Anda di halaman 1dari 15

MODUL

Perencanaan dan Pengendalian Produksi


2018/2019 ARTIKEL

MODUL 0
MANUFACTURING RESOURCE PLANNING (MRP II), PERENCANAAN PROSES
ASSEMBLY PROCESS CHART (APC), BILL OF MATERIAL (BOM), STRUKTUR
PRODUK DAN PERHITUNGAN WAKTU BAKU

SISTEM MANUFAKTUR
Sistem manufaktur merupakan seluruh entitas yang bekerja dalam satu aturan tertentu
untuk mengubah resource (material, modal, tenaga, energi, keterampilan) menjadi produk
(barang atau jasa) dengan melakukan proses produksi tertentu untuk meningkatkan value
added suatu resource (Wignjosubroto, 2003).

KONSEP DASAR
1.1 Konsep Dasar MRP II
Perencanaan Bisnis Objektif

PERENCANAAN
MANAJEMEN Perencanaan Penjualan Permintaan
PUNCAK

Perencanaan Produksi Sumber Daya

Sumber TIDAK
Daya OK?

YA

Produk
CLOSED LOOP MRP

BOM Penjadwalan Induk


MRP 1

PERENCANAAN
MANAJEMEN Status Persediaan Perencanaan Material Material
OPERASI

Routing Perencanaan Kapasitas Kapasitas

Rencana TIDAK
OK?

YA

Pembelian Komponen

PERENCANAAN Pengawasan Lantai


Produksi Jam
MANAJEMEN
OPERASI

Pengukuran Kinerja Akuntabilitas

Gambar 1 MRP, Closed Loop MRP, MRP II

LABORATORIUM SISPROMASI 1
MODUL
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2018/2019 ARTIKEL

Gambar diatas mengilustrasikan MRP, closed loop MRP, dan MRP II. Ketiga
akronim ini menunjukkan tahap perkembangan MRP. Awal perkembangan MRP
digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan material, tanggal dibutuhkan, dan jadwal
pelaksana produksi. Cloosed loop MRP merupakan pengembangan sistem pengendalian
produksi di mana di dalamnya terdapat proses perencanaan kebutuhan, kapasitas dan
umpan balik informasi perkembangan produksi. Berikutnya, yaitu MRP II sering disebut
Manufacturing Resource Planning atau Business Resource Planning merupakan sistem
informasi yang mengintegrasikan pemasaran, finansial, dan operasi, sehingga penjualan
dan rencana produksi bisa terkoordinasi secara konsisten (Fogarty, 1991).

1.2 Sistem Produksi


Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi
dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi
ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi. Sedangkan,
output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil sampingannya, seperti
limbah, informasi dan sebagainya. Sub-sub sistem dari sistem produksi tersebut antara
lain adalah perencanaan dan pengendalian produksi, pengendalian kualitas, penentuan
standar-standar operasi, penentuan fasilitas produksi, perawatan fasilitas produksi, dan
penentuan harga pokok produksi (Ginting, 2007).
Sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu produk, dimana
di dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi,
modal, dan tindakan manajemen (Baroto, 2002).
Sistem produksi merupakan kegiatan untuk mengubah input produksi yang
melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, modal, dan tindakan
manajemen yang bertujuan untuk menghasilkan suatu output yang bermanfaat.

LABORATORIUM SISPROMASI 2
MODUL
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2018/2019 ARTIKEL

Berikut merupakan model umum untuk aliran pada sistem produksi (Sipper, 1997).

INPUT PROSES OUTPUT

Tenega Kerja
Modal
Material Proses Transformasi Nilai Produk
Energi Tambah (Barang / Jasa)
Tanah
Informasi
Manajerial

Umpan Balik untuk


Pengendalian Input,
Proses dan Teknologi

Gambar 2 Alur Sistem Produksi

Adapun parameter-parameter dalam sistem produksi adalah :


