Anda di halaman 1dari 13

MK PERILAKU ORGANISASI

RESUME BAB KEKUASAAN DAN POLITIK

Referensi Buku : Organizational Behavior - Stephen P. Robbins,Timothy A. Judge

Oleh :

Riza Robbi Zakaria / 1961201083


Alfi Habiba Nuril Aini / 1961201085
Muh Ahid Maulana A / 1961201091

Kekuasaan (power) mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk


mempengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A.
Definisi ini mengimplikasikan sebuah potensi yang tidak perlu diaktualisasikan
agar efektif dan sebuah hubungan ketergantungan. Kekuasaan merupakan suatu
potensi atau kemampuan sehingga bisa saja seseorang mempunyai kekuasaan tapi
tidak menjalanakannya. Aspek terpenting dari kekuasaan adalah fungsi
ketergantungan (Dependency) artinya semakin besar ketergantungan B terhadap A
maka besar pula kekuasaan A. Selain itu seseorang dapat memiliki kekuasaan atas
diri Anda hanya jika ia mengendalikan sesuatu yang Anda inginkan.
 Membedakan Kepemimpinan Dan Kekuasaan
Kedua konsep tersebut saling bertautan, para pimpinan menggunakan
kekuasaan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan kelompok. Sehingga
kekuasaan adalah sarana untuk memudahkan usaha mereka mancapai tujuan.
Salah satu perbedaan yang terkait adalah
1. Kesesuaian tujuan,kekuasaan tidak mengisyaratkan kesesuaian tujuan tetapi
hanya ketergantungan. Sebaliknya kepemimpinan mengisyaratkan keserasian
antara tujuan pemimpin dan mereka yang dipimpin.
2. Arah pengaruh, kekuasaan berfokus pada pengaruh ke bawah kepara para
pengikutnya, sedang kepemimpinan meminimalkan pola-pola pengaruh
kesamping dan ke atas.
3. Penekanan Penelitian, penelitian akan kepemimpinan terletak pada gaya,
sedangkan penelitian kekuasaan terletak pada sesuatu yang lebih luas dan
berfokus pada taktik-taktik untuk memperoleh kepatuhan dari anak buah.

1
 Dasar Kekuasaan
Kekuasaan Formal
a. Kekuasaan koersif
Landasan Kekuasaan koersif (Coersive power) adalah rasa takut.
Kekuasaan koersif mengandalkan aplikasi, atau ancaman aplikasi, sangsi
fisikyang menimbulkan rasa sakit, menimbulkan frustasi melalui
pembatasan gerak atau pengendalian paksa terhadap kebutuhan dasar
fisiologi atau keamanan.
b. Kekuasaan Imbalan
Kekuasaan imbalan (reward power), orang memenuhi keinginan atau
arahan orang lain karena, dengan berbuat demikian, ia akan mendapatkan
manfaat positif; serta mendapatkan imbalan atau penghargaan yang
dipandang orang lain bernilai akan memiliki kekuasaan atas orang lain.
Imbalan bisa bersifat financial atau non-finansial.
c. Kekuasaan Legitimasi
Kekuasaan lagitimasi (Legitimate power) adalah kekuasaan yang
melambangkan kewenangan formal untuk mengendalikan dan
memamfaatkan sumber-sumber daya organisasi misalnya posisi structural.
Secara spesifik kekuasaan ini mencakup penerimaan wewenang suatu
jabatan oleh anggota-anggota dalam suatu organisasi.

