Anda di halaman 1dari 3

NAMA : NURVADILLA PALAHIDU

NPM : 12114201200247

KELAS : D (KEPERAWATAN)

TUGAS : KEPERAWATAN HIV/AIDS

STUDI LITERATUR ASPEK BIO PISIKO SOSIAL DAN


SPRITUAL TENTANG KLIEN DAN HIV/AIDS

A.PENGERTIAN HIV/AIDSl
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yamg menyerang/ menginfeksi sel darah
putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS ( Acuired Immuno Deficiency
Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan infeksi oleh HIV.

Penyakit HIV yang semula bersifat akut dan mematikan berubah menjadi penyakit kronis yang dapat
dikelola. Namun demikian, hidup dengan penyakit kronis menyisakan persoalan-persoalan lain yang
memerlukan penyesuaian-penyesuaian baik secara fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.

B.ASPEK PSIKOLOGIS PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS


Masalah psiko sosial pasien HIV / AIDS meliputi: khawatir, frustasi, kesedihan, berduka, ketakutan
anggota keluarga menjadi terinfeksi, perasaan marah, sera depresi dan ketakutan menghadapi
kematian.

Ada dua strategi koping lasarus dan folkman (1984) yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu
problem focused coping dan emotion focused coping.

1.Problem Focused Coping

Problem focused koping, merupakan usaha individu yang secara aktif mencari
penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
Problem Pocused Coping terdiri dari :

a. Confrontative coping merupakan usaha untuk mengubah keadaan yang di anggap menekan
dengan cara yang agresif.

b.Confrontative coping,usaha untuk mendapatkan kenyamanan dan bantuan informasi dari orang
lain untuk menyelesaikan masalahnya.

c.Planful problem solving, usaha untuk mengubah keadaan yang di anggap menekan dengan cara
yang hati-hati, bertahap, dan analitis.

2.Emotion Focused Coping

Emotion focused coping merupakan usaha individu untuk mengatur emosinya dalam
rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi
yang penuh tekanan. Emotion focused coping terdiri dari:

a.Seeking social emotional support, yaitu usaha untuk memperoleh dukungan secara emosional
maupun social dari orang lain.

b. Self control,usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang menekan.

c.Distancing, usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti menghindar dari permasalahan
seakan tidak terjadi apa-apa atau menciptakan pandanganpandangan yang positif, seperti
menganggap masalah seperti lelucon.

d.Positive reappraisal, usaha mencari makna positif dari permasalahan dengan berfokus pada
pengembangan diri biasannya juga melibatkan hal-hal yang bersifat religious.

e.Accepting responbility, usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri dalam permasalahan
yang dihadapinya, dan mencoba menerimanya untuk Membuat semuanya menjadi lebih baik

f.Escape/avoidance, usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari situasi tersebut atau
menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum, merokok, atau menggunakan
obat-obatan.

C.ASPEK SOSIAL HIV/AIDS

 a) Faktor yang memicu penyakit HIV dari aspek sosial Gaya hidup yang tidak baik seperti pergaulan
bebas dapat menjadi faktor pemicu penyakit HIV, karena hidup yang tidak baik dapat menyebabkan
kegiatan seksual yang tidak aman, sehingga orang tersebut melakukan seks bebas dengan orang
mengidap virus didalam tubuhnya dan akan mengakibatkan penularan virus HIV. faktor lain yang
berpera ndisini adalah penggunaan jarum suntik, karena media jarum suntik dapat menyebarkan
virus HIV ke tubuh orang yang sehat. Selain itufaktor lainnya adalah lingkungan yang tidak bersih,
asupan nutrisi yang kurang baik, dan tidak rutin berolahraga.

