Morfologi Dan Anatomi Tumbuhan Belimbing
Morfologi Dan Anatomi Tumbuhan Belimbing
Disusun Oleh
Nama : Dwi Widia Putri
NPM : 1901081008
Jurusan : Tadris Biologi
Kelas :B
Kampus : Institut Agama Islam Negeri Metro Lampung
A. Definisi
Buah belimbing manis (Averrhoa carambola Linn) merupakan suatu buah yang dikenal
secara luas ada diwilayah masyarakat Indonesia. Terkenal dengan beberapa nama seperti;
belimbing amis (Sunda), blimbing legi (Jawa), bainang sulapa (Makasar), dan balireng
(Bugis) (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002). Buah belimbing banyak tumbuh diberbagai
daerah khususnya di daerah Demak dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Konsumsi
buah yang segar dan kaya akan vitamin,mineral, serat dan air dapat melancarkan sekresi
saliva yang berfungsi sebagai self cleansing pada gigi sehingga pada akhirnya karies gigi
dapat dicegah (Mandalika et al, 2014). Menurut Arisandi dan Yovita (2005) bahwa tumbuhan
belimbing manis memiliki efek farmakologis seperti antiradang usus, antimalaria,antirematik,
analgesik, peluruh liur, peluruh kencing (diuretic), menghilangkan panas, dan sebagai
pelembut kulit. Secara kasat mata bagian buah belimbing dapat dimanfaatkan sebagai obat
untuk tekanan darah tinggi, menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah kanker,
memperlancar pencernaan, obat batuk, peluruh air kencing, peluruh lemak, radang usus,
dan influenza (Sukadana, 2009). Buah belimbing manis diketahui positif mengandung
senyawa golongan flavonoid, alkaloid, dan, saponin, dengan kemungkinan kandungan
utamanya adalah flavonoid. Dampak dari farmakologis dari buah belimbing manis (Averrhoa
carambola Linn) ini kemungkinan disebabkan oleh salah satu atau gabungan beberapa
senyawa kimia yang terkandung didalamnya seperti; senyawa golongan flavonoid, alkaloid,
saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin A, B1 dan vitamin C
(Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002).
Gambar 1. Percabangan yang dipenuhi lentisel (a); dan kulit batang yang retak (b)
Sumber: repository.ipb.ac.id
Daun muda tanaman belimbing manis memiliki warna merah hati hingga coklat
kehijauan. Daun tanaman belimbing manis yang telah dewasa berwarna hijau tua.
Perbedaan warna daun ini dipengaruhi oleh pigmen dominan pada daun tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Sumenda et al. (2011) terhadap daun tanaman mangga
pada berbagai umur menunjukkan adanya perbedaan tingkat kandungan klorofil. Daun
muda tanaman mangga yang masih berwarna merah memiliki kandungan klorofil yang
lebih sedikit dibanding daun dewasa yang berwarna hijau tua. Daun muda didominasi
oleh pigmen karotenoid sehingga menjadikan daun tersebut berwarna merah. Warna
daun berpengaruh pada kemampuan daun dalam menyerap cahaya matahari. Daun yang
berwarna hijau gelap lebih banyak menyerap cahaya matahari dibanding daun yang
berwarna hijau terang (Sugito 2012).
3. Morfologi Bunga
Bunga merupakan alat perkembangbiakan generatif bagi tumbuhan. Bunga belimbing
manis memiliki susunan bisexual (banci) yang memiliki benang sari dan putik dalam satu
bunga serta merupakan bunga lengkap yang memiliki bagian- bagian bunga seperti
kelopak, mahkota, benangsari, dan putik (Simpson 2006). Tipe perbungaan belimbing
manis yaitu panicle-like cyme (cyme seperti malai) dan merupakan bunga terbatas. Bunga
belimbing manis memiliki bentuk simetri radial (aktinomorf). Bagian-bagian bunga
belimbing manis tidak saling berlekatan (free). Bunga belimbing manis memiliki 5 helai
daun kelopak (sepal) yang tidak saling berlekatan (aposepalous) serta memiliki 5 helai
daun mahkota (petal) yang saling berlekatan (sympetalous). Crane (1994)
mengungkapkan bahwa belimbing manis memiliki lima helai kelopak dan lima helai
mahkota. Kelopak belimbing manis berwarna merah dengan berbagai gradasi sedangkan
mahkotanya berwarna ungu pucat hingga ungu cerah.
b
Kepala
a b Kepala putik
c putik
Tangkai putik Benangsari fertil
Tangkai T
Benangsari
Mahkota nga
fertil
Kepala putik Mahkotaa
Kelopak
Gambar 3. Bunga belimbing manis (a); bunga belimbing manis dengan putik panjang (b),
dan bunga belimbing manis dengan putik pendek (c)
Sumber: eprints.umm.ac.id
Kepala
a sari
b Kepala
sari
Tangkai Tangkai
sari sari
Gambar 4. Perlekatan kepala sari pada tangkai sari dorsifix (a), dan subbasifix (b)
Sumber: repository.ipb.ac.id
Benangsari bunga belimbing manis berjumlah 10, lima di antaranya berupa
benangsari steril (staminode) dan bersifat rudimenter (Verheij dan Coronel 1997). Kepala
sari dengan tangkai sari bunga belimbing manis berlekatan secara dorsifix (di tengah) dan
subbasifix (agak tepi). Putik bunga belimbing manis terdiri atas lima ruang yang menjadi
satu (connate) dengan perlekatan bakal buah menumpang.
