dihasilkan dalam pengukuran. Timbangan atau neraca ohaus adalah
alat ukur yang digunakan dalam pengukuran massa benda, terdapat beberapa lengan pada
neraca ohaus masing-masing menunjukan besarannya masing-masing dimulai dari
ratusan, puluhan, dan satuan. Penggunaan timbangan atau neraca ohaus adalah dengan
cara benda yang ingin diukur diletakkan diatas timbangan, kemudian besaran lengan
disesuaikan dengan massa benda hingga lengan timbangan menunjukan titik setimbang.
Besaran nilai pada masing-masing lengan menunjukan hasil pengukuran dalam satuan
gram. Gelas ukur adalah alat ukur yang digunakan untuk pengukuran volume benda
dengan volume air sebagai media ukur. Penggunaan gelas ukur untuk pengukuran volume
benda adalah dengan cara perhitungan selisih volume akhir ketika benda dicelupkan ke
dalam gelas ukur dengan volume awal sebelum benda dicelupkan, selisih tersebut
menunjukan hasil pengukuran volume suatu benda.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan, praktikan dapat melakukan pengukuran


menggunakan alat-alat ukur seperti jangka sorong, mikrometer sekrup, mistar (penggaris),
timbangan (neraca ohaus), dan gelas ukur dengan baik dan benar. Kemudian praktikan
dapat menerapkan teori ralat dalam melakukan pengukuran, mengetahui akurasi dan
presisi data dan dapat mengihitung nilai ralat yang dihasilkan dalam pengukuran.

4.2 Saran

Pandemi saat ini menyebabkan proses pembelajaran harus dilakukan secara online
atau daring sehingga praktikan tidak dapat mealakukan percobaan secara langsung. Hal
ini menyebabkan kesulitan dalam proses praktikum mengingat praktikum merupakan
kegiatan yang biasanya dilakukan secara langsung. Kini praktikan tidak dapat melakukan
percobaan dan hanya mengamati proses praktikum melalui video serta memperoleh data
percobaan dari asisten dosen. Kedepannya diharapkan proses praktikum dapat dilakukan
secara luring sehingga praktikan dapat lebih memahami dan memperoleh pengalaman
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Rosyid, M. Farchani, Eko Firmansah, dan Yusuf Dyan. 2015. Fisika Dasar. Jilid I: Mekanika.

Yogyakarta: Periuk

Giancoli, D. C. 2005. Physics Principles With Applications. Sixth Edition. New Jersey: Prentice

Hall
LAMPIRAN

(Farchani & Eko, 2015)


(Giancoli, 2005).
(Farchani & Eko, 2015)

(Farchani & Eko, 2015)


(Farchani & Eko, 2015)

(Farchani & Eko, 2015)

Anda mungkin juga menyukai