b) Aspek sosio klien yang sudah terkena HIV Adanya stigma dan diskriminasi akan berdampak pada
tatanan sosial masyarakat. Pederita HIV dan AIDS dapat kehilangan kasih saying dan kehangatan
pergaulan sosial. Sebagian kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan yang pada akhirnya
penimbulkan kerawanan sosial, sebagian lagi dikucilkan oleh teman temannya bahkan keluarga
sendiri ketakutan akan perlakuan yang dibedakan ini akan membuat orang yang terkena HIV/AID
susah menjembatani diri dengan orang lain, membagi pengalamannya, bahkan takut untuk meminta
pertolongan bahwa ia sakit. Ia senantiasa khawatir menerima reaksi orang lain terhadap dirinya dan
orang lain pun juga menjaga jarak. Menurunnya produktivitas masyarakat Karena daya tahan tubuh
yang melemah, dan angka harapan hidup yang meurun, Membuat daya produktivita spenderitaan
HIV/AIDS tidak lagi sama seperti pada umumnya. Hal ini menyebabkan kebanyakan dari mereka
kehilangan kesempatan kerja. Hal ini juga berpengaruh terhadap aspek ekonomi yang dihadapi.
Meningkatkan angka pengangguran Meningkatnya pengangguran ini merupakan salah satu aspek
sosial yang diterima klien HIV/AIDS. Daya tahan tubuh yang melemah dan antibody yang rentan
serta ketergantungan pada obat, maka klien akan susah dalam mencari pekerjaan. 

Mempengaruhi pola hubungan sosial di masyarakat Pola hubungan sosial dimasyarakat akan
berubah ketika masyarakat memberikan stima negative pada klien HIV/AIDS dan mulai
mengucilkannya. Hal ini bukanhanya berpengaruh pada diri klien itu saja, tetapi keluarga juga
terkadang akan dikucilkan. Hal ini bukan hanya berpengaruh pada diri klien itu saja, tetapi keluarga
juga terkadang akan dikucilkan di masyarakat. Meningkatnya kesenjangan pendapatan/ kesenjangan
sosial Kesenjangan sosial dapat terjadi ketika masyarakat sekitar memberikan stigma negative
kepada HIV/AIDS. Munculnya reaksi negative Munculnya reaksi negative dalam bentuk diskriminasi,
isolasi dan tindakan kekerasan lainnya terhadap pengidap HIV/AIDS

D.ASPEK SPRITUAL PASIEN HIVE/AIDS

Stigma negative dan diskriminatif dapat menghambat proses penanganan penyakit HIV/ Aids dan
penyebaran epidemic HIV/AIDS stigma tersebut secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas
hidup seorang pasien dengan HIV Spiritualitas merupakan bagian dari kualitas hidup berada dalam
domain kapasitas diri yang terdiri dari nilai-nilai personal, standar, personal & kepercayaan. Terdapat
4 hal yang diakui sebagai kebutuhan spiritual yaitu proses mencari makna baru dalam kehidupan,
pengampunan, kebutuhan untuk dicintai, dan pengharapan. Hasil penelitian dari 22 responden
sebagian besar mempunyai kesejahteraan spiritual pasien HIV/AIDS adalah sedang. Hasil ini
menunjukan kesejahteraan spiritual pasien HIV/AIDS nilai tertinggi 36. Hal ini terjadi karena pasien
merasakan adanya hubungan yang bermakna dengan tuhan dapat memberikan kekuatan, harapan
dan merupakan bagian dari kepercayaan. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Spiritual
Kebudayaan, termasuk didalamnya adlah tingkah laku, kepercayaan, dan nilai-nilai yang bersumber
dari latar belakang sosial budaya.

Terpisah dari ikatan spiritual Agama digunakan sebagai koping positif untuk penyakit HIV/AIDS oleh
klien tetapi tidak ada Perubahan secara signifikan pada spiritualisme klien HIV/AIDS setelah 12-18
bulan ( cotton, puchalski, & Sherman, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh cotton, tsevat, szaflarski
et al (2006) mengatakan 25% klien HIV/ AIDS menjadi lebih religious dan 41% mengalami
Peningkatan spiritual setelah di diagnose HIV/AIDS

Anda mungkin juga menyukai