2. Kekuasaan Pribadi
a. Kekuasaan karena Keahlian
Kekuasaan karena Keahlian (Expert power) adalah pengaruh yang
diperoleh dari keahlian, ketrampilan khusus, pengetahuan. Keahlian telah
menjadi salah satu sumber pengaruh yang paling kuat karena dunia sudah
semakin berorientasi pada teknologi.
b. Kekuasaan Acuan
Kekuasaan Acuan (referent power) didasarkan pada identifikasi
terhadap seseorang memiliki sumber daya atau sifat-sifat personal yang
menyenangkan. Hal ini berkembang dari kekaguman terhadap orang lain
dan hasrat untuk menjadi seperti orang lain. Karisma merupakan pengaruh

2
yang cukup besar, walaupun tidak menduduki posisi kepeminpinan formal,
mampu memanfaatkan pengaruhnya terhadap orang lain lantaran dinamisme
kariskatik, rasa digemari, dan efek emosional mereka atas kita.
Landasan Kekuasaan Manakah Yang Paling Efektif
Dari semua landasan kekuasaan formal dan pribadi, yang paling menarik adalah
penelitian secara cukup jelas menunjukkan bahwa sumber-sumber kekuasaan
yang bersifat pribadilah yang paling efektif. Kekuasaan karena keahlian maupun
rujukan secara positif berkaitan dengan kepuasan karyawan berhadap penyeliaan,
komitmen keorganisasian mereka, dan kinerja, sedangkan kekuatan imbalan dan
legitimasi tampak tidak terkait secara langsung hasil-hasil semacam ini.

 Kebergantungan : Kunci Kenuju Kekuasaan


Merumuskan Secara Umum Tentang Kebergantungan
Asumsi umum : semakin besar ketergantungan B terhadap A, semakin
besar kekuasaan A atas B. jadi ketergantungan berbanding terbalik dengan
sember-sumber panawaran alternative. Hal ini menjelaskan, misalnya, alasan
berbagai organisasi menggunakan jasa banyak penyuplai alih-alih
mempercayakan kepada satu pihak saja. Hal ini juga menjelaskan mengapa begitu
banyak diantara kita berusaha mencapai kebebasan financial. Kebebasan financial
mengurangi kekuasaan yang mungkin dimiliki orang laian atas diri kita.
Apa yang menyebabkan ketergantungan ?
a. Nilai penting.
Untuk menciptakan ketergantungan, hal-hal yang anda control
haruslah hal-hal yang dipandang penting. Banyak organisasi, misalnya,
secara aktif berusaha menghidari ketidakpastian. Karenanya, kita akan
menemukan bahwa individu atau kelompok dapat menghilangkan
ketidakpastian suatu organisasi akan dipandang sebagai penguasa sumber
daya yang penting.
b. Kelangkaan.
Suatu sumber daya harus bisa dilihat sebagai sesuatu yang langka guna
menciptakan ketergantungan. Hubungan kelangkaan – ketergantungan lebih
jauh dapat dilihat dalam kekuasaan yang termasuk kategori jabatan.

3
Individu-individu yang memiliki jabatan di mana persediaan personil
relative rending dibandingkan dengan kebutuhannya dapat merundingkan
paket-paket kompensasi dan tunjangan yang jauh lebih manarik disbanding
bila jumlah calonnya banyak.
c. Keadaan tidak tergantikan.
Semakin sedikit pengganti yang tersedia bagi suatu sember daya,
semakin besar kekuasaan yang diberikan oleh control atas sumber daya
tersebut.

 Kekuasaan Taktik
Taktik kekuasaan (power tactics). Dengan kata lain, pilihan-pilihan apa
daya yang dimiliki seseorang untuk memengaruhi atasan, rekan kerja, atau
karyawan mereka. Serta apalah pilihan-pilihan tersebut yang lebih efektif
dibandingkan dengan yang lain. Ada 9 mengidentidifikasi macam taktik
pengaruh :
a. Legitimasi.
Mengamdalkan posisi kewenagan seseorang atau menekankan bahwa
sebuah permintaan selaras dengan kebijakan atau ketentuan dalam
organisasi.
b. Persuasi rasional.
Menyajikan arguman-argumen yang logis dan berbagai bukti factual untuk
memperlihatkan bahwa sebuah permintaan itu masuk akal.
c. Seruan Inspirasional.
Mengembangkan komitmen emosional dengan cara menyerukan nilai-
nilai, kebutuhan, harapan, dan aspirasi subuah sasaran.
d. Konsultasi.
Meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran
dengan cara melibatkannya dalam memutuskan bagaimana rencara atau
perubahan akan dijalankan.
e. Tukar pendapat.
Memberi imbalan kepada target atau sasaran berupa uang atau
penghargaan lain sebagai ganti karena mau menaati suatu permintaan.