Tabel 1 Parameter dalam Sistem Produksi

No Istilah Definisi
1 Produksi Kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa.
Pemanfaatan sumber daya yang efisien (masukan) untuk menghasilkan
2 Produktivitas barang atau jasa (keluaran).
3 Efisiensi Seberapa baik pemanfaatan sumber daya yang digunakan.
4 Efektivitas Tingkat pencapaian tujuan.
Kemampuan sebuah barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan
5 Utilitas manusia.
6 Utilisasi Seberapa sering pemanfaatan dan penggunaan sumber daya.
Suatu ciri, sifat, derajat, jenis, pangkat, standar atau penilaian yang
7 Kualitas membedakan suatu hal dari hal yang lainnya.
Tingkat kemampuan berproduksi secara optimum dari suatu fasilitas dan
8 Kapasitas biasanya dinyatakan sebagai jumlah output pada satu periode waktu
tertentu.
Rentang waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas, selang
9 Lead time waktu untuk mengatur distribusi atau produksi.
Bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi
10 Inventory tujuan tertentu.

LABORATORIUM SISPROMASI 3
MODUL
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2018/2019 ARTIKEL

1.3 Perencanaan Produksi


Perencanaan produksi ialah suatu kegiatan yang berkenaan dengan penentuan apa
yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi, kapan diproduksi dan apa sumber daya
yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan (Diana, 2013).

1.4 Produksi
Produksi yang dalam bahasa Inggris disebut production ialah suatu kegiatan
mengenai pembuatan produk baik berwujud fisik (tangible Products) maupun berwujud
jasa (intangible products). Penjelasan tersebut berarti mengubah (conversion) masukan
(input) menjadi barang atau jasa (Baroto, 2002).

1.5 APC, BOM dan Struktur Produk


1.5.1 Assembly Process Chart (APC)
Assembly Process Chart (APC) merupakan peta yang menggambarkan langkah-
langkah proses perakitan yang akan dialami komponen berikut pemeriksaannya dari
awal sampai produk jadi selesai. APC atau peta proses perakitan memiliki beberapa
manfaat diantaranya dapat menentukan kebutuhan operator, mengetahui kebutuhan tiap
komponen, untuk menentukan tata letak fasilitas, dan membantu menentukan perbaikan
cara kerja (Sutalaksana 1979).

LABORATORIUM SISPROMASI 4
MODUL
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2018/2019 ARTIKEL

Y X

SA
Y X
SSA
Y X
A

Y X
I-1
SA
Y X

Gambar 3 Assembly Process Chart

Keterangan :
Y = Nama Part
X = Nomor Part
SA = Sub Assembly
A = Final Product
I = Inspeksi

1.5.2 Bill of Material (BOM)


Bill of material (BOM) adalah sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan
bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Bill of material tidak hanya
menspesifikasikan produksi, tapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat
dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau
perakitan (Gasperz, 2004).

LABORATORIUM SISPROMASI 5
MODUL
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2018/2019 ARTIKEL

Ada beberapa format data yang ditampilkan dalam bill of materials antara lain
ialah single level bill, indented bill, summarized bill, single-level where used bill,
dan indentend where-used bill (Baroto 2002).
1) Single level bill of materials
Single-level bill of materials adalah sebuah file yang memperlihatkan
hubungan antara produk akhir dan setiap part, komponen dan sub-assembly
yang bersifat langsung.
Tabel 2 Single Level Bill of Materials

SINGLE LEVEL BILL OF MATERIALS


Product Code
Product Name
Stock No.
Descriptio Quantit Stock
Item No. n y Unit Source No.
A 1 Each Manufactured
SA-1 1 Each Manufactured
SA-2 2 Each Manufactured
P-1 2 Each Bought-out
P-2 2 Each Bought-out
P-3 2 Each Manufactured
P-4 2 Each Manufactured

2) Indented bill of materials


Indented bill of materials menunjukkan setiap item pada levelnya
masing-masing sesuai dengan tahapan proses pembuatan.
Tabel 3 Indented Bil of Materials

INTENDED BILL OF MATERIALS


Product Code
Product Name
Stock No.
Level
DescriptionQuantity Unit Source Stock No
0 1 2 3
A 1 Each Manufactured
SA-1 1 Each Manufactured
SA-2 1 Each Manufactured
P-1 1 Each Manufactured
P-2 1 Each Manufactured
P-4 2 Each Manufactured
SA-2 1 Each Manufactured
P-1 1 Each Manufactured
P-2 1 Each Manufactured
P-3 2 Each Manufactured

