Anda di halaman 1dari 10

MORFOLOGI, ANATOMI dan PERKEMBANGAN

BELIMBING (Averrhoa carambola L.)

Disusun Oleh
Nama : Dwi Widia Putri
NPM : 1901081008
Jurusan : Tadris Biologi
Kelas :B
Kampus : Institut Agama Islam Negeri Metro Lampung

A. Definisi
Buah belimbing manis (Averrhoa carambola Linn) merupakan suatu buah yang dikenal
secara luas ada diwilayah masyarakat Indonesia. Terkenal dengan beberapa nama seperti;
belimbing amis (Sunda), blimbing legi (Jawa), bainang sulapa (Makasar), dan balireng
(Bugis) (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002). Buah belimbing banyak tumbuh diberbagai
daerah khususnya di daerah Demak dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Konsumsi
buah yang segar dan kaya akan vitamin,mineral, serat dan air dapat melancarkan sekresi
saliva yang berfungsi sebagai self cleansing pada gigi sehingga pada akhirnya karies gigi
dapat dicegah (Mandalika et al, 2014). Menurut Arisandi dan Yovita (2005) bahwa tumbuhan
belimbing manis memiliki efek farmakologis seperti antiradang usus, antimalaria,antirematik,
analgesik, peluruh liur, peluruh kencing (diuretic), menghilangkan panas, dan sebagai
pelembut kulit. Secara kasat mata bagian buah belimbing dapat dimanfaatkan sebagai obat
untuk tekanan darah tinggi, menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah kanker,
memperlancar pencernaan, obat batuk, peluruh air kencing, peluruh lemak, radang usus,
dan influenza (Sukadana, 2009). Buah belimbing manis diketahui positif mengandung
senyawa golongan flavonoid, alkaloid, dan, saponin, dengan kemungkinan kandungan
utamanya adalah flavonoid. Dampak dari farmakologis dari buah belimbing manis (Averrhoa
carambola Linn) ini kemungkinan disebabkan oleh salah satu atau gabungan beberapa
senyawa kimia yang terkandung didalamnya seperti; senyawa golongan flavonoid, alkaloid,
saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin A, B1 dan vitamin C
(Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002).

B. Klasifikasi Belimbing ( Averrhoa carambola L. )


Belimbing / Belimbing Manis adalah tumbuhan penghasil buah berbentuk khas yang
berasal dari Indonesia, India, dan Sri Langka. Saat ini, belimbing telah tersebar ke penjuru
Asia Tenggara, Republik Dominika, Brasil, Peru, Ghana, Guyana, Tonga, dan Polinesia.
Usaha penanaman secara komersial dilakukan di Amerika Serikat, yaitu di Florida Selatan
dan Hawaii. Di Indonesia, buah ini menjadi ikon kota Depok, Jawa Barat, sejak tahun 2007.
Tanaman averrhoa carambola L. atau lebih di kenal dengan nama belimbing manis ini
merupakan tanaman asli dari daratan asia tenggara. Di negara Malaysia dan India
ditemukan pusat sumber genetik (germ plasm) tanaman belimbing ini. Di Indonesia sendiri,
terdapat plasma nutfah belimbing yang tumbuh liar berada di Salian dan Maluku. Selanjutnya
tanaman belimbing di budidayakan di berbagai daerah hingga sekarang. Belimbing manis
memiliki kekerabatan dekat dengan belimbing wuluh atau belimbing asam (A. bilimbi L.)

Dalam sistematika tumbuhan, tanaman belimbing manis dapat


diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan)
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa carambola L.

