Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA PADA Ny. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DIABETES MELITUS (DM) DI PUSKESMAS
MENTENG PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH :

NAMA : OKTAVIONA
NIM : 2018.C.10a.0980

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Oktaviona
NIM : 2018.C.10a.0980
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga pada
Ny. R dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus (DM) di
Puskesmas Menteng Palangka Raya”.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan IV (PPK IV) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Pembimbing akademik Pembimbing Lahan

Christephanie, S. Kep. Sri Rahayu S.Kep,. Ners

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners,

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Keluarga pada Ny. R dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus (DM) di
Puskesmas Menteng Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK 4).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Christephanie, S.Kep. selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Ibu Sri Rahayu S.Kep,. Ners selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 14 Oktober 2021

Oktaviona
DAFTAR ISI

SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga.................................................................................................
2.1.1 Definisi Keluarga.......................................................................................
2.1.2 Ciri-Ciri Keluarga ……………………………………………………...
2.1.3 Tipe-Tipe Keluarga...................................................................................
2.1.4 Struktur Keluarga......................................................................................
2.1.5 Fungsi Keluarga.........................................................................................
2.1.6 Tahap Perkembangan Keluarga Sejahtera.................................................
2.1.7 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan.................................................
2.1.8 Teori Perkembangan Keluarga..................................................................
2.2 Konsep Penyakit Diabetes Melitus (DM)...........................................................
2.2.1 Definisi Diabetes Melitus (DM)................................................................
2.2.2 Anatomi Fisiologi......................................................................................
2.2.3 Etiologi Diabetes Melitus (DM)................................................................
2.2.4 Klasifikasi Diabetes Melitus (DM)...........................................................
2.2.5 Patofisiologi (WOC)..................................................................................
2.2.6 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus (DM)...............................................
2.2.7 Komplikasi Diabetes Melitus (DM)..........................................................
2.2.8 Pemerikasaan Penunjang Diabetes Melitus (DM).....................................
2.2.9 Penatalaksanaan Medis Diabetes Melitus (DM).......................................
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan.......................................................................
2.3.1 Pengkajian.................................................................................................
2.3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................
2.3.3 Intervensi (Perencanaan)...........................................................................
2.3.4 Implementasi.............................................................................................
2.3.5 Evaluasi.....................................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................
4.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
dengan tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kurangnya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme lemak dan protein. Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme
yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalis
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan
sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati. (Yuliana elin,
2009 dalam NANDA NIC-NOC, 2013). Diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya
(ADA,2017). Sedangkan definisi keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
di suatu tempat. Selain itu, biasanya keluarga tinggal di bawah atap dalam
keadaan yang saling bergantungan.
Data World Health Organization (2015) telah mencatat Indonesia dengan
populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal
jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7%
di perkotaan dan 7,2 % di pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas
20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga
kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes. Menurut American Diabetes
Asociation (ADA,2015), DM dapat di klasifikasikan menjadi beberapa tipe
yakni, DM tipe 1, DM tipe 2,Dm gestasional. Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2
merupakan salah satu jenis yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90-
95%. Dimana faktor pencetus dari DM tipe 2 yakni berupa obesitas, mengosumsi
makanan instan,terlalu banyak makan karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan
pada sel prankreas dan kelainan hormonal. Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2017, prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia
berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 2,5 % .DM
terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 3,0 %. (Kemenkes, 2017). Sementara ,
diSumatra Barat diperkirakan sebanyak 3,4 juta jiwa menderita penyakit diabetrs
tipe II. Selain itu prevalensi nasional, Sumatra Barat memiliki prevalensi total
DM sebanyak 1,5% dimana berada diurutan 16 dari 33 provinsi di Indonesia.
Penderita Diabetes Mellitus yang tidak ditangani dengan baik maka akan
mengakibatkan komplikasi jangka panjang yang mungkin terjadi akibat kadar
glukosa darah meningkat antara lain, penyakit jantung, gangguan penglihatan,
kelelahan yang luar biasa, penurunan berat badan secara drastis, dan sering
terinfeksi dan bila luka sulit sekali untuk sembuh. Sehingga penderita Diabetes
Mellitus(DM) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang
membahayakan seperti yang telah disebutkan di atas. (Suprajitno, 2011). Peran
perawat terhadap penyakit Diabetes Melitus adalah memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif yaitu
memberikan pengobatan kepada pasien berdasarkan pememantauan. Dengan
penanganan yang lebih baik dan pengetahuan yang memadai tentang perawatan
pada Diabetes Mellitus, diharapkan angka penderita Diabetes Mellitus dapat
berkurang. Berdasarkan uraian diatas dan melihat peran serta fungsi perawat
yang berorientasi terhadap preventif, promotif dan komprehensif harus terpenuhi.
Berdasarkan masih tingginya prevalensi angka kejadian Diabetel Melitus
(DM), khususnya di Indonesia, dan juga melihat dari segi sebab akibat yang dapat
di timbulkan, maka saya tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang Diabetes
Melitus (DM) dan asuhan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam laporan pendahuluan ini adalah : Bagaimana
pemberian asuhan keperawatan keluarga pada Ny. R dengan Diagnosa Medis
Diabetes Melitus (DM) di Puskesmas Menteng Palangka Raya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga pada
Ny. R dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus (DM) di Puskesmas Menteng
Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny. R
dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus (DM) di Puskesmas Menteng.
1.3.2.2 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada Ny. R dengan Diagnosa
Medis Diabetes Melitus (DM) di Puskesmas Menteng.
1.3.2.3 Mahasiswa dapat menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatan Keluarga pada pada Ny. R dengan Diagnosa Medis
Diabetes Melitus (DM) di Puskesmas Menteng.
1.3.2.4 Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan Keluarga yang
mencakup intervensi pada Ny. R dengan Diagnosa Medis Diabetes
Melitus (DM) di Puskesmas Menteng.
1.3.2.5 Mahasiswa dapat melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan
keperawatan Keluarga pada Ny. R dengan Diagnosa Medis Diabetes
Melitus (DM) di Puskesmas Menteng.
1.3.2.6 Mahasiswa dapat mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan Keluarga
yang diberikan pada Ny. R dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus
(DM) di Puskesmas Menteng.
1.3.2.7 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan
Keluarga yang telah dilaksanakan pada Ny. R dengan Diagnosa Medis
Diabetes Melitus (DM) di Puskesmas Menteng.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan diagnosa
medis Diabetes Melitus (DM) secara benar dan bisa melakukan keperawatan di
rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Diabetes Melitus (DM) dan Asuhan
Keperawatannya.
3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
Diabetes Melitus (DM) melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara
komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan Diabetes Melitus (DM) yang
berguna bagi status kesembuhan klien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017).
Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
kebergantungan. Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017).
Mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarganya.Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017).
Penyusun menyimpulkan keluarga adalah sebagai unit yang perlu dirawat,
boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi
sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai suatu
keluarga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih
yang disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak
diikat oleh hubungan darah dan hukum yang tinggal di suatu tempat di bawah satu
atap dengan keadaan saling ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional
yang memiliki tujuan mempertahankan budaya meningkatkan pertumbuhan fisik,
mental emosional serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai suatu
keluarga.
2.1.2 Ciri-Ciri Keluarga

a. Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi, 2008)
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
4. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak.
5. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.
b. Ciri keluarga Indonesia (Setiadi, 2008)
1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong
royong.
2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3. Umumnya dipimpim oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan
secara musyawarah.
2.1.3 Tipe-Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
2.1.2.1 Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang tinggal bersama
dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya :
b. Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami dan
istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
c. The Childless Family yaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
d. Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab secara sah
dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak.
e. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti nuclear
family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
f. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi
karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
g. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan yang
bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir
minggu, bulan atau pada waktu-waktu tertentu.
h. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan lain-lain.
j. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena
perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
k. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone), yaitu
keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
l. Foster Family yaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak ditempatkan
di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua dinyatakan tidak
merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut akan dikembalikan
kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat.
m. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi
anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
2.1.2.2 Keluarga Non-tradisional
a. The Unmarried Teenage Mother Keluarga terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melakukan pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan seks
hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar
hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa menikah satu dengan
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
2.1.4 Struktur Keluarga

Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada


juga yang menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural.
Struktur keluarga menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) sebagai
berikut :
2.1.3.1 Pola dan Proses Komunikasi Komunikasi keluarga merupakan suatu
proses simbolik, transaksional untuk menciptakan mengungkapkan
pengertian dalam keluarga.
2.1.3.2 Struktur Kekuatan Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit
tergantung pada kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada
dalam keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan
(potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi
perilaku anggota keluarga. Beberapa macam struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua
terhadap anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah
sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
2.1.3.3 Struktur Peran
Peran biasanya menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau
tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
2.1.3.4 Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga, seperti
ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing.
Ayah sebagai pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, dan
sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelidung
keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota
masyarakat atau kelompok sosial tertentu.Sedangkan anak berperan sebagai
pelaku psikosoal sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan
spiritual.
2.1.3.5 Peran Informal keluarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak
ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau
untuk menjaga keseimbangan keluarga.
2.1.3.6 Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat.
Nilai keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi
masalah yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan
bagaimana keluarga menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor
lain
2.1.5 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) sebagai


berikut :
2.1.4.1 Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan
mempertahankan saat terjadi stres.
2.1.4.2 Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam
penyelesaian masalah.
2.1.4.3 Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya
dengan melahirkan anak.
2.1.4.4 Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga
dan kepentingan di masyarakat.
2.1.4.5 Fungsi pemeliharaan kesehatan ; keluarga memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.
2.1.6 Tahap Perkembangan Keluarga Sejahtera
Tingkatan kesehatan kesejahteraan keluarga menurut Amin Zakaria (2017)
adalah :
2.1.6.1 Keluarga Prasejahtera Keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan
dasar minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, sandang, pangan,
papan dan kesehatan. Dengan kata lain tidak bisa memenuhi salah satu
atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.
2.1.6.2 Keluarga Sejahtera Tahap I Keluarga yang sudah dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimal, tetapi belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan
psikososial, seperti pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, lingkungan
sosial dan transportasi.Indikator keluarga tahap I yaitu melaksanakan
ibadah menurut kepercayaan masing-masing, makan dua kali sehari,
pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan, lantai rumah bukan dari
tanah, kesehatan (anak sakit, KB dibawa keperawatan pelayanan
kesehatan).
2.1.6.3 Keluarga Sejahtera Tahap II Pada tahap II ini keluarga sudah mampu
memenuhi kebutuhan dasar minimal, dapat memenuhi seluruh kebutuhan
psikososial, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangan
(kebutuhan menabung dan memperoleh informasi. Indikator keluarga
tahap II adalah seluruh indikator tahap I ditambah dengan melaksanakan
kegiatan agama secara teratur, makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk
minimal satu tahun terakhir, luas lantai rumah perorang 8 m2 , kondisi
anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, keluarga usia 15 tahun
keatas memiliki penghasilan tetap, anggota keluarga usia 15-60 tahun
mampu membaca dan menulis, anak usia 7-15 tahun bersekolah semua
dan dua anak atau lebih PUS menggunakan Alkon.
2.1.6.4 Keluarga Sejahtera Tahap III Keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimal, setelah memenuhi keseluruhan kebutuhan
psikososial, dan memenuhi kebutuhan perkembangan, tetapi belum bisa
memberikan sumbangan secara maksimal pada masyarakat dalam bentuk
material dan keuangan dan belum berperan serta dalam lembaga
kemasyarakatan.
2.1.6.5 Keluarga Sejahtera Tahap III Plus Memenuhi indikator keluarga tahap
sebelumnya ditambah dengan upaya keluarga menambahkan pengetahuan
tentang agama, makan bersama minimal satu kali sehari, ikut serta dalam
kegiatan masyarakat, rekreasi sekurangnya dalam enam bulan, dapat
memperoleh berita dari media cetak maupun media elektronik, anggota
keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
2.1.7 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) :


2.1.5.1 Mengenal masalah kesehatan Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahanperubahan yang dialami anggota keluarga.Dan
sejauh mana keluarga mengenal dan mengetahui fakta-fakta dari masalah
kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan
yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan.
2.1.5.2 Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat Hal ini meliputi sejauh
mana kemampuan keluarga mengenal sifat dan luasnya masalah. Apakah
keluarga merasakan adanya masalah kesehatan, menyerah terhadap
masalah yang dialami, adakah perasaan takut akan akibat penyakit, adalah
sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap
tenaga kesehatan, dan apakah keluarga mendapat informasi yang benar
atau salah dalam tindakan mengatasi masalah kesehatan.
2.1.5.3 Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Ketika memberikan
perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, keluarga harus
mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit, sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang
diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yang bertanggung jawab, finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan sikap
keluarga terhadap yang sakit.
2.1.5.4 Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi
lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu
sumbersumber keluarga yang dimiliki, manfaat dan keuntungan
memelihara lingkungan, pentingnya dan sikap keluarga terhadap hygiene
sanitasi, upaya pencegahan penyakit.
2.1.5.5 Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat Hal-hal yang harus diketahui
keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan yaitu
keberadaan fasilitas keluarga, keuntungankeuntungan yang dapat
diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan
adanya pengalaman yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas
kesehatan, fasilitas yang ada terjangkau oleh keluarga.
2.1.8 Teori Perkembangan Keluarga
Salah satu teori perkembangan keluarga adalah keluarga berkembang dari
waktu-kewaktu dengan pola secara umum dan dapat diprediksi (Zakaria, 2017).
Paradigma siklus kehidupan ialah menggunakan tingkat usia, tingkat sekolah dan
anak paling tua sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan (Duvall dan
Miller, 1987 dalam Zakaria, 2017).
Tabel. Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Tahap I Keluarga pemula (Keluarga baru menikah-hamil)
Tahap II Keluarga mengasuh anak (Anak tertua bayi-umur 30
bulan)
Tahap III Keluarga dengan usia pra sekolah (Anaka tertua
berusia 2-6 tahun)
Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (Anak tertua
berusia 13-20 tahun)
Tahap V Keluarga dengan anak usia remaja (Anak tertua
berusia 13-20 tahun)
Tahap VI Keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama sampai anak terakhir meninggalkan
rumah)
Tahap VII Orang tua usia pertengahan (Tanpa jabatan, pension)
Tahap VIII Keluarga delam masa pesion dan lansia (hingga
pasangan meninggal dunia)
Sumber Duval dan Miller, 1985 dalam Zakaria, 2017.
2.2 Konsep Penyakit Diabetes Melitus (DM)
2.2.1 Definisi Diabetes Melitus (DM)