LABORATORIUM SISPROMASI 6
MODUL
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2018/2019 ARTIKEL

3) Summarized bill of materials


Summarized bill of materials, item yang sama hanya terlihat satu kali
saja dengan cara menjumlahkan semua kebutuhan item yang sama tersebut.
Tabel 4 Summarized Bill of Materials

SUMMARIZED BILL OF MATERIALS


Product Code
Product Name
Stock No.
Level
DescriptionQuantity Unit Source Stock No
0 1 2 3
A 1 Each Manufactured
SA-1 1 Each Manufactured
SA-2 2 Each Manufactured
P-1 2 Each Manufactured
P-2 2 Each Manufactured
P-4 2 Each Manufactured
P-3 2 Each Manufactured

LABORATORIUM SISPROMASI 7
MODUL
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2018/2019 ARTIKEL

1.5.4 Struktur Produk


Struktur produk didefinisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung
ke dalam suatu produk selama proses manufakturing (Gaspersz, 2004). Struktur
produk dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Struktur Produk Implotion


Struktur yang menggambarkan suatu bagan yang dimulai dari
komponen-komponen penyusunnya ke produk akhir.

Gambar 4 Implotion

LABORATORIUM SISPROMASI 8
MODUL
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2018/2019 ARTIKEL

2. Struktur Produk Explotion.


Struktur produk yang menggambarkan suatu bagan yang dimulai dari
produk akhir ke komponen-komponen penyusunnya.

Gambar 5 Explotion

KETERANGAN :

X = Inventory status
Y = Lead Time
Z = Quantity

LABORATORIUM SISPROMASI 9
MODUL
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2018/2019 ARTIKEL

PERHITUNGAN WAKTU BAKU

Menurut Sutalaksana (2006), adapun langkah-langkah perhitungan waktu baku adalah


sebagai berikut.
a. Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran.

∑𝑥𝑖
𝑊𝑠 =
𝑁

Keterangan :
Xi = Waktu pengamatan
N = Banyaknya pengamatan yang dilakukan
b. Waktu Normal
𝑊𝑛 = 𝑊𝑠 (1 + 𝑝)

Dimana p adalah faktor penyesuaian. Faktor ini diperhitungkan jika pengukur


berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar sehingga hasil
perhitungan waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan dahulu. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan waktu siklus rata-rata yang wajar, faktor penyesuaiannya, p,
sama dengan 1. Jika bekerjanya terlalu lambat maka untuk menormalkannya
pengukur harus memberi harga p < 1, dan sebaliknya p > 1, jika dianggap bekerja
cepat.
c. Waktu Baku
𝑊𝑏 = 𝑊𝑛 (1 + 𝒌)

Dimana k adalah kelonggaran atau allowance yang diberikan kepada pekerja


untuk menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal. Kelonggaran ini
diberikan untuk tiga hal, yaitu kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue
dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi yang tidak dapat dihindarkan oleh
pekerja. Umumnya kelonggaran dinyatakan dalam persen dari waktu normal.

LABORATORIUM SISPROMASI 10
MODUL
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2018/2019 ARTIKEL

1) Faktor Penyesuaian
Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja
yang ditunjukkan operator. Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan
waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang
disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga
hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu sewajarnya atau waktu
normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal (terlalu
cepat) maka harga p-nya akan lebih besar dari 1 (p > 1); sebaliknya jika operator
dipandang bekerja dibawah normal maka harga p akan lebih kecil dari 1 (p < 1).
Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka
harga p-nya sama dengan 1 (p = 1).
a) Metode Schumard
Metode Schumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui
kelas-kelas kinerja kerja dengan setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri.
Tabel 5 Faktor Penyesuaian Metode Schumard

Kelas Penyesuaian
Superfast 100
Fast + 95
Fast 90
Fast - 85
Excellent 80
Good + 75
Good 70
Good - 65
Normal 60
Fair + 55
Fair 50
Fair - 45
Poor 40

