Anda di halaman 1dari 24

DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK)

Pada pasien Ca Recti

Manajemen Keperawatan

Oleh :
SONYA ODISA AMRI, S. KEP
(2041312119)

KELOMPOK P

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK)
CA RECTI

A. Deskripsi Kasus
Pasien beinisial Ny.U, usia 44 tahun dirawat di RSUP DR.M.DJAMIL Padang
pada tanggal 10 Agustus 2021 dengan diagnosa Ca Recti + post hotsman hari ke
4.Keluhan waktu masuk BAB tidak lancar sejak 3 bulan yang lalu, disertai nyeri saat
BAB ,BAB kecil kecil seperti kotoran kambig, disertai lendir darah , tidak ada mual
dan muntah. Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, Hasil pemeriksaan
laboratorium tanggal 15 agustus 2021ditemukan Hb 10,5 g/dl, leukosit 18.350 /mm3,
trombosit 387.000/mm3, hematokrit 32 %,. Terapi yang telah diberikan adalah IVFD
Tutofusin 20 gtt/menit, Ceftriaxon 2 x I gr (IV) ,Metronidazole
3x500gr(IV),Ranitidine 2x1 ampul (IV) ketorolak 3x30 mg (IV) ,Kalnex 3x500 mg
(IV) vitk K 3X10 G (iv).
Saat pengkajian, tanggal 16 agustus 2021 pasien masih mengeluh nyeri di
daerah bekas operasi (stoma) .Daerah luka stoma tampak kotor tidak ada kemerahan,
suami mengatakan belum mengerti dan merasa takut utk mengganti kantong stoma
nya. Sehingga cairan stoma merembes keluar.Ny U telah diberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan SOP. Pemeriksaan fisik tekanana darah 110/70 mmhg
nadi 90x/menit suhu 36,5 C, diagnosa keperawatan yang diangkat adalah Nyeri akut
B/D agen pencedera fisik, dan Resiko infeksi Tindakan keperawatan yang telah
dilakukan adalah :
1. Memonitor tanda-tanda vital
2. Memonitor, karaksteristik,durasi, frekuensi dan insensitas nyeri,skala
nyeri,
3. Memonitor tanda tanda infeksi
4. Melakukan perawatan luka op.
5. Mengajarkan tekhnik nafas dalam untuk mengurangi nyeri
6. Mengajarkan keluarga cara mengganti kantong stoma..
B. Analisis
Pasien merupakan lansia yang telah mengalami banyak perubahan yang
berkaitan dengan kondisi fisiologis, peningkatan faktor risiko yang terkait dengan
penuaan dan peningkatan dalam penggunaan obat. Farmakokinetik dan
farmakodinamik ser
Hal menarik dari kasus pasien ini adalah setelah 2 hari dirawat, BAB pasien
masih berwarna coklat dan berdarah. Hb pasien saat masuk rumah sakit 9,8 g/dl. Pada
hari pertama rawatan

C. Evaluasi
Berdasarkan kasus tersebut, Sebagian perawat tidak mengetahui efek samping
dari obat dan perawat belum optimal memberikan edukasi kepada pasien untuk tidak
mengkonsumsi obat tanpa resep dokter.

D. Kesimpulan
1. Obat sejenis aspilet seharusnya dikonsumsi sesudah makan dan perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan harus memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarga tentang prinsip 6 benar dalam pemberian obat pada discharge planning.
2. Perawat dan dokter perlu melakukan pengkajian lebih mendalam tentang integrasi
antara penyakit melena yang diderita pasien dengan obat jantung sejenis aspilet.
3. Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga
mengenai penyakitnya dengan bahasa yang sederhana dan mampu dimengerti oleh
pasien dan keluarga, agar keluargapun dapat memantau keadaan pasien terutama
saat pemberian obat pasien dirumah

E. Tindak lanjut
1. Perawat
LAPORAN PENDAHULUAN CA COLORECTAL

A. Anatomi Fisiologi

Usus Besar (Kolon)