4. Morfologi Buah
b
c
d
a
e
f
g
h
Buah belimbing manis termasuk buah berry (buni) yaitu buah yang daging buahnya
dapat dimakan. Buah ini termasuk buah sejati, yaitu buah yang berkembang dari bakal
buah. Buah belimbing berbentuk oval dengan lima juring, jika dipotong melintang akan
terlihat bentuk bintangnya (Gambar 10). Panjang tangkai buah belimbing manis yaitu 1.1–
12.8 cm. Buah belimbing manis memiliki warna muda dan warna tua, dan warna tepian
yang bervariasi.Menurut Abdullah et al. (2005), warna kematangan buah belimbing manis
tidaklah seragam.
Buah belimbing memiliki panjang 8.0–16.5 cm, tebal dan panjang juring berturut-turut
yaitu 1.5–2.7 cm dan 2.2–5.2 cm. Bobot buah yang terukur yaitu 68–304 gram.
Berdasarkan pengamatan, varietas yang memiliki nilai kandungan padatan total terlarut
(PTT) tertinggi yaitu Varietas Wulan dengan kandungan PTT 7.13–11.0 °Brix sedangkan
varietas yang memiliki kandungan PTT terendah yaitu Varietas Demak Jingga dengan
PTT 4.9–7.2 °Brix. PTT yang terukur menunjukkan tingkat konsentrasi sukrosa (Ferlinda
2011). Satuan °Brix yang teramati menunjukkan berat gram sukrosa dari 100 gram larutan
sukrosa. Bila yang diamati adalah daging buah, skala ini menunjukkan berat gram
sukrosa dari 100 gram daging buah (Ihsan dan Wahyudi 2010).
Menurut Delgado dan Saúco (2003), beberapa kriteria buah belimbing yang sesuai
untuk dipasarkan secara luas yaitu: bobot buah lebih dari 100 gram, bentuk menarik
(memiliki lima juring), PTT lebih dari 10 °Brix, serta memiliki warna yang menarik (kuning
atau oranye). Buah belimbing manis akan mencapai kandungan gula optimum pada
warna kuning yang utuh (Paull dan Duarte 2012). Varietas Malaya memiliki rata-rata
bobot buah terbesar (226 gram). Varietas Sembiring memiliki rata-rata panjang 14.9 cm,
ukuran tersebut adalah ukuran terpanjang dibanding varietas lain. Varietas Wulan
memiliki rata-rata lebar (8.3 cm) yang merupakan ukuran terlebar dibanding varietas lain.
Ketiga varietas tersebut memiliki rasa buah manis dan warna yang menarik serta
merupakan varietas yang diunggulkan di TBM.
5. Morfologi biji
Biji belimbing memiliki bentuk yang lonjong dengan ujung yang runcing. Panjang biji
yakni sekitar 0,7 – 1,2 cm. Biji ini tertutup oleh lendir yang disebut dengan aril, memiliki
testa yang berwarna cokelat muda dengan permukaan yang tipis dan mengkilap.Buah
belimbing selain memiliki rasa yang menyegarkan dan kaya akan kandungan air juga
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan misalnya untuk menurunkan tekanan darah.
Porus Porus
Sel
tet Sel Sel
penjaga tet Sel
pe
a b
Tanaman belimbing manis Varietas Malaya dan Sembiring memiliki bentuk daun
bundar telur dengan bentuk ujung daun meruncing, dengan kata lain daun semakin
menyempit pada bagian ujung. Pengamatan dilakukan pada tiga lokasi daun, yaitu
pangkal, tengah, dan ujung mengacu pada penelitian Rosmilawanti (2016). Indeks
stomata menunjukkan perbandingan jumlah stomata dengan sel-sel pada jaringan
epidermis. Indeks stomata paling besar berada pada bagian pangkal daun Varietas
Malaya, sedangkan indeks stomata terbesar pada Varietas Sembiring berada pada
tengah daun. Nilai indeks stomata terkecil berada pada bagian ujung daun baik pada
Varietas Malaya maupun Sembiring. Nilai indeks stomata yang tinggi menunjukkan jumlah
sel stomata lebih banyak dibanding sel lain pada bagian epidermis. Jumlah sel stomata
yang banyak merupakan bentuk adaptasi terhadap tingginya intensitas cahaya matahari
yang diterima oleh tumbuhan. Dengan demikian daun dapat melakukan transpirasi secara
optimal untuk mempertahankan suhu agar tidak terlalu tinggi, sehingga metabolisme tidak
terganggu (Anggarwulan et al. 2008).