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang


ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan
Bare,2015).
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika
pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien
menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar
gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak
terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang
serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung
(penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi
gagal ginjal) (WHO, 2011).
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
dengan tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kurangnya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme lemak dan protein. Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme
yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalis
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan
sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati. (Yuliana elin,
2009 dalam NANDA NIC-NOC, 2013).
Berdasarkan definisi di atas maka penyusun menyimpulkan definisi
Diabetes Melistus (DM) adalah suatu kelompok penyakit atau gangguan
metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
urin, kerja insulin, atau kedua – duanya.
2.2.2 Anatomi Fisiologi

Menurut Gonzaga.B (2010), prankreas terletak melintang dibagian atas


abdomen dibelakang glaster didalam ruang retroperitonial. Disebelah kiri ekor
prankreas mencapai hiluslinpa diarah kronio dorsal dan bagian kiri atas kaput
prankreas dihubungkan dengan corpus oleh leher prankreas yaitu bagian
prankreas yang lebar biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika
superior berada dibagian kiri prankreas ini disebut processus unsinatis prankreas.
Menurut Gonzaga Prankreas terdiri dari 2 jaringan utama yaitu :
1. Asinus yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
2. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin d24eddan glukagon langsung ke darah.Pulau langerhans
manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang
satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta
mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan sel-sel delta
mengekresi somatostatin.
Menurut Gongzaga 2010, Prankreas disebut sebagai organ rangkap,
mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai kelenjer eksokrin dan kelenjer endokrin.
Fungsi eksokrin menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat
menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat, sedangkan endokrin
menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang memegang peranan penting
pada metabolisme karbohidrat. Kelenjer prankreas dalam mengatur metabolisme
glukosa dalam tubuh berupa hormon hormon yang disekresikan oleh sel-sel di
pulau langerhans. Hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang
merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat
meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
2.2.3 Etiologi Diabetes Melitus (DM)

Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2


kategori klinis yaitu :
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
a. Genetik Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun
mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik kearah
terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini ditentukan pada
individu yang memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi & proses imunnya. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
b. Imunologi Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon
autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya sebagai jaringan asing. (Smeltzer 2015 dan bare,2015) c.
Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare, 2015)
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)
Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Gaya hidup
2.2.4 Klasifikasi Diabetes Melitus (DM)

Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2


kategori klinis yaitu :
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
Genetik Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun
mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik kearah
terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini ditentukan pada
individu yang memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi & proses imunnya. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)
Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Gaya hidup
2.2.5 Patofisiologi (WOC)

Menurut Smeltzer, Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat


ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel sel beta prankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun.Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dihati meskipun tetap berada dalam darah
menimbulkan hiperglikemia prospandial. Jika kosentrasi glukosa daram darah
cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (glikosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan dieksresikan kedalam urine,ekresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis
ostomik, sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dal berkemih (poliurea),dan rasa haus (polidipsi). (Smeltzer 2015 dan
Bare,2015).
Difisiensi insulin juga akan menganggu metabilisme protein dalam lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunan simpanan kalori. Gejala lainya
kelelahan dan kelemahan . dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glikosa yang tersimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari asam asam amino dan subtansi lain). Namun
pada penderita difisiensi insulin, proses ini akan terjadi tampa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hipergikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk smping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebih.
Ketoasidosis yang disebabkan dapat menyebabkan tanda tanda gejala seperti nyeri
abdomen mual, muntah, hiperventilasi nafas berbaun aseton dan bila tidak
ditangani akan menimbulkan penurunan kesadaran, koma bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting. (Smeltzer 2015 dan
Bare,2015)
DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama
adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun pula pewarisannya belum jelas,
faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam munculnya
DM tipe II. Faktor genetik ini akan berinterksi dengan faktor faktor lingkungan
seperti gaya hidup, obesitas,rendah aktivitas fisik,diet, dan tingginya kadar asam
lemak bebas(Smeltzer 2015 dan Bare,2015).
Mekanisme terjadinya DM tipe II umunya disebabkan karena resistensi
insulin dan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus
pada permukaan sel.sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi
insulin DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah,harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
(Smeltzer 2015 dan Bare,2015).
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel sel B tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang berupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan
keton yang menyertainya, karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM
tipe II, meskipun demikian, DM tipe II yang tidak terkontrol akan menimbulkan
masalah akut lainya seperti sindrom Hiperglikemik Hiporosmolar Non-
Ketotik(HHNK). (Smeltzer 2015 dan Bare,2015).
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat(selama bertahun
tahun) dan progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalannya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti :
kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh,
infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi.).
(Smeltzer 2015 dan Bare,2015).
WOC DIABETES MELITUS (DM)

Diabetes melitus merupakan


sekumpulan gangguan metabolik yang Tipe I : Tipe II :
ditandai dengan peningkatan kadar Ketiakmampuan pankreas Peningkatan intake glukosa +gaya
glukosa darah (hiperglikemia) akibat memproduksi insulin hidup
kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (smelzel dan
Bare,2015).
DIABETES
MELITUS

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Gangguan metabolisme Gangguan Respon Sistemik


Asam urat di tubukus Penekanan pada jaringan
purin
metabolisme purin ginjal sendi
Tidak ada masalah

Purin dalam darah Asam Urat Pengedapan asam


Peningkatan kekakuan pada sendi
urat di tubukus
ginjal metabolisme
Peningkatan asam urat umum
Penimbunan Kristal
dalam darah
urat Membatasi
(Hiperuresemia) Kristalisasi
Malaise,mual,anorek pergerakan sendi
sia
Akumulasi cairan pada Pengedapan Kristal
jaringan intertisial Hidronefrosis
monosodium urat
Gangguan Mobilitas
Tekanan ginjal Fisik
Edema Jaringan menimbulkan Risiko Defisit Nutrisi
reaksi fagositosis
Kerusakan medulla
Edema Jaringan
Leukosit memakan ginjal
Kristal monosodium
urat
Penekanan pada Kegagalan filtrasi
jaringansendi Mekanisme peradangan ginjal

Risiko Perfusi
Renal Tidak efektif Nyeri Akut Gangguan Eliminasi Urin
2.2.6 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus (DM)

Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya


seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat
diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat
langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing
manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau
dikerubuti semut.
Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan menjadi
2 yaitu :
1. Gejala akut penyakit DM Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan
mungkin tidak menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan
gejala yang ditunjukan meliputi :
a. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi)
Pada diabetes, karena insulin bermasalah pemaasukan gula kedalam sel sel
tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itu sebabnya
orang menjadi lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha meningkatkan
asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar sehingga timbulah
perasaan selalu ingin makan.
b. Sering merasa haus (polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau dehidrasi,
untuk mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga orang ingin
selalu minum dan ingin minum manis, minuman manis akan sangat
merugikan karena membuat kadar gula semakin tinggi.
c. Jumlah urin yang dikeluarkan banyak (poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal, maka gula darah akan keluar
bersama urin, untuk menjaga agar urin yang keluar, yang mengandung
gula, tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke
dalam urin sehingga volume urin yang keluar banyak dan kencing pun
sering. Jika tidak diobati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak
kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan
cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak
lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI, 2015).
2. Gejala kronik penyakit DM Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita
DM (PERKENI, 2015) adalah :
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
c. Rasa tebal dikulit
d. Kram
e. Mudah mengantuk
f. Mata kabur
g. Biasanya sering ganti kaca mata
h. Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j. Kemampuan seksual menurun
k. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg
2.2.7 Komplikasi Diabetes Melitus (DM)
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi menjadi dua
berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Smeltzel dan Bare, 2015; PERKENI , 2015).
1. Komplikasi Akut
a. Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang di tandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai dengan adanya
tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma
meningkat (300-320 mOs/Ml) dan terjadi peningkatan anion gap
(PERKENI,2015).
b. Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah hingga
mencapai <60 g/Dl.
2. Komplikasi Kronis (Menahun) Menurut Smeltzer 2015, kategori umum
komplikasi jangka panjang terdiri dari :
a. Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh
darah otak
b. Mikroangiopati : pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati diabetik)
dan Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
c. Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di mana
serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera atau penyakit
d. Komplikasi dengan mekanisme gabungan : rentan infeksi, contohnya
tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih,infeksi kulit dan infeksi kaki, dan
disfungsi ereksi.
e. Ulkus, Ulkus diabetikum merupakan kerusakan yang terjadi sebagian
(Partial Thickness) atau keseluruhan (Full Thickness) pada daerah kulit
yang meluas ke jaringan bawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian
yang terjadi pada seseorang yang menderita penyakit Diabetes Melitus
(DM).
2.2.8 Pemerikasaan Penunjang Diabetes Melitus (DM)
Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
adalah :
1. Pemeriksaan darah
Saat puasa

2. Pemeriksaan fungsi tiroid


Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
3. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
4. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis Diabetes Melitus (DM)
Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Diet Syarat diet hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
2. Olah raga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah :
a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
b. Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen
d. Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
3. Edukasi
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan pencegahannya.
Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada dokter, mencari artikel
mengenai diabetes
4. Pemberian Obat – Obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara
(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus
diberikan obat obatan
5. Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk
mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima
pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.
6. Melakukan perawatan luka
7. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital
8. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi
9. Mengelola pemberian obat sesuai program
Penatalaksanaan Medis
1. Terapi dan InsulinTerapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri
tidak berbeda dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari
monoterapi untuk terapi kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan
kontrol glikemik. Apabila terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol
glikemik maka pengobatan diganti menjadi insulin setiap harinya. Meskipun
aturan pengobatan insulin pada pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien
dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang meningkatkan risiko
hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi penderita diabetes pasien
lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin yang tepat
yaitu dengan menggunakan jarum suntik insulin premixed atau predrawn yang
dapat digunakan dalam terapi insulin. 16 Lama kerja insulin beragam antar
individu sehingga diperlukan penyesuaian dosis pada tiap pasien. Oleh karena
itu, jenis insulin dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual.
Umumnya pasien diabetes melitus memerlukan insulin kerja sedang pada
awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja singkat untuk mengatasi
hiperglikemia setelah makan. Namun, karena tidak mudah bagi pasien untuk
mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran tetap dari kedua jenis insulin
regular (R) dan insulin kerja sedang ,Idealnya insulin digunakan sesuai
dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk
kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah
makan. Namun demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan
sesuai dengan kenyamanan penderita selama terapi insulin mendekati
kebutuhan fisiologis.
2. Obat Antidiabetik Oral
a. Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi
kedua yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena adanya
non ionic-binding dengan albumin sehingga resiko interaksi obat
berkurang demikian juga resiko hiponatremi dan hipoglikemia lebih
rendah. Dosis dimulai dengan dosis rendah. Glipizid lebih dianjurkan
karena metabolitnya tidak aktif sedangkan 18 metabolit gliburid bersifat
aktif.Glipizide dan gliklazid memiliki sistem kerja metabolit yang lebih
pendek atau metabolit tidak aktif yang lebih sesuai digunakan pada pasien
diabetes geriatri. Generasi terbaru sulfoniluera ini selain merangsang
pelepasan insulin dari fungsi sel beta pankreas juga memiliki tambahan
efek ekstrapankreatik.
b. Golongan Biguanid
Metformi pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika
digunakan tanpa obat lain, namun harus digunakan secara hati-hati pada
pasien lanjut usia karena dapat menyebabkan anorexia dan kehilangan
berat badan. Pasien lanjut usia harus memeriksakan kreatinin terlebih
dahulu. Serum kretinin yang rendah disebakan karena massa otot yang
rendah pada orangtua.
c. Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase, suatu
enzim pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan
karbohidrat kompleks. Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan
menghasilkan penurunan peningkatan glukosa postprandial.Walaupun
kurang efektif dibandingkan golongan obat yang lain, obat tersebut dapat
dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang mengalami diabetes 19
ringan. Efek samping gastrointestinal dapat membatasi terapi tetapi juga
bermanfaat bagi mereka yang menderita sembelit. Fungsi hati akan
terganggu pada dosis tinggi, tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah
klinis.
d. Thiazolidinediones
Thiazolidinediones memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat
meningkatkan efek insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor.
Rosiglitazone telah terbukti aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan
tidak menyebabkan hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada pasien
dengan gagal jantung. Thiazolidinediones adalah obat yang relatif .
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam
pengkajian perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa.
Data tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap
berikutnya, meliputi nama pasien,umur, keluhan utama.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008) :
DataUmum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga
2. Alamat dantelepon
3. Pekerjaan kepala keluarga
4. Pendidikan kepala keluarga
5. Komposisi keluarga dan genogram
6. Tipe keluarga
7. Suku bangsa
8. Agama
9. Status sosial ekonomi keluarga
10. Aktifitas rekreasi keluarga
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2. Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga dari pihak suami dan istri.
Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4. Sistem pendukung keluarga
Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi
antar anggota keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3. Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal.
4. Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.
Fungsi keluarga
1. Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya
dan perilaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perludukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat
sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat
dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan
keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat dilingkungan setempat.
4. Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam tindakan,
merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada.
Stres dan koping keluarga
a. Stressor jaangka pendek dan panjang
1. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan
2. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
c. Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d. Strategi adaptasi fungsional yang digunakan bila menghadapi permasalah
e. PemeriksaanFisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan
harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data
dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-
tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya (Harmoko,
hal 86; 2012).
Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat mengerti tentang pengertian tanda gejala dan
penanganan Diabetes Melitus
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus
meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit.
Standar :Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi:Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan
untuk perawatan dan pengobatan Diabetes Melitus.
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Berhubungan Dengan
Ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat mengerti tentang pengertian tanda gejala dan
penanganan Diabetes Melitus
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus
meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit.
Standar :Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi:Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan
untuk perawatan dan pengobatan Diabetes Melitus.
2.3.3 Intervensi (Perencanaan)
Menurut SIKI DPP PPNI, 2018 intervensi keperawatan adalah segala
treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian krisis untuk mencapai luaran (outcome) yang di harapkan, sedangkan
tindakan keperawatan adalah prilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimpementasikan intervensi keperawatan. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia menggunakan sistem klasifiksai yang sama dengan SDKI.
Sistem klasifikasi diadaptasi dari sistem klasifikasi international classification of
nursing precite (ICNP) yang dikembangkan oleh International Council of Nursing
(ICN) sejak tahun 1991.
Komponen ini merupakan rangkaian prilaku atau aktivitas yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. tindakan-
tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, teraupetik, edukasi
dan kolaborasi (Berman et al, 2015: Potter dan Perry, 2013; Seba, 2007;
Wilkinson et al, 2016).
Dalam menentukan intervensi keperawatan, perawat perlu
mempertimbangkan beberapa faktor yaitu: karakteristik diagnosis keperawatan,
luaran (outcome) keperawatan yang diharapkan, kemampulaksanaan intervensi
keperawatan, kemampuan perawat, penerimaan pasien, hasil penelitian.
Dengan adanya Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) maka
perawat dapat menentukan intervensi yang sesuai dengan diagnosis keperawatan
yang telah terstandar sehingga dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang
tepat, seragam secara nasional, peka budaya, dan terukur mutu pelayanannya.
2.3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang telah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Sama seperti tujuan dan hasil yang ditentukan oleh data, intervensi
keperawatan ditentukan oleh tujuan dan hasil yang diharapkan. Tindakan
keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Vaughans,
2013).
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga
dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Tindakan
keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini (Harmoko, hal 98; 2012).
a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan
kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi
kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi
yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn tindakan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan
keluargadan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara
menggunakan fasilitas tersebut.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
untuk menentukan apakah telah berhasil meningkatkan kondisi klien
(Potter&Perry,2009).
Pada langkah ini, adalah penilaian atas hasil dari asuhan keperawatan yang
telah di berikan oleh perawat. Memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi), dan pelaksanaan (implementasi).
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri
dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program
berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif,
assesment, planing). Adapun komponen SOAP yaitu S (Subjektif) dimana
perawat menemukan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah diakukan
tindakan keperawatan, O (Objektif) merupakan data yang berdasarkan hasil
pengukuran atau observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang
dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A (Assesment) merupakan
interprestasi dari data subjektif dan objektif, P (Planing) adalah perencanaan
keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari
rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya. Evaluasi yang
diharapkan sesuai dengan masalah yang pasien hadapi yang telah di buat pada
perencanaan tujuan dan kriteria hasil. Adapun kriteria yang diharapkan yaitu :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan
b. Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Oktaviona