C. Morfologi Belimbing ( Averrhoa carambola L. )


Struktur morfologi tanaman belimbing manis terdiri atas akar, batang, cabang, ranting,
bunga, buah dan biji. Perakaran tanaman belimbing manis cukup dalam dan menyebar
kesegala arah. Batangnya berkayu keras, tidak teratur, bergaris tengah antara 20-35 cm,
tajuk pohonnya rendah, kulit batang licin (halus) dan berwarna cokelat keabu–abuan atau
kelabu tua. Tinggi tanaman antara 5–12 cm memiliki cabang dan ranting yang banyak,
tumbuhnya menyudut (angular). Daunnya termasuk dalam daun majemuk. Tangkai daunnya
pendek, pangkal daun agak besar pada bagian atasnya. Panjang daun sekitar 18 cm, pada
setiap daun terdapan 1-2 anak daun yang letaknya selang seling secara berlawanan. Anak
daun panjangnya sekitar 1,5–9 cm, lebar 1–4,5 cm, berbentuk lonjong, bagian pangkalnya
bulat dan ujungnya runcing. Setiap anak daun mempunyai 3–10 pasang tulang daun lateral
(Rukmana, 2006).
1. Morfologi batang
Pohon belimbing memiliki batang barkayu yang tumbuh tegak lurus. Bentuk batangnya
gilig dengan warna coklat tua. Menurut Paull dan Duarte (2012), tanaman belimbing
manis pada umumnya memiliki bentuk tajuk piramid ketika tanaman tersebut masih muda,
akan tetapi bentuk tajuknya berubah menjadi membundar ketika tanaman tersebut
dewasa. Bentuk tajuk membundar dipengaruhi oleh bentuk percabangan yang bertipe
simpodial yang semakin berkembang. Tanaman belimbing manis yang dibudidayakan
memiliki bentuk tajuk menyebar dan tidak teratur. Hal ini disebabkan karena adanya
pemangkasan yang rutin. Tinggi pohon belimbing dapat mencapai 10 m (Dasgupta et al.
2013). Tinggi pohon belimbing yang berada di luar blok A yaitu 8.6–10 m. Pohon
belimbing manis ini memiliki satu batang namun dapat terlihat seperti lebih dari satu
batang (Crane 1994) karena percabangan dimulai dari atas tanah. Pohon belimbing yang
dibudidayakan di blok A memiliki perawakan yang rendah karena sering dipangkas.
Menurut Paull dan Duarte (2012), pemangkasan cabang atau tunas pohon yang tidak
diperlukan, akan memaksimalkan pembungaan dan pembentukan buah. Lingkar batang
yang berbeda terutama dipengaruhi oleh umur pohon. Tanaman muda memiliki diameter
yang lebih kecil dibanding tanaman tua. Perbedaan umur pada tanaman yang
dibudidayakan dikarenakan perbedaan tahun koleksi dan tahun penanaman.

Gambar 1. Percabangan yang dipenuhi lentisel (a); dan kulit batang yang retak (b)
Sumber: repository.ipb.ac.id

Terdapat perbedaan pada permukaan batang pohon belimbing. Cabang pohon


belimbing memiliki permukaan dipenuhi lentisel (Gambar a). Fungsi lentisel pada batang
yaitu untuk pertukaran gas O2 dengan CO2 (Sutrian 2004). Hal ini kemungkinan
bertujuan untuk memaksimalkan penyerapan CO2 dari lingkungan. Menurut Sugito
(2012), cahaya matahari melimpah yang diikuti dengan kenaikan CO2 di udara akan
meningkatkan laju fotosintesis pada titik optimum suatu tumbuhan. Batang pohon
belimbing memiliki permukaan yang retak-retak bercelah dangkal, hal ini disebabkan oleh
adanya penebalan sekunder. Penebalan sekunder terjadi karena adanya perkembangan
kambium ke arah dalam menjadi xilem sekunder dan ke arah luar menjadi floem sekunder
yang merusak epidermis batang sehingga permukaan batang tampak kasar (Fahn 1991).
2. Morfologi daun
Tanaman belimbing manis memiliki struktur daun majemuk menyirip gasal dengan
jumlah anak daun bervariasi. Anak daun dapat tersusun secara berhadapan maupun
berseling pada sumbu utama daun (rachis) (Gambar 5). Menurut Tjitrosoepomo (2007),
daun majemuk menyirip gasal tidak harus berjumlah ganjil, akan tetapi istilah gasal di sini
dilihat dari jumlah daun yang terdapat pada ujung sumbu utama, yaitu satu daun. Anak
daun belimbing manis memiliki bentuk yang bermacam-macam (Woodson et al. 1980).
Bentuk anak daun pertama (serta rasio panjang dan lebar helai daun) dari belimbing
manis, di antaranya: bundar telur (3:2), bundar telur melebar (6:5), lonjong (3:2), lonjong
melebar (6:5), rhombic (3:2), trullate (3:2), lanceovate (3:2), dan jorong (3:2). Bentuk anak
daun yang lain, di antaranya: bundar telur, bundar telur melebar, lonjong, lonjong
melebar, lanceovate, lanset (3:1), segitiga (2:1), delta (1:1), dan jantung (Tabel 3). Bentuk
anak daun segitiga, delta, dan jantung sering dijumpai pada dua pasang daun paling akhir
dari urutan anak daun. Bentuk daun yang paling mendominasi adalah bundar telur dan
lonjong. Hal ini didukung oleh penelitian Dasgupta et al. (2013) yang menyatakan bahwa
bentuk daun ialah bundar telur hingga bundar telur-jorong. Bentuk pangkal daun
didominasi oleh bentuk oblique (asimetri), hal ini didukung oleh penelitian Priadi dan
Cahyani (2011). Tekstur helaian anak daun tanaman belimbing manis yaitu mesophytic
atau tidak terlalu tebal juga tidak terlalu tipis (Simpson 2006).