4
f. Seruan pribadi.
Meminta kepatuhan berdasarkan persahatan atau kesetiaan.
g. Menyenangkan orang lain.
Menggunakan rayuan, pujian, atau perilaku bersahabat sebelum membuat
permintaan.
h. Tekanan.
Menggunakan peringatan, tuntunan tegas, dan ancaman
i. Koalisi.
Meminta bantuna orang lain sebagai alasan agar si sasaran setuju.

Beberapa taktik tersebut umumnya lebih efektif dari pada yang lain bergantung
pada arah dari pengaruh. Bukti menunjukkan bahwa orang dinegara yang
berbeda-beda cenderung lebih menyukai taktik kekuasaan yang berbeda pula.

 Kekuasaan Dalam Kelompok : Koalisi


Mereka yang “ berada di luar lingkaran kekuasaan” dan berusaha “masuk”
ke sana mula-mula akan mecoba memperbesar kekuasaan mereka secara
individual. Tetapi, jika upaya ini berbukti tidak efektif, alternatifnya adalah
membentuk sebuah koalisi (coalition) suatu kolompok informal yang diikat oleh
satu isu perjuangan yang sama. Prediksi lain mengnai koalisi berkaitan dengan
kadar kesalingtergantungan di dalam organisasi. Lebih banyak koalisi jika yang
bisa tercipta bilamana terdapat banyak ketergantungan tugas dan sumber daya.

 Pelecahan Seksual : Kekuasaan Yang Tidak Seimbang Di Tempat Kerja


Pelecehan sexual (sexual harassment) didefinisikan sebagai segala
aktivitas bersifat sexual yang tidak diinginkan dan memengaruhi pekerjaan
seorang individu, serta menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman.
Kebanyakan studi menegaskan bahwa konsep kekuasaan sangat penting untuk
memahami pelecehan sexual, pelecehan sexual lebih mungkin terjadi ketika ada
kesenjangan kekuasaan yang besar. Meskipun tidak memiliki kekuasaan
legitimasi, rekan kerja dapat memiliki pengaruh dan memanfaatkan pengaruh itu

5
untuk melakukan pelecehan sexual kepada temannya. Malahan, walaupun
pelecehan sexual sering dilakukan oleh rekan kerja tetapi tidak separah yang
dilakukan Penyelia.
Pelecehan sexual adalah masalah kekuasaan, yaitu seorang individu
mencoba mengendalikan atau mengancam individu lainnya. Pelecahan sexual
dapat menyebabkan kehancuran sebuah organisasi, tetapi tindakan tersebut dapat
dihindarkan dengan cara antara lain :
a) Patikan ada sebuah kebijakan yang dengan tepat mendefinisikan hal-hal yang
merupakan pelecahan sexual, yang member tahu karyawan bahwa mereka
dapat dipecat karena melakukan pelecehan sexual semacam ini kepada
karyawan lain, dan menetapkan prosedur untuk menyampaikan keluhan.
b) Yakinkan karyawan bahwa mereka tidak akan menghadapi balasan jika
mereka menyampaikan keluhan mereka.
c) Selidiki setiap keluhan dan ikut sertakan divisi legal dan sumber daya
manusia perusahaan.
d) Pastikan bahwa pelakunya terkena sanksi atau diberhentikan.
e) Adakan seminar internal untuk membangkitkan kesadarann karyawan akan
isu-isu seputar pelecehan sexual.