Kolon adalah bagian terbesar dari usus besar. Usus.besar atau Intestinum mayor
panjangnya ± 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Kolon memiliki.empat.bagian yaitu kolon
ascending, transverse, descending, dan sigmoid. Dindingnya.memiliki empat.lapisan
utama mukosa, submukosa, muskularis propia, dan serosa atau adventitia.
Banyak.bakteri.yang terdapat.di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu.penyerapan zat-zat gizi. Bakteri.ini juga penting. untuk fungsi.normal dari
usus. Fungsi usus besar, terdiri dari :Menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri
E.Coli, tempat feses. Usus besar (kolon), terdiri atas:

a. Sekum
Sekum (bahasa latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung
yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.
Di bawah sekum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing
sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya ± 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh
peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesentrium dan dapat
diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
b. Kolon Asendens
Kolon assendens mempunyai panjang 13 cm, terletak di abdomen bawah
sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati
melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica, dilanjutkan sebagai
kolon transversum.
c. Kolon Transversum
Panjangnya ±38 cm membujur.dari kolon asendens.sampai ke kolon desendens
berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah
kiri.terdapaat fleksura lienalis.
d. Kolon Desendens
Panjangnya ±25 cm terletak di abdomen bawah bagian kiri membujur dari atas
ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon
sigmoid.
E.Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid merupakan.lanjutan dari kolon desendens.terletak miring dalam
rongga.pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai S, ujung bawahnya
berhubungan.dengan rectum
F.Rektum
Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan,.mengatur") adalah sebuah ruangan
yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rectum.
ini kosong karena tinja.disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum

karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering
kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan.air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi.tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak.yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.

Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis
anorektal dengan panjang sekitar 12-13 cm (Sloane, 2004). Secara fungsional dan
endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan sfingter. Bagian sfingter
disebut juga annulus.hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus.levator ani dan fasia coli
dari fasia supra-ani. Sfingter anal internal otot polos (involunter) dan sfingter anal
eksternal otot rangka (volunter) mengitari anus (Sloane, 2004). Bagian ampula
terbentang dari sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani.
Pada orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan yaitu mukosa, submukosa,
muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa. Mukosa saluran.anal
tersusun dari kolumna rektal (anal), yaitu lipatan-lipatan.vertikal yang masing-masing
berisi arteri dan vena (Sloane, 2004).
A. Landasan Teoritis Penyakit
1.Definisi
Ca Kolorectal.merupakan salah satu dari keganasan.pada kolon dan rektum
yang khusus menyerang.bagian rekti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel
epitel.yang tidak terkendali (Black & Hawks, 2014). Kanker kolorektal
merupakan suatu tumor malignant.yang muncul pada jaringan ephitelial dari
colon/rectum. Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma.yang
berkembang dari polip.adenoma (Wijaya dan Putri, 2013)
2 Etiologi
Adapun.beberapa.faktor.yang.menpengaruhi.kejadian.kanker.kolorektal
menurut (Soebachman, 2011) yaitu :

A .Usia
Risiko.terkena kanker kolon meningkat.dengan bertambahnya usia.
Kebanyakan.kasus terjadi pada.orang yang berusia 60 - 70 tahun. Jarang
sekali.ada penderita kanker.kolon yang usianya dibawah 50.
B,Polip
Adanya polip.pada kolon, khususnya polip jenis.adenomatosa. Jika polip
ini langsung.dihilangkan pada.saat ditemukan, tindakan penghilangan.tersebut
akan bisa.mengurangi risiko.terjadinya.kanker kolon di kemudian hari.
C.Riwayat kanker
Seseorang.yang pernah terdiagnosis.mengidap.kanker.kolon
( bahkan.pernah.dirawat.untuk.kanker.kolon) berisiko tinggi terkena kanker
kolon lagi dikemudian hari. Wanita,yang pernah mengidap kanker,ovarium
( indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara juga memiliki risiko yang,
lebih besar untuk terkena kanker kolon.
D.Faktor keturunan / genetika
Sejarah,adanya kanker kolon,dalam keluarga, khususnya pada keluarga
dekat. Orang yang,keluarganya punya riwayat penyakit FAP ( Familial
Adenomatous Polyposis ) atau polip,adenomatosa familial memiliki risiko
100% untuk,terkena kanker kolon sebelum usia 40 tahun bila FPA-nya tidak
diobati. Penyakit lain,dalam,keluarga adalah HNPCC
(Hereditary,Non,Polyposis Colorectal,Cancer), yakni,penyakit kanker
kolorektal non polip yang menurun,dalam keluarga, atau sindrom Lynch.
E.Penyakit kolitis (radang kolon) ulseratif atau crohn
Penyakit Crohn,juga sering disebut,colitis granulomatosis atau
colitis,transmural,,merupakan,peradangan,di,seluruh,dinding,granulomatois,
sedangkan colitis ulseratif secara primer adalah inflamasi yang terbatas di
selaput lendir kolon. Risiko terjadinya,kanker kolon pada Crohn;s lebih besar
F.Kebiasaan merokok.
Perokok memiliki,risiko,jauh lebih,besar untuk,terkena,kanker kolon
dibandingkan,dengan,yang bukan perokok.
G .Faktor makanan
Makanan yang dikomsumsi dapat mempengaruhi kesehatan seseorang.
Seseorang yang mengkomsumsi makanan tinggi lemak, rendah serat, dan
bahan makanan yang mengandung karsinogen (pemicu kanker) dapat
mempertinggi resiko terkena kanker kolorektal.
H Berat badan yang berlebihan ( obesitas ).
Obesitas,dapat meningkatkan risiko kanker,kolon yang lebih tinggi
karena.dapat berdampak,negative pada kesehatan,metabolic,yang merupakan
fungsi,utama dari semua proses,biokimia didalam tubuh.
Studi,terbaru,menunjukkan,bahwa kesehatan metabolic,yang,buruk memiliki
kaitan dengan kejadian,kanker kolorektal.