Gambar 2. Helai daun tanaman belimbing manis


Sumber: repository.ipb.ac.id

Daun muda tanaman belimbing manis memiliki warna merah hati hingga coklat
kehijauan. Daun tanaman belimbing manis yang telah dewasa berwarna hijau tua.
Perbedaan warna daun ini dipengaruhi oleh pigmen dominan pada daun tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Sumenda et al. (2011) terhadap daun tanaman mangga
pada berbagai umur menunjukkan adanya perbedaan tingkat kandungan klorofil. Daun
muda tanaman mangga yang masih berwarna merah memiliki kandungan klorofil yang
lebih sedikit dibanding daun dewasa yang berwarna hijau tua. Daun muda didominasi
oleh pigmen karotenoid sehingga menjadikan daun tersebut berwarna merah. Warna
daun berpengaruh pada kemampuan daun dalam menyerap cahaya matahari. Daun yang
berwarna hijau gelap lebih banyak menyerap cahaya matahari dibanding daun yang
berwarna hijau terang (Sugito 2012).
3. Morfologi Bunga
Bunga merupakan alat perkembangbiakan generatif bagi tumbuhan. Bunga belimbing
manis memiliki susunan bisexual (banci) yang memiliki benang sari dan putik dalam satu
bunga serta merupakan bunga lengkap yang memiliki bagian- bagian bunga seperti
kelopak, mahkota, benangsari, dan putik (Simpson 2006). Tipe perbungaan belimbing
manis yaitu panicle-like cyme (cyme seperti malai) dan merupakan bunga terbatas. Bunga
belimbing manis memiliki bentuk simetri radial (aktinomorf). Bagian-bagian bunga
belimbing manis tidak saling berlekatan (free). Bunga belimbing manis memiliki 5 helai
daun kelopak (sepal) yang tidak saling berlekatan (aposepalous) serta memiliki 5 helai
daun mahkota (petal) yang saling berlekatan (sympetalous). Crane (1994)
mengungkapkan bahwa belimbing manis memiliki lima helai kelopak dan lima helai
mahkota. Kelopak belimbing manis berwarna merah dengan berbagai gradasi sedangkan
mahkotanya berwarna ungu pucat hingga ungu cerah.

b
Kepala
a b Kepala putik
c putik
Tangkai putik Benangsari fertil
Tangkai T
Benangsari
Mahkota nga
fertil
Kepala putik Mahkotaa
Kelopak

Kelopak Benangsari fertil


Tangkai
bunga Tangkai putik
5
5 mm
mm
Benangsari steril

Gambar 3. Bunga belimbing manis (a); bunga belimbing manis dengan putik panjang (b),
dan bunga belimbing manis dengan putik pendek (c)
Sumber: eprints.umm.ac.id

Kepala
a sari
b Kepala
sari

Tangkai Tangkai
sari sari

Gambar 4. Perlekatan kepala sari pada tangkai sari dorsifix (a), dan subbasifix (b)
Sumber: repository.ipb.ac.id
Benangsari bunga belimbing manis berjumlah 10, lima di antaranya berupa
benangsari steril (staminode) dan bersifat rudimenter (Verheij dan Coronel 1997). Kepala
sari dengan tangkai sari bunga belimbing manis berlekatan secara dorsifix (di tengah) dan
subbasifix (agak tepi). Putik bunga belimbing manis terdiri atas lima ruang yang menjadi
satu (connate) dengan perlekatan bakal buah menumpang.