Kesimpulan: adalah bahwa para manajer memiliki tanggung jawab untuk


melindungi karyawan mereka dari lengkungan kerja yang tidak menyenangkan,
tetapi mereka juga perlu melindungi diri mereka sendiri.

 Politik : Kekuasaan Yang Beraksi


Ketika orang-orang menyatu dalam kelompok, berlakulah hukum
kekuasaan. Ketika para karyawan dalam suatu organisasi mulai memainkan
kekuasaan yang ada pada mereka, kita melihatkan sebagai politik. Orang – orang
dengan Keterampikan politik yang baik memiliki kemampuan untuk
menggunakan landasan-landasan kekuasaan yang mereka miliki secara afektif.
Jadi definisi berfokus pada penggunaan kekuasaan untuk memengaruhi
pengambilan keputusan dalam organisasi atau perilaku-perilaku anggota yang
egois dan tidak melayani kebutuhan organisasi. Perilaku politik (political

6
behavior) didefinisikan sebagai aktivitas yang tidak dianggap sebagai bagian dari
peran formal seseorang dalam organisasi, tetapi yang memengaruhi, atau berusaha
memengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi.
Komentar terakhir berkaitan dengan apa yang disebut sebagai dimensi “sah
– tidak sah” dalam perilaku politik.
a. Perilaku politik yang sah (Legitimate political behavior) mengacu pada
politik sehari-hari yang wajar- menyampaikan keluhan kepada penyelia anda,
memotong rantai komando, membangun koalisi, menentang kebijakan atau
keputusan organisasi lewat pemogokan atau dengan terlalu berpegang ketat
pada ketentuan yang ada.
b. Perilaku politik yang tidak sah (Ilegitimate political behavior) yang
menyimpang dari aturan main yang digariskan. Misalnya sabotase,
melaporkan kesalahan, dan protes-protes simbolik seperti memakai pakaian
nyeleneh tanda protes dan beberapa karyawan tidak masuk kerja.

 Realitas Politik
Politik merupakan sebuah kenyataan realitas hidup dalam organisasi.
Organisasi terbentuk dari individu dan kelompok dengan nilai, tujuan, dan
kepentingan yang berbeda-beda. Fakta ini, mengandung potensi timbulnya konflik
untuk memperebutkan sumber daya. Sumber daya yang dimiliki organisasi juga
ada batasnya, sehingga potensi konflik berubah menjadi konflik nyata. Lebih jauh,
entah benar atau salah, keuntungan satu orang atau kelompok seringkali dipahami
akan diperoleh dengan mengurbankan orang-orang atau kelompok lain dalam
organisasi. Barangkali, factor terpenting yang mendorong tumbuhnya politik di
dalam organisasi adalah kesadaran bahwan sebagian besar “fakta” yang digunakan
untuk mendasarkan pengalokasian sumber daya yang terbatas itu terbuka untuk
ditafsirkan secara beragam. Terakhir, karena sebagian besar keputusan harus
dibuat dalam ambiguitas- di mana fakta jarang yang sepenuhnya objektif dan,
karenanya, terbuka untuk diinterprestasikan – orang–orang di dalam organisasi
akan menggunakan pengaruh apa pun semampu mereka untuk menelikung
kenyataan demi memperjuangkan tujuan dan kepentingan mereka. Hal ini
memunculkan aktivitas yang kita kenal dengan Politisasi.