1.Klasifikasi Ca Rekti
Sejauh mana kanker kolorektal,telah menyebar dibagi menjadi,beberapa tingkatan.
Menurut (National Cancer Institute, 2016) klasifikasi,stadium kanker dibagi
sebagai berikut :
A.Stadium 0 (Carsinoma in Situ) : Kanker hanya pada lapisan terdalam dari kolon
dan rektum
B.Stadium I : sel kanker telah tumbuh pada,dinding dalam kolon atau rektum,
tetapi belum menebus ke luar dinding
C.Stadium II : sel kanker telah menyebar ke dalam lapisan otot kolon atau rektum,
tetapi sel kanker belum menyebar kekelenjar getah bening
D.Stadium III : sel kanker telah menyebar ke satu atau lebih kelenjar getah bening
didaerah tersebut tetapi tidak kebagian tubuh yang lain.
E.Stadium IV : kanker telah menyebar ke bagian lain dari usus besar, seperti hati,
paru-paru atau tulang.
Adapun pembagian metode penahapan kanker yang digunakan adalah klasifikasi
duke sebagai berikut (Smeltzer, Burke, Hinkle, & Cheever, 2010):
a. Duke
Stadium 0 (carcinoma in situ)
Kanker belum menembus membran basal dari mukosa kolon atau rektum.
Kanker hanya pada lapisan terdalam dari kolon dan rektum
Stadium I
Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau ketiga
(submukosa/ muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/ rectum tetapi
belum menyebar keluar dari dinding kolon/rektum (Duke A).
Stadium II
Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari dinding
usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum menyebar pada
kelenjar getah bening (Duke B).

Stadium  III
Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi belum pada
organ tubuh lainnya (Duke C).
Stadium IV
Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainnya (Duke D). kanker telah
menyebar ke bagian lain dari usus besar, seperti hati, paru-paru atau tulang
a. Stadium TNM menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC)
Stadium T N M Duke
0 Tis N0 M0 -
I T1 N0 M0 A
T2 N0 M0
II A T3 N0 M0 B
II B T4 N0 M0
III A T1-T2 N1 M0 C
III B T3-T4 N1 M0
III C Any T N2 M0
IV Any T Any N M1 D

Keterangan
T : Tumor primer
Tx : Tumor primer tidak  dapat di nilai
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Carcinoma in situ, terbatas pada intraepitelial atau terjadi invasi pada
lamina propria
T1 : Tumor menyebar pada submukosa
T2 : Tumor menyebar pada muskularis propria
T3 :Tumor menyebar menembus muskularis propria ke dalam subserosa
atau ke dalam  jaringan sekitar kolon atau rektum tapi belum
mengenai peritoneal.
T4 : Tumor menyebar pada organ tubuh lainnya atau menimbulkan
perforasi peritoneum viseral.
N : Kelenjar getah bening regional/node
Nx : Penyebaran pada kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
N0 : Tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening
N1 : Telah terjadi metastasis pada 1-3 kelenjar getah bening regional
N2 : Telah terjadi metastasis pada lebih dari 4 kelenjar getah bening
N3 : telah terjadi mestasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M : Metastasis
Mx : Metastasis tidak dapat di nilai
M0 : Tidak terdapat metastasis
M1 : Terdapat metastasis

2.Manifestasi Klinis
Kanker,kolon seringkali,dapat dideteksi,dengan prosedur skrining karena
kanker kolorektal,dini tidak menunjukkan gejala. Adapun tanda dan gejala,kanker
kolorektal menurut (American Cancer Society, 2017 ) adalah :
A.Anemia
A.Perdarahan,pada rectum
B Nyeri abdomen
C.Perubahan,kebiasaan defekasi
D.Obstruksi usus atau perforasi.