4. Morfologi Buah
b
c
d

a
e
f
g
h

Gambar 5. Buah Belimbing manis Bangkok


Sumber: repository.ipb.ac.id

Buah belimbing manis termasuk buah berry (buni) yaitu buah yang daging buahnya
dapat dimakan. Buah ini termasuk buah sejati, yaitu buah yang berkembang dari bakal
buah. Buah belimbing berbentuk oval dengan lima juring, jika dipotong melintang akan
terlihat bentuk bintangnya (Gambar 10). Panjang tangkai buah belimbing manis yaitu 1.1–
12.8 cm. Buah belimbing manis memiliki warna muda dan warna tua, dan warna tepian
yang bervariasi.Menurut Abdullah et al. (2005), warna kematangan buah belimbing manis
tidaklah seragam.
Buah belimbing memiliki panjang 8.0–16.5 cm, tebal dan panjang juring berturut-turut
yaitu 1.5–2.7 cm dan 2.2–5.2 cm. Bobot buah yang terukur yaitu 68–304 gram.
Berdasarkan pengamatan, varietas yang memiliki nilai kandungan padatan total terlarut
(PTT) tertinggi yaitu Varietas Wulan dengan kandungan PTT 7.13–11.0 °Brix sedangkan
varietas yang memiliki kandungan PTT terendah yaitu Varietas Demak Jingga dengan
PTT 4.9–7.2 °Brix. PTT yang terukur menunjukkan tingkat konsentrasi sukrosa (Ferlinda
2011). Satuan °Brix yang teramati menunjukkan berat gram sukrosa dari 100 gram larutan
sukrosa. Bila yang diamati adalah daging buah, skala ini menunjukkan berat gram
sukrosa dari 100 gram daging buah (Ihsan dan Wahyudi 2010).
Menurut Delgado dan Saúco (2003), beberapa kriteria buah belimbing yang sesuai
untuk dipasarkan secara luas yaitu: bobot buah lebih dari 100 gram, bentuk menarik
(memiliki lima juring), PTT lebih dari 10 °Brix, serta memiliki warna yang menarik (kuning
atau oranye). Buah belimbing manis akan mencapai kandungan gula optimum pada
warna kuning yang utuh (Paull dan Duarte 2012). Varietas Malaya memiliki rata-rata
bobot buah terbesar (226 gram). Varietas Sembiring memiliki rata-rata panjang 14.9 cm,
ukuran tersebut adalah ukuran terpanjang dibanding varietas lain. Varietas Wulan
memiliki rata-rata lebar (8.3 cm) yang merupakan ukuran terlebar dibanding varietas lain.
Ketiga varietas tersebut memiliki rasa buah manis dan warna yang menarik serta
merupakan varietas yang diunggulkan di TBM.

5. Morfologi biji
Biji belimbing memiliki bentuk yang lonjong dengan ujung yang runcing. Panjang biji
yakni sekitar 0,7 – 1,2 cm. Biji ini tertutup oleh lendir yang disebut dengan aril, memiliki
testa yang berwarna cokelat muda dengan permukaan yang tipis dan mengkilap.Buah
belimbing selain memiliki rasa yang menyegarkan dan kaya akan kandungan air juga
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan misalnya untuk menurunkan tekanan darah.

D. Anatomi Tumbuhan Belimbing


1. Daun (Folium)
Tergolong daun bertangkai, bagian daun ibu tulang daun (costa), tulang cabang (nervus
lateralis), urat-urat daun (vena). Tulang cabang pada daun (nervus lateralis) didekat tepi
daun membelok ke atas dan bertemu dengan tulang cabang diatasnya, Ditepi seperti
terdapat tulang cabang yang kurang lebih sejajar yang biasa disebut tulang pinggir.
Bangun daun (Circumsriptio) berbentuk bulat telur (ovatus) Ujung daun (Apex folii)
meruncing (acuminatus). Seperti pada ujung yang runcing tetapi titik pertemuan kedua
tepi daunnya lebih tinggi dari dugaan, sehingga ujung daun tampak sempit, panjang, dan
runcing
Pangkal daun (Basic folii) tumpul (obtusus). Terdapat pada daun bangun bulat telur.
Susunan tulang daun (Nervatio) menyirip (penninervis). Mempunyai satu ibu tulang yang
berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Dari samping ibu
tangkai (petiolus communis) keluar tangkai anak daun / tulang cabang ( petiololus) mirip
sirip ikan.