7
Jadi untuk menjawab mengenai apakah mungkin bagi sebuah organisasi
bebas dari politik bisa dijawab “Ya”, jika semua anggota punya tujuan dan
kepentingan yang sama, sumber daya tidak langka, serta kinerja benar-benar jelas
dan objektif.
Faktor-Faktor Yang Memberikan Kontribusi Bagi Perilaku Politik
1. Faktor - Faktor individu.
Para peneliti telah mengidentifikasi sifat-sifat keperibadian tertentu,
kebutuhan, dan beberapa factor lain yang dapat dikaitkan dengan perilaku
politik seseorang. Dalam hal sifat, kita menemukan bahwa para karyawan
yang mempu merefleksi diri secara baik (high self-monitor), memiliki pusat
kendali (locus of control) internal, dan memiliki kebutuhan yang tinggi akan
kekuasaan punya kemungkinan lebih besar untuk terlibat dalam perilaku
politik. Orang yang mampu merefleksi diri secara baik lebih sensitive
terhadap berbagai tanda social, mampu menampilkan tingkat kecedasarn
social, dan terampil dalam berperilaku politik daripada mereka yang kurang
mampu merefleksi diri (low self monitor). Selain itu investasi seseorang
dalam organisasi, alterbatir-alternatif yang diyakininya ada, dan harapan akan
kesuksesan turut mempengaruhi sejauh mmama ia akan memanfaatkan sarana
tindakan politik yang tidak sah.
2. Faktor-Faktor Organisasi.
Kegiatan politik kiranya lebih merupakan fungsi karakteristik
organisasi ketimbang fungsi variable perbedaan individu. Tanpa menafikan
peran yang mungkin dijalankan oleh perbedaan-perbedaan individual dalam
menumbuhkembangkan prose politisasi, bukti menunjukkan bahwa situasi
dan kultur tertentulah yang lebih mendukung politik. Selain itu, kultur yang
tercirikan oleh tingkat kepercayaan yang rendah, ambiguitas peran, system
evaluasi kinerja yang tidak jelas, praktik-praktik alokasi imalan zero-sum
(perolehan hangus karena kurang memuaskan), pengambilan keputusan
secara demikartis, tekanan yang tinggi atas kinerja, dan manajer-manajer
senior yang egois menciptakan lahan pembiakan yang subur bagi politisasi.

8
Bila kultur sebuah organisasi semakin menekankan pendekatan zero-
sum atau menang-kalah dalam kebijakan alokasi imbalannya, karyawan akan
semakin termotivasi untuk melibatkan diri dalam politisasi. Terakhir, ketika pada
karyawan melihat orang-orang yang ada di puncak terlibat dalam perilaku politik,
khususnya ketika mereka berhasil melakukannya dan mendapatkan imbalan atas
keberhasilan itu, terceiptakan sebuah suasana yang mendukung politisasi.
Politisasi dalam pengertian tertentu, membuka jalan bagi mereka yang memiliki
kedudukan lebih rendah dalam organisasi untuk juga bermain politik sembari
member kesan bahwa perilaku semacam ini dapat diterima dan wajar.

 Bagaimana Orang Menanggapi Politik Organisasi


Kita melihat hasil-hasil yang menguntungkan bagi mereka yang berhasil
dalam perilaku politiknya tetapi sebagian besar orang yang keterampilan
politiknya biasa-biasa saja atai tidak mau bermain politik hasilnya cenderung
negative. Persepsi terhadap politik cenderung meningkatkan kecemasan dan stress
kerja. Hal ini disebabkan oleh persepsi bahwa, dengan tidak terlibat dalam politik,
seseorang bisa kehilangan pijakan kepada orang lain yang aktif bermain politik;
atau sebaliknya. Lantaran ada tekanan tambahan yang dirasakan oleh individu-
individu karena masuk ke dan bersaing dalam arena politik.
Dari kesimpulan di atas penjelasan menarik telah disampaikan, antara lain :
a. Hubungan politik – kinerja tampaknya dimoderatkan oleh pemahaman
individu tentang “bagaimana” dan “mengapa” politik organisasi itu.
b. Ketika politik dipandang sebagai ancaman dan senantiasa direspon secara
defensive, akhirnya yang muncul adalah hasil yang negative.
Manakala memandang politik sebagai ancaman alih-alih sebagai peluang, orang
tak jarang akan meresponnya dengan perilaku defensif (defensive behavior) -
perilaku reaktif dan protektif untuk menghindari aksi, disalahkan, atau perubahan.

