Anda di halaman 1dari 6

INDUKSI MATEMATIKA

A. Penalaran Induktif dan Deduktif


Penalaran dalam matematika ada dua jenis, yaitu penalaran induktif dan
penalaran deduktif.
1. Penalaran induktif
Penalaran Induktif adalah proses berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang
berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Penalaran induktif
digunakan oleh beberapa cabang ilmu pengetahuan seperti fisika, kimia, biologi, dan
sebagainya untuk membangun suatu teori baru.
Secara umum, langkah-langkah penalaran induktif yang digunakan dalam
matematika sebagai berikut :
 Mengamati pola-pola yang terjadi,
 Membuat dugaan (konjektur) tentang pola umum yang mugkin berlaku,
 Membuat generalisasi,
 Membuktikan generalisasi secara deduktif.
Contoh 1:
Buatlah segitiga lancip dan ukurlah besar tiap-tiap sudutnya dengan busur derajat.
Berapa derajatkah besar ketiga sudutnya? Buatlah pula segitiga siku-siku dan segitiga
tumpul. Berapa derajatkah jumlah ketiga sudut dari tiap-tiap segitiga tersebut?
Pada contoh 1 ini, terdapat 3 buah segitiga yang akan diukur besar tiap-tiap
besar sudutnya. Dan diperoleh bahwa jumlah ketiga sudut dalam masing-masing
segitiga yang telah buat adalah 180 derajat. Dari tiga contoh segitiga yang dibuat itu
maka dapat kesimpulan bahwa jumlah besar ketiga sudut dalam segitiga adalah 180
derajat. Penarikan kesimpulan dari contoh-contoh seperti ini menggunakan penalaran
induktif.

1
Berapakah hasil penjumlahan berikut ini?
1 + 3 + 5 + 7 + . . . + 199
Untuk menjawab pertanyaan tersebut dibuta pola sebagai berikut!
Banyak suku Penjumlahan Hasil
1 1 1 = 12
2 1 + 3 4 = 22
3 1 + 3 + 5 9 = 32
4 1 + 3 + 5 + 7 16 = 42
5 1 + 3 + 5 + 7 + 9 25 = 52
6 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 36 = 62
dst.
100 1 + 3 + 5 + 7 + . . . + 199 10.000 = 1002

2. Penalaran Deduktif
Dalam matematika penalaran yang digunakan adalah penalaran deduktif yaitu
proses berpikir berdasarkan atas suatu pernyataan dasar yang berlaku umum untuk
menarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Aturan yang berlaku secara umum
tersebut, pada umumnya dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya dan setelah terbukti
kebenarannya baru diterapkan untuk kasus-kasus yang bersifat khusus.
Contoh:
Jumlah dua bilangan ganjil akan menghasilkan bilangan genap. Buktikan kebenaran
atau kesalahan pernyataan tersebut secara deduktif.
Dibuktikan secara deduktif dengan melakukan pemisalan secara umum bahwa
bilangan ganjil dapat dituliskan sebagai 2n + 1 untuk n bilangan asli. Maka 2
bilangan ganjil dijumlahkan menjadi (2n + 1)+(2n + 1) = (2n + 2n + 1 + 1) = 4n + 2 =
2(2n + 1) Karena 2n + 1 merupakan bilangan ganjil maka 2 kali bilangan ganjil pasti
akan menghasilkan bilangan genap, sehingga terbukti bahwa jumlah dari 2 bilangan
ganjil akan menghasilkan bilangan genap.

2
B. Prinsip Induksi Matematika

Induksi Matematika merupakan suatu teknik yang dikembangkan untuk


membuktikan pernyataan. Induksi Matematika digunakan untuk mengecek hasil proses
yang terjadi secara berulang sesuai dengan pola tertentu. Indukasi Matematika
digunakan untuk membuktikan universal statements  n  A, S(n) dengan A  N dan
N adalah himpunan bilangan positif atau himpunan bilangan asli. S(n) adalah fungsi
propositional.

Prinsip-prinsip Induksi Matematika

1. Induksi Sederhana.

Misalkan p(n) adalah pernyataan perihal bilangan bulat positif dan kita ingin
membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif n. Untuk
membuktikan pernyataan ini, kita perlu menunjukkan bahwa:

 p(1) benar, dan

 Jika p(n) benar maka p(n + 1) juga benar, untuk semua bilangan bulat
positif n  1,

Langkah 1 dinamakan basis induksi, sedangkan langkah 2 dinamakan langkah


induksi.

Langkah induksi berisi asumsi (andaian) yang menyatakan bahwa p(n) benar.
Asumsi tersebut dinamakan hipotesis induksi. Bila kita sudah menunjukkan kedua
langkah tersebut benar maka kita sudah membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua
bilangan bulat positif n.