a) Karakter Anatomi Daun Varietas Malaya dan Sembiring


1)Tipe dan Indeks Stomata
Stomata merupakan pori yang terdapat pada epidermis yang dibatasi oleh dua buah sel
penjaga (Sutrian 2004). Daun belimbing manis Varietas Malaya dan Sembiring memiliki
tipe stomata parasitik. Ciri-ciri tipe stomata parasitik, (Gambar 11), yaitu sel tetangga
terletak paralel dengan posisi memanjang pori dan sel penjaga (Metcalfe dan Chalk
1957). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sunarti et al. (2008) yang menunjukkan
bahwa stomata daun belimbing manis bertipe parasitik. Stomata daun belimbing manis
hanya terdapat pada permukaan bawah daun (abaxial) saja atau disebut hypostomatous
(Willmer 1983), sebagai salah satu bentuk mekanisme adaptasi terhadap lingkungan.
Epidermis Epidermis

Porus Porus
Sel
tet Sel Sel
penjaga tet Sel
pe

a b

Gambar 6. 11 Stomata Varietas Malaya (a), dan Sembiring (b)


Sumber: repository.ipb.ac.id

Tanaman belimbing manis Varietas Malaya dan Sembiring memiliki bentuk daun
bundar telur dengan bentuk ujung daun meruncing, dengan kata lain daun semakin
menyempit pada bagian ujung. Pengamatan dilakukan pada tiga lokasi daun, yaitu
pangkal, tengah, dan ujung mengacu pada penelitian Rosmilawanti (2016). Indeks
stomata menunjukkan perbandingan jumlah stomata dengan sel-sel pada jaringan
epidermis. Indeks stomata paling besar berada pada bagian pangkal daun Varietas
Malaya, sedangkan indeks stomata terbesar pada Varietas Sembiring berada pada
tengah daun. Nilai indeks stomata terkecil berada pada bagian ujung daun baik pada
Varietas Malaya maupun Sembiring. Nilai indeks stomata yang tinggi menunjukkan jumlah
sel stomata lebih banyak dibanding sel lain pada bagian epidermis. Jumlah sel stomata
yang banyak merupakan bentuk adaptasi terhadap tingginya intensitas cahaya matahari
yang diterima oleh tumbuhan. Dengan demikian daun dapat melakukan transpirasi secara
optimal untuk mempertahankan suhu agar tidak terlalu tinggi, sehingga metabolisme tidak
terganggu (Anggarwulan et al. 2008).
Indeks stomata yang tinggi dapat menunjukkan bahwa suatu tanaman tersebut
mendapatkan banyak cahaya matahari. Banyaknya cahaya matahari dapat meningkatkan
laju fotosintesis jika ditunjang dengan ketersediaan CO2. Tingginya laju fotosintesis akan
menghasilkan fotosintat yang tinggi pula untuk tumbuhan, nutrisi tersebut digunakan oleh
tumbuhan untuk membentuk stomata (Istiqomah et al. 2010).

2. Batang (caulis)
Jenis batangnya berkayu (lignosus). Keras dan kuat, terdiri dari kayu. Tergolong jenis
pohon-pohon (arbores). Permukaan batang memperlihatkan banyak lentisel Bentuk
batangnya bulat (teres) Arah tumbuh batang: tegak (erectus). Arahnya lurus ke atas. Arah
tumbuh cabang ada yang condong ke atas (patens) dan ada juga yang mendatar
(horizontalis) berumur panjang (perennial).
3. Akar (Radix)
Bagian akar yang dimiliki yakni pangkal/ leher akar (collum), ujung akar (apex radicis),
batang akar ( corpus radicis), cabang akar (radix lateralis), serabut akar (fibrilla radicalis),
bulu akar (pilus radicalis), tudung akar (calyptra). Jenis akar tunggang bercabang
(ramosus) karena tergolong tumbuhan di cotyledonae. Berbentuk kerucuk panjang,
tumbuh lurus ke bawah. Alat tambahan umumnya tidak memiliki stipula.

