Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL PADA PASIEN TN. M

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:
Eva Susanti
NIM: 20030036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEKANBARU MEDICAL CENTER
(STIKES PMC)
2021

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR

A. DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Kapita Selekta Kedokteran, 2000:36).
Definisi fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan
oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang /
osteoporosis.
B. ETIOLOGI
Fraktur patologis, fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma yang
disebabkan oleh suatu proses yaitu:
- Osteoporosis Imperfekta
- Osteoporosis
- Penyakit Metabolic

Trauma dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

1. Trauma langsung yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi
miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).

2. Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya
jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua
C. KLASIFIKASI
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi,
panggul dan Melalui kepala femur (capital fraktur)
a. Hanya di bawah kepala femur
b. Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar / lebih kecil /
pada daerah intertrokhanter.
Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah
trokhanter kecil.
D. PATOFISIOLOGI
E. TANDA DAN GEJALA

1. Nyeri hebat di tempat fraktur


2. Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
3. Rotasi luar dari kaki lebih pendek
4. Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi,
sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
F. KOMPLIKASI
1. Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler. Hal ini dapat dikoreksi dengan
transfusi darah yang memadai.
2. Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai.
3. Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma kecepatan tinggi
dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara fragmen. Fraktur yang
tidak menyatu memerlukan bone grafting dan fiksasi interna.
4. Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi antagonis pada
fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk aduktor. Deformitas varus
diakibatkan oleh kombinasi gaya ini.
5. Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi untuk memastikan daerah fraktur dengan.
- 2 arah (antero-posterior dan lateral).
- 2 waktu yang berbeda (saat setelah trauma dari 10 hari setelah trauma
- 2 sendi : sendi proksimal dan distal dari fraktur harus terlihat pada film
- 2 ekstremitas : sebagai pembanding, bila garis fraktur meragukan terutama pada anak-
anak
2. Pemeriksaan laboratorium
(Pedoman diagnosis dan terapi, UPF, 1994: 137)
H. PENATALAKSAAN MEDIS
1. Patah tulang terbuka
a. Harus ditegakkan dan ditangani dahulu akibat trauma yang membahayakan jiwa airway,
breathing, circulation.
b. Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang memerlukan penanganan
segera yang meliputi pembidaian, menghentikan perdarahan dengan perban
tekan, menghentikan perdarahan besar dengan klem.
c. Pemberian antibiotika.
d. Debridement dan irigasi sempurna.
e. Stabilisasi.
f. Penutub luka.
g. Rehabilitasi.
2. Patah tulang tertutup
a. Pertolongan darurat (Emergency)
Pemasangan bidai (splint)
- Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut
- Mengurangi rasa nyeri
- Menekan kemungkinan terjadinya emboli dan syok
- Memudahkan transportasi dan pengambilan foto
b. Pengobatan definitif
- Reposisi secara tertutup
 Manipulasi secara tertutup untuk mereposisi terbatas hanya pada
patah tulang tertentu.

 Traksi dengan melakukan tarikan pada ekstremitas bagian distal.

- Imobilisasi
 Gips (Plaster of paris castis)

 Traksi secara kontinue : traksi kulit, traksi tulang.

- Reposisi secara terbuka


 Melakukan reposisi dengan operasi kemudian melakukan
imobilisasi dengan menggunakan fiksasi interna yang dapat
berupa plat, pen dan kawat.
c. Rehabilitasi
Tujuan Umum:
 Mempertahankan ruang gerak sendi.
 Mempertahankan kekuatan otot.
 Mempercepat proses penyembuhan fraktur.
 Mempercepat pengambilan fungsi penderita
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer

menurun, prosedur invasive


3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang
paparan terhadap informasi, terbatasnya kognitif

NO DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Asuhan Manajemen nyeri :
injuri fisik, fraktur keperawatan …. jam tingkat  Kaji nyeri secara
kenyamanan klien komprehensif termasuk
meningkat, tingkat nyeri lokasi, karakteristik, durasi,
terkontrol dengan KH: frekuensi, kualitas dan factor
· Klien melaporkan nyeri presipitasi.
berkurang dg scala 2-3  Observasi reaksi nonverbal dari
· Ekspresi wajah tenang ketidak nyamanan.
· klien dapat istirahat dan  Gunakan teknik komunikasi
tidur terapeutik untuk mengetahui
· tanda-tanda vital dalam pengalaman nyeri klien
batas normal sebelumnya.
 Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.