Sementara, (Smeltzer, 2015) menjelaskan manifestasi klinis dari kanker


kolon maupun kanker rektum yaitu :

A,Keluarnya,darah di dalam atau pada feses


B Penurunan berat badan dan keletihan
C.Lesi di sisi kanan,kemungkinan disertai dengan nyeri,abdomen yang tumpul dan
melena
D.Lesi sisi kiri dikaitkan,dengan,obstruksi (nyeri dan kram,abdomen,
penyempitan ukuran feses, konstipasi dan,distensi) dan darah berwarna,merah
terang di feses.
F.Lesi rectal,dikaitkan dengan,tenesmus (mengejan yang nyeri dan tidak efektif
saat defekasi), nyeri rectal, mengalami,konstipasi dan diare secara,bergantian,
feses berdarah
G.Tanda-tanda,komplikasi,: ,obstruksi,usus parsial,atau,komplet, ekstensi tumor
dan ulserasi ke pembuluh darah sekitar (perforasi, pembentukan abses, ,peritonitis,
sepsis, ,atau syok).
H.Dalam,banyak kasus, gejala tidak muncul,sampai kanker kolorektal berada
dalam,stadium lanjut.
1.Pemeriksaan,Penunjang dan Diagnostik
Smeltzer (2015) mengemukakan,pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk
diagnosis kanker,kolorektum adalah :
A.Pemeriksaan,abdomen dan rectal :
1,pemeriksaan,darah samar,pada feses
2,barium enema
pemeriksaan,radiologi dengan sigar rontgen,pada kolon dan rektum.
Dengan,memberikan,enema dengan larutan barium dan udara di pompakan
ke dalam rektum,kemudia di foto. Dan diliat seluruh,lapisan,dinding
apakan ada kelainan.
3.sigmoidoskopi
pemeriksaan,dengan alat kabel yang dimasukkan,kedalam dubur rektum
sampai,kolon sigmoid, sehingga,dinding dalam,rektum dan
kolon,sigmoid,dapat dilihat.
4.Kolonoskopi
pemeriksaan,sama dengan,sigmoidoskpoi,tetapi dengan alat,kabel yg lebih
panjang,sehingga seluruh rektum,dan usus besar dapat diteropong,dan
diperiksa.
5 biopsy, atau apusan sitologi
6.Pemeriksaaan,CEA,(carsinoembryogenic,antigen)
Ditemukannya,glikoprotein di membran sel pada,banyak jaringan,
termasuk,kanker kolorektal. Pemeriksaan ini,harus kembali normal dalam 48
jam,sejak eksisi tumor, (reliable dalam,memprediksi
prognosis,dan,kekambuhan).
1.Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
A.Penatalaksanaan medis
Terapi kanker,bergantung pada stadium,penyakit dan,komplikasi yang
terkait. Obstruksi,ditangani dengan,cairan IV dan pengisapan nasogastrik,dan
dengan terapi darah,jika perdarahan,cukup berat. Terapi suportif dan,terapi
pelengkap (misalnya kemoterapi, terapi radiasi, imunoterapi) termasuk dalam
penatalaksanaan medis (Smeltzer, 2015)
a. Penatalaksanaan bedah
1) Pembedahan adalah terapi primer,untuk sebagian besar kanker kolon dan
rectal; jenis,pembedahan bergantung,pada lokasi dan ukuran tumor,
dan,dapat bersifat kuratif atau paliatif.
2) Kolonoskopi,dilakukan pada kanker yang,terbatas pada satu tempat.
Kolonoskopi adalah prosedur yang,dilakukan untuk mengevaluasi,bagian
dalam kolon.
3) Kolotomi laparoskopik dengan polipektomi meminimalkan luasnya
pembedahan yang diperlukan dalam beberapa kasus
4) Neodimium : laser,ittrium-aluminium-garnet (Nd:YAG) efektif pada
beberapa lesi
5) Reseksi usus dengan,anastomosis dan kemungkinan kolostomi atau
ileostomi sementara atau permanen (kurang dari sepertiga pasien) atau
pembuatan kantung/wadah koloanal (kantung J kolonik).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan
6. Penatalaksaan diet
1.Komplikasi
Komplikasi primer dihubungkan dengan kanker kolorektal, antara lain :
A.Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus diikuti dengan
penyempitan lumen akibat lesi
B Perforasi dari dinding usus oleh tumor, diikuti kontaminasi organ peritoneal
C.Metastase ke organ sekitar, melalui hetamogen, limfosis, dan penyebaran
langsung
D Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok
F Pembentukan abses