4. Bunga (Flos)
Berbunga banyak (planta multiflora) ,letaknya diketiak daun (flos lateralis/ axillaris)
batang yang tua. Jenis bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa/centrifugal).
Bunga mekar mulai dari sumbu pokok dari tengah ke pinggir. Malai (panicula) bunga
terkumpul rapat. tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptaculum), kelopak (calyx),
mahkota (corolla), daun mahkota berlekatan (gamopetalus). Kelamin bunga: Berkelamin
ganda (hermaphroditus). Didalamnya terdapat benang sari dan putik. Susunan sebagian
tangkai putik panjang tangkai benang sari pendek, sebagian lagi tangkai putik pendek
tangkai benang sari panjang. Penyerbukannya dengan perantara binatang (zoidiophyly,
zoidiogamy). Spesifikasi penyerbukan dengan perantara serangga entomophyly,
entomogamy). Biasanya dibantu lebah (Hymenoptera).

5. Buah
Pembentukan buah terjadi setelah proses fertilisasi. Dinding ovarium akan menjadi
dinding buah dan bakal buah akan menjadi buah. Golongan buah buni/bacca memanjang
dengan 5 rusuk tajam. Berbuah setelah 2-5 tahun. Buah buni memiliki 2 lapisan yaitu
lapisan luar yang tipis, kuat, dan agak menjangat, serta lapisan dalam yang tebal, lunak,
dan berair. Tergolong buah sejati tunggal berdaging, berwarna muda hijau, tua kuning,
berukuran 4-13 cm.

6. Biji
Bentuknya pipih, warnanya coklat muda, Kulit biji (Spermodermis) terdiri dari 2 lapisan
yaitu lapisan luar/ testa yang berwarna coklat muda, dan lapisan dalam/ tegmen yang
berwarna coklat tua. Di sebelah luar di sebagian tepinya keluar cairan seperti lender yang
merupakan bagian dari arilus. Tali pusar (Funiculus) sudah tidak tampak, Inti biji (Nucleus
seminis) lembaganya lurus (embrIo), endospermanya berdaging warna putih.
D. Daftar Pustaka

Dewi, A.F., Sutanto, Agus., dan Achyani. (2016). PENGARUH KOMPOSISI MEDIA
TANAM DAN APLIKASI PUPUK LCN (LIMBAH CAIR NANAS) TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN TIN (Ficus carica L.) SEBAGAI SUMBER BELAJAR
BIOLOGI. JURNAL LENTERA PENDIDIKAN PUSAT PENELITIAN LPPM UM METRO,
2(2) 188-200. http:// https://www.ojs.ummetro.ac.id/index.php/lentera/article/view/705/512.

Dewi, A.F. (2016). PENGARUH VARIASI DOSIS LARUTAN DAUN BANDOTAN


(Ageratumconyzoides L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes sp.
SEBAGAI SUMBERBELAJAR BIOLOGI. BIOEDUKASI, 7(1) 62-72.
http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/biologi/article/view/493

Dewi, A.F., Sari, T. M., & Carolina, H. S. (2020). PENGARUH MEDIA TANAM PASIR,
ARANG SEKAM, DAN APLIKASI PUPUK LCN TERHADAP JUMLAH TUNAS TANAMAN
TIN (Ficus carica L) SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI. BIOEDUCATION, 7(1) 1-7.
http://dx.doi.org/10.29406/.v7i1.1727

http://repository.ipb.ac.id. KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN ANATOMI TANAMAN


BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) DI TAMAN BUAH MEKARSARI BOGOR.
Diakses online pada 10 Juni 2020. 16.00 WIB

http://sinta.unud.ac.id. Klasifikasi Belimbing dan Morfologi Tumbuhan. Diakses online


pada 10 Juni 2020. 16.55 WIB

http://eprints.umm.ac.id. Tanaman Belimbing. Diakses online pada 10 Juni 2020. 16.30


WIB

Setiawan, T.A. (2016). Keragaan Ciri Kuantitatif Morfologi Galur-galur Harapan Kedelai
(Glycine max L. Merill) Tahan CpMMV (Cowpea Mild Mottle Virus). Bioedukasi, 7(1) 1-9.
http://www.ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/biologi/article/view/484.

Setiawan, TA., Zubaidah, Siti., & Kuswantoro, Heru. (2016). Morfologi Galur-galur
Harapan Kedelai Tahan Cpmmv (Cowpea Mild Mottle Virus) sebagai Sumber Belajar
Biologi. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(3) 363-368.
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6162

Anda mungkin juga menyukai