Nim : 2018. C.10a.0980

Tempat Praktek : Puskesmas Menteng

Tanggal : 04-10-2021

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Identitas klien / keluarga


Nama KK : Tn. P
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku :Dayak/Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Menteng X, Palangka Raya
No.Telp :-
Komposisi Keluraga

Gender Hubungan
No Nama (Inisial) Umur Pendidikan Pekerjaan
(L / P) Dg KK
1 Ny. R 29 Tahun P Istri S2 Swasta
2 An. V 3 Tahun P Anak Belum Belum
Sekolah Bekerja
Tipe Keluarga Tn. P adalah keluarga inti, dimana didalam keluarga Tn. P terdiri dari
ayah,ibu dan anak
B. Riwayat Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan (8 tahap perkembangan) keluarga saat ini
Tugas Perkembangan Keluarga :
Keluarga Tn. P dapat menjalankan tugas perkembangan dengan baik. Tugas yang dijalankan
dengan baik :
1. Pasangan baru atau keluarga baru (berginning family), meliputi :
a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
d. Merencanakan anak ( KB).
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua.
2. Keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family), meliputi :
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Membagi peran dan tanggung jawab
c. Menata ruangan untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangkan
d. Mempersiapakan biaya atau dana child bearing.
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
f. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
3. Keluarga dengan anak prasekolah family with preschool)
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti tempat tinggal, privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain harus
dipenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun diluar keluarga.
e. Pembagian waktu untuk individu pasangan dan anak
f. Pembagian tanggungjawab
g. Kegiatan dan waktu stimulasi untuk tumbuh dan kembang anak.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
*Genogram (3 generasi)

Keterangan :

: Laki- laki

: Perempuan
: Meninggal

: Tinggal Bersama

: Pasien

C. Struktur Keluarga
Dalam pola komunikasi keluarga Baik, peran dalam keluarga tidak ada masalah, dan
nilai/norma keluarga tidak ada konflik nilai
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
D. Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga Ny.R Fungsi afektif berfungsi baik, fungsi sosial berfungsi dengan baik,
fungsi ekonomi baik, fungsi perawatan kesehatan tidak baik, pengetahuan tentang masalah
kesehatan tidak baik, pencegahan penyakit tidak baik, pemanfaatan kesehatan tidak baik
Masalah Keperawatan :Kurang pengetahuan mengenai diabetes melitus berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan Diabetes
Melitus.
E. Pola Koping Keluarga
Pola koping keluarga efektif Ny.R mengatakan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
F. Spiritual
Ny.R taat beribadah dan menjalankan ibadah di masjid maupun di rumah, Ny.R tidak ada
kepercayaan yang berlawanan dengan kesehatan, distress spritual tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
G. Pola Aktivitas sehari-hari
Pola makan Ny.R baik (pola makan keluarga teratur, makan 3x sehari dengan menu yang
bervariasi, dengan sayuran, buah-buahan, dan lauk-pauk), pola minum baik minum air putih 8
gelas setiap hari (Ny. R sering merasa haus dan sering minum), istirahat baik, pola BAK
kurang (Ny. R buang air meningkat pada malam hari ketika hendak tidur, bisa >3x), Pola
BAB baik, pola kebersihan diri baik, olahraga kurang (jarang berolahraga dikarenakan sibuk
dengan pekerjaan dan mengurus anak), tingkat kemandiran Ny.R dan keluarga baik
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
H. Psikososial
Keadaan Ny.R tidak marah, klien tidak sedih, klien tidak ketakutan, klien tidak merasa putus
asa, klien tidak ada merasa Stress Ny.R mampu berinteraksi dengan orang lain, Ny.R tidak
menarik diri dengan lingkungan, Ny.R tidak ada konflik dengan keluarganya, tidak ada
penurunan harga diri, tidak ada gangguan gambar diri
I. Faktor resiko masalah kesehatan
Ny. R jarang periksa kesehatan terakhir pada bulan 8, tidak ada sosial ekonomi kurang, total
pendapatan Ny.R diatas 2.000.000 jt, lingkungan dan rumah Ny.R sehat, hubungan keluarga
Ny.R harmonis, Ny.R tidak mengalami obesitas, tidak ada status gizi kurang.
Masalah Keperawatan : Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko berhubungan dengan
penyakit diabetes melitus
J. Pemeriksaan Fisik