LABORATORIUM SISPROMASI 11
MODUL
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2018/2019 ARTIKEL

b) Metode Westinghouse
Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang
dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu
keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Setiap faktor terbagi
dalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing.
Tabel 6 Penyesuaian Menurut Westinghouse

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian


A1 0,15
Superskill
A2 0,13
B1 0,11
Excellent
B2 0,08
C1 0,06
Good
Keterampilan C2 0,03
Average D 0
E1 -0,05
Fair
E2 -0,1
F1 -0,16
Poor
F2 -0,22
A1 0,13
Excessive
A2 0,12
B1 0,1
Excellent
B2 0,08
C1 0,05
Good
Usaha C2 0,02
Average D 0
E1 -0,04
Fair
E2 -0,08
F1 -0,12
Poor
F2 -0,17
Ideal A 0,06
Excellent B 0,04
Good C 0,02
Kondisi Kerja
Average D 0
Fair R -0,03
Poor F -0,07
Perfect A 0,04
Excellent B 0,03
Good C 0,01
Konsistensi
Average D 0
Fair E -0,02
Poor F -0,04

LABORATORIUM SISPROMASI 12
MODUL
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2018/2019 ARTIKEL

2) Faktor Kelonggaran
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan
pekerja dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat, ataupun
dihitung. Oleh karena itu, sesuai pengukuran dan setelah mendapat waktu normal,
kelonggaran perlu ditambahkan.
a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Yang termasuk dalam kebutuhan pribadi disini adalah hal hal seperti
minum sekedarnya untuk menghilangkan haus, ke kamar kecil, bercakap
dengan teman sekerja sekedarnya. Kebutuhan ini terlihat sebagai suatu
kebutuhan yang mutlak. besarnya kelonggaran yang diberikan untuk
kebutuhan pribadi seperti itu berbeda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya
karena setiap pekerjaan berbeda karakteristiknya. Berdasarkan penelitian
ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pria dan wanita berbeda.
Tabel 7 Nilai Kelonggaran

No Jenis Kelamin Nilai Kelonggaran


1. Pria 2% - 2,5%
2. Wanita 2,5% - 5%

b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatigue


Rasa fatigue biasanya terlihat saat hasil produksi menurun baik
kuantitas maupun kualitas. Jika rasa fatigue telah datang dan pekerja dituntut
untuk menghasilkan performansi normalnya, maka usaha yang dikeluarkan
pekerja lebih besar dan dari normal dan ini menambah rasa fatigue.

LABORATORIUM SISPROMASI 13
MODUL
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2018/2019 ARTIKEL

c. Kelonggaran untuk hambatan hambatan yang tak terhindarkan


Hambatan dalam melaksanakan pekerjaan itu ada dua jenisnya, yang
pertama hambatan yang dapat dihindarkan dan yang kedua hambatan yang
tidak dapat dihindarkan. Beberapa contoh dari hambatan yang tidak dapat
dihindarkan, yaitu :
a) Menerima atau meminta petunjuk dari pengawas.
b) Melakukan penyesuaian mesin.
c) Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat.
d) Mengasah peralatan potong.
e) Mengambil alat-alat khusus.
f) Hambatan-hambatan karena kesalahan pemakaian
g) Mesin mati karena mati listrik.

LABORATORIUM SISPROMASI 14
MODUL
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2018/2019 ARTIKEL

REFERENSI

Fogarty, D. W., Blackstone, J. H., & Hoffman, T. R. (1991). Production & Inventory
Management. United States: South-Wester
Ginting, R. (2007). Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sipper, D., & Bulfin, R. L. (1998). Production, Control, and Integration. Singapore:
McGraw-Hill.
Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., & Tjakraatmadja, J. H. (1979). Teknik Tata Cara
Kerja. Bandung: Penerbit ITB.
Wignjosoebroto, Sritomo. (2003). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Edition. Guna Widya,
Surabaya.
Baroto, Teguh. (2002). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. 1st Edition. Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Gaspersz, Vincent. 2004. Production Planning and Inventory Control. PT Gramedia Pustaka
Umum. Jakarta
Diana Khairani Sofyan, 2013, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama, Graha
Ilmu, Yogyakarta.

LABORATORIUM SISPROMASI 15

Anda mungkin juga menyukai