3
Contoh 1. Gunakan induksi matematik untuk membuktikan bahwa jumlah n buah
bilangan ganjil positif pertama adalah n2.

Penyelesaian:
(i) Basis induksi: Untuk n = 1, jumlah satu buah bilangan ganjil positif pertama adalah
12 = 1. Ini benar karena jumlah satu buah bilangan ganjil positif pertama adalah 1.
(ii) Langkah induksi: Andaikan p(n) benar, yaitu pernyataan
1+ 3 + 5 + … + (2n – 1) = n2 adalah benar (hipotesis induksi). Kita harus
memperlihatkan bahwa p(n +1) juga benar, yaitu
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) + (2n + 1) = (n + 1)2 juga benar. Hal ini dapat kita
tunjukkan sebagai berikut:
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) + (2n + 1) = n2 + (2n + 1)
[1 + 3 + 5 + … + (2n – 1)] + (2n +1) = n2 + 2n + 1
n2 + (2n + 1)= (n + 1)2
Karena langkah basis dan langkah induksi keduanya telah diperlihatkan benar,
maka jumlah n buah bilangan ganjil positif pertama adalah n2.
C. Penerapan Induksi Matematis
1. Penerapan Induksi Matematika Dalam Atm Multi Pecahan Uang
a. Konsep ATM Secara Umum di Indonesia
ATM, pada umumnya, hanya memiliki satu jenis nominal uang. Logikanya ialah
sebuah ATM hanya memiliki satu cartridge uang, yang hanya dapat diisi oleh
sebuah nominal (entah itu Rp 20.000,-, Rp 50.000,-, maupun Rp 100.000,-). Nah,
pengolahan berapa jumlah uang yang dikeluarkan tidak secara langsung dihitung
dari jumlah nominal uang yang ditarik, tapi dikonversikan dahulu, pecahan uang
yang tersedia pada cartridge harus dikeluarkan sebanyak berapa lembar agar uang
yang ingin ditarik pelanggan tercukupi4. Misal pelanggan ingin menarik uang
sebanyak Rp 200.000,-. Maka ada tiga kemungkinan :
- Jika ATM tersebut berisi uang pecahan Rp 20.000,-, maka cartridge penyimpan
uang akan diperintahkan menghitung dan mengeluarkan sebanyak 10 lembar.

4
- Jika ATM tersebut berisi uang pecahan Rp 50.000,-, maka cartridge
penyimpanan uang akan diperintahkan menghitung dan mengeluarkan
sebanyak 4 lembar.
- Jika ATM tersebut berisi uang pecahan Rp 100.000,-, maka cartridge
penyimpanan uang akan diperintahkan untuk menghitung dan mengeluarkan
uang sebanyak 2 lembar.
Terdapat beberapa kelemahan dalam ATM yang memiliki sistem seperti ini,
antara lain: Pelanggan ingin menarik uang yang tidak genap (misal ingin menarik
uang sebesar Rp 70.000,- ).
Pada kenyataannya, masalah ini memang sudah ditanggulangi dengan
mengeluarkan pernyataan “Mesin ini hanya mengeluarkan uang dalam pecahan
kelipatan Rp 20.000,- (atau Rp 50.000,- atau Rp 100.000,-). Masyarakat juga telah
memaklumi keadaan ini. Namun, apakah tidak jauh lebih mudah jika dapat
dilakukan penarikan tunai dengan nominal yang tidak genap seperti itu? Apa
sebenarnya keistimewaan cara berpikir ATM Multi Pecahan Uang?
b. Penerapan Induksi Matematika dalam ATM Multi Nominal
Penerapan Induksi Matematik dalam ATM Multi Nominal yakni dengan
penggunaan Prinsip Induksi yang Dirampatkan (prinsip pertama) pada proses
penghitungan uang yang akan dikeluarkan dari cartrige penyimpanan uang.
Ada beberapa ketentuan dalam pengambilan uang pada ATM Multi Nominal
ini. Ketentuan tersebut antara lain :
- Jumlah minimal penarikan
- Jumlah kelipatan penarikan dari jumlah minimalnya
- pecahan uang berapa yang ada di ATM tersebut
Jadi, bagaimana cara perhitungannya?
Ambil sebuah contoh, dalam satu ATM terdapat pecahan uang Rp 20.000,- dan Rp
50.000,-. Berapakah jumlah kelipatan penarikan dengan jumlah minimal yang
dapat diambil pelanggan melalui ATM tersebut adalah Rp 40.000,-?
Penyelesaian:

5
1. tunjukkan bahwa f(n0) benar (berlaku)
Basis induksi: Untuk mengeluarkan uang dengan jumlah Rp 40.000,- dapat
digunakan 2 lembar uang Rp 20.000,-. f(n0) jelas benar (berlaku) !!
2. Jika f(n) benar (berlaku) maka tunjukkan f(n+k) juga benar (berlaku) untuk
semua bilangan bulat n ≥ n0. (k ialah kelipatan pengambilan uang di ATM)
Langkah induksi: Jika f(n) benar, yaitu untuk mengeluarkan uang dengan
jumlah Rp 40.000 dapat digunakan e lembar uang Rp 20.000,- (hipotesis
induksi). Kita harus menunjukkan bahwa f(n+k) juga benar, yaitu untuk
mengeluarkan uang sebesar n+k juga dapat menggunakan pecahan uang Rp
20.000,- dan/atau Rp 50.000,-.

Ada dua kemungkinan yang perlu diperiksa:


a. Kemungkinan pertama, misalkan tidak ada uang pecahan Rp 50.000,- yang
dikeluarkan, maka uang yang dikeluarkan senilai Rp n,- menggunakan pecahan
Rp 20.000,- semuanya. Karena n ≥ Rp 40.000,-, setidaknya harus digunakan
dua lembar pecahan Rp 20.000,-. Dengan mengganti dua lembar uang Rp
20.000,- dengan selembar uang Rp 50.000, akan menjadikan uang yang
dikeluarkan ATM sebesar Rp n+k,- dengan k senilai Rp 10.000,-.
b. Kemungkinan kedua, misalkan ATM mengeluarkan uang senilai Rp n,- dengan
sedikitnya satu lembar pecahan Rp 50.000,-. Dengan mengganti satu lembar
pecahan Rp 50.000,- dengan tiga lembar uang pecahan Rp 20.000,- akan
menjadikan uang yang dikeluarkan ATM sebesar Rp n+k,- dengan k senilai Rp
10.000,-
Dari penjelasan di atas,, dapat diketahui bahwa nilai k (kelipatan) uang yang
dapat diambil dari ATM tersebut, dengan minimal jumlah pengambilan sebesar Rp
40.000,-, ialah sebesar Rp 10.000,-.

Anda mungkin juga menyukai