VITAL SIGN
BB/TB
Nama
(Inisial) TD N RR S Tanggal
Lain- lain
pemeriksaan

Tn. P 110/70 mmHg 73x/m 22x/m 37,0 55kg/163 cm 14-10-2021

Ny. R 100/70 mmHg 80x/m 20x/m 36,8 54kg/156 cm 14-10-2021 Pemeriksaan gula darah : >160
mg/dL
An. V - 70x/m 30x/m 36,2 17kg/99 cm 14-102021
Status mental:
Klien tidak sedang binggung, klien tidak sedang cemas, klien tidak sedang
disorientasi, klien tida sedang depresi, klien tidak menarik diri.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Sistem Kardiovaskuler :
Klien tidak ada artimia, tidak ada nyeri dada, tidak ada distensi vena jugularis,
tidak ada jantung berdebar, tidak ada nyeri
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Sistem pernafasan :
Klien tidak ada mengalami striodor, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi, tidak ada
akumulasi sputum
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Sistem Integumen :
Klien tidak ada mengalami ciasonis, tidak ada akral dingin, tidak ada diaporesis,
tidak ada juandice, tidak ada luka
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Mukosa Mulut
kapiler refil time < 2 detik
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Sistem Muskuloskeletal :
Tidak ada tonus otot kurang, tidak ada paralisis, tidak ada hemiparesis, tidak ada
ROM kurang, tidak ada gangguan keseimbangan
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Sistem Persarafan :
Klien tidak ada mengalami nyeri kepala, tidak ada pusing, tidak ada mengalami
tremor tidak ada reflek pupil anisokor, tidak ada paralisis, tidak ada ametasi daerah
perifer
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Sistem Perkemihan :
Tidak ada disuria, tidak ada hematuria, tidak ada hematuria, frekuensi BAK pada
Ny. R meningkat pada malam hari, BAK >3x, tidak ada retensi, tidak ada
inkontinensia
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Sistem Pencernaan :
Tidak ada cairan kurang, klien tidak ada mual/muntah, tidak ada nyeri perut, tidak
ada muntah darah, tidak ada flatus, tidak ada distensi abdomen, tidak ada
colostomy, tidak ada diare, tidak ada konstipasi, bising usus 15x/m, tidak ada
terpasang sonde
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Riwayat Pengobatan :
Tidak ada riwayat alergi obat. Jenis obat yang dikonsumsi : Glimepirid 4 mg, rutin
tiap pagi sebelum makan
K. Pengkajian Lingkungan:
Ventilasi >10% luas lantai, pencahayaan baik, lantai keramik, kebersihan rumah
baik, jenis bangunan permanen, air minum sehari-hari air mineral, sumber air
untuk keperluan dan cuci PDAM, Jarak sumber air dengan pembuangan limbah
keluarga/septic tank >10 meter, tempat penampungan air sementara tong air dan
bak, kondisi tempat penampungan air tertutup, kondisi air, tidak berasa, tidak
berbau, dan tidak bewarna, sampah keluarga TPU, rumah Ny.R memiliki tempat
penampungan sampah sementara, kondisi tempat sampah tertutup. Jarak
penampungan sampah >5 meter, sistem pembuangan kotoran jamban (WC),
memilik jamban jenis leher angsa, pembuangan air limbah Got, Ny.R tidak
memiliki hewan peliharaan.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