 Manajamen Kesan
Kita tahu bahwa orang senantiasa berkepentingan dengan bagaimana
orang lain memamdang dan menilai mereka. Dipandang positif oleh orang lain
akan bermanfaat bagi orang-orang di dalam organisasi. Dalam konteks politik,

9
kesan yang bagus mungkin bisa membantu memengaruhi distribusi keuntungan
untuk kepentingan mereka sendiri. Pengelolaan atau Manajemen Kesan
(impression management) adalah Proses yang digunakan individu untuk
mengendalikan kesan yang dibentuk orang lain terhadap diri mereka. Kebanyakan
studi penelitian dilakukan menguji keefektifan teknik-teknik MK yaitu :
1. Kesuksesan wawancara
Ketika para peneliti mempertimbangkan kualifikasi para pelamar,
mereka menyimpulkan bahwa teknik-teknik MK itu sendirilah yang
mempengaruhi para pewawancara. Para peneliti telah membandingkan para
pelamar yang menggunakan teknik-teknik MK yang terfokus pada promosi
pencapaian seseorang (promosi diri) dengan para pelamar yang menggunakan
teknik-teknik yang terfokus untuk menyenangkan pewawancara dan
menemukan wilayah kesepakatan (menjilat). Menjilat juga berjalan dengan
baik dalam wawancara, yang berarti bahwa para pelamar yang menyenangkan
pewawancara, setuju dengan pendekatan-pendekatannya, dan menekankan
hal-hal yang bersesuaian ternnyata lebih baik daripada mereka yang tidak.
2. Evaluasi kinerja
Dalam hal ini peringkat kinerja, gambarannya sangat berbeda. Menjilat
dikaitkan secara positif dengan peringkat kinerja, yang berarti bahwa mereka
yang menjlat para penyelia mendapatkan evaluasi kinerja yang lebih tinggi.
Menjilat selalu berhasil karena setiap setiap orang senang diperlakukan
dengan baik.

 Etika Dalam Berperilaku Politik


Menyimpulkan pembahasan mengenai politik dengan memberikan
beberapa panduan etis untuk berperilaku positif, meskipun tidak ada cara pasti
untuk membedakan antara politik Etis dan tidak Etis. Terkadang secara tidak
sadar kita terlibat dalam perilaku politik karena alasan kecil yang baik.
Kebohongan yang terang-terangan bisa menjadi contoh yang ekstrem dari
pengaturan kesan, tetapi banyak di antara kita telah mendistorsi informasi menjadi
sebuah kesan yang menyenangkan.

10
Pertanyaan terakhir yang perlu dijawab adalah apakah kegiatan politik
selaras dengan standard kesetaraan dan keadilan. Terkadang sulit untuk
menimbang biaya dan manfaat dari sebuah tindakan politik, tetapi keetisannya
jelas. Adanya pandangan like and undislike terhadap penilaian hasil kinerja.
Ketika dihadapkan pada dilemma etika menyangkut politik organisasi, cobalah
pertimbangkan isu-isu yang pernah ada sebelumya (apakah bermain politik
sepadan resikonya dan akankah membahayakan orang lain dalam prosesnya).

 Ringkasan Dan Implikasi Untuk Para Manajer.


Jika anda ingin menyelesaikan segala sesuatu hal dalam organisasi, maka
hal ini dapat membantu untuk memiliki kekuasaan. Di sini terdapat beberapa
saran untuk bagaimana berhadapan dengan kekuasaan dalam kelangsungan
pekerjaan anda sendiri :