 Kurangi faktor presipitasi


nyeri.
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologis/non
farmakologis).
 Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri..
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
 Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
 Kolaborasi dengan dokter bila
ada komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil.

Administrasi analgetik :.
 Cek program pemberian
analgetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
 Cek riwayat alergi.
 Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
 Monitor TV
 Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri muncul.
 Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala efek
samping.

2. Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan asuhan Kontrol infeksi :


Trauma, imunitas keperawatan … jam tidak  Bersihkan lingkungan setelah
tubuh primer terdapat faktor risiko infeksi dipakai pasien lain.
menurun, prosedur dan infeksi terdeteksi dengan  Batasi pengunjung bila perlu.
invasive KH :  Intruksikan kepada
· Tdk ada tanda-tanda pengunjung untuk mencuci
infeksi tangan saat berkunjung dan
· tanda-tanda vital dalam sesudahnya.
batas normal  Gunakan sabun anti miroba
untuk mencuci tangan.
 Lakukan cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan.
 Gunakan baju dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
 Pertahankan lingkungan yang
aseptik selama pemasangan alat.
 Lakukan perawatan luka,
dainage, dresing infus dan dan
kateter setiap hari.
 Tingkatkan intake nutrisi dan
cairan
 berikan antibiotik sesuai
program.
 Jelaskan tanda gejala infeksi dan
anjurkan u/ segera lapor petugas
 Monitor V/S

Proteksi terhadap infeksi


 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal.
 Monitor hitung granulosit dan
WBC.
 Monitor kerentanan terhadap
infeksi..
 Pertahankan teknik aseptik
untuk setiap tindakan.
 Inspeksi kulit dan mebran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase.
 Inspeksi kondisi luka, insisi
bedah.
 Ambil kultur, dan laporkan bila
hasil positip jika perlu
 Dorong istirahat yang cukup.
 Dorong peningkatan
mobilitas dan latihan sesuai
indikasi
3. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Terapi ambulasi
mobilitas keperawatan selama … jam  Kaji kemampuan pasien
fisik terjadi peningkatan Ambulasi dalam melakukan ambulasi
berhubungan :Tingkat  Kolaborasi dg fisioterapi
dengan patah mobilisasi, Perawatan diri untuk perencanaan ambulasi
tulang dengan KH :  Latih pasien ROM pasif-aktif
· Peningkatan aktivitas fisik sesuai kemampuan
 Ajarkan pasien berpindah
tempat secara bertahap
 Evaluasi pasien dalam
kemampuan ambulasi

Pendidikan kesehatan
 Edukasi pada pasien dan
keluarga pentingnya
ambulasi dini
 Edukasi pada pasien dan
keluarga tahap ambulasi
 Berikan reinforcement positip
atas usaha yang dilakukan
pasien.
4 Kurang Setelah dilakukan tindakan Pendidikan kesehatan : proses penyakit
pengetahuan keperawatan selama …. Jam  Kaji pengetahuan klien.
tentang penyakit pengetahuan klien meningkat  Jelaskan proses terjadinya
dan perawatannya dg KH: penyakit, tanda gejala serta
b/d kurang · Klien dapat komplikasi yang mungkin
paparan mengungkapkan kembali yg terjadi
terhadap informasi, dijelaskan.  Berikan informasi pada keluarga
keterbatasan · Klien kooperatif saat tentang perkembangan klien.
kognitif dilakukan tindakan
 Berikan informasi pada klien
dan keluarga tentang tindakan
yang akan dilakukan.
 Diskusikan pilihan terapi
 Berikan penjelasan tentang
pentingnya ambulasi dini
 jelaskan komplikasi kronik
yang mungkin akan muncul

Anda mungkin juga menyukai