Perawat yang mengkaji

Nama : OKTAVIONA

Tgl : 14-10-2021 Pkl : 17.00


Catatan Keperawatan Keluarga
II. Analisa Data
NO DATA PENUNJANG MASALAH
1 DS: Kurang pengetahuan mengenai
- Ny.R dan keluarga mengatakan diabetes melitus berhubungan
kurang mengerti tentang Diabetes dengan ketidakmampuan keluarga
Melitus, pada saat di tanya Ny.R dalam mengenal masalah
tidak dapat menjelaskan secara kesehatan Diabetes Melitus
lengkap mengenai penyakit DM dan
makan tanpa memperhatikan diet
untuk penyakit DM
- Ny.R mengatakan jarang
memeriksakan kesehatan di
puskesmas maupun ke fasilitas
kesehatan lainnya.
- Ny R mengatakan suka
makanan/minuman yang manis
DO:
- Ny.R dan keluarga tampak kurang
mengerti tetang tanda dan gejala
DM
- Pada saat ditanya Ny.R tidak dapat
menjawab pertanyaan tentang
penyakit Diabetes Melitus
- TTV
TD: 100/70 mmhg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
TB: 163 cm
BB :54 kg
Pemeriksaan Gula darah (GD
puasa) : >160 mg/dl
Obat yang di konsumsi :
Glimepirid, dosis : 4 mg
2 DS: Perilaku Kesehatan Cenderung
- Ny. R mengatakan suka makan Beresiko berhubungan dengan
makanan yang manis, seperti kue kurang terpapar informasi terkait
dan coklat penyakit diabetes melitus
- Ny. R mengatakan suka
mengonsumsi minuman yang
bersoda seperti coca-cola
- Ny. R mengatakan ada riwayat
DM yaitu dari Ibu
- Ny. R mengatakan jarang
berolahraga
DO :
- Pemeriksaan gula darah terakhir
pada bulan 8
- Ny. R jarang memeriksaan
kesehatan
- Produksi urine meningkat pada
malam hari
III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
DX:1:Kurang pengetahuan mengenai diabetes melitus berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan Diabetes
Melitus
Kriteria Skore Pembenaran
Sifat Masalah (Bobot 1) 3/3x1=1 Klien dan keluarga
Skala: kurang mengetahui tenang
3 : Aktual penyakit Diabetes melitus
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan Masalah 2/2x2=2 Keluarga ada kemamuan
Dapat Diubah (Bobot 2) menerima perubahan
Skala: keluarga mempunya
2 : Mudah motivasi tinggi tinggi
1 : Sebagian untuk merawat agar
0 : Rendah kondisi kesehatannya
membaik
Pontensial Masalah Untuk 3/3x1=1 Masalah dapat di cegah
Dicegah (Bobot 1) dengan paparan informasi
Skala: kesehatan dan sumber
3 : Tinggi lainnya
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah 2/2x1=1 Klien dan keluarga mau
(Bobot 1) bekerjasama dengan
2 : Berat, Segera ditangani tenaga medis dalam
1:Tidak Perlu Segera pencegahan dan
ditangani perawatan diabetes
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL 5
DX 2: Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko berhubungan dengan kurang
terpapar informasi terkait penyakit diabetes melitus
Kriteria Skore Pembenaran
Sifat Masalah (Bobot 1) 3/3x1=1 Ny.R mengatakan suka
Skala: mengonsumsi makanan
3 : Aktual yang manis
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan Masalah 1/2x2=1 Masalah ini dapat di
Dapat Diubah (Bobot 2) cegah dengan cara
Skala: memberikan pendidikan
2 : Mudah kesehatan tentang cara
1 : Sebagian penanganan Diabetes
0 : Rendah Melitus
Pontensial Masalah Untuk 2/3x1=0,6 Masalah dapat di cegah
Dicegah (Bobot 1) dengan paparan informasi
Skala: kesehatan dan sumber
3 : Tinggi lainnya
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah 2/2x1=1 Klien dan keluarga mau
(Bobot 1) bekerjasama untuk
2: Berat, Segera ditangani melakukan pola hidup
1:Tidak Perlu Segera sehat
ditangani
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL 3,6
IV. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
Prioritas Diagnosa Keperawatan Skore
1 Kurang pengetahuan 5
mengenai diabetes melitus
berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah
kesehatan Diabetes
Melitus.
2 Perilaku Kesehatan 3,6
Cenderung Beresiko
berhubungan dengan
kurang terpapar informasi
terkait penyakit diabetes
melitus
V. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Diagnosa Keperawatan :Kurang pengetahuan mengenai diabetes melitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan Diabetes Melitus
Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan Verbal 1. Menyebutkan pengertian, dan 1. Bina Hubungan Saling Percaya.
asuhan keperawatan penyebab Diabetes Melitus. 2. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
selama 2 x 2 Jam 2. Mampu memahami 5 kunci menerima informasi.
kunjungan,keluarga sehat ala Diabetes Melitus. 3. Mengkaji pengetahuan klien dan
mengerti tentang 3. Mampu menjelaskan kembali 5 keluarga tentang Diabetes Melitus.
pengertian, kunci sehat ala diabetes 4. Jelaskan pada klien dan keluarga
penyebab, 5 kunci pengendalian Diabetes Melitus pengertian, dan penyebab DM
sehat ala diabetes, 4. Mampu menerapkan 5 kunci 5. Berikan pendidikan kesehatan
dan pengendalian sehat ala diabetes dalam tentang 5 kunci sehat ala Diabetes
Diabetes Melitus keseharian Melitus
5. Agar klien dan keluarga 6. Berikan kesempatan untuk bertanya
menerapkan pentingnya kunci 7. Diskusikan pilihan terapi atau
sehat ala diabetes secara terus penanganan.
menerus 8. Identifikasi kemampuan untuk
menerapkan 5 kunci sehat ala DM
9. Identifikasi perubahan gaya hidup
sesuai anjuran dari 5 kunci sehat ala
DM
2. Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko berhubungan dengan kurang terpapar informasi terkait
penyakit diabetes melitus
Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan Verbal 1. Keluarga Ny.R mampu 1. Identifikasi upaya kesehatan yang
asuhan keperawatan 1 melakukan tindakan dapat di tingkatkan
x 2 Jam diharapkkan pencegahan masalah kesehatan 2. Berikan lingkungan yang mendukung
pasien dan keluarga 2. Keluarga Ny.R mampu kesehatan
mampu meningkatkan meningkatkan kesehatan 3. Orientasi pelayanan keseahatan yang
perubahan perilaku 3. Keluarga Ny.R agar mampu dapat di manfaatkan
kesehatan menjadi mencapai pengendalian 4. Anjurkan menerapkan 5 kunci sehat
lebih baik di kesehatan ala DM
lingkungan keluarga
maupun di lingkungan
masyarakat
VI. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga
Hari/Tangg Puku Implementasi Evaluasi
al l
Kamis, 14 10:00 1. Membina Hubungan Saling Percaya. S:
Oktober WIB 2. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi. - Ny.R dan keluarga mengatakan
2021 3. Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga tentang Diabetes mampu memahami pengertian
Melitus. Diabetes, serta penyebab Diabetes
4. Menjelaskan pada klien dan keluarga pengertian, dan penyebab melitus
DM - Ny.R dan Keluarga mengatakan
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang 5 kunci sehat ala mampu mengerti tentang 5 kunci sehat
Diabetes Melitus ala DM
6. Memberikan kesempatan untuk bertanya - Ny. R dan keluarga mau menerapkan
7. Mendiskusikan pilihan terapi atau penanganan. 5 kunci sehat ala DM
O:
- Ny.R dan Keluarga mampu
memahami dan mengerti tentang
Diabetes Melitus
- Keluarga mampu memahami tentang 5
kunci sehat ala DM
A: Masalah Teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1, 6, 8, dan 9
Jumat, 15 07.30 1. Membina Hubungan Saling Percaya S: Ny.R dan keluarga mengatakan sudah
Oktober WIB 2. Memberikan kesempatan untuk bertanya menerapkan 5 kunci sehat ala DM
2021 3. Mengidentifikasi kemampuan untuk menerapkan 5 kunci sehat O:
ala DM - Klien dan Keluarga klien mampu
4. Mengidentifikasi perubahan gaya hidup sesuai anjuran dari 5 menjaga kesehatan
kunci sehat ala DM - Klien dan keluarga mampu
menerapakan pola hidup sehat
- Gula darah puasa Ny. R normal 98
mg/dL
A: Masalah Teratasi
P: Hentikan Intervensi
Sabtu, 16 07.30 1. Mengidentifikasi upaya kesehatan yang dapat di tingkatkan S: Ny.R dan keluarga mengatakan sudah
Oktober WIB 2. Memberikan lingkungan yang mendukung kesehatan menerapkan 5 kunci sehat ala DM
2021 3. Mengorientasi pelayanan keseahatan yang dapat di manfaatkan O:
4. Menganjurkan menerapkan 5 kunci sehat ala DM - Klien dan Keluarga klien mampu
meningkatkan kesehatan
- Klien dan keluarga mampu
meningkatkan pengendalian kesehatan
- Gula darah puasa Ny. R normal 79
mg/dL
A: Masalah Teratasi
P: Hentikan Intervensi
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan
Bare,2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau
gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya ( ADA,2017).
Penderita Diabetes Mellitus yang tidak ditangani dengan baik maka akan
mengakibatkan komplikasi jangka panjang yang mungkin terjadi akibat kadar
glukosa darah meningkat antara lain, penyakit jantung, gangguan penglihatan,
kelelahan yang luar biasa, penurunan berat badan secara drastis, dan sering
terinfeksi dan bila luka sulit sekali untuk sembuh. Sehingga penderita Diabetes
Mellitus(DM) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang
membahayakan seperti yang telah disebutkan di atas. (Suprajitno, 2011). Peran
perawat terhadap penyakit Diabetes Melitus adalah memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif yaitu
memberikan pengobatan kepada pasien berdasarkan pememantauan. Dengan
penanganan yang lebih baik dan pengetahuan yang memadai tentang perawatan
pada Diabetes Mellitus, diharapkan angka penderita Diabetes Mellitus dapat
berkurang. Berdasarkan uraian diatas dan melihat peran serta fungsi perawat
yang berorientasi terhadap preventif, promotif dan komprehensif harus
memenuhi
4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan perawat harus mampu mengetahui kondisi
klien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk
kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan serta
dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan .
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 13 Oktober
2021 Diabetes bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics
Biologi Gonzaga.(2010). Diakses tanggal 13 Oktober 2021
http://biologigonz.blogspost.com
(IDF). (2015) . Idf diabetes altas sixth edition. Diakses pada tanggal 13
Oktober 2021 dari http://www.idf.org/sites/default/files/Atlas-poster-
2015_EN.pdf
PERKERNI.(2015).Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PERKERNI
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ). 2017. Badan penelitian dan
pengembangan Kesehatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016, Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia, Edisi 1, DPP PPNI Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta
Selatan 12610
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia, Edisi 1, DPP PPNI Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta
Selatan 12610
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019, Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Edisi 1, DPP PPNI Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan
12610
Shadine, M. 2010. Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit
Keenbooks
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Tarwoto, dkk, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta: Trans Info Mediaq
LAMPIRAN

SAP
(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

5 KUNCI SEHAT ALA DIABETES MELITUS (DM)

DISUSUN OLEH :