 Sebagai seorang manajer yang ingin memaksimalkan kekuasaan anda,


maka anda juga ingin meningkatkan ketergantungan orang lain terhadap
anda. Sebagai contoh anda dapat meningkatkan kekuasaan anda atas bos
anda dengan mengembangkan pengetahuan atau keahlian yang dia
perlukan yang di anggap tidak dimiliki orang lain selain anda.
 Anda tidak akan sendirian dalam upaya membangun basis kekuasaan
anda , para pekerja dan rekan kerja lain akan berupaya untuk
meningkatkan ketergantungan anda pada mereka, sementara anda berusaha
untuk meminimalkan dan meningkatkan ketergantungan mereka pada
anda. Hasilnya adalah pertempuran yang terus menerus berlanjut
 Cobalah untuk menghindari menempatkan orang lain dalam posisi dimana
mereka merasakan bahwa mereka tidak memiliki kekuasaan.
 Dengan menilai perilaku dalam kerangka kerja politik, anda dapat dengan
lebih baik memprediksikan tindakan tindakan orang lain dan
menggunakan informasi tersebut untuk merumuskan strategi berpolitik
yang akan memperoleh keuntungan bagi anda dan unit kerja anda
 Pertimbangkan bahwa para pekerja yang memiliki kemapuan berpolitik
yang buruk atau tidak bersedia untuk bermain peran dalam permainan
politik pada umumnya terkait dengan dengan politik organisasi yang di

11
pandang untuk menurunkan kepuasan kerja dan kinerja yang di laporkan
sendiri, meningkatkan kecemasan dan tingkat perputaran kerja yang tinggi.
Maka dari itu , jika anda mahir dalam politik organisasi , maka bantulah
para pekerja untuk memahami pentingnya menjadi cerdas dalam
berpolitik.

Jika ingin membuat segala sesuatu terlaksana dalam sebuah kelompok


atau organisasi, ada baiknya Anda memiliki kekuasaan, yang ingin
memaksimalkan kekuasaan. Dengan kata lain, kekuasaan adalah jalan dua arah.
Anda tidak akan sendirian dalam upaya membangun basis kekuasaan anda.
Orang lain, terutama teman sejawat dan karyawan, akan berusaha membuat anda
tergantung kepada mereka. Hasilnya adalah sebuah pertempuran terus-menerus.
Terdapat bukti bahwa orang merespon berbagai basis kekuasaan secara berbeda-
beda. Kekuasaan seseorang yang memiliki keahlian dan menjadi rujukan berasal
dari kualitas pribadinya. Kecakapan muncul terutama untuk menawarkan daya
tarik yang luas, dan penggunnanya sebagai basis kekuasaan menghasilkan
kinerja yang tinggi oleh para anggota kelompok.
Kekuasaan atasan Anda mungkin juga memainkan peran dalam
menentukan kepuasaan kerja Anda. “salah satu alasan mengapa kebanyakan dari
kita senang bekerja untuk dan dengan orang-orang yang berkuasan adalah bahwa
mereka umumnya lebih menyenangkan – bukan karena sifat bawaan mereka,
melainkan karena reputasi dan realitas sebagai orang yang berkuasa
memungkinkan mereka lebih bebas memilih dan mampu mendelegasikan
kepada orang lain.
Manajer yang efektif menerima sifat politis organisasi. Dengan menilai
perilaku dalam kerangka politik, anda dapat memprediksi secara lebih baik
tindakan-tindakan orang lain dan menggunakan informasi ini untuk merumuskan
strategi politik yang akan mendatangkan keuntungan bagi anda dan unit kerja
anda.
Sebagian orang secara signifikan lebih bersifat “cerdik dalam politik”
dibandingkan sebagian lainnya, yang berarti mereka sadar akan politik yang
mendasari dan dpat mengelola Kesa. Mereka yang pandai berpolitik diharapkan
akan mendapat evaluasi kinerja yang lebih tinggi dan, karena itu, kenaikan gaji

12
dan promosi daripada mereka yang naïf atau tidak cakap politik. Mereka yang
cerdik politik juga menunjukkan kepuasan kerja yang lebih tinggi dan mampu
menetralkan penyebab-penyebab stress kerja, begitu juga sebaliknya bagi
karyawan yang memiliki ketrampilan politik rendah atau bahkan tidak
menjalankan permainan politik.

13

Anda mungkin juga menyukai