1.WOC
Terlampir

B.Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan


1.Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut wijaya dan putri (2013),
diantaranya adalah sebagai berikut :
A.Data Demografi :
Kanker kolorektal sering ditemukan terjadi pada usia lebih dari 40 tahun, pada
wanita sering ditemukan kanker kolon dan kanker rekti lebih sering terjadi
pada laki-laki
B.Riwayat kesehatan sekarang
1.Klien mengeluh lemah, nyeri abdomen dan kembung.
2.Klien mengeluh perubahan pada defekasi : Buang Air Besar (BAB) seperti
pita, diare yang bercampur darah dan lendir dan rasa tidak puas setelah buang
air besar.
3 Klien megalami anoreksia, mual, muntah dan penurunn berat badan.
C Riwayat kesehatan dahulu
1. Kemungkinan pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan
kolitis ulseratif yang tidak teratasi.
2.Adanya infeksi dan obstruksi pada usus besar.
3.Die atau konsumsi diet yang tidak baik, tinggi protein, tinggi lemak dan
rendah serat.
D Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat kanker pada keluarga, diidentifikasi kanker yang
menyerang tubuh atau organ termasuk kanker kolorektal adalah diturunkan
sebagai sifat dominan.
E.Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda ca colorektal tergantung pada letak tumor, tanda yang biasa
terjadi seperti pendarahan, anemia, perubahan feses.
1,Mata : konjungtiva subanemis / anemis.
2.Leher : distensi vena jugularis (JVP).
3.Mulut : mukosa m ulut kering dan pucat, lidah pecah – pecah dan bau yang
tidak enak.
4.Abdomen : distensi abdomen, adanya teraba massa, penurunn bising usus
dan kembung.
5. Kulit : turgor kulit buruk, kering (dehidrasi / malnutrisi.
F. Pengkajian Fungsional Gordon
1.Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, merasa gelisah dan
ansietas, tidak tidur semalaman karena diare, pembatasan aktivitas / kerja
sehubungan dengan efek proses penyakit.
2. Pernafasan : nafas pendek, dispnea (respon terhadap nyeri yang dirasakan)
yang ditandai dengan takipnea dan frekuensi menurun.
3.Sirkulasi
Tanda : Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi
dan nyeri), hopotensi, kulit/membran : turgor buruk, kering, lidah pecah-
pecah, (dehidrasi/malnutrisi).
4.Integritas Ego
Gejala : ansietas, ketakutan, emosi kesal, misal : perasaan tak berdaya/tak
ada harapan. Faktor stress akut/kronis : misal hubungan dengan keluarga /
pekerjaan, pengobatan yang mahal. Tanda : menolak, perhatian yang
menyempit, depresi.
5.Eliminasi
Gejala : tekstur feses bervariasi dan bentuk lunak sampai bau. Episode
diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering tak dapat
dikontrol (sebanyak 20-30 kali/hari), perasaan tidak nyaman/tidak puas,
deteksi berdarah/ mukosa dengan atau tanpa keluar feses.
Tanda : menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau adanya
peristaltik yang dapat dilihat, oliguria.
6.Makan / Cairan
Gejala : anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tidak toleran
terhadap diit/sensitif (misal : buah segar/massa otot, kelemahan, tonus otot
dan turgor kulit buru, membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga
mulut.
7.Hygine
Tanda : ketidakmampuan melakukan perawatan diri, stomatitis,
menunjukan kekurangan vitamin.
8.Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah.
9.Keamanan
Gejala : adanya riwayat polip, radang kronik viseratif.
10.Muskuloskeletal : penurunan kekuatan otot, kelemahan dan malaise (diare,
dehidrasi, dan malnutrisi).
11, Seksualitas
Gejala : tidak bisa melakukan hubungan seksual/ frekuensi menurun.
12.Interaksi Sosial
Gejala : masalah hubungan / peran sehubungan dengan kondisi
ketidakmampuan aktif dalam sosial.
a. Pemeriksaan penunjang
1) Endoskopi
2) Radiologis
3) USG
4) Histopatologi
5) Laboratorium
6) Pemeriksaan colok dubur
7) Pemeriksaan sinar x