Indeks stomata yang tinggi dapat menunjukkan bahwa suatu tanaman tersebut
mendapatkan banyak cahaya matahari. Banyaknya cahaya matahari dapat meningkatkan
laju fotosintesis jika ditunjang dengan ketersediaan CO2. Tingginya laju fotosintesis akan
menghasilkan fotosintat yang tinggi pula untuk tumbuhan, nutrisi tersebut digunakan oleh
tumbuhan untuk membentuk stomata (Istiqomah et al. 2010).
2. Batang (caulis)
Jenis batangnya berkayu (lignosus). Keras dan kuat, terdiri dari kayu. Tergolong jenis
pohon-pohon (arbores). Permukaan batang memperlihatkan banyak lentisel Bentuk
batangnya bulat (teres) Arah tumbuh batang: tegak (erectus). Arahnya lurus ke atas. Arah
tumbuh cabang ada yang condong ke atas (patens) dan ada juga yang mendatar
(horizontalis) berumur panjang (perennial).
3. Akar (Radix)
Bagian akar yang dimiliki yakni pangkal/ leher akar (collum), ujung akar (apex radicis),
batang akar ( corpus radicis), cabang akar (radix lateralis), serabut akar (fibrilla radicalis),
bulu akar (pilus radicalis), tudung akar (calyptra). Jenis akar tunggang bercabang
(ramosus) karena tergolong tumbuhan di cotyledonae. Berbentuk kerucuk panjang,
tumbuh lurus ke bawah. Alat tambahan umumnya tidak memiliki stipula.
4. Bunga (Flos)
Berbunga banyak (planta multiflora) ,letaknya diketiak daun (flos lateralis/ axillaris)
batang yang tua. Jenis bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa/centrifugal).
Bunga mekar mulai dari sumbu pokok dari tengah ke pinggir. Malai (panicula) bunga
terkumpul rapat. tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptaculum), kelopak (calyx),
mahkota (corolla), daun mahkota berlekatan (gamopetalus). Kelamin bunga: Berkelamin
ganda (hermaphroditus). Didalamnya terdapat benang sari dan putik. Susunan sebagian
tangkai putik panjang tangkai benang sari pendek, sebagian lagi tangkai putik pendek
tangkai benang sari panjang. Penyerbukannya dengan perantara binatang (zoidiophyly,
zoidiogamy). Spesifikasi penyerbukan dengan perantara serangga entomophyly,
entomogamy). Biasanya dibantu lebah (Hymenoptera).
5. Buah
Pembentukan buah terjadi setelah proses fertilisasi. Dinding ovarium akan menjadi
dinding buah dan bakal buah akan menjadi buah. Golongan buah buni/bacca memanjang
dengan 5 rusuk tajam. Berbuah setelah 2-5 tahun. Buah buni memiliki 2 lapisan yaitu
lapisan luar yang tipis, kuat, dan agak menjangat, serta lapisan dalam yang tebal, lunak,
dan berair. Tergolong buah sejati tunggal berdaging, berwarna muda hijau, tua kuning,
berukuran 4-13 cm.
6. Biji
Bentuknya pipih, warnanya coklat muda, Kulit biji (Spermodermis) terdiri dari 2 lapisan
yaitu lapisan luar/ testa yang berwarna coklat muda, dan lapisan dalam/ tegmen yang
berwarna coklat tua. Di sebelah luar di sebagian tepinya keluar cairan seperti lender yang
merupakan bagian dari arilus. Tali pusar (Funiculus) sudah tidak tampak, Inti biji (Nucleus
seminis) lembaganya lurus (embrIo), endospermanya berdaging warna putih.
D. Daftar Pustaka
Dewi, A.F., Sutanto, Agus., dan Achyani. (2016). PENGARUH KOMPOSISI MEDIA
TANAM DAN APLIKASI PUPUK LCN (LIMBAH CAIR NANAS) TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN TIN (Ficus carica L.) SEBAGAI SUMBER BELAJAR
BIOLOGI. JURNAL LENTERA PENDIDIKAN PUSAT PENELITIAN LPPM UM METRO,
2(2) 188-200. http:// https://www.ojs.ummetro.ac.id/index.php/lentera/article/view/705/512.
Dewi, A.F., Sari, T. M., & Carolina, H. S. (2020). PENGARUH MEDIA TANAM PASIR,
ARANG SEKAM, DAN APLIKASI PUPUK LCN TERHADAP JUMLAH TUNAS TANAMAN
TIN (Ficus carica L) SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI. BIOEDUCATION, 7(1) 1-7.
http://dx.doi.org/10.29406/.v7i1.1727
Setiawan, T.A. (2016). Keragaan Ciri Kuantitatif Morfologi Galur-galur Harapan Kedelai
(Glycine max L. Merill) Tahan CpMMV (Cowpea Mild Mottle Virus). Bioedukasi, 7(1) 1-9.
http://www.ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/biologi/article/view/484.
Setiawan, TA., Zubaidah, Siti., & Kuswantoro, Heru. (2016). Morfologi Galur-galur
Harapan Kedelai Tahan Cpmmv (Cowpea Mild Mottle Virus) sebagai Sumber Belajar
Biologi. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(3) 363-368.
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6162