OKTAVIONA
2018.C.10a.0980

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Topik
Pendidikan kesehatan tentang “5 Kunci Sehat Ala Diabetes Melitus (DM)”.
B. Sasaran
Ny. R
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Diabetes Melitus (DM) diharapkan
Ny. R dapat lebih memahami tentang Diabetes Melitus (DM)dan cara
perawatannya dengan baik dan benar.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penyuluhan sebagai berikut :
1. Untuk mampu memahami tentang Definisi Diabetes Melitus (DM).
2. Untuk mampu memahami tentang Etiologi Diabetes Melitus (DM).
3. Untuk mampu memahami tentang 5 Kunci Sehat Ala Diabetes Melitus
(DM).
4. Untuk mampu memahami tentang Pengendalian Diabetes Melitus (DM).
D. Materi
5 Kunci Sehat Ala Diabetes Melitus (DM)
E. Metode
Bimbingan penyuluhan kelompok kecil dan ceramah
F. Media
Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Oktober 2021
2. Pukul : 08.00 – Selesai
3. Alokasi Waktu
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan (Mengucapkan salam 1 Menit Ceramah
oleh moderator)

2 Perkenalan (Perkenalan anggota 1 Menit Ceramah


penyuluhan)
3 Menyampaikan Kontrak 2 Menit Ceramah
(Menyampaikan tujuan, kesediaan
klien, lama penyuluhan)
4 Menyampaikan Materi Penyuluhan 5 Menit Ceramah
dan simulasi langsung
(Penyampaian oleh Leader)
5 Evaluasi (Tanya Jawab oleh 5 Menit Ceramah
moderator)
6 Penutupan (Penyuluhan ditutup oleh 1 Menit Ceramah
moderator)
7 Dokumentasi ( Foto bersama) 1 Menit Ceramah
H. Tugas Pengorganisasian
Moderator : OKTAVIONA
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
Leader : OKTAVIONA
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
Fasilitator : OKTAVIONA
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan
pendidikan kesehatan
Dokumentator : OKTAVIONA
1. Mendokumentasikan setiap kegiatan
I. TEMPAT
Setting Tempat :

Keterangan:

: Moderator

: Leader

: Klien

: Dokumentator

: Fasilitator

: Keluarga klien
J. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1. Peserta dan keluarga hadir di tempat penyuluhan
2. Penyelenggaraan di ruang Rumah Ny. R
3. Pengorganisasian penyelenggaraan di lakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
1. Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang “5 Kunci Sehat
Ala Diabetes Melitus (DM)”.
2. Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
3. Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
1. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Definisi Diabetes
Melitus (DM)”.
2. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Etiologi Diabetes
Melitus (DM)”.
3. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “5 Kunci Sehat Ala
Diabetes Melitus (DM)”.
4. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Pengendalian Diabetes
Melitus (DM)”.
MATERI

1. Definisi Diabetes Melitus (DM)

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang


ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan
Bare,2015).
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika
pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien
menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar
gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak
terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang
serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung
(penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi
gagal ginjal) (WHO, 2011).
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
dengan tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kurangnya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme lemak dan protein. Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme
yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalis
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan
sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati. (Yuliana elin,
2009 dalam NANDA NIC-NOC, 2013).
Berdasarkan definisi di atas maka penyusun menyimpulkan definisi
Diabetes Melistus (DM) adalah suatu kelompok penyakit atau gangguan
metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
urin, kerja insulin, atau kedua – duanya.
2. Etiologi Diabetes Melitus (DM)

Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2


kategori klinis yaitu :
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
a. Genetik Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun
mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik kearah
terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini ditentukan pada
individu yang memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi & proses imunnya. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
b. Imunologi Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon
autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya sebagai jaringan asing. (Smeltzer 2015 dan bare,2015) c.
Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare, 2015)
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)
Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Gaya hidup
4. 5 Kunci Sehat Ala Diabetes Melitus (DM)
1. J JUMLAH, JADWAL dan JENIS Perhatikan Jumlah makanan yang harus
dikonsumsi. perbanyaklah mengonsumsi sayuran ketimbang karbohidrat dan
lemak. karena hal tersebut dapat membantu anda mengontrol gula darah.
2. Olahraga minimal 30-60menit per-hari minimal 3kali dalam seminggu wajib
dilakukan bagi penderita DM. jenis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga
sederhana seperti bersepeda, jalan cepat dan yoga.
3. Mengikuti berbagai macam penyuluhan dan seminar dapat menambah
wawasan mengenai DM
4. Mengkontrol Gula darah sesering mungkin dilakukan pada penderita DM,
guna menjaga batas aman kadar glukosa dalam darah. dan cegah terjadinya
hipoglikemi karna konsumsi obat atau insulin.
5. Konsumsi obat sesuai anjuran dokter dengan tepat waktu, gunacegah
terjadinya hiperglikemi, apabilaterjadi hipoglikemi maka segeralah minum air
gula. Karena pada penderitaDM rentan terkena hipoglikemik
5. Pengendalian Diabetes Melitus (DM)
Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Diet Syarat diet hendaknya dapat :
1. Memperbaiki kesehatan umum penderita
2. Mengarahkan pada berat badan normal
3. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
4. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
2. Olah raga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah :
1. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
2. Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore
3. Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen
4. Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
5. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
6. Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
3. Edukasi
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan pencegahannya.
Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada dokter, mencari artikel
mengenai diabetes
4. Pemberian Obat – Obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara
(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus
diberikan obat obatan
5. Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk
mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima
pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.
6. Melakukan perawatan luka
7. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital
8. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi
9. Mengelola pemberian obat sesuai program
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan Disesuaikan dengan BB, sesuai anjuran ahli gizi
5 KUNCI SEHAT metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan
2. Jenis
Dengan konsep piring makan model T
ALA DIABETES pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
(smelzel dan Bare,2015).

APA 3. Jadwal
PENYEBAB Makan 3 kali sehari, boleh di selingi cemilan 2-
DIABETES 3 kali porsi kecil.

MELITUS (DM)??
1. Genetik (Keturunan)
2. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat
DISUSUN OLEH : pada usia di atas 65 tahun)
3. Obesitas (Berat badan di atas normal/tidak
OKTAVIONA ideal)
2018.C.10a.0929 4. Riwayat keluarga
5. Gaya hidup
YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUNCI SEHAT YANG
PRODI S1 KEPERAWATAN PERTAMA
APA ITU DIABETES
2020/2021 MELITUS (DIET SEHAT 3 J)
(DM)?? 1. Jumlah
KUNCI SEHAT YANG PENGENDALIAN DIABETES
KEEMPAT
MELITUS
KUNCI SEHAT YANG KEDUA (CEK GULA DARAH
(OLAH RAGA) TERATUR) 1. Diet sesuai anjuran
1. Jalan cepat. 2. Berolahraga
2. Senam diabetes. Senam memfokuskan 3. Mendapatkan informasi yang tepat tentang
penyesuaian gerakan fisik dengan irama yang
Diabetes Melitus
diperdengarkan
3. Yoga 4. Pemantauan gula darah
4. Bersepeda 5. Mengonsumsi obat sesuai anjuran
5. Latihan angkat beban.
6. Berenang. KUNCI SEHAT YANG
KELIMA
KUNCI SEHAT YANG KETIGA (KONSUMSI OBAT TEPAT
(IKUT EDUKASI DM) WAKTU)
Mengikuti berbagai macam penyuluhan dan
seminar dapat menambah wawasan mengenai DM

Anda mungkin juga menyukai