1. Perumusan Diagnosa Keperawatan


A.Pre operasi
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
2,Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
3,Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah,
anoreksia
4.Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5 Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan da serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon
6.Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri

B.Post operasi
1.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan lapisan kulit.
2.Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan primer dan
sekunder.
1.Intervensi keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


.
1. Nyeri akut berhubungan Pain Level Pain management
Indikator: a) Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan agen injuri fisik.
a) Melaporkan nyeri komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
b) Durasi nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan factor
c) Menunjukkan lokasi nyeri presipitasi
d) Meringis b) Observasi reaksi non verbal dari
e) Ekspresi wajah nyeri kegelisahan ketidaknyamanan
f) Fokus menyempit c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik
g) Ketegangan otot untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
h) Kehilangan selera makan d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon
i) Mual nyeri
j) Intoleransi makanan e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
Pain Control lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
Indikator : masa lampau
a) Mengakui timbulnya nyeri g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
b) Menjelaskan faktor penyebab dan menemukan dukungan
c) Menggunakan buku harian untuk memantau gejala h) Kontrol lingkungan yang dapat
dari waktu ke waktu mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
d) Menggunakan tindakan pencegahan menggunakan pencahayaan dan kebisingan
non analgesik ukuran lega i) Kurangi faktor presipitasi nyeri
menggunakan analgesik seperti yang dianjurkan j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri
e) Laporan nyeri dikendalikan (farmakologi,non farmakologi dan inter
personal)
Comfort Level k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
Indikator : menentukan intervensi
a) Reaksi obat l) Ajarkan teknik non farmakologis
b) Otonomi pribadi m) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
c) Relokasi adaptasi n) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
d) Lingkungan yang aman o) Tingkatkan istirahat
p) Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
q) Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic administration
a) Tentukan lokasi, karakteristik,kualitas,dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
b) Cek instruksi dokter tentang jenis
obat,dosis,dan frekuensi
c) Cek riwayat alergi
d) Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
e) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
f) Tentukan analgesic pilihan, rute
pemberian,dan dosis optimal
g) Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
h) Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian anlgesik pertama kali
i) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
j) Evaluasi efektifitas analgesic,tanda dan
gejala (efek samping
3. Perubahan nutrisi kurang Nutritional status : food and fluid intake Nutrition Management
a) Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Kriteria Hasil: b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
mual/muntah
tujuan dibutuhkan pasien
b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi fe
d) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi d) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
e) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Nutrition Monitoring
a) Monitor adanya penurunan berat badan
b) Monitor lingkungan selama makan
c) Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
d) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
e) Monitor mual muntah
f) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht
g) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik,
papilla lidah dan cavitas oral
3. Kerusakan integritas Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes Pressure Management
Kriteria Hasil : a) Anjurkan pasien untuk mengguanakan
jaringan berhubungan
a) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan pakaian yang longgar
dengan kerusakan lapisan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, b) Hindari kerutan pada tempat tidur
pimentasi) c) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kulit.
b) Tidak ada luka atau lesi pada kulit kering
c) Perfusi jaringan baik d) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
d) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan 2 jam sekali
kulit dan perawatan diri e) Monitor kulit akan adanya kemerahan
f) Oleskan lotion atau baby oil pada daerah
yang tertekan
g) Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien
h) Monitor status nutria pasien
4. Resiko infeksi a) Immune status Kontrol Infeksi
berhubungan dengan b) Knowledge: infection control
c) Risk control a) observasi kondisi luka
penurunan pertahanan
b) monitor tanda dan gejala infeksi
primer dan sekunder. Kriteria hasil: c) dorong pasien untuk meningkatkan intake
a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi nutrisi
b) Mendeskripsikan proses penularan penyakit d) batasi jumlah pengunjung
c) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah e) kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit tinggi
timbulnya infeksi kalori tinggi protein
d) Jumlah leukosit dalam batas normal f) kolaborasi untuk pemberian antibiotic
e) Menunjukkan perilaku hidup sehat

1. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan. Mengobservasi respons klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru
(Budiono & Budi, 2015).

2. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana pada tahap ini akan dilakukan evaluai berkaitan dengan
tindakan yang sudah dilakukan. Evaluasi dapat dituangkan dalam bentuk SOAP yaitu, Subjektif berisi hal yang dirasakan pasien setelah
tindakan dilakukan, Objektive yaitu respon pasien setelah dilakukan tindakan yang didapatkan melalui pengamatan oleh perawat, Analisis
merupakan sejauh mana masalah keperawtaan teratasi setelah dilakukan intervensi dan Planning merupakan rencana intervensi keperawatan
untuk pasien. (Budiono & Budi, 2015).
(WOC)
Tumor recti dan kolon asendens
- Adenomatus polyps ( adenomas)
- Hyperplastic polyps and
inflammatory polyps Ukuran massa dalam lumen

Menembus dinding kolon dan jaringan


Faktor predisposisi :
sekitarnya
- Usia
- Genetik
- Riwayat adenoma perdarahan Obstruksi usus halus
- Colitis ulserativ cronis atau penyakit
Crohn
Perdarahan saluran cerna
- Alcohol Distensi abdomen Mual atau muntah
- Merokok
- Gaya hidup Gangguan eliminasi bowel

Bunyi usus
Anema

Defekasi cair
Ansietas

Perubahan warna feses berat badan


Daftar Pustaka

American Cancer Society.(2017). Colorectal Cancer. Facts & Figures 2017-2019. Atlanta:
American Cancer Society
Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria
Budiono & Budi Pertami, Sumirah. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi
Medika.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC), Edisi 6. Philadelpia: Elsevier.

Herdman, T.Hearther. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2018-2020 Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, M.L., & Swanson, Elizabeth. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC), Edisi 5. Philadelpia: Elsevier
National Comprehensive Cancer Network. (2016). Colon Cancer. Washington: National
Comprehensive Cancer Network.
Sloane, E. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth (8 ed.). Jakarta: EGC.
Smeltzer,S.C., Burke,B.G., Hinkle,J.L & Cheever,K.H. (2010). Brunner & Suddarth’s
textbook of medical surgical nursing. (12th Ed). Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins.
Soebachman, Agustina. (2011). Awas 7 kanker paling mematikan. Yogyakarta : Syra Media
Utama
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Kmb 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori Dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
LAPORAN DISKUSI REFLEKSI KASUS

Nama ruangan : Bedah wanita

Keperawatan : Manajemen keperawatan

Hari/Tanggal : Kamis, 19 agustus 2021i 2021

Topik Diskusi Kasus : Ca recti

Masalah isu yang muncul :

1. Salah satu strategi penatalaksanaan stoma adalah edukasi untuk meningkatkan


kemampuan perawatan diri dengan melibatkan peran aktif pasien terhadap strategi
manajemen perawatan diri dalam mengelola dan memandirikan pasien sehingga
kemampuan self care dapat terpenuhi.
2. Peran dan upaya aktif tenaga kesehatan khususnya perawat untuk membantu pasien
stoma dengan memberikan edukasi tentang stoma sehingga keterlbatan pasien dalam
manjemen pengelolaan penyakitdapat meningkat dan memberikan dampak yang positif
pada peningkatan status kesehatan pasien stoma
3. Dampak buruk pemasangan stoma adalah fisik, psikologis,dan sosial.masalah fisik
disertakan dalam ebocoran masalah kulit, kantong dan bau, dan kebutuhan akan adaptasi
stoma , letak stoma yang tidak sesuaimempengaruhi kehidupan sehari hari.dampak
seperti ini dapat memoengaruhi praktek perawatan mandiri.
4. Perawatan mempunyai peranan penting dalam membantu memperbaiki masalah
ini.dengan mengambil peran penting dalam mendidik pasien dan memastikan
pendidikan di mulai sesegera mungkin.
5. Dari hasilpenelitian Saavedra et al 9( 2015) pada penderita stomadi peroleh data bahwa
responden tidak mendapatkan edukasi 62,2 % dan 30.8%mendapatkan edukasi tentang
stoma, dari peneliian tersebutmenunjukanbahwa keperawatan mandiri meningkat setelah
di berikan edukasi stoma.
6.

Rencana Tindak Lanjut :

1. Perlu adanya panduan edukasi untuk pasien stoma


2. Perlu adanya ruang edukasi untuk pasien stoma

Anda mungkin juga menyukai